Minggu, 31 Maret 2024

Balai Hakey, Saksi Bisu Tradisi Toleransi Berusia Ratusan Tahun

Ilustrasi Rumah Adat Dayak | @kaekaha

Jauh sebelum Kesultanan Banjar berdiri di abad ke-16, bahkan sebelum  kerajaan Nagara Dipa dan Kerajaan Daha cikal bakalnya ada, masyarakat suku Ma’anyan, salah satu sub suku Dayak, telah mempunyai peradaban yang cukup maju berikut tata pemerintahan sendiri yang kelak dikenal dalam sejarah sebagai Kerajaan Nan sarunai.

Sayang, kerajaan yang eksis sejak jaman prasejarah hingga sekitar abad ke-14 di Pulau Kalimantan  ini akhirnya bubar setelah diluluh lantakkan oleh serangan armada Majapahit, hingga masyarakat suku Ma’anyan akhirnya terdiaspora.

Dikisahkan dalam tradisi lisan masyarakat Suku Ma’anyan sendiri, pasca terdiaspora ini, munculah tokoh legendaris Labai Lamiah, seorang mualaf sekaligus mubaligh atau pendakwah asli putra Dayak Ma’anyan pertama yang berdakwah di seputaran wilayah Nagara yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan.

Dari dakwah Labai Lamiah inilah masyarakat Suku Ma’anyan, khususnya yang tinggal di seputaran Banua Lawas atau sekarang dikenal sebagai kawasan Pasar Arba, tidak jauh dari Kecamatan Kalua, Kabupaten Tabalong akhirnya secara mayoritas memeluk agama Islam.

Dalam perjalanannya, karena orang-orang Ma’anyan muslim ini memerlukan tempat ibadah untuk melaksanakan shalat 5 waktu, maka akhirnya Balai Adat orang Ma’anyan di kawasan ini dialih fungsikan menjadi masjid yang sampai sekarang masih ada dan dikenal sebagai masjid pusaka Banua lawas.

Orang-orang Ma’anyan muslim inilah yang kelak disebut hakey oleh saudara-saudara mereka, masyarakat Ma’anyan yang masih memeluk keyakinan lama mereka.

Asal-usul sebutan hakey yang juga disematkan kepada Orang-orang Islam yang menjadi utusan dari Kesultanan Banjar dalam upacara Ijambe, upacara kematian khas Suku Ma’anyan juga cukup unik lho!

Awalnya, para utusan yang beragama Islam ini, dengan sopan menolak untuk menyantap hidangan tradisional yang disajikan oleh tuan rumah yang sebagian besar memang berbahan daging babi dan juga unggas yang sudah pasti tidak disembelih sesuai tuntunan dalam Islam, sehingga orang Islam tetap dilarang untuk memakannya.

Selain itu, melalui ketua utusan, mereka juga menjelaskan secara detail larangan dari syariat Islam untuk ikut menikmati sajian adat tersebut.

Beruntungnya, dilingkungan adat masyarakat Ma’anyan sendiri sudah ada yang muslim juga, hingga dari situasi ini kelak justeru lahir tradisi penuh toleransi yang kelak juga kita kenal sebagai balai hakey.

Tetua adat Suku Ma’anyan yang mendengar penjelasan langsung dari para utusan dari Kesultanan Banjar dan juga masukan dari muslim Ma’anyan sendiri langsung berkata “O ... hakahiye sa!” yang maknanya “O ... begitukah!”.

Dari sinilah, istilah hakey akhirnya tersematkan kepada semua muslim, baik utusan dari kesultanan Banjar, maupun juga orang Dayak Ma’anyan yang telah bersyahadat alias sudah beragama Islam.

Tidak hanya itu, sejak saat itu juga, tetua adat suku ma’anyan memerintahkan dibangunnya balai hakey di setiap penyelenggaraan acara-acara adat besar yang mengundang hakey.

Balai Hakey adalah bangunan rumah besar yang dibangun khusus untuk masyarakat muslim, baik dari kalangan suku Maanyan sendiri maupun Suku Banjar yang yang hadir dalam acara-acara adat besar seperti upacara ijambe, tewah dan aruh ganal atau kenduri besar lainnya.

Di balai hakey, masyarakat muslim diberikan fasilitas lengkap dan layak, termasuk tempat ibadah, alat memasak khusus dan tentunya bahan makanan halal yang bisa dimasak sendiri kapan saja, sehingga kehalalannya pasti bisa dipertanggungjawabkan. Luar biasa bukan?

Memang harus diakui, lahirnya orang hakey menjadikan suku Ma’anyan tidak lagi satu, mereka terbelah menjadi dua bagian besar. Uniknya, sebagian besar yang memilih menjadi muslim, mereka semuanya melebur dalam status baru, sebagai Urang Banjar.

Sedangkan sebagian besar lainnya lagi lebih memilih untuk tetap melanjutkan tradisi keyakinan serta adat istiadat nenek moyangnya.

Nah, Mmasyarakat Ma’anyan yang memilih tetap dalam keyakinan leluhur ini, akhirnya juga memilih untuk sedikit menjauh ke daerah baru di tepian Sungai Siong, bagian Barat Daya kawasan Tamiang Layang yang sekarang masuk wilayah Kalimantan Tengah.

Luar biasanya! Meski orang Ma’anyan ini memilih untuk menjauh dari saudara-saudara hakey-nya, mereka, tetap intens untuk menjaga tali silaturahmi dan tali kekerabatan dengan saudara-saudaranya yang sekarang telah bertransformasi menjadi entitas baru dan lebih dikenal sebagai Urang Banjar tersebut.

Persaudaraan Orang Ma’anyan dengan kerabat hakey tetap terjalin baik. Bahkan, banyak tercatat dalam sejarah Banjar maupun tradisi lisan Orang Ma’anyan, beberapa Sultan yang memerintah Kesultanan Banjar dan juga keturunannya kelak banyak yang kawin-mawin dengan para pembesar Orang Ma’anyan, menjadikan tali temali persaudaraan diantara mereka justeru terjalin semakin kuat.

...dan Balai Hakey sejak berabad-abad silam, sejak beratus-ratus tahun lalu, telah menjadi saksi bisu kuatnya ikatan persaudaraan mereka yang didasarkan pada konsep toleransi yang sangat kuat hingga detik ini.

Kehadiran tradisi bertoleransi dalam wujud balai hakey, sampai detik ini dan seterusnya Insha Allah akan tetap aktual, karena sampai saat ini masih bisa dilihat, terutama di Kecamatan Paju Epat, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah saat penyelenggaran even besar seperti aruh ganal dan lainnya guna menginspirasi dunia, bagaimana bertoleransi yang adil dan proporsional di daerah.

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!




 

Sabtu, 30 Maret 2024

Seperti Toilet, Gunakan Medsos Kalau Benar-benar Perlu Saja!


 

Media Sosial |@geotimes.id

Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479   individu pengguna. Angka ini setara 79,5% dari total populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 278,7 juta orang.

Dari total 221 juta lebih pengguna internet di Indonesia tersebut, rata-rata berinternetan sekitar 7 jam 38 menit, dimana hampir separuhnya atau sekitar 3 jam 11 menit dipakai untuk bermedia sosial di 7,8 platform berbeda tiap bulannya.

Luar biasanya, jika dirata-rata dalam satu bulan masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 38 jam 26 menit untuk mengakses tik tok, 31 jam 28 menit untuk YouTube, 16 jam 10 menit untuk IG, 12 jam 56 menit untuk Facebook, 6 jam 26 menit di X/Twitter dan 1 jam 26 menit untuk mengakses Pinterest.

Total angka waktu ini, durasinya jelas lebih panjang dibanding dengan waktu yang dihabiskan untuk mengakses TV dan radio, yang masing – masing durasinya hanya 2 jam 41 menit dan 32 menit saja.

Artinya, sejauh ini internet telah menjadi media hiburan dan informasi terfavorit masyarakat Indonesia.

Melihat sajian faktual angka-angka dari data statistik penggunaan dan pemanfaatan internet dan media sosial masyarakat Indonesia diatas, sepertinya kita akan bertanya-tanya sendiri, masak iya selama itu kita main medsos!? Selain pertanyaan ini normal nggak sih?

Data yang tersaji diatas adalah data rata-rata, artinya durasi yang sebenarnya terjadi di lapangan bisa lebih dan bisa juga kurang dari angka yang tersaji.

Nah untuk pertanyaan normal atau nggak, jawabannya sudah pasti bisa iya bisa juga tidak, karena seperti yang kita pahami bersama, pemanfaatan media sosial saat ini tidak hanya sekedar sebagai etalase untuk self branding pemilik akunnya semata, tapi banyak juga yang memang benar-benar menjadi etalase untuk berjualan berbagai produk.

Artinya, kebutuhan durasi masing-masing pengguna untuk  mengakses media sosial tentu berbeda-beda. Antara yang sekedar mencari hiburan, tentu beda dengan pengguna yang menjadikan medsos sebagai etalase berjualan beragam barang kreatif.

Memang sih melihat kecenderungannya, sebagian besar dari kita masih banyak menjadikan medsos lebih sebagai hiburan daripada sebagai media strategis untuk aktifitas produktif, dengan berjualan atau usaha sejenis lainnya.

Uniknya, secara umum masyarakat nusantara sejauh ini terlihat masih welcome dengan fenomena semakin massive-nya pemanfaatan internet dan medsos yang semakin mencengkeram kehidupan masyarakat Indonesia.

Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi situasi ini!?

Kehadiran internet dan media sosial merupakan sebuah keniscayaan yang mustahil untuk kita abaikan apalagi kita tolak.

Selayaknya perkara muamalah lainnya, internet dan media sosial pasti selayaknya pisau bermata dua yang disaat bersamaan bisa dipakai untuk berbuat keburukan dan berbuat baik.  ini sangat bergantung pada kebijaksanaan pemakainya masing-masing.

Meskipun begitu, kita mempunyai kaidah umum yang bisa dipakai sebagai alat kontrol pemanfaatan internet dan media sosial. Apa dan bagaimana itu? Internet dan media sosial bisa kita nisbatkan sebagai alat atau bisa juga tempat.

Sebagai alat kita bisa membandingkannya dengan gergaji, palu, cangkul atau jenis alat lainnya.

Logikanya begini, kita akan mengakses atau mengambil gergaji kalau kita memang memerlukannya untuk menggergaji kayu saja, begitu juga sebaliknya! 

 Ya lucu, kalau kita nggak perlu gergaji untuk menggergaji sesuatu, tiba-tiba kita ambil gergaji dan menentengnya kemana-mana!?

Begitu juga dengan smartphone! Seharusnya kita mengaksesnya, termasuk internetan dan aplikasi medsosnya sebatas kalau kita memang perlu saja!

Masih kurang mantap? Kita bisa juga memanfaatkan analogi  toilet. Bukankah  kita ke toilet kalau perlu saja? Mustahil kita ke toilet Cuma mau main doang? 

Begitu juga dengan acara kita mengakses internet dan media sosial, pakai saja kalau kita memang benar-benar perlu memakai dan segera tinggalkan ketika selesai memakainya.

Semoga bermanfaat 

Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha








Jumat, 29 Maret 2024

30 Menit untuk Bugar Berpuasa

Pentingnya Olahraga di Bulan Puasa | @kaekaha

Selama ramadan, selain memaksimalkan beragam amaliyah ruhaniah, Rasulullah SAW tetap “adil” memberikan hak kepada tubuh dengan berolahraga secara teratur dan cukup agar tetap sehat dan bugar.

Referensi hadis-hadis sahih menyebutkan, Rasulullah SAW  memang gemar berolahraga, sekaligus menganjurkan umatnya untuk membiasakan beberapa jenis olahraga berikut, yaitu jalan kaki, memanah, anggar, gulat, berenang, dan berkuda.

Nah, karena di bulan puasa situasinya berbeda dengan hari biasa, menurut Praktisi kesehatan olahraga dari Slim and Health Sports Therapy, dr Michael Triangto, SpKO, sebaiknya olahraganya sore hari.


Ini untuk menghindari afterburn effect atau EPOC (Excess of Post Exercise Oxygen Consumption), yaitu aktivitas pembakaran kalori pasca beraktivitas, saat tubuh menuju fase istirahat yang bisa menyebabkan dehidrasi.

Bisa juga sih, olahraganya pagi hari setelah shalat Subuh, asalkan dilakukan dengan  intensitas yang terukur, tidak terlalu lama dan tidak terlalu berat atau menyesuaikan dengan kebiasaan, kebutuhan serta kemampuan fisik  masing-masing.  

Terpenting, tidak mengganggu ibadah puasanya dan cukup memberikan kebugaran pada  tubuh, syukur-syukur olahraga yang kita pilih jenis olahraga yang disunnahkan oleh Rasulullah SAW di atas. Masha Allah!

Setidaknya olahraga 30 menit sampai satu jam pada pagi dan atau sore cukup untuk memperlancar sirkulasi peredaran darah dan tetap menjaga berlangsungnya pembakaran kalori meskipun dalam skala terkecil, sehingga metabolisme tubuh tetap berjalan dengan baik.

Di pagi hari, setelah turun dari masjid, olahraganya  bisa jalan kaki atau bersepeda keliling komplek atau jalan-jalan ke pasar, sekalian untuk membeli sayur dan buah-buahan untuk buka puasa nanti.

Olahraga Ringan Sesuai Kemampuan dan Kebutuhan | @kaekaha

Bagi yang punya kebun, bisa sambil jalan ke kebun memetik buah atau sayur apa saja untuk bekal buka puasa.

Tapi kalau lebih suka olahraga statis alias di rumah-rumah saja, bisa kok dengan melakukan senam-senam cantik seperti  video di atas.

Semoga bermanfaat! 

Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN



 

Kamis, 28 Maret 2024

Bersiwak, Meraih Keridhaan Allah SWT untuk Kesehatan Mulut dan Imun Tubuh

 

Bersiwak | klikdokter.com

Bau mulut sering menjadi sumber masalah bagi sebagian banyak umat yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Selain bisa menjadi indikator gangguan kesehatan, bau mulut jelas akan memberi masalah besar ketika si empunya harus berkomunikasi secara langsung dengan orang lain.

Tidak hanya itu, bahkan dalam dimensi ibadah, dalam sebuah hadisnya Rasulullah SAW  menyebut bahwa malaikat juga terganggu dengan bau mulut, hingga melarang umatnya yang memakan makanan berbau tajam untuk shalat di masjid.

“Barangsiapa makan bawang putih atau bawang merah, maka janganlah ia mendekati masjid kami dan hendaklah ia shalat di rumahnya, karena sesungguhnya para malaikat itu juga terganggu dengan apa-apa yang mengganggu manusia” [Al-Bukhari, kitab Adzan 854, Muslim, kitab Al-Masajid 564]

Lantas bagaimana sebaiknya mengelola kesehatan mulut agar dimensi sosial dan ibadah kita bisa berjalan beriringan dengan baik!?

Sejak 1400-an tahun silam Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita salah satu amalan sunnah yang paling disukai beliau, yaitu bersiwak. 

“Siwak merupakan kebersihan bagi mulut dan keridhaan bagi Rabb“. [Hadits shahih riwayat Ahmad, Irwaul Ghalil no 66). [Syarhul Mumti’ 1/120 dan Taisir ‘Alam 1/62]

Dari hadis diatas, secara tersurat Rasulullah memberi petunjuk, bahwa bersiwak bermanfaat untuk menjaga kesehatan mulut dan belakangan, ilmu kesehatan modern secara sains tidak hanya membuktikan itu saja, tapi juga meningkatkan sistem imun pada tubuh.

Menurut Dosen Spesialis Medikal Bedah, PhD Lincoln College University Malaysia, Prima Trisna Aji, bersiwak selayaknya 

 yang mempunyai 3 manfaat sekaligus bagi yang  rutin menjalaninya, yaitu menjaga kesehatan, meningkatkan sistem imune dan (ittiba kepada Rasulullah SAW yang pasti berujung pada) keridhaan dan keberkahaan dari Allah SWT.

Sebegitu hebatnya Manfaat Bersiwak?

Dalam penelitian ilmiah modern, Siwak (Salvadora persica) terbukti mengandung beberapa senyawa aktif yang manfaatnya tidak sekedar untuk membersihkan gigi dan mulut secara alami saja, termasuk mencegah plak gigi hingga meningkatkan kesehatan gusi, tapi juga mendukung kinerjanya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.

Sebut saja senyawa resin yang bisa membentuk lapisan pada area sekitar enamel sebagai pelindung gigi dari karies. Sedangkan Silika, selain memiliki efek memutihkan gigi juga bisa melawan plak, juga Asam tanat atau tanin, untuk mengurangi perkembangan plak dan radang gusi

Ada juga Alkaloid dan Belerang yang antibakteri dan antijamur, Kalsium mineral penguat enamel gigi, Sodium bicarbonate, pemutih gigi alami dan Vitamin C, untuk perbaikan jaringan dan mencegah kerusakan gigi serta mulut.

Tidak hanya itu, siwak juga mengandung Fluorida dan klorida, penyuplai mineral pada gigi, sekaligus penjaga kebersihan mulut, sedangkan minyak atsirinya,  memberi aroma segar guna menetralisir bau mulut dan juga merangsang produksi air liur.

Banyaknya senyawa bermanfaat dalam batang siwak, secara utuh jelas akan memberikan manfaat luar biasa kepada semua yang membiasakan diri memakainya untuk bersiwak.

Pengalaman saya pribadi, sejauh saya memanfaatkan kayu siwak untuk bersiwak, saya melakukannya lebih karena ittiba kepada Rasulullah SAW atau karena saya ingin mengikuti Sunnah beliau. Karena bagi umat Islam, apa saja yang datang dari Rasulullah SAW, pasti baik dan akan terbukti baik.

Sunnah yang dimaksud termasuk cara menggunakannya dan juga waktu-waktu terbaik penggunaannya.

Sedangkan banyaknya manfaat yang dikandung, termasuk sifatnya yang antikarsinogenik dan analgesik, Insha Allah atas ijin Allah akan saya dapatkan semuanya, karena saya meyakininya.

Tapi meskipun begitu, untuk memaksimalkan kesehatan mulut dan gigi di sepanjang bulan Ramadhan, saya tetap tidak meninggalkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-hari yang mendukung kerja siwak, seperti cukup minum air putih, menghindari makanan yang berbau tajam, banyak makan buah dan sayur segar dan sehat, berhenti merokok dan sikat gigi dengan baik dan benar.

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN






Rabu, 27 Maret 2024

Tidak Alasan untuk Tidak Bersenang-senang dengan Buku Kesayangan!

Buku Kesukaan Saya |@kaekaha

Secara prinsip sebenarnya tidak ada perubahan yang signifikan dari aktivitas saya di bulan ramadan dengan hari-hari biasa diluar ramadan, kalaupun ada mungkin lebih kepada penyesuaian dengan pola geser-menggeser waktunya saja.

Begitu juga dengan salah satu aktifitas hobi saya dari kecil yang telah bertransformasi menjadi kebutuhan bagi saya, membaca. Membaca apa saja!

Awalnya sih, saya paling suka baca komik dan buku cerita, hingga akhirnya merembet ke koran, majalah dan tentunya buku, hingga sekarang saya merasa perlu mengkoleksi koran terbitan dari berbagai daerah dan negara, juga beberapa majalah Indonesia yang sudah tidak terbit lagi.

Sedangkan untuk buku, tentu saja saya hanya membeli dan membaca buku yang saya sukai, yaitu buku-buku yang bertema sosial budaya Nusantara dan dunia.

Inilah teman saya bersuka ria setiap harinya, termasuk di bulan Ramadan seperti sekarang.

Contoh buku kesukaan saya adalah karya-karya Baharuddin Aritonang, Orang Batak Naik Haji dan Orang Batak Berpuasa, Folklor Madura karya Emha Ainun Nadjib, Manusia Bugis karya Christian Pelras, Orang Bajo Pengembara Laut karya Francois-Ribert Zacot dan banyak lagi lainnya.

https://assets.kompasiana.com/items/album/2024/03/27/img-20240327-wa0006-660442d2de948f4d176882f2.jpg?t=o&v=770
Sebagian Novel "Unik" Saya | @kaekaha

Setiap pagi, saya biasakan membaca koran terbitan lokal Banjarmasin sampai habis. Inilah salah satu me time terbaik saya dengan ditemani secangkir kopi tubruk pahit dan kental, tanpa rokok karena saya memang sudah berhenti sejak 7 tahun silam.

Selebihnya, selain berusaha berteman dengan buku bacaan bertema sosial, seni dan budaya di setiap waktu longgar saya, (kebiasaan saya memang selalu membawa buku bacaan kemana saja saya pergi) saya juga masih suka baca komik dan buku cerita, termasuk novel-novel cakep dengan latar belakang geografi yang jelas dan tradisi budaya masyarakat Nusantara.

Novel-novel kesukaan saya seperti Desersi-M.T.H. Perelaer, Khatulistiwa-ES Murdani, Pesan dari Sambu-Tasmi P.S, Anak Bakumpai Terakhir-Yuni Nurmalia, Jalan Lain ke Tulehu-Zen RS, Gemblak-Enang RA sampai Giganto karya Koen Setyawan yang bercerita tentang primata raksasa dari Kalimantan.

Ada yang kenal dengan novel-novel diatas?

Mungkin anda akan bertanya kenapa saya suka dengan buku dan juga novel berlatar budaya?

Alasannya, dengan membacanya saya serasa ikut berada di berbagai daerah yang ditulis dan diceritakan dalam buku atau novel tersebut, sehingga bisa ikut menikmati vibes dari  lingkungan daerah-daerah tersebut, sekaligus suasana yang terbentuk di setiap scene-nya!

Dengan begitu, setidaknya cita-cita saya untuk keliling Indonesia dan melihat dengan mata kepala sendiri keaneka ragaman seni budaya Nusantara bisa dicicil dulu...he...he...he...

https://assets.kompasiana.com/items/album/2024/03/27/img-20240327-wa0005-1-66044318de948f44aa1c4d09.jpg?t=o&v=555
Alquran Buku Kesayangan | @kaekaha

Naaaah ini yang spesial di bulan Ramadan! Di bulan yang penuh berkah ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca dan mentadabburi Alquran, buku kesayangan kita semua, umat Islam di seluruh penjuru dunia, bahkan karenanya juga dianjurkan untuk mengkhatamkannya minimal sekali dalam Ramadan.
Inilah buku kesayangan saya, teman saya Bersenang-senang setiap harinya, terlebih di bulan Ramadan seperti sekarang.

Saya selalu berusaha untuk mengkhatamkannya minimal sekali selama Ramadan. Mau tahu caranya nggak? Mudah kok tinggal niat, lakukan dan nikmati saja!

Ini ilustrasi mudahnya! Alquran terdiri dari 30 juz atau bagian, dimana setiap juz-nya terdiri dari 20 halaman atau 10 lembar.

Nah kalau targetnya mengkhatamkan 1 kali selama ramadan, tinggal dibagi saja!

Kalau 1 juz 10 lembar, berarti 30 juz 300 lembar, maka perhari harus membaca 10 lembar atau 1 juz.

Ini bisa di break down menjadi, 10 lembar dibagi menjadi 5 (waktu shalat/hari), sehingga setiap sebelum atau sesudah shalat wajib, harus konsisten untuk membaca Alquran setidaknya 2 lembar sebelum atau sesudah shalat 5 waktu.

Alquran inilah buku kesayangan, teman saya bersenang-senang di sepanjang Ramadan.

Semoga bermanfaat? 

Salam matan kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN





 

Minggu, 24 Maret 2024

Main Musik Sehatkan Badan, Memang Asyik Berpantun Ramadan

Menikmati Dzikir Ramadan


Berdayung sampan memanglah lelah

Semakin jauh sehatlah badan

Layaklah berucap Alhamdulilah

Takdir Kita Jumpa ramadan


Arah ke hulu airnya berbusa

Laju perahu apalah dibawa

Ramadan tiba saatnya berpuasa

Kuatkan iman tingkatkan takwa


Sungai beriak dangkalnya terasa

Ragu tak sampai baik disudahi

Sebulan penuh kita berpuasa

Mendekatkan diri pada Illahi


Menyusur riam terbukalah langkah

Melaju pelan gelombangpun terbagi

Nikmatnya sahur penuh berkah

Pembuka hari bersemangat pagi


Menerjang jeram gelenglah kepala

Kuatnya biduk membuatku bangga

Berbuka kurma baiknya berpahala

Bolehlah satu, dua atau tiga


Lubuk nan dalam tak lagi kuatir

Kuatnya katinting sudahlah aman

Shalatlah tarawih sampai witir

Sebab Pahalanya shalat semalaman


Arus menguat tegakkan badan

Bila kehulu tak ada air bah

Jangan lewatkan berkah ramadan

Perbanyak sedekah tinggalkan ghibah


Berlayar sendiri manalah tahan

Meski semuanya kita punya

Sholatul lail jembatan keberkahan

Di sepertiga malamlah waktunya


Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha

 

Jumat, 22 Maret 2024

Pecel, Salad, dan Sandwich Beluntas Iftar Memories Saat Ngekos Dulu!

Pecel, Salad, dan Sandwich Beluntas Iftar Memories Saat Ngekos Dulu!
Kerupuk Pecel | @kaekaha

Bulan Ramadan selalu menjadi bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia termasuk saya dan juga teman-teman satu kos-kosan dulu, saat masih berjuang menuntut ilmu di kota tembakau di ujung timur pulau Jawa.

Vibes romansanya yang begitu kental jelas tidak akan pernah bisa terlupakan!

Salah satu pernik ramadan yang banyak meninggalkan jejak cerita saat masih ngekos dulu adalah kisah-kisah seputar makan dan makanan, baik untuk iftar atau buka puasa, makan malam setelah tarawih, maupun untuk sahur di Pagi hari sebelum shalat Subuh.

Di kos-kosan saya dulu, akses pintu masuk menjadi satu dengan akses pintu utama rumah ibu kos, hanya saja setelahnya kami harus naik tangga, karena kamar kami ada di lantai dua.

Menariknya, di lantai dua hanya ada 3 kamar kos dan ketiganya yang menempati adalah saya dan 2 teman saya sekelas yang kebetulan dulu sama-sama terdampar di jurusan Manajemen, setelah sebelumnya sama-sama terlempar dari fakultas eksak pilihan masing-masing karena belakangan terdeteksi menyandang kelainan buta warna.

Selain dipersatukan oleh buta warna, persahabatan kami juga diikat oleh kesukaan yang sama, yaitu sama-sama sayurholic alias penikmat beragam sayur-sayuran hijau dan segar.

Maklum, ternyata kami bertiga juga punya latar belakang yang sama, yaitu anak-anak gunung! Bukan pendaki lho ya, tapi memang anak-anak yang lahir dan besar di seputar gunung-gunung di Jawa Timur dan Jawa Tengah...he...he...he...

Salah satu kenangan kami terkait masalah makan-memakan yang mungkin paling berkesan, baik bagi kami maupun keluarga ibu kos adalah hobi kami memanfaatkan tanaman pagar beliau, beluntas (Pluchea Indica Less) untuk kami olah menjadi berbagai makanan sedap.

Anda tahu beluntas kan? Kecuali batang tuanya, semua bagian beluntas mulai dari daun, pucuk daun muda berikut batang muda dan juga binganya enak banget untuk lalapan, salad, trancam, urap-urap, pecel, sampai bothok sayur dan sesekali kami tumis pedas.

Memang sih, untuk beberapa jenis olahan, kami harus menambahkan bahan sayuran lainnya sebagai pelengkap dan penyedap.

Secara tradisional, masyarakat di kampung saya di kaki Gunung Lawu sana meyakini, kalau daun beluntas ini sangat bermanfaat untuk terapi mengurangi bau badan. Benar tidaknya, sejauh ini memang belum ada penelitian yang memberi keterangan terkait hal itu.

Tapi, karena keyakinan komunal tersebut, akhirnya saya dan sepertinya kedua teman saya jadi terbiasa mengkonsumsi beluntas yang aroma langu-nya memang bisa menjadi mood booster untuk nafsu makan.

Hingga akhirnya, kelak kita semua mengetahui manfaat beluntas yang ternyata justeru jauh diatas ekspektasi kami, seperti menurunkan kadar kolesterol jahat, menurunkan resiko kanker alias antioksidan, mengontrol gula darah, mempercepat penyembuhan luka dan mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas. Kurang keren apa coba khasiat si beluntas?

Menariknya lagi buat kami, kami tidak perlu beli untuk mendapatkan berapapun beluntas untuk kami olah, meskipun untuk mendapatkannya kami harus ramban alias memetiknya dulu di pagar depan rumah kos-kosan kami.

Uniknya, ketika hari ini kami petik pucuk daun beluntas ini, besoknya sudah muncul tunas-tunas pucuk daun baru. Nah karena cepatnya daun muda tumbuh, sejak kami rutin mengkonsumsinya, pagar tanaman beluntas di depan rumah kos kami menjadi jauh lebih rapi dari sebelumnya!

Lhah ini kan yang namanya simbiosis mutualisme alias kerjasama yang sama-sama menguntungkan? Kita dapat bahan pangan selayaknya superfood gratis dalam keadaan hijau segar, sedangkan ibu kos mendapati pagar rumahnya selalu terjaga kerapihannya.

Selama bulan ramadhan, sebenarnya kami justeru jarang membuat menu berbuka, karena kami bertiga biasanya berbuka di masjid milik kantor Depag yang lokasinya hanya di sebelah kos-kosan kami. Enak to!

Kami mengolah makanan, biasanya justeru selepas tarawih dan untuk makan sahur. Sebagai sayurholic, kami jelas tidak akan pernah bisa meninggalkan sayur untuk menu kami, termasuk sayur beluntas.

Paling sering, karena relatif paling cepat juga proses mengolahnya, kami biasa mengolah daun beluntas untuk trancam, salad asli Indonesia yang dibuat dari sayuran mentah dan segar. Biasanya Minggu pagi atau pas libur kuliah, kami sering membuat menu ini.

Tapi selama bulan Ramadhan, jadwal Minggu pagi bisa nggak berlaku lagi! Kami biasa mengolah sekaligus menyantapnya selepas tarawih, bahkan saat sahur juga!

Rasa sambal kelapanya yang nagih dipadu dengan sayuran hijau segar yang teksturnya kriuk-kriuk menjadikan pengalaman kuliner kami dengan beluntas semakin tak terlupakan. Murah meriah dan sedapnya nggak kaleng-kaleng, palagi khasiat daun segarnya!

Kalau bosan dengan trancam, kami bisa juga mengolahnya menjadi kuluban alias sayur matang yang direbus. Nah kalau sudah begini, mau dibuat urap-urap atau kuluban alias sayurnya pecel juga Ok!

Oya khusus untuk olahan pecel, kita tinggal nambahin sambal kacang khas Madiun yang citarasanya sangat otentik, karena saya biasa punya stok sambal pecel Madiun yang langsung dikirim dari Madiun oleh orang tua saya, yang memang masih tercatat masuk wilayah karesidenan Madiun. Duuuh sedapnya!

Jadi intinya, kami biasa memasak beluntas ini menjadi beragam menu yang kita sesuaikan selera kita, termasuk di saat Ramadan.

Bahkan kalau lagi rajin bisa saja kami mengolahnya menjadi tumis atau bothokan sedap, bahkan dengan ditemani roti tawar dan telur ceplok plus saus tomat dan saus sambal kami biasa juga mengolahnya menjadi sandwich. Duh rasanya...

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekah
a

Kamis, 21 Maret 2024

Hotel Utsman bin Affan Jejak Keberkahan Sedekah Sang Khalifah 1400 Tahun Silam

Waqf Outhman bin Affan Hotel | YouTube/Noman Fayyaz

Sebagai Khalifah ke-3, tentu nama Outhman bin Affan ra  atau masyarakat nusantara lebih mengenalnya sebagai Utsman bin Affan ra, tidaklah asing bagi umat Islam di seluruh dunia, tapi bagaimana dengan Waqf Outhman bin Affan Hotel atau Hotel Waqaf milik Khalifah Utsman bin Affan yang baru saja buka di Madinah?

Sejauh mana umat Islam mengetahui, panjangnya rantai sejarah sarat inspirasi berdirinya hotel bintang 5 milik Sang Khalifah yang kisahnya telah dimulai sejak 1400 tahun silam?

Semua berawal dari kekeringan hebat yang melanda kota Madinah yang mengakibatkan krisis air bersih, pasca kedatangan kaum Muhajirin dari Mekah yang berhijrah bersama Rasulullah SAW .

Semua sumur masyarakat Madinah kering kerontang, kecuali sumur bi’ru raumah milik warga Yahudi, satu-satunya sumur yang masih menyimpan deposit air cukup besar dengan kualitas terbaik di kota Madinah.


Sayangnya, dalam situasi krisis seperti itu si pemilik sumur justru berusaha memanfaatkannya untuk mencari untung besar dengan cara menjual airnya dengan harga mahal kepada masyarakat Madinah, hingga sebagian besar warga tidak sanggup untuk membelinya.

Mendapati krisis air bersih di kota Madinah yang semakin parah dan tidak terkendali, sekaligus fakta kezaliman si Yahudi pemilik sumur, akhirnya Rasulullah bersabda

“Wahai sahabatku siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu lalu menyumbangkannya untuk umpan maka akan mendapatkan surganya Allah ta'ala” (HR. Muslim)

Demi mendengar sabda Rasulullah SAW tersebut, Utsman bin Affan, salah satu sahabat yang juga seorang bussines man ulung dan cerdas yang juga dikenal sebagai salah satu konglomerat muslim kaya raya saat itu, langsung mendatangi si Yahudi untuk membeli sumurnya tersebut.

Sayangnya, niat Utsman bin Affan untuk membeli sumur ternyata tidak semulus yang diharapkan, karena si Yahudi mematok harga sangat tinggi dan tidak masuk akal untuk melepas sumurnya.

Alhamdulillah di saat yang kritis, Allah SWT memberikan petunjuk melalui kecerdasan dan pengalaman Usman sebagai seorang bussines man. Di sinilah Allah SWT memanggungkan kecerdasan strategi Usman bin Affan yang terbukti brilian!

Di luar dugaan semua orang, ternyata Usman menyetujui harga di luar nalar yang dipatok oleh si Yahudi untuk sumurnya. Bahkan uniknya, Usman justru memberikan harga yang lebih tinggi dari yang ditawarkan oleh Yahudi. Lho kok bisa?

Usman memang setuju membeli sumur dengan harga yang lebih tinggi dari yang ditawarkan oleh si Yahudi, tapi Usman hanya membeli sumur itu separuh saja. Karenanya, Usman juga hanya membayar separuh dari harga yang disepakati yaitu seharga 20.000 dirham.

Ini yang unik! Ini bukti kecerdikan dan kekuatan intuitif bisnisnya Utsman bin Affan. Klausul pembelian sumur yang hanya separuh ini diterima dengan sukacita oleh si Yahudi dengan teknis, sehari sumur menjadi milik Utsman dan sehari berikutnya menjadi milik Si Yahudi, begitu seterusnya.

Si Yahudi berpikir untung besar, karena mendapatkan uang cukup besar dari pembayaran Usman, sedangkan secara fisik tidak ada yang berkurang dari sumur miliknya, sehingga masih bisa menjual airnya kepada masyarakat Madinah dengan harga tinggi! 

Setelah proses jual beli selesai, Usman bin Affan atas nama Rasulullah SAW langsung mengumumkan kepada masyarakat Madinah, bahwa mulai hari ini dengan berselang sehari mereka bebas mengambil air bersih di sumur bi’ru raumah untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membayar.

Maksudnya, jika hari ini warga Madinah boleh mengambil air di sumur secara gratis, karena hari ini sumur menjadi milik Usman, maka besoknya warga Madinah tidak bisa lagi mengambil air  secara gratis, karena hari itu sumur kembali menjadi milik si Yahudi. Begitu seterusnya.

Di sinilah kecerdikan Usman terbukti! Karena sehari sebelumnya masyarakat Madinah sudah menampung air secukupnya untuk keperluan dua hari, maka pada hari ini ketika sumur menjadi milik Yahudi tidak ada satupun warga Madinah yang membeli air di sumurnya Si Yahudi.

Karena situasi ini terus berulang, akhirnya si Yahudi tidak ada pendapatan lagi dari sumur dan merasa rugi, hingga akhirnya si Yahudi menjual separuh sumur yang menjadi haknya kepada Utsman bin Affan. SubhanAllah!

Sekali lagi di sini Usman menunjukkan kesalehan dan kebesaran jiwanya dengan membeli separuh sumur yang kedua dengan harga sama seperti harga yang pertama yaitu 20.000 dirham.

Padahal, secara hukum ekonomi sebenarnya sah-sah saja Utsman membeli separuh sumur yang kedua itu dengan harga yang murah! Toh si Yahudi juga sudah pasrah.

Sejak saat itu sumur Bi’ru raumah menjadi milik Utsman bin Affan berikut tanah disekitarnya yang banyak ditumbuhi kurma dan langsung diwakafkan sepenuhnya kepada seluruh warga Madinah, sehingga mereka bebas memanfaatkan airnya, termasuk si Yahudi pemilik terdahulu.


Setelah diwakafkan, pohon kurma di sekitar sumur tumbuh semakin subur dan semakin banyak, hingga akhirnya menjadi kebun kurma yang sangat luas dengan hasil buah kurma yang melimpah sehingga menjadi berkah sendiri untuk masyarakat kota Madinah.

Sampai di era pemerintahan Utsmaniyah, kebun kurma ini masih terregistrasi atas nama Khalifah Usman bin Affan, begitu juga dengan rekening abadinya yang berusia ribuan tahun, semua tetap dikelola dengan baik hingga semakin berkembang. 

Setelah daulah Utsmaniyah ambruk, pengelolaan kebun kurma diambil alih oleh  Departemen pertanian kerajaan Saudi, aset kebun atas nama Utsman bin Affan semakin berkembang pesat dan menghasilkan dana penjualan yang luar biasa besar.

Setiap tahunnya menurut laporan pemerintah Arab Saudi, dari total keuntungan penjualan buah kurma, setengah diantaranya disalurkan untuk zakat anak-anak yatim, fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan.

Sedangkan setengah keuntungan sisanya, dikelola oleh kementerian wakaf untuk ditabung dan disimpan ke rekening khusus atas nama Usman bin Affan.

Dari dana deposit inilah keperluan kebun seperti untuk biaya perawatan, modernisasi alat perkebunan, peremajaan tanaman, termasuk gaji para karyawan didapatkan.

Selain itu dananya juga diinvestasikan dalam bentuk riil, seperti properti. Salah satunya yang sedang trending adalah pembangunan hotel di Madinah dengan nama Hotel Waqf Outhman bin Affan.


Hotel mewah bintang 5 ini lokasinya di kawasan premium kota Madinah yaitu di markaziyah tepat di ujung lorong pintu nomor 303 masjid Nabawi, tidak jauh dari masjid Khalifah Usman bin Affan.

Menurut kementerian wakaf kerajaan Saudi, pengelolaan hotel mewah ini kurang lebih sama dengan model pengelolaan pada perkebunan kurma. Separuh dari keuntungan akan diwakafkan untuk kepentingan sosial dan separuhnya lagi ditabung ke rekening atas nama Utsman bin Affan setelah dikurangi biaya operasional. Masha Allah!

Kalau dihitung dari masa kehidupan Khalifah Utsman antara tahun 579 sampai 656 Masehi, perjalanan panjang sedekah Khalifah Usman yang awalnya dalam bentuk Waqaf sumur berkembang menjadi Waqaf kebun kurma, hingga lebih dari 1300 tahun berikutnya aset usaha dari sedekah beliau semakin berkembang dan melebar ke arah sektor riil seperti pembangunan hotel dan masjid.

Termasuk juga berbagai paket zakat dan bantuan sosial untuk masyarakat dengan nilai fantastis selama berabad-abad. 

Dari sini, kita bisa membayangkan betapa besar pahala yang didapatkan oleh seorang Usman bin Affan karena kedermawanannya di masa silam. Inilah yang dimaksud sedekah berkah yang sesungguhnya!

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN





 

Tak Perlu Under Estimate , Asal Cermat, Promo Bisa Bermanfaat lho!

Penawaran Harga Terbaik | @kaekaha

Sudah menjadi tradisi di Indonesia, setiap momen hari raya, bahkan sejak menjelang datangnya bulan Ramadhan, selalu dibarengi dengan tren kenaikan harga-harga barang, terutama sembako alias sembilan bahan kebutuhan pokok sehari-hari.

Tidak heran jika mendekati “hajatan akbar umat Islam di seluruh dunia ini”, untuk mengendalikan harga-harga pemerintah sering melakukan operasi pasar.

Situasi ini juga tidak luput dari perhatian pusat-pusat perbelanjaan besar dan ternama di seluruh Indonesia, juga jaringan minimarket nasional yang sekarang sudah merambah gang-gang di pinggiran kota. Tahu kan?

Dengan berbagai dalih, termasuk ikut merayakan hari raya dan lain-lainnya, mereka dengan cerdiknya akan berusaha menjaring pembeli sebanyak-banyaknya pada momentum hari raya tersebut dengan berbagai macam promo, terutama dengan macam-macam program pengurangan harga atau diskon dan juga beragam hadiah menarik.

Menyikapi berbagai promo aktual dari pusat perbelanjaan dan juga jaringan minimarket nasional di sekitar rumah, kita tidak perlu panik ataupun terjebak dalam euforia berlebihan, cukup tetap bijaksana saja!

Kita hanya perlu memakai logika untuk membedakan kebutuhan dan keinginan. Setelah itu, bikin skala prioritasnya dan catat apa saja barang yang kita butuhkan saat ini!

Dengan cara ini, Insha Allah kita akan berada pada level mindfull shopping yang justeru menjadikan berbagai promo sebagai alat bantu efektif untuk menemukan barang-barang kebutuhan yang memang kita perlukan dengan cepat dan tentunya dengan harga yang lebih hemat. Kecuali!

Ya kecuali! Anda memang sangat kaya raya dan atau seorang reseller atau pedagang, khususnya pemilik toko kelontong, consumer good yang melayani end user, syukur-syukur tidak head to head dengan duo minimarket berjaringan nasional dengan warna merah dan biru itu.

Toko ritel model inilah yang secara riil bisa mengambil manfaat lebih banyak dari berbagai promo yang diadakan oleh pusat perbelanjaan, bahkan duo minimarket merah dan biru.

Biasanya, beragam promo baik reguler maupun karena momen tertentu seperti ramadan dan lebaran, menjadi yang ditunggu-tunggu oleh mereka.

Bagaimana tidak, seperti promo duo minimarket jaringan nasional warna merah dan biru di hari Sabtu, ilustrasinya pada harga minyak goreng. Saat promo harga minyak goreng 2lt per-pc hanya Rp.19.500,- dengan pembelian maksimal 2pc per-konsumen/hari.

Sedangkan dari distributor si minyak goreng sendiri, untuk order minimal pembelian minimarket adalah 2 karton atau 12 PC minyak goreng 2lt, itupun harga per-pouchnya sudah di harga 23.500.

Nah dengan ilustrasi harga promo dari minimarket dengan harga distributor yang njomplang, jelaslah sudah alasan adanya promo terutama dalam bentuk diskon lumayan membantu reseller untuk menambah keuntungan.

Itu baru promo insidental dari mini market, belum promo besar dan kontinyu dari pusat perbelanjaan yang open atau memang di umumkan, maupun yang off alias tidak diumumkan yang biasanya memang hanya ditujukan untuk reseller.

Oh ya, seperti kita pahami bersama, program promo, khususnya program diskon untuk barang consumer good atau kebutuhan sehari-hari ini beda dengan program diskon barang-barang fashion.

Diskon pada produk consumer good umumnya memang benar-benar diskon atau secara riil memang benar-benar ada pengurangan harga jual.

Ini berbeda dengan sistem diskon pada produk fashion seperti baju, sepatu peralatan olahraga, musik dan lainnya yang secara berkala sudah ada revisi harga sebelumnya, sehingga ketika ada diskon biasanya serasa kembali ke harga asal.

Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha





 

Minggu, 17 Maret 2024

Menikmati "Candu" Green Living, untuk Hidup Lebih Sehat, Hemat dan Kaya Manfaat Berkelanjutan

Tanaman Terong dalam Polybag di Kebun | @kaekaha
Tanaman Terong dalam Polybag di Kebun | @kaekaha



Lahir dan besar di kampung yang ijo royo-royo di sudut pedesaan yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerto raharjo di kaki Gunung Lawu yang sebagian besar masyarakatnya adalah "penghayat" gaya hidup green "frugal" living alamiah, alias penganut gaya hidup ramah lingkungan dalam kesederhanaan, menjadikan saya mempunyai kedekatan kultural dan emosional cukup dalam dengan alam dan lingkungan pedesaan yang asri penuh kesahajaan.

Kalau anda pernah mendengar dan menghayati lirik lagu Pak Tani-nya Koes Plus, seperti itulah kira-kira gambaran kehidupan masyarakat kampung kami di kaki Gunung Lawu di masa kecil saya yang terus menginspirasi!

Seperti sudah gawan bayi alias bawaan dari lahir, gaya hidup green "frugal" living khas orang desa, tetap tidak bisa saya tinggalkan meskipun akhirnya saya menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!, lebih dari 2 dekade silam.

Padahal, tinggal di Kota Banjarmasin ternyata bukan sekedar beda kultur desa dengan kota atau Jawa dengan Kalimantan semata, tapi juga cuaca dan iklim panasnya yang berbanding terbalik dengan kampung halaman saya yang sejuk dan segar khas dataran tinggi.

Bentuk adaptasi pertama saya terhadap panasnya cuaca Kota Banjarmasin yang nylekit di kulit adalah dengan menghijaukan sekitar rumah dengan tanaman mangga dan pohon peneduh yang  cepat besar seperti ketapang.



Setelah lumayan besar, kira-kira 3 tahun berikutnya, saya baru bisa mengeksplorasi ide-ide hijau, salah satunya dengan membuat lanskap "hutan dalam pohon" yang kelak tidak hanya menjadi pabrik oksigen saja, tapi juga menjadi tempat penangkaran alami beberapa jenis anggrek dan tanaman paku-pakuan.

Tidak hanya itu,  rimbunnya hutan dalam pohon ternyata menarik beberapa jenis burung bahkan tupai dan binatang-binatang liar lain yang saya tidak tahu dari mana asalnya untuk bersarang. Keren kan!? Penasaran kisahnya? Silakan baca artikel berikut,  

    Hutan dalam Pohon, Ide Sederhana Menambah Pabrik O2 di Lahan Terbatas Perkotaan

Setelah tahu mahalnya sayur-sayuran di Banjarmasin karena datang dari Jawa, padahal ini asupan favorit yang tidak bisa saya tinggalkan setiap kali makan, saya berupaya menanam beragam sayuran dalam polybag atau pot, karena ekosistem rawa meskipun kaya sayuran, tapi hanya memberikan kangkung, kalakai dan genjer saja yang bisa saya makan.

Awalnya, saya menanam sayuran yang  mentolerir panasnya  Kota Banjarmasin, seperti sawi, selada, bayam, kangkung darat, cabe, tomat, pare, gambas, kacang panjang, terong, labu Siam dan lain-lain, termasuk beberapa empon-empon seperti jahe, kunyit, kencur dan lengkuas.

Gambas atau Oyong di Kebun | @kaekaha
Gambas atau Oyong di Kebun | @kaekaha


Begitu juga ketika mengetahui lahan rawa sekitar rumah, airnya masih representatif   untuk budidaya ikan, karena masih terkoneksi dengan aliran sungai, maka saya membuat keramba ikan dari jaring nilon apung di samping rumah untuk memelihara ikan patin dan ikan lele.

Sayang, untuk karamba Ulin ikan haruan atau gabus, saya gagal mengelolanya, jadi tidak saya teruskan. Sebagai ganti, sekaligus untuk menambah variasi lauk, saya juga memelihara ayam dan burung dara, sumber protein kesukaan saya.

Kecuali beras yang masih beli, praktis setiap hari kami memaksimalkan hasil kebun di samping rumah kami untuk lauk-pauk dan hanya membeli jika memang kebun mungil kami tidak memproduksinya atau kuantitas panennya kurang.

    Tahukan anda manfaat besar yang kami peroleh dari giatnya kami mengelola kebun, kolam dan kandang mini di samping rumah?

Pertama, istri dan anak saya yang lahir besar di Banjar dan asalnya tidak bisa mengkonsumsi sayur, sekarang jadi terbalik, tidak bisa makan kalau tidak ada sayur.

Kedua, mungkin ini agak ekstrim bagi manusia modern! Sejak terbiasa makan-makanan fresh, akhirnya kami merasa tidak perlu  kulkas dan "terpaksa" menjualnya daripada mubazir tidak terpakai! Lumayan ditabung untuk naik haji  he...he...he...

Ketiga, anak-anak jadi paham proses berkebun berikut segala "keajaiban" di dalamnya, seperti proses dari bunga sampai menjadi buah yang siap di konsumsi, berikut perubahan warna, bentuk dan ukurannya. Siapa yang melakukannya?

Ikan Haruan Karamba Pertama dan Terakhir | @kaekaha
Ikan Haruan Karamba Pertama dan Terakhir | @kaekaha



Uniknya, melihat begitu banyak keajaiban alam di kebun mungil kami, justeru mengantar anak-anak lebih suka  makanan olahan mamanya, hingga mereka tidak terbiasa jajan. Kebetulan karena mamanya "bekerja dari rumah", maka setiap hari mamanya selalu membuatkan beragam jajanan sehat untuk mereka.

Keempat, nggak sengaja juga, budaya hidup ramah lingkungan ini mengantarkan kami pada zero waste, setidaknya meminimalisir sampah yang diambil tukang sampah, karena sebagian besar sampah kami memang organik yang kami komposkan.

    Kalaupun ada sampah non organik biasanya nggak seberapa banyak dan biasanya akan masuk bank sampah komplek. Enakkan, minim sampah di rumah!? Nggak perlu capek dan nggak perlu bau!


Artinya semua konsepsi dasar zero waste, seperti reduce, reuse, dan recycle, berikut perluasannya seperti retink, replace, reproduce, refuse dan lainnya, secara tidak langsung semuanya sudah kami aktifkan tombolnya. Termasuk tidak menggunakan tas kresek sekali pakai dan menggantinya dengan memanfaatkan bakul purun, tas ramah lingkungan asli dari Kalimantan Selatan.

Bakul Purun Tas Belanja khas Banua Banjar | @kaekaha
Bakul Purun Tas Belanja khas Banua Banjar | @kaekaha



Emang ga capek, ga repot ngurus kebun, kolam dan kandang mini? Kalau belum terbiasa pasti capek dan repot! Tapi justeru aktifitas yang bikin kita gerak dan melihat yang ijo-ijoan inilah rahasia sehat dan bugar saya, sekaligus "candu" pertama gaya hidup green living.

    Tidak hanya itu, tanpa sengaja ternyata kami juga telah berhemat anggaran belanja. Entah berapa duit yang kami hemat karena subsidi dari kebun mungil kami!? Inilah salah satu "candu kedua" dari budaya green living.

Selebihnya adalah kebahagiaan yang luar biasa, ketika kami bisa berbagi hasil kebun dengan tetangga dan kolega, sekaligus menularkan budaya green living yang ternyata bisa banget memandu kita untuk hidup lebih sehat, hemat dengan beragam manfaat berkelanjutan.

Inilah multiplyer effect dari literaksi atau kepaduan gerak literasi dan aksi menularkan budaya green living secara tidak sengaja yang sebelumnya tidak pernah kami sangka.

Untuk nutrisi tanaman-tanaman sayur ini saya memakai pupuk kandang dari unggas piaraan saya dan eco enzim yang bersama pestisida alaminya saya buat sendiri dari  belajar  pada banyak sumber, termasuk komunitas dan juga YouTube.

Pernah juga melakukan percobaan memanfaatkan limbah urine yang mengandung urea cukup tinggi, untuk pupuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga daun tampak lebih hijau dan segar, tapi karena kategorinya najis dan tidak dianjurkan dalam agama, akhirnya tidak saya lanjutkan.

Oh iya, dari kandang ayam dan burung dara, kami tidak hanya mendapatkan telur dan pupuk kandangnya saja. Setidaknya 3-4 kali sebulan kami biasa memanen dagingnya juga, bisa dari ayam maupun burung dara.

    Dari keramba ikan, kalau sudah memasuki usia panen, setiap hari kami malah bisa menggilir jenis ikan yang ingin kami panen.

Untuk mendapatkan ikan yang sehat, meskipun air rawa kami masih survive, karena lumayan dalam dan masih terkoneksi dengan aliran sungai, kami tetap menanam beberapa tanaman bioremediasi lahan basah seperti kangkung, genjer, jariangau, melati air, teratai dan juga menambahkan kayapu dan juga ilung atau eceng gondok sebagai tanaman penyerap kemungkinan adanya limbah domestik.

Kami paling suka memasak ikan hasil keramba kami sebagai teman ber-tinutuan alias menyantap bubur Manado khas keluarga istri yang kakek buyutnya asli dari Air Madidi, Minahasa.

Bahan Membuat Tinutuan Banjar |@kaekaha
Bahan Membuat Tinutuan Banjar |@kaekaha



Tinutuan kami tentu sudah mengalami penyesuaian dengan lidah Banjar kami, meskipun tetap full sayur hasil kebun, termasuk singkong dan labu kuning. Bedanya ya ikan bakar hasil keramba yang disantap bareng sambal terasi asin pedas.

    Kami memang lebih sering memasak makanan dengan cara di pais atau di pepes dengan bungkus daun yang di kukus dan di banam atau di bakar, relatif jarang dengan menyanga atau menggoreng. Jadi Insha Allah lebih sehat dan hemat.

Tradisi makan leluhur di kampung masih kami lestarikan, termasuk tradisi makan secukupnya!

Mengambil makan harus sesuai dengan  kemampuan, tidak boleh berlebih dan bersisa, kalau habis baru boleh nambah lagi secukupnya pula dan kalau selesai, piring harus bersih dari sisa nasi.

Membawa budaya dari kampung, kami juga tidak terbiasa memakai tisu, minum air dengan gelas dan kemana-mana membawa wadah minum, baik tumbler maupun termos air panas secukupnya.

    Ini yang keren! Adanya ikan peliharaan di kolong dan samping rumah, menuntun kami untuk menggunakan bahan-bahan aktif pencuci baju, cuci piring dan juga mandi yang ramah lingkungan, terutama buah lerak yang banyak dijual di pasar tradisional. Termasuk seminimal mungkin membuang bekas cucian tadi ke kolong rumah.

Sudah sejak lama kami terus berburu produk untuk cuci-cuci yang standar SNI Green Label yang tentunya menjamin produk tersebut telah melewati pengujian dan memenuhi standar keberlanjutan lingkungan.

Oya, "candu" berhemat yang ditawarkan  gaya hidup green living, jelas memacu kami untuk terus mencari formula berhemat yang bisa kami eksploitasi lagi, tanpa mengurangi kelayakan hidup. Sampai akhirnya, kami migrasi dari kompor gas ke semua perangkat masak tenaga listrik.

Sebelumnya sempat melirik juga, potensi metana dalam septik tank untuk memasak, tapi kok ya masih belum begitu berani mengeksploitasinya, begitu juga dengan pemanfaatan listrik  tenaga Surya, tapi kok ya masih relatif mahal perangkatnya. Mudahan segera bisa diaplikasikan secepatnya!

Naik Sepeda Listrik untuk Kesana-kemari | @kaekaha
Naik Sepeda Listrik untuk Kesana-kemari | @kaekaha


Sedangkan kompor dan tabung gas hanya sebagai back up untuk kemungkinan pemadaman listrik sewaktu-waktu. Begitu juga dengan alat transportasi. Sekarang saya juga memulai memanfaatkan sepeda listrik untuk aktifitas mobile jarak dekat.

Mudah-mudahan nanti ada rejeki untuk mahar kendaraan listrik yang lebih besar lagi. Karena "candu" green living selayaknya kaizen, pasti akan terus memacu saya, kami dan kita semua untuk terus bergerak menuju hidup dan kehidupan yang lebih baik, lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk masa depan yang lebih baik.

Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
 
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




Bertinutuan, Sahur Bubur yang Sedap di Lidah dan Sehat di Badan

Tinutuan alias Bubur Manado | @kaekaha

Bertinutuan atau menikmati Tinutuan alias Bubur Manado bersama-sama, merupakan salah satu tradisi warisan leluhur dari keluarga istri saya yang berasal dari Air Madidi, Minahasa Utara yang sampai saat ini masih terpelihara dengan baik.

Setidaknya, sebulan minimal bisa 2 atau 3 kali kami bersama keluarga besar menikmati tinutuan yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah semrawut atau campur aduk tersebut.

Sebagai penikmat sayur-sayuran hijau sejak dini, saya langsung jatuh cinta dengan tinutuan ketika pertama kali menyantapnya, maklum orang gunung yang lahir dan besar di kaki Gunung Lawu yang kiri kanannya memang melimpah sayur mayur.

Jujur, saya sangat menyesal baru mengenal kuliner sedap sarat nutrisi lengkap ini baru, setelah menikah dengan Urang Banjar, keturunan Minahasa. Kenapa nggak dari dulu ya?

Khusus di Bulan Ramadan, tradisi bertinutuan kami justeru lebih sering, baik untuk menu sahur rame-rame maupun buka bersama rame-rame. 

Bahan Pembuatan Tinutuan ala Kearifan Lokal Urang Banjar | @kaekaha

Nah khusus untuk yang terakhir keluarga kami juga sesekali berbagi menu yang relatif murah tapi super sehat ini dengan tetangga dan juga jamaah masjid di dekat rumah.

Hitung-hitung, selain berbagi rezeki sekaligus berharap pahala puasa dari membukakan puasanya orang lain, juga ikut memperkenalkan sekaligus melestarikan menu makanan yang layak digelari superfood ini ke masyarakat.

Bubur tinutuan termasuk kuliner murah, tapi jelas tidak murahan! Selain karena bahan-bahannya mudah didapat dari sekitar rumah, apalagi di pasar...he...he...he..., cara membuatnya juga sangat mudah.

Tapi ya itu tadi! Sudah rasanya pasti enak, buburnya yang lembut, hangat dan mudah dicerna membuat perut lebih nyaman dan aman. Kerennya lagi, nutrisi yang dikandungnya juga bukan kaleng-kaleng, sangat lengkap memasok kebutuhan energi penikmatnya.

Memang sih, resep tinutuan khas keluarga istri yang 2 generasi terakhir sudah lahir dan besar di Banjarmasin,  secara prinsip sudah ber-evolusi menyesuaikan lidah Urang Banjar alias tidak lagi otentik 100% seperti aslinya yang dibawa oleh leluhurnya langsung dari Air Madidi.

Misalnya, kita tidak lagi menggunakan batang sereh, daun Gedi (Abelmoschus manihot) dan daun Leilem (Clerodendrum minahassae) yang di Banjarmasin sulit di dapat, begitu juga pemanfaatan sayuran lainnya yang sifatnya lebih insidental alias sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan tentunya kemampuan dan ketersediaan di kebun dan dapur.

Termasuk pemanfaatan ikan rawa yang ada dan tersedia di kolam samping rumah sebagai “tandem” menyantap tinutuan, semua tergantung mood kebutuhan, keinginan dan pastinya ketersediaan bahan ikannya. Inilah hebatnya memasak tinutuan, bebas berinovasi dan berimprovisasi sesuai dengan kebutuhan, kemampuan dan keadaan!

Tapi jangan salah! Dari kelengkapan semua bahannya, terutama dari ragam sayur-sayurannya, umbi-umbiannya, juga buah labu dan bahan karbo dari beras, singkong dan jagung manisnya, asupan nutrisi tinutuan ala keluarga kami dijamin tetap berkualitas prima.

Nggak percaya? Ok, kita bedah ya kelengkapan bahan dan kandungan nutrisi bahan-bahannya!

Baca Juga Yuk! Berburu Kuliner Tradisional Banjar di Pasar Wadai Kota 1000 Sungai

Selain menggunakan beras pulen dari Jawa sebagai bahan utama bubur, bahan sayuran yang biasa kami olah secara reguler adalah kangkung, bayam daun kemangi dan daun bawang pre.

Sedangkan secara insidental kami juga sering menambahkannya dengan pucuk daun waluh berikut bunganya, daun so atau daun belinjo muda, kuncup daun kastela atau kuncup daun pepaya yang warnanya masih transparan. 

Bisa juga tambahkan tomat, juga kentang,  wortel dan sesekali rebung kalau pas ada,  bahkan saat isteri hamil dan menyusui sering juga kami tambahkan daun katu.

Selain itu, potongan buah waluh kuning, jagung manis dan potongan singkong juga tidak pernah absen dari olahan bubur yang sejatinya merupakan representasi kecerdasan masyarakat Minahasa dan Sulawesi Utara dalam menyiasati krisis pangan di era penjajahan ini.

Bahan Lauk Ikan Haruan atau Ikan Gabus | @kaekaha

Sedangkan untuk “teman” menyantap tinutuan, kami tidak selalu menjadikan ikan asin sebagai satu-satunya tandem abadi, tapi sering juga kami tambahkan ikan haruan atau gabus, ikan patin, ikan teri, udang papay atau udang kering, bahkan ikan talang, itu lho ikan asin premium khas Kalimantan Selatan.

Nah karena citarasa dasar tinutuan adalah gurih-hambar, maka sebagai tambahan mood booster, selayaknya masyarakat nusantara lainnya, sudah pasti kami juga menyantap tinutuan dengan sambal. Secara reguler, biasanya kami menjadikan sambal acan atau sambal terasi bercitarasa asin pedas dan sedikit asam khas Banjar sebagai penyedap tradisional bubur tinutuan.

Baru, kalau kepingin atau memang ada persiapan bahan, kami biasa juga membuat sambal dabu-dabu, sambal roa, bahkan juga bakasang, itu lho hasil fermentasi ikan cakalang cincang dengan bahan-bahan tertentu dengan cara di jemur. Ini kalau dibuat sambal rasanya juara, kawan!

Waluh Kuning Bernutrisi Tinggi | @kaekaha

Mari kita cermati bersama! Dari daftar bahan-bahannya seperti tersebut diatas, jelas bahwa tinutuan memang superfood yang kaya serat dan   banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita, termasuk yang sedang berpuasa.

Karbohidrat yang bersumber dari bubur beras, singkong dan jagung merupakan penyuplai kebutuhan energi selama berpuasa. Sedangkan ragam sayuran yang begitu banyak merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik untuk tubuh.

Begitu juga dengan beragam ikan segar maupun kering sebagai teman sedap menyantap tinutuan merupakan sumber protein yang baik.

Penasaran dan ingin mencoba tinutuan untuk sahur besok pagi!? Jangan kuatir, ini ada resep keluarga yang halal untuk dibagi-bagikan kepada siapa saja yang ingin mencobanya. Semoga menjadi amal jariah ya! Amin.

Tomat Segar Bergizi | @kaekaha

Bahan-bahan dasar bubur (standar)

200 gr beras pulen

1,5 liter air

2 lembar daun salam

Garam secukupnya

ubi kayu atau singkong potong sesuai selera, secukupnya

Labu kuning secukupnya

Jagung manis secukupnya

Seikat kangkung segar, ambil daun dan batang atas

Seikat bayam segar, ambil daun dan batang atas

Daun Kemangi secukupnya

Bahan tambahan (Kalau berkenan)

Sereh secukupnya.

Pucuk daun waluh berikut bunganya, secukupnya.

Daun so atau daun belinjo muda, secukupnya.

Daun katu secukupnya.

Kuncup daun kastela atau kuncup daun pepaya yang warnanya masih transparan, secukupnya saja.

2 biji tomat segar.

Kentang, wortel dan rebung iris sesuai selera, secukupnya.

Ikan teri/ udang papay secukupnya.

Catatan : Untuk bahan tambahan ini sifatnya insidental saja alias kalau mau. Bisa semua itemnya dipakai atau pilih saja sayurnya sesuai selera.

Ikan Patin Goreng Ini Sedap Betul! | @kaekaha

Bahan Lauk :

Ikan asin secukupnya

Ikan haruan/gabus sesuai selera dan kebutuhan

Ikan patin sesuai selera dan kebutuhan

Ikan teri/udang papay/ikan telang secukupnya, sesuai selera.

Catatan : untuk lauk ini silakan pilih yang paling disukai saja untuk menambah citarasa saat menyantap tinutuan.

Bahan Sambal :

Cabai secukupnya

Terasi secukupnya

Bawang merah Secukupnya

Garam secukupnya

Jeruk sambal

Bahan Sambal | @kaekaha

Cara Membuat :

Rebus beras dan daun salam sampai lunak selayaknya bubur.

Tentatif, kalau suka bisa juga ditambahkan batang serai, bonggol bawang pre dan teri/udang papay untuk menambah aroma dan citarasa bubur.

Tambahkan juga dalam panci bubur, bahan dan sayuran keras seperti labu, singkong, kentang, wortel dan rebung kalau ada

Jika beras sudah nampak lunak, tambahkan sedikit garam kemudian aduk hingga merata dan cicipi untuk koreksi rasa.

Setelah itu tambahkan daun kangkung, bayam dan daun kemangi hingga aroma wanginya menguar.

Setelah masak, segera hidangkan bubur dalam keadaan panas-panas bersama dengan lauk ikan yang dipilih dan juga sambal Acan atau sambal pilihan anda sendiri.

Mengutip laman hallodoc, disebutkan dalam 100 gram bubur manado, akan didapatkan  nutrisi sebagai berikut :

Energi: 156 kkal

Protein: 2,3 gram

Lemak: 0,2 gram

Karbohidrat: 15,60 gram

Serat: 8,2 gram

Vitamin C: 15 miligram

Kalsium: 41 miligram

Kalium: 164 mg

Fosfor: 20 mg

Tembaga: 300 mikrogram.


Selamat mencoba!

Semoga bermanfaat! 

Salam Matan kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


Berburu Kuliner Tradisional Banjar di Pasar Wadai Kota 1000 Sungai

Pasar Wadai Banjarmasin | @kaekaha
Pasar Wadai Banjarmasin | @kaekaha

Pasar Wadai Ramadan atau pasar kue selama bulan Ramadhan merupakan even kuliner legendaris yang menjadi kalender tetap pemerintah kota Banjarmasin dalam rangka menyemarakkan kehadiran bulan suci Ramadan setiap tahunnya.

Pasar  yang hadir selayaknya bazar kuliner tradisional khas Banjar ini selalu menghadirkan berbagai macam kearifan lokal kuliner khas Banjar dari beragam kue basah yang terkenal manis dan legit, kue kering, juga beragam kuliner berat khas Banjar yang banyak diantaranya hanya ada di bulan Ramadhan.


 

Anda pernah menikmati karih kambing atau karih ayam khas Banjar? Atau mungkin mau merasakan Ipau? Itu lho pizza tradisional ala Urang Banjar yang citarasa gurih plus rempah-rempahnya selalu bikin Karindangan?

Simak keseruan berburu ribuan jenis kuliner khas Banjar dan kuliner dari berbagai negeri? Langsung saja klik videonya yaa!

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Input sumber gambar

Sabtu, 16 Maret 2024

Basambang di Pasar Wadai, Menikmati Konservasi Kuliner Khas Banjar



Pasar Wadai, Arena Basambang alias Ngabuburit Favorit Urang Banjar | @kaekaha


Pernah dengar kosakata Basambang atau Basasambang!?

Basambang atau basasambang merupakan kosakata bahasa Banjar yang mempunyai makna sepadan dengan kata istilah ngabuburit, kosakata bahasa Sunda yang sekarang telah menasional dan dimaknai sebagai aktifitas menunggu azan Maghrib terutama saat Ramadan.

Keberadaan kosakata Basambang atau basasambang dalam kosakata bahasa Banjar, menjadi petunjuk faktual bahwa dalam tradisi ramadanan masyarakat Banjar juga ada aktifitas senja untuk menunggu datangnya waktu Maghrib, terutama di bulan Ramadhan.

Nah, lantas apa saja dan dimana saja aktifitas Basambang atau ngabuburit Urang Banjar di sepanjang bulan Ramadhan!?

Aktifitas Basambang Air ala Urang Banjar di Sungai Martapura | @kaekaha

Sebagai kota berjuluk 1000 Sungai, sudah pasti Kota Banjarmasin tumbuh dan berkembang dari peradaban budaya sungai, karenanya menjadi wajar jika hampir semua landmark dan juga bangunan-bangunan penting di Kota Banjarmasin didirikan tidak jauh dari Sungai, bahkan sebagian besar memang menghadap sungai.

Sebut saja Masjid Raya Sabilal Muhatadin, Kantor Gubernur (lama), Kantor Walikota dan kantor publik lainnya, termasuk Markas Polda, Korem sampai sekolah dan beragam jenis pasar yang kesemuanya dibangun di bibir sungai, bahkan pasar terapung justeru eksis di atas sungai!

Itu artinya secara tradisional aktifitas Urang Banjar memang tidak bisa jauh dari sungai yang sudah menjadi urat nadi kehidupannya sejak berabad-abad silam.

Apalagi sejak pemerintah kota Banjarmasin membranding kota Banjarmasin sebagai kota Sungai terindah di dunia, banyak ruang publik terbuka hijau berupa taman dan tempat bermain anak-anak sampai orang dewasa dibangun di sepanjang tepian sungai Martapura, satu dari dua sungai besar yang membelah kota selain Sungai Barito.

Di taman-taman terbuka hijau yang lokasinya sangat dekat dengan masjid dan dikenal Urang Banjar sebagai kawasan siring inilah tempat Basambang alias ngabuburit paling ramai di kawasan kota Banjarmasin.

Siring Kantor Walikota  Banjarmasin | @kaekaha

Sebut saja siring Tendean, Siring Sudirman, siring pasar lama, Siring sungai baru, Siring bekantan park dan lain-lainnya.

Selain menawarkan view hijaunya hutan kota dan juga taman vegetasi khas rawa dataran rendah, juga daerah aliran sungai alias DAS, di siring-siring ini juga sering diadakan even-even olahraga, seni dan budaya.

“Salah dua” diantaranya yang paling dinanti-nanti saat Ramadan adalah aktifitas jelajah susur sungai dan Pasar Wadai alias bazar kuliner khas Banjar terbesar di Kalimantan Selatan.

Pasar Wadai 1445 H/2024 | @kaekaha

Memang untuk even pasar wadai, sejauh ini ada 3 tempat yang biasa dipakai untuk penyelenggaraanya, yaitu di Siring Sudirman di depan kantor gubernur lama, Siring Balaikota di depan kantor walikota dan di taman Kamboja yang ketiganya secara umum juga tidak jauh-jauh dari sungai.

Even pasar wadai ini menjadi salah satu event budaya dan pariwisata spesial sekaligus paling ditunggu oleh masyarakat karena di event inilah semua kuliner khas Banjar yang termasuk langka dan muncul sifatnya hanya temporer pada waktu-waktu tertentu atau waktu-waktu khusus biasa tampil dan keluar dari sarangnya.

Kue-kue Tradisional khas Banjar | @kaekaha

Namanya memang “pasar wadai” alias pasar kue, tapi yang di jual tidak hanya kue-kue khas Banjar yang dikenal bercitarasa manis dan legit saja , tapi juga beragam olahan masakan “sedap betul” untuk makan berat khas Banjar. 

Tidak hanya itu, di area bazar yang memanfaatkan Siring dan juga ruas jalan raya RE Martadinata di depan Kantor Walikota Banjarmasin, sepanjang kurang lebih 500 meter ini juga terdapat stan kuliner dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan juga menu-menu dari timur Tengah, Asia timur dan Afrika. Keren kan!?

Stand Wisma Kambing, Arabian Food di Pasar Wadai | @kaekaha

Karena fakta ini juga, kehadiran Pasar Wadai setiap ramadan dianggap ikut berjasa melestarikan eksistensi kuliner Banjar selayaknya selayaknya ruang konservasi bagi beragam produk budaya kuliner khas masyarakat Banjar yang masih otentik sampai saat ini.

Jika anda pernah mendengar 41 macam wadai khas Banjar yang biasa menjadi uborampe alias kelengkapan berbagai upacara tradisional khas tradisi masyarakat Banjar yang sebagian termasuk sudah langka dan jarang ditemukan seperti,

Apam Habang, Apam Putih, Bubur Habang, Bubur Putih, Bubur Baayak, Babungku, Babalungan Hayam, Bingka, Cingkaruk Habang,, Cingkaruk Putih, Cincin, Cucur Habang, Cucur Putih, Cucur Kuning, Dodol Habang, Dodol Putih, Gagatas Habang, Gagatas Putih, Hintalu Karuang, Kakicak Habang, Kakicak Putih, Kakicak Gumbili dan Kakulih Habang.

Kue Ipau, Pizza khas Banjar | @kaekaha

Selain itu ada juga  Kakulih Putih, Kalalapun, Lakatan Putih Bahinti, Lakatan Kuning Bahintalu, Lamang, Lupis, Pupudak Baras, Pupudak Sagu, Papari, Putu Mayang, Roti Baras Habang, Roti Baras Putih, Roti Sagu, Surabi, Tapai Baras, Tapai Gumbili, Ular-Ular dan Wajik, kalau Anda beruntung anda akan menemuinya di pasar wadai ramadan.

Daftar di atas belum termasuk kue-kue sedap lainnya seperti kue ipau, hula-hula, jaring tahi Lala, juga aneka bubur manis khas Banjar yang jumlahnya juga tidak kalah banyak dan pastinya juga enak.

Selain beraneka ragam wadai alias kue, dalam tradisi kuliner orang Banjar juga dikenal  beragam kuliner untuk makan berat yang tidak kalah banyak dan enaknya.



Sebut saja selada banjar, lontong tampusing, ketupat batumis, garih batanak, itik masak habang, soto Banjar, Gangan Katuyung, Gangan Haliling, gangan keladi, Gangan umbut, gangan asam Banjar, pundut nasi, pundut nasi isi telur itik, cancangan itik, haruan baubar dan banyak lagi yang lainnya.

Inilah magnet bagi masyarakat Banjar beramai-ramai datang untuk basambang alias ngabuburit di pasar wadai. Anda ingin merasakan sensasinya juga? Yuk main ke Banjarmasin...

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha