Sabtu, 03 September 2022

Mengenal Walloons dan Flemish, Pilar Penyangga Timnas Belgia

Bendera Wallonia (grafis : wikipedia)
Bendera Wallonia (grafis : wikipedia)

Siapa Orang Belgia?

Sebagai sebuah negara, keberadaan negara bernama resmi Knigreich Belgien (Jerman), Royaume de Belgique (Perancis) dan Koninkrijk Belgi (Belanda) ini, bisa dibilang sangat unik. Teramat unik mungkin....!?

Negara Belgia yang saat ini kita kenal,  menurut masyarakatnya sendiri sebenarnya tidak lebih dari sekedar sebuah komunitas imajiner semata! Kata Belgia untuk menyebut identitas negara, ternyata sangat jarang disebut di negerinya sendiri. Wooooow! Ada apa ini?

Secara garis besar, sejak kerajaan Belgia berdiri tahun 1830 sampai hari ini, detik ini, dua kelompok etnis terbesar yang masing-masing menguasai separuh wilayah Belgia, yaitu orang-orang Flemish keturunan orang-orang Germania (Eropa utara) yang lebih dekat dengan budaya Belanda berada di sebelah utara atau biasa di sebut dengan wilayah Flanders. Mereka berbicara bahasa Belanda yang merupakan turunan dari rumpun bahasa Germania.

Bendera Flanders (grafis : wikimedia)
Bendera Flanders (grafis : wikimedia)

Sedangkan, disebelah selatan atau lebih dikenal dengan daerah Wallonia yang berbatasan dengan Perancis, orang-orang Walloons (sebutan mereka) merupakan keturunan dari orang-orang Roman (Eropa selatan) yang lebih dekat dengan budaya Perancis. Bahasa Prancis merupakan bahasa ibu sekaligus bahasa resmi pemerintahan daerah orang-orang Walloons. Dari sinilah semua perbedaan itu bermula!

Meskipun keduanya sebenarnya mempunyai satu kesamaan yang entah mereka sadari atau tidak, yaitu Agama Katolik!  Sayang, kesamaan sebagai pemeluk agama Katolik ini juga belum bisa menyamakan persepsi mereka untuk menemukan kata sepakat terkait identifikasi terhadap identitas ke-Belgia-an  mereka.

Menurut mereka, mereka masing-masing bukan orang Belgia, tapi identitas mereka adalah orang Walloons  atau orang Flemish. Laaaah kalo gitu, orang Belgianya siapa? Ini keunikan sekaligus keanehan pertama.

Fakta berikut ini mungkin lebih unik lagi! Meskipun ketegangan antara orang-orang Flemish dan orang-orang Walloons sempat menimbulkan krisis politik hebat di Belgia pada tahun 2007 dan 2010 silam, tapi diantara keduanya sama sekali tidak ingin untuk memisahkan diri atau memerdekakan diri dari yang lain untuk mendirikan negara sendiri sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing, seperti yang terjadi pada Cekoslovakia atau Yugoslavia.

Peta Belgia (grafis : id.maps-brussels.com)
Peta Belgia (grafis : id.maps-brussels.com)

Seusai pemilu 2010, partai peraih suara terbanyak kebetulan berasal dari daerah yang berbeda, Flanders dan Wallonia. Akibatnya, keduanya kesulitan membentuk kabinet nasional, sehingga menimbulkan gejolak politik yang nyaris menimbulkan perpecahan Belgia. Untungnya, setelah proses tarik ulur yang sangat alot & berlarut-larut kabinet bisa tersusun. Tapi tetap saja, kebencian diantara keduanya tetap berpotensi mengancam keutuhan Belgia. Lantas, sebenarnya apa yang diinginkan oleh mereka? Apa yang sebenarnya terjadi?

Apa yang terjadi di Belgia antara orang Flemish dan orang-orang Walloons sebenarnya memang mirip sekali dengan politik apartheid di Afrika Selatan. Bedanya, politik apartheid di Afrika Selatan point segregasinya pada warna kulit, sedang di Belgia point segregasinya adalah latar belakang masing-masing pihak (budaya, bahasa, trah/keturunan). Sepertinya mereka hanya ingin hidup sendiri-sendiri dengan atribut budaya masing-masing tanpa harus repot berinteraksi dengan pihak lain...!?

Warna-Warni Timnas Belgia (Foto : viva.co.id)
Warna-Warni Timnas Belgia (Foto : viva.co.id)

Lantas bagaimana dengan Timnas Sepak Bola Belgia!? Kalau melihat wajah-wajah yang mengisi squad Belgia di Piala Dunia 2018 yang "warna-warni" alias multi ras sepertinya tidak jauh berbeda dengan induknya! Atau jangan-jangan jauh lebih warna-warni lagi, komunitas imajinernya!? Waduuuh...!

Seperti kita ketahui, sebenarnya negara Belgia tidak hanya berisi orang Walloons  dan orang Flemish saja, begitu juga di tim nasional Belgia.

Seperti halnya beberapa negara eropa lainnya, sejak lama Belgia dikenal sebagai rumah bagi imigran dari berbagai negara baik eropa sendiri seperti Jerman dan Italia, juga negara Afrika yang sebagian besar merupakan bekas jajahannya seperti, Maroko, Kongo, serta Mali. Para imigran inilah yang pada gilirannya ikut mewarnai tim nasional Belgia bersama-sama dengan orang Walloons dan Flemish.

Erick Gerets (Foto : worldfootball.net)
Erick Gerets (Foto : worldfootball.net)

Dulu, pada era 1980-an dan 1990-an, Timnas Belgia mempunyai nama-nama besar seperti Eric Gerets (bek legenda PSV Eindhoven), Paul van Himst, Jan Ceulemans, Jan Vertonghen, sampai Jean-Marie Pfaff, mereka merupakan orang-orang Flemish dari Flanders  yang saat itu bahu-membahu membela Timnas Belgia bersama-sama dengan anak-anak imigran seperti Enzo Scifo yang merupakan keturunan imigran asal Italia.

Saat ini,  di Tim Nasional Belgia yang berhasil meraih posisi ke-3 Piala Dunia setelah mengalahkan Inggris, juga dihuni oleh beberapa orang Walloons seperti  Eden Hazard, Thibaut Courtois, Simon Mignolet dan Thomas Meunier. Sedangkan orang-orang Flemish antara lain Kevin de Bruyne, Jan Vertonghen, dan Dries Mertens.

Selain itu, Tim Nasional Belgia juga diperkuat oleh pemain-pemain hebat keturunan dari para imigran seperti Yannick Carrasco (Portugal), Adnan Januzaj (Albania-Kosovo), Romelu Lukaku, Jordan Lukaku, Youri Tielemans, Michy Batshuayi, Dedryck Boyata dan Vincent Kompany (Kongo), Mousa Dembele (Mali), Axel Witsel (Karibia) serta duo penentu kemenangan Belgia atas Jepang di babak enambelas besar, Marouane Fellaini dan Nacer Chadli (Maroko).

Romelu Lukaku (Foto : www.pulse.ng)
Romelu Lukaku (Foto : www.pulse.ng)

Inilah Belgia. Bagi orang-orang Flemish dan Walloons, Timnas Belgia merupakan bagian dari sebuah "kompromi". Sedangkan, bagi para keturunan imigran, Timnas merupakan pengakuan bagi ke-Belgia-an  mereka.

Sayangnya, Tim nasional Belgia yang dibangun dari kombinasi tiga pilar Flemish, Walloons dan imigran ini justeru menjadi dualisme kepentingan, masing-masing pemain dan ataupun tim secara keseluruhan menjadi titik harapan dan tekanan ditempatkan.

Jika mampu berprestasi, baik dalam posisi personal maupun tim maka identitas ke-Belgia-an itu akan menemukan tempat untuk bernaung sekaligus berlindung. Begitu juga sebaliknya, jika tim dalam posisi sulit, maka para pemain akan menjadi sasaran tembak yang empuk.

Contohnya, terjadi pada 2007 ketika seorang politisi Flemish meminta Timnas Belgia dibubarkan dan digantikan dengan Timnas Flanders dan Walloons.


Sedangkan yang terbaru dan relatif masih hangat adalah curhatan Romelu Lukaku kepada media internasional yang mengaku tidak dihargai oleh masyarakat dan media Belgia. Ketika dirinya sukses menjadi salah satu striker level dunia. "Koran-koran menyebut saya sebagai "Romelu Lukaku, Striker Belgia", tapi ketika performanya menurun mereka memanggilku dengan sebutan "Romelu Lukaku, Striker Belgia keturunan Kongo".

Inilah Timnas Belgia, komunitas imajiner yang dibangun dengan tiga pilar yang rentan patah, sepertinya tidak ada jalan lain untuk menjadi kuat sebagai Belgia selain meraih kemenangan dan kejayaan. Ayo semuanya! "jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda"

Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 14 Juli 2018  jam  23:20 WIB (klik disini untuk membaca) dan terpilih sebagai Artikel Pilihan



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar