Move On dari Covid-19
Siapa yang menyangka, wabah virus covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan, Negeri Cina yang jaraknya ribuan kilometer dari negeri kita dan awalnya hanya kita baca, lihat dan dengar beritanya saja dari berbagai media, akhirnya sampai juga ke kampung-kampung tempat tinggal kita, termasuk di Kota 1000 Ssungai, Banjarmasin nan Bungas!
Bahkan, sampai saat ini penularan di Banjarmasin dan sepertinya juga di seluruh Propinsi Kalimantan Selatan masih saja terus terjadi, meskipun berbagai bentuk pembatasan dan kedaruratan sebagai bagian dari protokoler kesehatan terus diberlakukan secara ketat.
Akibatnya bisa ditebak, sebagaimana daerah lain di Indonesia dan juga belahan dunia lainnya, aktifitas perekonomian regional menjadi sangat terganggu dan salahsatunya yang terparah adalah sektor jasa pariwisata yang lumpuh total akibat ditutupnya semua aktifitas pariwisata di Kota 1000 Sungai dan juga di seluruh Kalimantan Selatan selama pandemi covid-19 sejak triwulan pertama tahun 2020.
Menyikapi fakta memilukan ini, pemerintah propinsi Kalimantan Selatan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan bekerjasama dengan tiga asosiasi pariwisata, yaitu ASITA, Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Kalsel dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kalsel, berusaha move on dengan meluncurkan bus bajajalanan, bus pariwisata dengan konsep terbuka untuk wisatawan yang ingin keliling kota Banjarmasin via jalur darat, melengkapi moda transportasi wisata keliling Kota Banjarmasin via jalur sungai yang lebih dulu eksis dengan tematik "wisata susur sungai".
Fakta Bus Bajajalanan
Nama bus bajajalanan yang secara leksikal maknanya adalah jalan-jalan diambil dari kosakata bahasa Banjar dengan kata dasar jalan (sama persis dengan bahasa Indonesia), sama persis juga dengan misi yang diembannya, membawa wisatawan jalan-jalan keliling Kota 1000 sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca Juga : Sensasi Keliling Kota Garut dengan Si Imut "Sonagar"
Kehadiran bus pariwisata dengan konsep terbuka yang terinspirasi oleh moda transportasi pariwisata serupa yang lebih dulu eksis di beberapa kota/kabupaten di Propinsi Jawa Barat, seperti di Garut dengan bus Sonagar-nya, Bandung dengan bus Bandros-nya (Bandung Tours on Bus), Cimahi punya Sakoci (Saba Kota Cimahi), Sumedang dengan Tampomas (Trans Moda Pariwisata Masyarakat Kota Sumedang), Kota Cirebon dengan Citros (Cirebon Tourism On Bus), Purwakarta dengan Bus Wisata Kidang Pananjung dan Tasikmalaya dengan Bus Ngulisik (Nguriling Kota Tasik)ini, diharapkan mampu menarik minat wisatawan untuk tetap bisa refreshing, jalan-jalan dengan cara aman di tengah pandemi covid-19 yang belum mereda.
Selain sebagai media pariwisata, bus yang sebenarnya telah di launching pada medio Febuari 2020 lalu (terpaksa masuk garasi karena covid-19), saat Banjarmasin menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional yang juga di hadiri oleh Presiden Jokowi, beserta jajaran menteri dan juga gubernur dan walikota se-Indonesia yang saat itu juga sempat berkeliling di area komplek halaman Gubernuran, Banjarbaru yang layaknya dikelilingi oleh hutan hujan tropis dengan bus bajajalanan tersebut, juga menjadi media hiburan bagi masyarakat, khususnya anak-anak dengan biaya murah, hanya Rp. 10.000,-/orang.
Baca Juga : Kebun Raya Banua, Angin Segar Baru untuk Pelestarian Flora
Sedikit berbeda dengan desain bus pariwisata dengan konsep terbuka lainnya, dimana tidak semua bagian bus dengan kapasitas total penumpang dalam keadaan normal sekitar 25 orang tersebut tanpa dinding, karena ada ruang khusus ber-AC di bagian depan atau di bagian pengemudi yang didalamnya juga menyediakan tempat duduk berkapasitas normal sekitar 6 orang dengan posisi saling berhadap-hadapan tepat dibelakang sopir.
Selain, tampil dengan warna dasar kuning dan biru yang ceria, di beberapa bagian bodi bus juga dilengkapi berbagai atribut ikonik pariwisata Kalimantan Selatan dan yang cukup menarik adalah keberadaan semacam cula dibagian depan tepat diatas kaca bus yang bagian bawahnya terhias ukiran khas Dayak-Banjar. Begitu juga di dinding sekitar pintu masuk ruang ber-AC yang berhias motif ukuran Dayak, jelas menunjukan kedekatan dan keindahan budaya dua etnis asli penghuni Pulau Kalimantan tersebut.
Untuk keamanan penumpang, selain pagar besi keliling yang kokoh di sepanjang tepian bodi bus, masing masing kursi penumpang yang juga terbuat dari besi dilengkapi dengan sabuk pengaman, sayangnya kursi tempat duduk penumpang yang terbuat dari lempengan besi dibiarkan telanjang tidak dilengkapi dengan alas duduk representatif yang bisa menambah kenyamanan penumpang saat menikmati sajian tour keliling kota 1000 sungai.
Serunya Keliling Kota 1000 Sungai
Untuk sementara, rute bus pariwisata yang baru dioperasikan sejak 5 Oktober 2020 ini memang belum menempuh rute idealnya mengelilingi berbagai situs bersejarah dan juga destinasi wisata Banjarmasin yang tersebar di seluruh pelosok kota. Kedepannya, hal ini pasti akan terus dievaluasi dan juga dikembangkan, termasuk kemungkinan untuk bisa berhenti dan melihat secara langsung berbagai destinasi wisata yang dilewati, syukur-syukur bisa connect dengan wisata susur sungai, alias keliling kota melalui jalur sungai.
Baca Juga : Jokowi Tanam Mersawa Tenam sebagai Tanda Kalsel Gerbang Ibu Kota Negara (Baru)
Saat ini dengan ditemani oleh pemandu wisata profesional, rute bus Bajajalanan dimulai dari Taman 0 Kilometer yang lokasinya tepat di depan bekas kantor gubernur lama di Jalan Sudirman yang saat ini juga sedang dibangun salah satu landmark Kota 1000 Sungai. Dari titik awal tersebut kita juga bisa melihat menara pandang salah satu landmark kota 1000 Sungai yang bangunannya begitu eksotis.
Dari lokasi pangakalan bus bajajalanan ini, bus langsung menuju ke jalan RE Martadinata atau dikenal oleh masyarakat sebagai kawasan pelabuhan lama Banjarmasin yang lokasinya tepat dipinggir Sungai Martapura di seberang Kantor Walikota Banjarmasin. Di lokasi ini juga dibangun semacam plaza untuk pertunjukan seni dan budaya yang lokasinya tepat dipinggir sungai dan juga restoran atau rumah makan terapung yang menyajikan beragam kuliner khas masyarakat banjar.
Selanjutnya, bus melaju ke arah kawasan Pasar Rambai atau sekarang dikenal sebagai jalan MT Haryono dan secara berurutan menuju ke jalan Pangeran Samudera yang dikenal sebagai pusat bisnis terbesar dan tertua di Kota 1000 Sungai, dilanjut ke kawasan Teluk Dalam atau Jalan Sutoyo S yang berujung ke Pelabuhan Tri Sakti di tepian Sungai Barito, tapi karena kita tidak mengarah ke Pelabuhan tapi kembali ke arah Masjid Raya Sabilal Muhtadin, maka bus menuju ke arah Jalan R Suprapto.
Baca Juga : Mengenal Sasirangan, Kain (Batik) Khas Banua Kalimantan Selatan
Dari jalan R. Suprapto yang teduh oleh rimbunnya pepohonan ini, di sebelah kiri jalan yang berbatas sungai, dari dalam bus bajajalanan kita bisa menyaksikan komplek salah satu masjid terluas, terbesar dan termegah yang menjadi kebanggaan Urang Banjar, Masjid Sabilal Muhtadin. Perjalanan berlanjut dengan menyeberangi salah satu jembatan ikonik di Kota 1000 Sungai, yaitu Jembatan Merdeka.
Jembatan sepanjang 120 meter yang sudah eksis sejak jaman belanda ini, selain bersejarah juga menjadi salah sati destinasi foto ngehits di Kota 1000 Sungai, karena lokasinya yang membentang eksotis diatas Sungai Martapura dengan beragam aktifitas budaya sungai khas masyarakat didalamnya plus penampakan pagar jembatannya yang berwarna-warni cemerlang ala motif kain sasirangan.
Turun dari Jembatan menuju ke arah Jalan A. Yani, kita langsung disambut oleh bangunan cagar budaya Kelenteng Soetji Nurani yang biasa disebut masyarakat Banjar sebagai tempekong, bergeser sedikit sebelum bertemu Jembatan Dewi dan Kampung Ketupat, kita akan bertemu dengan salah satu ikon wisata tepi sungai lainya, Patung Bekantan (nasalis larvatus) raksasa. Setelah itu, barulah kita memasuki jalan A. Yani, jalan raya paling populer di Kota 1000 Sungai.
Dari double way A Yani kita menuju ke perempatan Gatot Subroto yang ditandai dengan keberadaan flyover yang dibangun untuk mengurai kemacetan di perempatan yang dulu memang dikenal sebagai pusatnya macet Kota 1000 Sungai. Dari sini kita menuju ke kawasan Banua Hanyar atau juga dikenal sebagai Jalan Pangeran Hidayatullah, kawasan yang sekarang dipplotting menjadi sentra wisata kuliner Kota Banjarmasin yang lokasinya tepat di tepian Sungai Martapura.
Baca Juga : Sarapan "Katupat Batumis" di Batang Banyu, Menikmati Peradaban Sungai khas Urang Banjar
Dari Kawasan Banua Hanyar kita langsung menuju ke perempatan Kayutangi atau ada juga yang menyebutnya sebagai bundaran Masjid Hasanudin Majdi, melalui jalan Adhiyaksa dan kembali ke Jalan Hasan Basri, untuk kembali lagi ke pangkalan bus di taman 0 Kilometer di Jalan Jenderal Sudirman. Dalam perjalanan pulang ini kita akan melewati kampus Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Universitas negeri tertua di Kalimantan dan juga jembatan flyover Pangeran yang juga ikonik.
Karena kita tidak singgah sama sekali di berbagai destinasi yang dilewati, maka rata-rata perjalanan keliling kota Banjarmasin ini memerlukan estimasi waktu sekitar 1 (satu) jam perjalanan.
Berikut Jadwal Lengkap Bus Bajajalanan
Senin - Rabu dan Jum'at
- Pukul 15.00 Wita
- Pukul 16.30 Wita
Kamis: Group/Carter
Sabtu & Minggu
- Pukul 08.00 Wita
- Pukul 09.30 Wita
- Pukul 11.00 Wita
- Pukul 14.00 Wita
- Pukul 15.30 Wita
- Pukul 17.00 Wita
Akihir Pekan, Yuk keliling kota 1000 Sungai naik bus bajajalanan! Seru lho...
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar