Kamis, 30 Juni 2022

Berpetualang ke Pedalaman Hulu Sungai Barito, "Bisnis" Tetap Jalan dengan ASUS Vivobook 13 Slate OLED di Tangan

 

Pernah membayangkan rasanya "menikmati" perjalanan 2 hari 2 malam non stop, menyusuri salah satu sungai terpanjang di Indonesia dengan armada bus air alias kapal kayu tua yang sudah pasti minim hiburan dan hanya ber-soulmate dengan smartphone sama seperangkat laptop Vivobook 13 Slate OLED (T3300) untuk "bekerja dan berhibur"!?

Oya, laptop besutan terbaru dari ASUS ini menjadi soulmate pilihan dalam perjalanan, karena ketertarikan saya pada fitur detachabel-nya yang memungkinkan panel layar OLED-nya bisa dilepas dari rangkaian perangkat laptop-nya, sehingga bisa dipakai layaknya tablet. 
 
Artinya, laptop 2-in-1 yang multifungsi ini bisa menjadi laptop untuk bekerja, sekaligus tablet untuk hiburan dan yang tidak kalah penting, laptop Vivobook 13 Slate OLED (T3300) sudah menggunakan sistem operasi terbaru yaitu Windows 11 yang fitur-fitur widget-nya pasti sangat bermanfaat untuk menjadikan hidup lebih mudah, termasuk saat "berpetualang" ke pedalaman hulu Sungai Barito.
 
Aktifitas Transportasi di Sungai Barito | @kaekaha
 
Peradaban Sungai Barito
 
Sungai Barito, salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Indonesia yang berhulu di Pegunungan Schwaner, perbatasan alam antara Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, sejak ribuan tahun silam telah menjadi jalur transportasi tradisional sekaligus urat nadi bagi kehidupan masyarakat yang hidup di sepanjang bantarannya.
 
Sayang, kejayaan transportasi sungai yang dulu pernah memadati ruas jalur sungai yang bermuara di Laut Jawa tersebut, sekarang hanya menyisakan KM Pancar Mas 2, sang legenda! Satu-satunya bus air yang masih mau dan mampu berlayar melayani rute jauh, Banjarmasin-Muara Teweh PP, sekali dalam seminggu. 
 
Beruntung, sebagai penikmat perjalanan dan petualangan, saya tidak hanya sekedar pernah ikut berlayar  KM Pancar Mas 2 saja, tapi relatif sering memanfaatkannya untuk berbagai keperluan perjalanan PP dari Banjarmasin menuju berbagai Kota di kawasan Hulu, termasuk mudik lebaran yang lalu
 
Kapal Pancar Mas II | @kaekaha

 
Untuk perjalanan "melawan arus" menuju kota-kota di kawasan hulu, seperti ke Kota Muara Teweh yang sering saya lakukan, dibutuhkan waktu tempuh normal sekitar 2 hari perjalanan dan biasanya hanya memerlukan sekitar 1 hari perjalanan saja untuk rute sebaliknya. 
 
Bagi yang tidak biasa melakukan perjalanan jauh, setidaknya 2 hari 2 malam non stop tanpa media hiburan yang memadai, apalagi dengan kapal kayu tua yang multipurpose alias "pengangkut sembarang" yang tidak hanya mengangkut penumpang saja, tapi juga beragam barang kebutuhan masyarakat pedalaman, sepertinya akan menjadi trip yang sangat membosankan.
 
Bersyukurnya, itu tidak berlaku bagi saya! 
 
Selain karena memang penikmat perjalanan, terutama ke daerah-daerah baru, apalagi dengan moda transportasi yang tidak biasa, saya yang sudah beberapa kali naik kapal dengan desain khas tradisional Banjar nan unik ini, juga sudah tahu bagaimana cara "menikmati" perjalanan selama 48 jam non stop-nya.
 
Suasana Dek Atas Kapal | @kaekaha
 
 
Karena terbiasa tetap "bekerja" meskipun tengah "berpetualang", maka saya selalu membekali perjalanan saya bersama sang legenda dengan perangkat untuk membaca, menulis dan tentunya hiburan secara mandiri, biasanya berupa laptop, tablet dan 2 smartphone yang selalu nempel kemanapun saya pergi.      
 
Biasanya, dalam "petualangan" ke hulu Sungai Barito ini, saya tetap menulis apa saja dan dalam beberapa kesempatan juga tetap mengajar pada bimbingan belajar secara daring
 
Kalau sedang tidak ada job menulis dari klien, biasanya saya menulis reportase seputar perjalanan dengan sang legenda yang selalu memberikan ilmu pemahaman baru, terutama untuk tematik sosial budaya, terkhusus lagi terkait fakta indahnya harmoni dalam kebhinekaan budaya masyarakat Pulau Kalimantan.

Sekedar informasi! 2 smartphone dengan 4 nomor dari operator berbeda yang selalu saya bawa dalam petualangan ini, bukan untuk gaya-gayaan lho ya! Tapi untuk menangkap sinyal internet terkuat yang di sepanjang perjalanan operatornya selalu berubah-ubah. Nah seru kan!?
 
ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com

Solilokui Pesona ASUS Vivobook 13 Slate OLED
 
Untuk perangkat membaca, menulis dan "berhibur", sejak lahir  ASUS Vivobook 13 Slate OLED saya sengaja meninggalkan tablet lama yang biasanya saya pakai untuk nonton atau berselancar di internet sambil rebahan santai di lantai kapal, karena perannya telah tergantikan oleh "layar sentuh" ASUS Vivobook 13 Slate OLED yang bisa dilepas dan dibawa kemana-mana layaknya tablet.
 
Bahkan dengan meletakkannya di bidang datar pada cover stand yang memiliki engsel 170° atau sekedar ditaruh di pangkuan, layar 13 inci ini bisa dimanfaatkan untuk nonton apa saja secara full screen, karena rasio layar 16:9-nya memang disesuaikan dengan format wide standar video.
 
Karenanya, setiap ikut berlayar sang legenda, saya serasa membawa TV portable yang bisa dipakai nonbar mini dengan penumpang lain, termasuk kru kapal yang sedang tidak bertugas. 

 ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com


 
Canggihnya teknologi ASUS OLED yang menjadikan tampilan warna pada layar menjadi lebih jernih, detail, fokus dan akurat tanpa efek nge-blur pada tingkat kecerahan yang rendah sekalipun, menjadikan semua kru kapal yang sebagian besar memang sudah saya kenal baik, seperti ketagihan nonton bareng  dengan menggunakann tablet ASUS Vivobook 13 Slate OLED.
 
Tidak hanya itu! Dengan kecepatan respon mencapai 0,2 milisecond response time, menjadikan Layar OLED laptop ini sangat responsif. Begitu juga dengan ASUS Pen 2.0 alias pena stylus-nya yang punya 4096 tingkat sensitivitas tekanan, 5-350 gr bobot sentuh di ujungnya, dan 266Hz sampling rate, juga tidak kalah sensitif!

Kerennya lagi, ujung pena ASUS Pen 2.0 ini selain bisa diganti dalam empat pilihan, layaknya pensil dengan ukuran tingkat kehitaman  2H, H, HB dan HB, juga memiliki fungsi digital untuk beberapa operasi, seperti melakukan screenshot atau beralih halaman ketika melakukan presentasi dengan media konektor bluetooth, sehingga sangat membantu saya saat mengajar secara live.
 
Memang, mereka tidak tahu menahu dengan "fakta" ASUS Vivobook 13 Slate OLED yang telah mendapatkan sertifikasi TÜV Rheinland untuk kenyamanan dan kesehatan mata berkat teknologi eye care, begitu juga validasi PANTONE Cinema Grade 100% DCI-P3 untuk akurasi warna, serta dukungan teknologi Dolby Vision plus sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500 untuk kontras maksimal.
 
 
ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com

 
Tapi mereka melihat dan merasakan sendiri bagaimana keandalan visual teknologi ASUS OLED dan juga kedahsyatan sistem audio dari perangkat tablet dan laptop hybrid pengusung empat speaker (quad-speaker) yang mendukung Dolby Atmos, sistem amplifier cerdas yang memberikan suara yang lebih kaya, jernih dan tentunya bebas distorsi. 
 
Begitu juga dengan kualitas konektifitas internetnya yang dibekali WiFi 6 (802.11ax), menjadikan streaming nonton bola rame-rame dan kebutuhan daring lainya menggunakan ASUS Vivobook 13 Slate OLED relatif lebih mulus, sekalipun sambil berlayar menuju pedalaman huli Sungai Barito.
 
Biasanya, kami nonbar mini sesaat selepas makan malam atau selepas shalat Isya di dek paling atas yang masih menyisakan ruang agak lapang. Kalau kebetulan ada siaran langsung sepakbola dan kebetulan dapat sinyal bagus, maka kami pasti nonton bola, tapi kalau keduanya tida ada, maka kami biasa nonbar film yang filenya memang sengaja saya siapkan dari rumah.
 
Layar ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com

 

Keseruan saya bersama penumpang KM. Pancarmas 2 lainnya yang melibatkan ASUS Vivobook 13 Slate OLED selama perjalanan, tidak sebatas nonbar alias nonton bareng saja, banyak juga yang lainnya.
 
Salah satu diantaranya  yang begitu epic adalah ketika berhasil menolong membelikan token listrik salah satu penumpang untuk rumah dan tokonya di pasar Kota Muara Teweh yang kebetulan hampir kehabisan, melalui internet banking salah satu bank nasional dengan menggunakan laptop ASUS Vivobook 13 Slate OLED.

Uniknya, siapa sangka "bisnis akhirat" yang awalnya hanya bermaksud menolong tersebut justeru menjadi pintu masuk pada "bisnis dunia" yang sebenarnya.
 
Ternyata, bapak yang saya tolong tidak hanya memberi imbalan lumayan besar selain nilai transaksi untuk token-nya, yang menurut beliau untuk mengganti kuota internet, tapi juga menyebarkan "pertolongan saya" tersebut kepada penumpang lain dan diluar dugaan saya, efeknya sangat luar biasa!
 
Sejak saat itu, setiap ada penumpang dan juga kru kapal yang kehabisan pulsa handphone, kuota internet, token listrik bahkan bayar BPJS, cicilan pembiayaan dan lain-lainnya pasti mendatangi saya, hingga orderannya sampai menumpuk. 
 
Nah, ini dia yang saya sebut sebagai berpetualang ke Pedalaman Hulu Sungai Barito, "Bisnis" Tetap Jalan dengan ASUS Vivobook 13 Slate OLED di Tangan.
 
 
Banjarmasin, 300622


Sabtu, 25 Juni 2022

Di Jepang Saya Melihat Islam, Tapi Tidak Melihat Muslim!

 

Budaya Bersih, Rapi dan Indah di Jepang | goodfon.com

"Di Jepang Saya Melihat Islam, Tapi Tidak Melihat Muslim!"

Begitulah pernyataan Ustadz Rahman dalam sebuah majelis tausiah dan diskusi ba'da Subuh di salah satu sudut masjid di komplek perumahan kami di Kota 1000  Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Sudah pasti, pernyataan ustad muda yang baru saja menamatkan pendidikan doktoralnya di salah satu universitas terkemuka di negeri matahari terbit itu memantik rasa penasaran sekaligus berhasil mengumpulkan kesadaran kami semua, jamaah Subuh yang tadinya masih ada yang terkantuk-kantuk.

Bahkan menurut sang ustadz, ternyata fakta fenomenal terlihatnya cahaya Islam, tanpa adanya terlihat muslim (baca : umat Islam) tidak hanya ada di Jepang saja, tapi ada di banyak negara yang uniknya justeru bukan negara yang secara tradisional identik atau punya latar belakang Islam.

Artinya bukan tidak mungkin di sebuah kawasan tertentu, bisa negara, propinsi, kabupaten, kecamatan sampai di kampung-kampung  yang jelas terlihat muslimnya, banyak lagi! Tapi Islamnya justeru tidak tampak! Nah lho ...

Shalat di Masjid Jami Banjarmasin | @kaekaha

Islam Tanpa Muslim

Trigger pembuka tausiah dan diskusi pagi dari si ustad diatas, sepertinya terinspirasi dari ungkapan cendekiawan Mesir, Muhammad Abduh (1849-1905)

"Dzahabtu ilaa bilaad al-ghorbi, roaitu al-lslam wa lam ara-al-muslimiin. Wa dzahabtu ilaa bilaad al-'arobi, roaitu al-muslimiin, wa lam aro al-lslam"yang maknanya adalah "Aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam".

Ungkapan Muhammad Abduh diatas didasari pengalamannya selama tinggal di Prancis, negeri sekuler di belahan Eropa yang warganya sangat disiplin, ramah dan humble, juga lingkungannya tampak begitu rapi, bersih dan teratur, sangat berbeda dengan Mesir, tanah kelahirannya yang mayoritas penduduknya beragama Islam. 

Ternyata, ungkapan si ustad memang bukan isapan jempol semata! Seperti ingin membuktikan ungkapan Muhammad Abduh, Scheherazade. S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington University  pada 2010-2014  melakukan penelitian sosial dengan tema "How Islamic are Islamic Countries?" level negara.

Dan hasil penelitiannya benar-benar menunjukkan fakta unik  sekaligus mengejutkan. Dari total 208 negara yang diteliti, ternyata justru negara-negara yang tidak identik dengan Islam yang menempati posisi teratas sebagai negara yang Islami. 

Lantas dimana posisi negara-negara yang secara tradisional identik dan juga mempunyai latar belakang keIslaman yang kuat? Uniknya, sebagian besar negara-negara yang secara tradisonal berlatar belakang Islam, justeru justeru menempati posisi bawah. Sekedar informasi, Arab Saudi di posisi ke-131 dan Indonesia di posisi 140.

 

Umat islam sedang Beribadah Shalat Ied di Jalanan | @kaekaha

Pelajaran dari Indeks Kota Islami

Khusus di Indonesia, Maarif Institut sebuah lembaga yang berkonsentrasi pada dunia keislaman, keindonesiaan dan kemanuasiaan juga melakukan penelitian yang kurang lebih mirip dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Scheherazade. S Rehman dan Hossein Askari, tapi dengan ruang lingkup penelitian hanya di Indonesia.

Penelitian bertajuk Indeks Kota Islami yang dilakukan pada awal 2016 tersebut, juga menghasilkan sebuah konklusi yang tidak jauh berbeda dari hasil penelitian tim dari The George Washington University diatas, dimana kota-kota dengan indeks Islami teratas justeru bukan kota atau daerah yang secara tradisional identik atau mempunyai kultur keIslaman yang diakui secara umum.

Dan yang paling menarik adalah fakta terpilihnya Kota Denpasar di urutan ke-3 teratas sebagai Kota Islami, meskipun fakta terpilihnya Kota Yogyakarta dan Bandung yang masing-masing menempati posisi pertama dan kedua, juga tidak kalah menarik perhatian.

Seperti kita ketahui, ketiga kota diatas kecuali Denpasar yang memang paling unik, karena mayoritas penduduknya justeru beragama Hindu, mayoritas penduduk Kota Yogyakarta dan Bandung sama-sama beragama Islam, tapi secara umum bukanlah kota yang dikenal identik dengan Islam. Jika Jogja dikenal sebagai kota pariwisata, kota pelajar dan juga pusatnya perdaban budaya Jawa, maka Bandung sebagai kota fashion, musik dan industri.

Memang, temuan data yang termasuk unik sekaligus mengejutkan dalam penelitian ini, sifatnya tetap debatable. Artinya, siapapun yang berkepentingan dan mempunyai kompetensi, tetap bisa menguji sekaligus mengkaji validitas hasil penelitian tersebut.

Bermaaf-maafan Berpelukan | bandbajabarat.com

 

Saatnya Ber-muhasabah

Tapi apapun itu, fakta dibalik ungkapan Muhammad Abduh, hasil penelitian Scheherazade. S Rehman-Hossein Askari dan juga hasil penelitian Maarif Institut yang mempunyai benang merah, jelas sebuah warning, sebuah kode keras untuk umat Islam. Sudah saatnya umat Islam melakukan otokritik sekaligus ber-muhasabah,  introspeksi diri! 

Menurut ustad Rahman, hasil penelitian ini semakin menunjukkan bahwa Islam sebagai way of life sepertinya masih sebatas retorika di lingkungan orang Islam sendiri, sebagian besar dari kita menurut beliau masih memahami Islam sebatas ritus belaka.

Padahal sejak 14 abad yang lalu, menurut beliau Islam sudah hadir sebagai guidance book versi komplit untuk seluruh umat manusia. Melalui Rasulnya Muhammad SAW, sosok manusia paling sempurna yang pernah diciptakan-Nya, sosok yang sarat suri tauladan bagi seluruh umat, Islam diturunkan sebagai  way of life yang komprehensif.
 
Secara gamblang dan detail, Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari yang paling umum seperti tematik ibadah, muamallah, dasar-dasar sains sampai hal-hal kecil seperti cara melepas sandal dan urutan memotong kuku sampai adab ketika menemukan uang di jalan.

Memang, kita tidak bisa memastikan darimana asal-muasal budaya disiplin, ramah, humble juga perilaku hidup bersih, rapi dan tentunya etos kerja yang luarbiasa itu bisa melekat di masyarakat Jepang atau Perancis seperti ungkapan Muhammad Abduh diatas, tapi yang jelas Islam telah mengajarkan itu semua sejak ribuan tahun silam dan faktanya, itulah yang menjadi dasar kesuksesan negeri-negeri tersebut menjadi negeri yang maju di segaa bidang.

Umat Islam | @kaekaha

 

Otokritik dan Islam KTP

Menurut Ustad Rahman, otokritik paling relevan dalam menyikapi hasil penelitian-penelitian diatas, muaranya adalah fakta kita yang sedang dalam krisis identitas, karena semakin menjauh dari keteladanan Rasulullah SAW. 

Jangankan meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah SAW yang kita kenal, seperti siddiq, amanah, fathanah dan tabligh, sekarang kita justeru merasa asing  atau jangan-jangan malah antipati dengan istilah-istilah bahasa Arab yang maknanya adalah jujur, bisa dipercaya, cerdas dan menyampaikan tersebut. Iya apa iya?

Sekarang kita seperti lupa atau tepatnya melupakan mulianya akhlak Rasulullah yang bersumber dari Alquran, seperti disebutkan dalam hadis riwayat Muslim, ketika seorang Hisyam bin Amir bertanya kepada Aisyah RA, tentang akhlak Rasulullah yang dijawab beliau "Akhlak Rasulullah adalah Aquran".  Maknanya, sifat-sifat mulia Rasulullah diatas merupakan bagian dari akhlak Alquran.

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. 

(Al Ahzab : 21)

Nah menurut Ustad Rahman, jika kita semakin jauh dari sumber keteladanan yang akhlaknya bersumber dari Alquran tersebut, bisa dipastikan kita juga akan semakin jauh dari Alquran-Alhadis dan itu sama saja dengan semakin jauh dari Islam itu sendiri. Inilah yang akhirnya memunculkan fenomena unik yang sering kita kenal sebagai Islam KTP. 

Bagaimana mungkin kita dekat dengan Alquran-Alhadis dan meneladani Rasulullah, tapi tetap tidak melaksanakan syariat yang dituntunkan beliau. Itu artinya, kita masih tidak jujur, tidak amanah, tidak cerdas dan kalau sudah begitu bagaimana kita mau saling menasihati dalam kebaikan.
 

Padahal sifat jujur, amanah, cerdas dan tanggap saling menasihati dalam kebaikan merupakan modal dasar atau bekal utama untuk menjadi sosok (muslim) dewasa yang berakhlak, bertanggung jawab dan berintegritas. Inilah kuncinya! Inilah yang menjadikan bangsa Jepang, Prerancis atau mungkin Singapura bisa maju pesat dan jauh lebih superior.  Wallahu A'lam Bishawab

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, 

Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Ini artikel ke-4 dari total 12 artikel khusus Ramadan 2022 yang terpilih menjadi pemenang utama event Samber THR 2022 di Kompasiana dengan hadiah uang tunai sebesar 3 juta rupiah dan artikel ini tayang di Kompasiana pada 13 April 2022  jam  16:32 WIB (klik disini untuk membaca).

Poster Pengumuman Pemenang | Kompasiana.com

 

 

 

"You Come to My Senses" Mengabadikan Kisah Kasmaran Remaja 90-an ala Band Chicago

 

Aksi Panggung Chicago | www.unthsc.edu


You come to my senses
Everytime I close my eyes
I have no defenses

You come to my senses
I can't stop this ache inside
I have no defenses
You come to my senses

Bagi yang pernah berkesempatan merasakan masa remaja di awal-awal 90-an, apalagi saat itu tengah merasakan sensasinya mabuk kepayang karena sedang kasmaran pada seseorang alias jatuh cinta, sepertinya sulit untuk tidak mengenali sepenggal lirik puitis, reffrain dari lagu berjudul You Come To My Senses diatas.

Komposisi lagu cinta dengan beat-beat kalem nan romantis yang mudah dikenali sekaligus dinikmati, karena sentuhan aransemen yang easy listening khas lagu-lagu cinta (apalagi bagi yang sedang mabuk kepayang) tersebut, merupakan racikan cerdas dari para punggawa salah satu band legendaris dari negeri Paman Sam yang konon juga favorit presiden-presiden Amerika, Chicago.


 Diawali intro sederhana dengan sound menenangkan yang sarat dengan sentuhan romantis, permainan keyboard dari duo keyboardist Chicago, Bill Champlin dan Robert Lamm yang ditingkahi dengan petikan gitar Dawayne Bailey yang sejatinya memang ruh pada aransemen lagu ini, langsung hadir layaknya "hidangan pembuka" yang begitu menggoda.

Berselang beberapa detik kemudian, atmosfer romantis terbangun semakin dramatis ketika Jason Scheff, sang bassist yang juga merangkap sebagai vokalis utama band, mulai take vocal mengisi ruang kosong dalam lagu dan klimaksnya, tentu saja ketika nyanyian putra mendiang Elvis Presley yang juga bersuara emas ini mulai memasuki reffrain lagu, 

    Duh ... sampai disini perasaan biasa teraduk-aduk!

Setiap mendengarkan lagu ini, ingatan kolektif terkait romansa masa remaja di era 90-an dulu seperti kembali terputar secara otomatis, hingga kadang-kadang membuat saya geli sendiri jika mengingat beragam kekonyolan yang terjadi begitu saja.

Dulu, kalau mendengar lagu yang masuk dalam album Twenty 1 dan rilis pada 29 Januari 1991 atau lebih dari tiga dekade silam ini, biasanya kalau tidak salah dari Radio DCS, satu-satunya stasiun radio FM di Madiun saat itu, saya langsung memilih masuk kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.

Saya langsung mematut diri seolah-olah sedang diatas panggung menggantikan posisi Jason Scheff menyanyikan lagu ini sambil memanggul electric bass, tepat di depan gadis pujaan. Duuuuh berjuta-juta rasanya!

Personil Chicago di Album Twenty 1 | ontheroadagain1970.com

Sambil mengayunkan badan layaknya gerakan slow motion mengikuti beat lagu yang memang selow, untuk menikmati peran menggantikan posisi Jason Scheff ini secara maksimal, biasanya saya akan menyanyikan bait demi bait lirik romantis dari lagu You Come To My Senses ini, terutama di bagian reffrain-nya dengan memejamkan mata dan uniknya, disaat-saat seperti itu, saya selalu merasa "si dia" ada di hadapan saya, ikut menikmati "pentas" saya.

"Si dia" ikut menyanyikan lagu gubahan duo penulis lagu kawakan, Billy Steinberg dan Tom Kelly ini dengan suara lirih dan juga dengan mata terpejam. Duuuuh, di saat-saat seperti itulah, saya merasa dunia serasa milik berdua dan yang lain biar aja ngontrak! He...he...he...  

Tidak hanya itu, setiap mendengar lagu You Come To My Senses ini, juga ada muncul sensasi lain yang tidak kalah unik dan sepertinya harus saya ceritakan, karena generasi sekarang sepertinya tidak akan pernah merasakannya!

Cover Album Twenty 1 | ontheroadagain1970.com




Ini bukan terkait materi lagu, tapi lebih pada alat atau media untuk mendengarkan lagu yang saat itu hanya berupa  radio. 

Mendengar lagu di radio tidak mungkin bisa diulang seperti layaknya memutar lagu memakai kaset pita di mesin tape recorder atau mungkin tinggal playback menggunakan aplikasi musik jaman sekarang, karenanya setiap detik lagu favorit yang berputar, harus benar-benar dinikmati semaksimal mungkin. Ini dia sensasi unik yang ngangeni itu!

Oya, sekedar informasi saja, lagu You Come To My Senses, album Twenty 1 ini dan juga band Chicago ini sangat unik lho!  

Meskipun lagu ini tergolong salah satu lagu hit legendaris Chicago, tapi lagu ini relatif jarang bisa ditemukan di album-album lagu pilihan atau greates hits, hingga relatif sulit dicari copy album resminya, kecuali beruntung bertemu dengan copy album Twenty 1-nya langsung yang aslinya tentu sudah sangat langka.

Album kaset The Chicago Story | @kaekaha


Dari beberapa album resmi greates hits-nya Chicago sendiri yang kebetulan saya koleksi, hanya album complete greatest hits  dalam bentuk double cassete dengan judul The Chicago Story, rilisan tahun 2002 dari warner dan Rhino yang memuat lagu You Come To My Senses ini.

Sedangkan di album greatest hits dari various artist atau album keroyokan beragam artis/band, jangan harap bisa menemukannya. Karena sampai sekarang, sayapun belum pernah sekalipun menemukannya. Entahlah apa sebabnya, atau mungkin ini yang menjadikan lagu ini sangat spesial!?

Sedangkan sisi unik album Twenty 1 ini adalah judulnya itu sendiri. Twenty 1 yang artinya dua puluh satu, ternyata ini bukanlah merujuk pada urutan album. Jadi album Twenty 1 ini bukanlah album ke-21 Chicago, tapi justeru album studio ke-17 band yang diawal berdirinya bernama The Big Thing, Chicago Transit Authority dan terkahir disingkat menjadi Chicago saja.

Sebenarnya, secara keseluruhan "saat itu, saat masih suka jatuh cinta", saya tidak terlalu suka dengan band yang telah puluhan kali ganti formasi personil dan luar biasanya pada 2016 silam masuk dalam Rock and Roll Hall of Fame ini.

Selain karena adanya brass section alias instrumen alat tiup "permanen" dalam band yang menurut saya saat itu bunyi-bunyiannya "nggak nyetel" dengan telinga saya, saat itu juga, saya sedang gandrung berat sama sound-sound garang ala musik rock yang tentunya lebih menggairahkan, juga heavy metal, hardcore, alternatif dan musik-musik keras lainnya yang saat itu sama-sama sedang berebut panggung "memeriahkan" musik 90-an yang memang luar biasa banyak ragam jenis dan juga sempalan-sempalannya.

Mungkin karena sedang jatuh cinta kali ya, hingga You Come To My Senses bisa menerobos ruang hati saya ... Entahlah!


 

Naaaaah! Bagi anda yang sekarang sedang mabuk kepayang atau sedang kangen atau merindukan siapa saja (asal jangan isteri atau suami orang ya ...he...he...he...), sepertinya boleh lah resep diatas dicoba!


Sekali lagi,  di bagian reffrain lagu, jangan lupa menikmatinya dengan memejamkan mata sambil menghadirkan "si dia" di hati, pikiran dan di pelupuk mata. Dijamin sensasinya akan mengenyangkan ....eh menenangkan...! He...he...he...

 

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Artikel ini juga diposting di Kompasiana pada 05 Maret 2022   13:24 WIB







Kamis, 23 Juni 2022

Matematika Sedekah, Rumus Keberkahan dan Kesejahteraan Hidup di Dunia dan Akhirat

 

Indahnya Berbagi | berbagilistrik.org

Matematika Sedekah

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih/biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

(QS. Al-Baqarah : 261)

 

Allah SWT menggambarkan keutamaan sedekah dalam sebuah "kalimat matematika" yang sangat indah dan super jenius dalam QS. Al Baqarah ayat 261. Sederhana, tapi tetap logis dan empiris hingga mudah difahami. 

Secara tersurat Allah SWT menyebutkan (sifat keberkahan) dari sedekah itu ibarat sebutir benih atau biji yang tumbuh menjadi sepokok tumbuhan dengan tujuh tangkai yang masing-masing menghasilkan 100 buah.

Maknanya, setiap harta yang kita sedekahkan atau dinafkahkan di jalan Allah SWT itu akan dilipatgandakan menjadi 700 kali lipat. Angka 700 didapat dari, perkalian dari perumpamaan jumlah tangkai (7) yang berasal dari (1) biji di kalikan banyaknya buah di masing-masing tangkai (100).

(Dan Allah tentunya bisa melipatgandakan) lebih banyak dari itu lagi (bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya (lagi Maha Mengetahui) siapa-siapa yang seharusnya beroleh ganjaran yang berlipat ganda itu, termasuk waktunya. 

Penjelasan QS. Al Baqarah ayat 261, sungguh menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah SWT kepada kita semua, makhluk-Nya. Dengan kuasa-Nya, Allah SWT yang Mahasuci telah berketetapan untuk memberikan keberkahan yang luar biasa kepada yang bersedekah dengan nilai balasan yang sangat fantastis, tapi secara matematis tetap sangat logis dan empiris. Masih ragu bersedekah?

Semua ini perkara mudah bagi Allah SWT!  Selain rumusan"kalimat matematika sedekah"-nya yang sangat masuk akal, obyek perumpamaan Allah SWT dalam QS. Al Baqarah : 261 itu pun secara faktual banyak sekali ada di sekitar kita!

Bukankah banyak sekali tanaman di sekitar kita yang memang tumbuh hanya dari sebutir biji, kemudian bisa tumbuh subur dengan mempunyai banyak tangkai (apalagi cuma tujuh tangkai saja) dan pada masing-masing tangkai bisa menghasilkan seratus buah!? Ada yang tahu, kira kira buah atau tanaman apa saja?

Karunia Allah SWT pada Tanaman Kopi | tamantropis.com

Keutamaan Sedekah

"Dan berinfaklah kamu (bersedekah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik".

(QS. Al-Baqarah ayat 195)

Ajaran Islam sangat menganjurkan umatnya untuk melazimkan berbuat baik, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan juga saling berbagi atau bersedekah dalam keadaan apapun dan kepada siapapun, terutama kepada yang sangat membutuhkan. 

Tidak hanya matematika sedekah seperti dalam QS. Albaqarah : 261 atau anjuran bersedekah di QS. Albaqarah : 195, 271, 274 atau juga QS. Saba ayat 39 dan QS Hasr ayat 9  saja, di dalam Alquran dan Alhadits banyak sekali terdapat nas-nas yang bisa dijadikan hujjah terkait keutamaan amaliah sedekah ini.

Bahkan di dalam QS. Al Munafiqun ayat 10 Allah SWT mengungkap dengan jelas bagaimana penyesalan mendalam para ahli kubur alias orang-orang yang telah meninggal yang tidak sempat bersedekah.

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian) ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh".

Sedangkan dalam QS. Adz-Dzaariyat : 19, secara lugas dan tegas Allah SWT menyampaikan "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian". 

Inilah "klausul" sedekah yang berlaku untuk konsep zakat yang sifat hukumnya wajib, tapi tetap saja hanya berlaku bagi orang-orang yang memenuhi syarat. Inilah salah satu fakta adilnya Islam. Indah bukan?

Dari himpunan hadis sahih, ada beberapa yang mengungkap keutamaan sedekah seperti terbebas dari panasnya alam kubur dan hari kiamat, bala atau bencana, mengobati penyakit, mendapatkan pertolongan, kemenangan dan rizki Allah,  

Untuk itulah, dalam Islam dikenal konsep zakat, infak dan sedekah guna mengakomodir anjuran untuk melazimkan berbuat baik, tolong menolong dalam kebaikan dan juga saling berbagi atau bersedekah. 

Jika zakat wajib dikeluarkan oleh muslim yang memang memenuhi syarat, maka infak dan sedekah hukumnya sebatas sunnah.

MalaikatMendoakan Orang Bersedekah | yufid.tv

Hukum Sedekah

Kalau diperhatikan, sebenarnya sedekah termasuk bentuk amal ibadah yang sangat unik! Bagaimana tidak, meskipun Allah SWT banyak sekali memberikan tuntunan terkait keutamaan dan juga faedahnya, tapi uniknya hukum asal sedekah tetaplah sunnah atau dianjurkan saja bukan wajib. 

Tapi luar biasanya, dalam aplikasinya hukum sedekah justeru bersifat kondisional alias tergantung situasi dan atau latar belakang, baik dari sisi yang bersedekah, obyek sedekah dan juga pihak yang diberi sedekah.

Begini penjelasannya,

Pertama, hukumnya wajib. Jika dalam situasi darurat, baik  pada seseorang atau bisa juga makhluk hidup lainnya. Jika tidak diberi sedekah bisa menyebabkan situasi darurat semakin gawat bahkan fatal. Bisa jadi menyebabkan kematian atau bentuk kegawatan lain seperti penyakitnya semakin parah. Sedangkan kita mempunyai kemampuan untuk menolongnya.

Ketiga, hukumnya makruh. Jika obyek yang akan disedekahkan ternyata tidak diperlukan, tidak sesuai dengan spesifikasi, rusak hingga tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan. 

Keempat, hukumnya haram. Jika obyek sedekah adalah barang haram, baik haram zatnya, maupun cara memperolehnya. Juga haram jika obyek sedekah dimaksudkan untuk kejahatan dan maksiat. 

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,

Banjarmasin nan Bungas!

 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

 

Ini artikel ke-10 dari total 12 artikel khusus Ramadan 2022 yang terpilih menjadi pemenang utama event Samber THR 2022 di Kompasiana dengan hadiah uang tunai sebesar 3 juta rupiah dan artikel ini tayang di Kompasiana pada 27 April 2022  jam  21:56 WIB (klik disini untuk membaca).

Poster Pengumuman Pemenang | Kompasiana.com

 

 

 

.

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 12 Juni 2022

Inspirasi Berbagi dari Siklus Alami Tubuh Kita

Indahnya Berbagi | berbagilistrik.org

Efek alamiah pada tubuh yang paling kita rasakan, ketika menjalankan ibadah puasa adalah munculnya rasa lapar dan haus. Kedua kebutuhan fisiologis kita tersebut akan tertunaikan ketika kita berbuka puasa seiring terbenamnya matahari atau kumandang azan Maghrib bergema di angkasa.

Sesuai dengan tuntunan Rasulullah, ketika berbuka puasa-pun, kita tidak dianjurkan untuk langsung "balas dendam" dengan langsung menghabiskan semua makanan diatas meja makan, apalagi hidangan yang termasuk golongan "makanan berat". Kenapa begitu?

Intinya, agar tubuh kita, khususnya alat pencernaan kita "tidak kaget" menerima asupan makanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba. Perlu diingat, selama kita berpuasa seharian penuh, semua organ tubuh yang menjadi jalur jalannya pengolahan makanan dalam tubuh, juga beristirahat.

Jadi, apabila kita akan "mempekerjakan mereka kembali", sebaiknya kita juga perlu memberi mereka waktu untuk  "pemanasan" dulu, sampai mereka semuanya siap bekerja. Persis seperti kita pas mau olahraga, apa jadinya kalau tidak melakukan persiapan atau pemanasan lebih dulu, rentan cedera bukan?

Setelah kita berbuka puasa dengan cukup, hingga kita bisa menegakkan badan, maka selanjutnya kita wajib menjalankan ibadah-badah wajib seperti yang telah ditentukan oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW, berikut sunnah-sunnah yang diajarkan beliau.

Nanti, setelah makanan buka puasa kita yang ada di dalam perut diproses menjadi beragam zat melalui proses metabolisme (pengolahan makanan), maka zat-zat yang diperlukan tubuh secara otomatis juga akan diserap oleh tubuh. 

Sedangkan, zat-zat sisa proses metabolisme yang tidak berguna yang biasa kita sebut sebagai kotoran, secara alami akan "dikeluarkan" atau dibuang tubuh melalui mekanisme yang kita kenal sebagai ekskresi yang melibatkan beberapa organ tubuh, seperti ginjal, hati, kulit, usus besar dan paru-paru dalam bentuk urine (air kencing), feses (tinja), keringat, dan karbon dioksida (CO2) dalam pernapasan . 

Jadi pelajaran berharganya adalah secara gamblang , Allah SWT mengajari kita sebuah hikmah dari siklus alami tubuh kita sendiri selama menjalani ibadah puasa. 

Faktanya, ternyata tubuh kita "tidak mengambil semua" zat hasil proses metabolisme yang bersumber dari semua makanan yang masuk melalui mulut kita, tapi tubuh juga "wajib" mengelurakan, wajib membuang semua sisa-sisa pengolahan makanan yang kita sebut sebagai kotoran tersebut. Ini yang membuat kita sehat wal afiat seperti sekarang!

 Coba bayangkan, apa jadinya kalau tubuh kita tiba-tiba enggan "mengeluarkan" sisa-sisa kotoran tersebut?

Inilah inspirasi untuk berbagi, berinfaq, bersedekah, berzakat atau apapun namanya yang bisa kita petik dari siklus alami tubuh kita sendiri, fakta hukum alam yang mangajari kita tentang keutamaan "mengeluarkan" kembali sebagian "pemasukan" kita.  

Dalam konteks ini yang kita maksudkan tentu "mengeluarkan" rezeki yang dititipkan Allah SWT kepada kita (baca : berbagi), kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. Karena, itu juga akan "menyehatkan" kita saudaraku!

Semoga Bermanfaat!

"Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1443 H"

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Ini artikel ke-3 dari total 12 artikel khusus Ramadan 2022 yang terpilih menjadi pemenang utama event Samber THR 2022 di Kompasiana dengan hadiah uang tunai sebesar 3 juta rupiah dan artikel ini tayang di Kompasiana pada 10 April 2022  jam  15:43 WIB (klik disini untuk membaca)

"Guru dan Tuan Guru", Gelar Kehormatan untuk Alim Ulama Panutan ala Urang Banjar


"Abah" Tuan Guru Sekumpul | Karimah IR via NU online 


 "Inilah Indonesia, negeri elok dengan beragam tradisi, budaya dan bauran kehidupan sosial yang tiada duanya di muka bumi!"  

Ungkapan diatas memang bukan isapan jempol semata, karena secara faktual nusantara kita memang benar-benar tempat tumbuh dan berkembangnya beragan etnis berikut entitas budaya yang sangat beragam. Itulah sebabnya para founding father kita, akhirnya merasa perlu menyematkan sesanti alias semboyan Bhinneka Tunggal Ika pada lambang negara kita, sebagai spirit untuk menjaga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara Indonesia.

Salah satu bukti keragaman tradisi dan budaya nusantara kita yang sudah barang tentu merupakan bentuk kearifan lokal yang selalu menghadirkan sisi unik, menarik dan pastinya bikin penasaran, datang dari bumi Urang Banjar di Kalimantan Selatan yang terletak di bagian tenggara Pulau Kalimantan atau ada juga yang menyebutnya sebagai Borneo.

Jika anda pernah berjalan-jalan ke Kalimantan Selatan atau setidaknya ke Kota 1000 Sungai alias Kota Banjarmasin, tentu anda akan dengan mudah menemukan satu cirikhas sosiokultur Urang Banjar yang begitu mudah terlihat, meskipun hanya sekilas saja anda melihat atau memandangnya, yaitu sungai dan Islam.

Khusus untuk Islam atau Agama Islam, memang sudah menjadi rahasia umum, kalau Kalimantan Selatan yang menjadi wadah-nya (tempat tinggal) Urang Banjar merupakan salah satu kawasan di nusantara yang sejak lama dikenal mempunyai ikatan sejarah dan budaya yang begitu kuat dengan ajaran Islam, hingga  diantara keduanya saling berpilin dan berkelindan satu sama lain.

Jika dulu sejarah mencatat, sosok Syekh Muhammad Arsyad Albanjari atau Datu Kalampaian (1710–1812), mufti Kesultanan Banjar pernah berjasa "mencerahkan" umat Islam nusantara dengan karya-karya kitab fikih-nya, bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Thailand dan negeri tetangga lainnya, maka sekarang ribuan masjid dan langgar/mushalla yang berdiri di berbagai sudut kota, setidaknya bisa membantu menjelaskan bagaimana hubungan Urang Banjar dengan Islam.

    ... dan yang paling aktual, sampai detik ini daftar tunggu haji di Kalimantan Selatan masih menjadi yang terlama di Indonesia, yaitu sekitar 40 tahun. Naaaah, kenapa coba bisa lama begitu?

Guru Danau atau KH. Asmuni dari Danau Panggang, Hulu Sungai Utara | IG Infoladuni

 
"Guru dan  Tuan Guru" Panutan

Semua pasti mafhum, Agama Islam memang menjadi keyakinan mayoritas masyarakat nusantara, tapi sepertinya masih banyak diantara kita yang belum menyadari, jika akulturasi tradisi dan budaya Islam sebagai bagian dari ajaran Islam itu sendiri dengan berbagai budaya nusantara, seperti yang terjadi di lingkungan Urang Banjar, juga menurunkan beragam budaya baru yang turut memperkaya keragaman budaya nusantara. 

Salah satunya adalah sebutan "Guru" dan gelar "Tuan Guru" di lingkungan Urang Banjar. Jika dalam bahasa Indonesia (KBBI), kosa kata guru dimaknai sebagai orang yang pekerjaanya atau mata pencahariannya mengajar, maka kosakata guru dalam pemahaman urang banjar (dalam bahasa Banjar) mempunyai dua makna.

Makna pertama sama persis dengan makna umum dalam bahasa Indonesia, sedangkan makna kedua merupakan gelar kehormatan sekaligus sebagai bentuk pengakuan masyarakat Banjar kepada seseorang yang mempunyai ilmu agama Islam, sehingga karena keilmuannya, orang tersebut biasanya secara otomatis juga menjadi panutan masyarakat.

Uniknya, makna panutan yang melekat kepada sosok  guru dan atau tuan guru disini, dalam perjalanannya tidak sekedar panutan dalam konteks ilmu keagamaan saja (melalui tarbiyah, dakwah ataupun ceramah-ceramah beliau terkait akidah, keimanan dan keislaman), tapi juga panutan masyarakat dalam arti yang lebih luas dan umum. Biasanya, si tuan guru  juga ditokohkan atau dituakan dilingkungan tempat tinggalnya.

Foto Poster Beberapa Tuan Guru dari Kalimantan Selatan | Pinterest/Aqiel Abdurrani

 

Mungkin, gelar guru dan atau tuan guru di lingkungan masyarakat Banjar ini setara atau relevan dengan gelar kiai yang tersemat pada para alim ulama di Pulau Jawa.

    Pada dasarnya, secara tradisional, Urang Banjar memang tidak mengenal istilah kiai, ustad, assatid dan istilah-istilah lain yang merujuk kepada seorang yang mempunyai ilmu atau keilmuan dalam agama Islam yang sebenarnya lazim dipakai umat Islam di bagian lain nusantara. Jadi jangan kaget, kalau istilah "kiai" atau "kiai haji" sekalipun tidak begitu populer di lingkungan Urang Banjar.  


Memang sih, seiring dengan semakin massive dan beragamnya media syiar Islam, istilah-istilah seperti kiai, kiai haji, ustad, assatid dan lainnya, belakangan mulai muncul di lingkungan masyarakat Banjar dan perlahan-lahan mulai di pakai oleh sebagaian kalangan. Tapi sejauh ini, tetap saja belum bisa menggeser pamor dari gelar lokal guru dan atau tuan guru yang aslinya berasal dari bahasa Sansekerta dan telah diadopsi sejak berabad-abad silam.

Secara umum, sebutan guru biasanya dipakai ketika menyebut para alim ulama dalam obrolan tidak resmi. Umumnya, dalam penyebutannya kata guru akan diikuti dengan penyebutan nama sebutan atau nama panggilan, bahkan bisa juga asal daerah kediaman si tuan guru. Naaaah unik bukan?

Sedangkan penyebutan gelar Tuan Guru secara lengkap, umum dipakai dalam acara formal dan biasanya selalu diikuti dengan nama lengkap tuan guru yang disebut.

Misalkan, jika anda menyebut nama Kiai Haji Zaini Abdul Ghani (Alm.), sepertinya tidak semua Urang Banjar yang mendengarnya langsung menyadari siapa sosok yang menjadi topik pembicaraan. 

Gambar/Foto Tuan Guru Zaini Abdul Ghani di Dinding Sebuah Warung Bakso di Banjarmasin | @kaekaha

 Tentu ini akan berbeda 180 derajat, jika dalam pembicaraan anda menyebut Tuan Guru Zaini Abdul Ghani atau lebih familiar lagi dengan sebutan Guru Izai atau Guru Sekumpul  nama populer beliau di berbagai kelas masyarakat Banjar. Nama Sekumpul di belakang gelar guru, didasarkan pada nama kampung beliau tinggal yaitu di kawasan Sekumpul, Martapura.

Sekedar informasi, Tuan Guru Zaini Abdul Ghani (alm) adalah ulama kondang dan berpengaruh di Kalimantan Selatan yang semasa beliau hidup, kajian atau ceramahnya selalu dibanjiri jamaah dari segala penjuru kota di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bahkan juga dari luar pulau, hingga masyarakat di seputar kawasan Sekumpul sampai radius berkilo-kilo meter semuanya membuka pintu selebar-lebarnya untuk memberikan akomodasi gratis kepada para musafir yang datang.

Jika anda pernah singgah untuk  makan di warung atau rumah makan apa saja di Kalimantan Selatan, atau dimana saja asal yang berjualan Urang Banjar, maka kemungkinkan besar anda akan menemukan foto, gambar atau poster Tuan Guru Zaini Abdul Ghani terpajang di bagian dalam warung.

Biasanya gambar beliau dipasang di dinding sekitar kasir atau dinding bagian belakang yang menghadap langsung ke arah pintu masuk warung. Inilah salah satu cara Urang Banjar mengekspresikan cinta dan hormatnya kepada sosok Tuan Guru Panutan.

Semoga Bermanfaat!

"Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1443 H"
Salam dari Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN1

Ini artikel ke-2 dari total 12 artikel khusus Ramadan 2022 yang terpilih menjadi pemenang utama event Samber THR 2022 di Kompasiana dengan hadiah uang tunai sebesar 3 juta rupiah dan artikel ini tayang di Kompasiana pada 08 April 2022  jam  23: WIB (klik disini untuk membaca)