Sabtu, 30 Mei 2020

Fantastis! Harga Dua Jenis Ikan Ini Sama dengan Harga Daging Sapi

Ikan Haruan (Channa Striata) | Budidaya Ikan.com

Kota Banjarmasin adalah salah satu kota di Indonesia yang tinggi permukaan tanahnya lebih rendah dari permuakan laut. Dengan posisi 60-80 cm dibawah permukaan laut menyebabkan daratan Kota Banjarmasin sebagian besar berapa lahan basah atau rawa-rawa kantong air dengan kedalaman yang bervariasi.

Inilah salah satu sebab mengapa di Kota Banjarmasin banyak terdapat aliran sungai baik besar maupun kecil yang membelah kota. Kalau dilihat dari udara, Kota Banjarmasin seperti sekumpulan pulau-pulau kecil yang disatukan oleh ratusan aliran sungai (bukan 1000 dalam jumlah sebenarnya seperti julukannya, Kota 1000 Sungai. Bilangan 1000 pada julukan Kota 1000 sungai sama seperti fungsi penyebutan pada nama Pulau Seribu atau Lawang Sewu yang lebih bermakna banyak).


Kondisi alam Kota Banjarmasin dan sebagian besar Kalimantan Selatan yang berair, menyebabkan masyarakatnya sangat akrab dengan berbagai kuliner yang berbahan dasar ikan, terutama ikan air tawar yang hidup di rawa-rawa, sungai dan area persawahan di lahan rawa pasang-surut atau rawa lebak yang jenis jan jumlahnya sangat melimpah.

Ada Ikan Haruan, Tauman (Gabus), Papuyu (betik/betok), patin, Sapat dan sapat Siam (sepat), pipih (Belida),  adungan, saluang (sejenis wader) dan banyak lagi yang lainnya, sehingga secara psikologis dan ekonomis ikan dianggap lebih murah dan mudah untuk mendapatkannya, tinggal ambil (maiwak) di kolong rumah, sungai depan rumah atau sawah di samping rumah dengan berbagai cara.

Bisa diunjun (dipancing), dihancau, dipayir, dibanjur, dilunta atau pakai cara-cara lain khas masyarakat Kota Banjarmasin yang terkenal jago menangkap ikan. Begitu juga sebaliknya, karena kurangnya lahan kering untuk pertanian, menyebakan kebanyakan masyarakat Kota Banjarmasin kurang menyukai sayur-sayuran.

Selain relatif lebih susah untuk mendapatkan sayuran (sebagian besar sayuran yang beredar di Kalimantan Selatan dan Tengah dipasok dari Pulau Jawa), harga sayuran juga relatif lebih mahal dibandingkan dengan ikan konsumsi dari air tawar, apalagi waktu musim gelombang tinggi ketika kapal-kapal yang membawa pasokan sayur-mayur dari pulau Jawa tidak bisa berlayar, maka pasokan berbagai sayur-mayur akan melalui jalur udara! Bisa ditebak, berapa kali lipat harga sayur-mayurnya.

Ikan Papuyu (Anabas Testudneus) | net



Tapi sekarang, sepertinya keadaan mulai berbalik. Daya dukung lingkungan perairan darat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan yang semakin menurun ditambah perilaku sebagian masyarakat yang sering tidak mengindahkan keseimbangan ekosistem, menyebabkan kelangkaan beberapa komoditas ikan lokal yang sebelumnya begitu melimpah dan terlanjur menjadi salah satu bagian terpenting ikon kuliner masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum.

Sebut saja Ikan Haruan (Channa Striata) si ikan predator dan Ikan Papuyu (Anabas Testudneus)  atau ikan betik/betok (Jawa). Dua jenis ikan ini merupakan ikan paling populer dalam kuliner khas masyarakat Kota Banjar dan suku Banjar di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur secara umum.

Berita terbaru yang dikabarkan oleh TVRI Kalimantan Selatan pada berita sore bertajuk Habar Banua tadi sore, menyebutkan saat ini harga ikan haruan ukuran sedang (isi 2-3 ekor/kg) dipasaran mencapai Rp. 80.000/kg, sedangkan untuk ikan haruan ukuran besar (satu ekor > 1kg) harganya mencapai Rp.100.000-105.000/kg.

Keadaan serupa juga terjadi pada ikan papuyu (betok/betik). Ikan yang di pulau Jawa sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomis ini, di Banjarmasin harganya menjulang tinggi melebihi harga ikan haruan. Menurut beberapa narasumber pedagang ikan di Pasar Kertakhanyar Jl. A. Yani km 7 Kabupaten Banjar, yang diwawancarai secara live menyebutkan "amun ada ikannya, haraganya pasti labih larang pada haruan tu pang! Bisa saratus dua puluhan bisa jua labih lagi....." (Bila ada ikannya, harganya pasti lebih mahal daripada ikan haruan! Bisa seratus dua puluh ribuan, bisa juga lebih  #per kg-nya).

Salah satu penyebab mahalnya harga 2 jenis ikan tersebut adalah kelangkaan! Ironis bukan? Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan yang notabene adalah habitat hidup sekaligus gudang dari ikan-ikan tersebut, lha kok sekarang justeru mengalami kelangkaan. Apa yang salah? Ada apa dengan habitat mereka? Kemana mereka pergi?


Kalau merunut asal usul ikan haruan yang dijual dipasar, menurut para pedagang ternyata pasokan berasal dari para pemancing bukan dari hasil budidaya (Sampai saat ini belum ada yang bisa membudidayakan ikan haruan dengan hasil maksimal baik dari segi kualitas maupun kuatitas).

Artinya, ribuan ekor ikan haruan yang setiap hari menjadi menu santapan masyarakat Kalimantan Selatan yang diolah menjadi ketupat kandangan, lauk nasi kuning, sayur untuk lontong, haruan baubar (haruan bakar), 100% berasal dari kemurahan alam. weleh...weleeeeh.

Belum lagi kebutuhan ikan haruan untuk farmasi yang sekarang lagi naik daun, setelah diketahui besarnya kandungan albumin dalam lendir dan daging ikan haruan yang sangat bermanfaat bagi penyembuhan luka, bahkan luka habis operasi cesar ibu-ibu yang melahirkan. Konon kandungan albumin dalam ikan haruan alam lebih sempurna jika dibanding ikan haruan yang diternak.

Selain itu, penyebab kelangkaan ikan haruan adalah penangkapan anakan ikan yang baru menetas secara bebas untuk keperluan konsumsi. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan keseimbangan ekosistem rawa, sungai dan persawahan rawa lebak, karena bisa mengakibatkan terputusnya rantai makanan dalam ekosistem.


Anakan ikan yang dijual bebas | @kaekaha


Penyebab kelangkaan lainnya adalah cara menangkap ikan yang tidak bersahabat dengan lingkungan, seperti menggunakan racun kimia/potas, strum dan bom ikan. Waduuuuh, rasanya tidak bisa bisa membayangkan seandainya sarapan pagi besok nggak ada lagi nasi kuning lauk ikan haruan!?

Mudah-mudahan, ekspose berita kelangkaan ikan haruan dan ikan papuyu yang menyebabkan kenaikan harga yang gila-gilaan diluar batas nalar ini, segera mendapatkan respon positif dari pemangku kebijakan dan semua pihak yang berkepentingan untuk turun langsung bersama msyarakat bahu membahu menyelamatkan plasma nutfah biota endemik yang juga komoditas ekonomi bernilai tinggi milik kita masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Ayo.

Artikel ini juga di posting di Kompasiana pada 19 Januari 2016   00:09

Jumat, 29 Mei 2020

Pesona Pulau Derawan Bikin "Mabuk Kepayang"


Pantai Pasir Putih Derawan yang Mempesona | @kaekaha
Seringkali kita melihat berbagai liputan destinasi pariwisata di berbagai media masa, baik cetak maupun elektronik tampilan gambar dan feature-nya begitu cantik dan mempesona sehingga begitu menggoda untuk masuk daftar wishlist jalan-jalan kita dan keluarga, tapi begitu didatangi ternyata rupa dan penampakan aslinya jauh dari expectasi atau harapan, tak secantik seperti yang kita lihat dari berbagai informasi media masa yang mengulas sebelumnya. Inilah salah satu problem Wisata di Indonesia!

Tapi situasi tidak mengenakkan ini sepertinya tidak berlaku untuk wisata Pulau Derawan di Perairan Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Pulau wisata berpasir putih dengan air laut yang super bening ini begitu menakjubkan, keindahan sisi-sisi pantainya yang khas memberikan expectasi lebih dari yang saya pikirkan dan angankan selama ini.

Pagi ini, Rabu 13 Januari 2016 semua peserta Kompasiana Blog Trip - Datsun Risers Expedtion berkesempatan menjadi saksi keindahan Pulau Derawan yang selama ini hanya bisa kami lihat dari berita dan liputan berbagai media baik cetak maupun elektronik. Tepat pukul 07.30 WITA, dari penginapan kami di Hotel Cantika Swara di jalan Pulau Panjang, dengan menggunakan mobil Datsun Go+ Panca yang telah kami uji ketangguhannya dari Balikpapan sampai Tanjung Redeb, kami ber-konvoi menuju  Pelabuhan Tanjung Batu  di pinggiran Kota Tanjung Redeb  selama sekitar 15 menit perjalanan.

Suasana Pelabuhan Tanjung Batu, Tanjung Redeb, Berau | @kaekaha

Dari pelabuhan Tanjung Batu, rombongan Kompasiana Blog Trip - Datsun Risers Expedtion menyewa speedboat yang secara reguler selalu standby di pelabuhan dengan harga sewa (konon) berkisar antara Rp.500 ribu-1juta-an (tergantung muatan dan nego) untuk meneruskan perjalanan menuju Pulau Derawan. 

Speedboat yang membawa kami menuju Pulau Derawan | @kaekaha


Sekitar 40 menit pertama perjalanan menuju Pulau Derawan, kami disuguhi hijaunya hutan bakau yang tumbuh di sepanjang pantai Tanjung Redeb yang sesekali diselingi perkampungan penduduk setempat.

Tampak hutan bakau di sekeliling jalur yang dilalui | @kaekaha

Setelah itu, speedboat membawa kami mengarungi lautan lepas tanpa terlihat batas. Pagi ini ombak lautan sepertinya sedang bersahabat, speedboat yang kami tumpangi bisa melaju dengan baik tanpa hambatan yang berarti. Karena speedboat bisa melaju dengan kecepatan maksimal,  akhirnya kami rombongan  Kompasiana Blog Trip - Datsun Risers Expedtion merapat di dermaga milik DERAWAN DIVE RESORT yang sebelumnya sudah dipesan oleh tim official  setelah mengarungi lautan sekitar 2,5 jam perjalanan.

Dermaga Derawan Dive Resort | @kaekaha

Menginjakkan kaki di dermaga kayu milik DERAWAN DIVE RESORT, kami seperti dibawa ke dunia lain. Dunia yang mimpi yang begitu tenang dan meneduhkan mata , hati dan pikiran. Suguhan air bening di bawah kaki-kaki kayu dermaga, hembusan udara sejuk di tengah terik mentari dan riak-riak suara hempasan ombak kecil menghantam dermaga yang dipadu dengan suara khas cuitan burung-burung laut yang berterbangan di langit yang berwarna biru utuh benar-benar membuat kami terkesima dengan ciptan-Nya yang begitu anggung dan luar biasa indahnya! Masha Allah......! Selanjutnya oleh officiai dan local guide, kami dibawa menuju sebuah ruangan seperti aula untuk koordinasi dan pembekalan singkat mengenai seluk beluk wisata Derawan, sekaligus dilanjut makan siang dan pembagian kamar untuk para risers di Dalawan Kafe & Restaurant yang unik. Kafe terapung ini di bagian tengahnya terdapat sebuah "lubang" besar layaknya kolam dengan diameter sekitar 3 meter yang dikelilingi meja untuk bersantap. Fungsi lubang yang langsung terakses ke laut ini adalah sebagai hiburan tambahan bagi para pengunjung kafe yang ingin menikmati santapan sekaligus melihat aktifitas berbagai biota laut yang sedang lalu-lalang di sekitar kaki-kaki bangunan kafe yang terbuat dari kayu tersebut. Air laut yang jernih memungkinkan pengunjung kafe untuk berinteraksi dengan kawanan ikan, belut laut dan juga kura-kutra yang sedang melintas di lubang kolam tersebut. Selain itu, ada satu hal yang membuat kafe ini agak unik, yaitu larangan merokok di dalam kafe! Bahkan untuk menjaga konsistensinya, kafe ini tidak menjual rokok lho!

Dalawan Kafe & Restaurant yang unik! | @kaekaha

Lho itu kan bagus! Kata beberapa risers perempuan yang kebetulan menyahut obrolan para risers yang lagi asyik ngobrol tentang larangan merokok di Dalawan Kafe & Restaurant. Memang sih sebenarnya bagus dan bisa diacungi jempol, dua jempol malah.....! Cuma kalau melihat segmen dari DERAWAN DIVE RESORT secara keseluruhan yang sangat international (ditandai dengan bendera berbagai negara yang menghiasi pintu masuk) apakah ini tidak kontra produktif? Begitulah bisik-bisik para risers yang kebetulan para perokok.

Tanpa menunggu lama sekalian untuk menghemat waktuKami langsung bubar untuk mengambil semua barang bawaan yang tadi diangkut porter dari dermaga dengan gerobak untuk dibawa menuju kamar kami masing-masing. Kamar yang saya maksud disini sebenarnya mengacu pada istilah umum ketika kita mau menginap di hotel atau resort. Sedangkan kamar di DERAWAN DIVE RESORT sebenarnya lebih mirip rumah atau paviliun yang terpisah antara satu dengan yang lainnya dengan kapasitas tempat tidur untuk 3 orang/3 tempat tidur. Letaknya tepat di bibir pantai....wooooow....kereeeen!



Paviliun DERAWAN DIVE RESORT | @kaekaha

Setelah membereskan barang bawaan ke dalam kamar masing-masing, semua Kompasiana Blog Trip - Datsun Risers Expedtion langsung berkumpul di tengah-tengah gosong atau gugusan pulau pasir putih di tengah laut yang hanya muncul ketika air laut sedang surut antara jam 12.00-1500 WITA, setelahnya gosong ini akan kembali tenggelam oleh air pasang. Selain mengambil foto, disini kami juga syuting untuk jingle video dokumentasi.

Gugusan gosong pasir patih di tengah laut yang sangat luas | @kaekaha
Biota laut yang ada di sekitar gosong Biota laut yang ada di sekitar gosong | @kaekaha
Suasana syuting video dokumentasi | Official Team Datsun

Kami tidak bisa berlama-lama berada di tempat ini. Puas nggak puas kami harus segera meninggalkan  gosong laut berpasir putih luar biasa indahnya ini, karena sebentar lagi air laut pasang akan segera menutup permukaanya.

Agenda kami berikutnya adalah snorkling melihat kumpulan ikan-ikan cantik warna-warni di sekitar dermaga utama DERAWAN DIVE RESORT yang airnya sangat jernih. Sehingga kita bisa melihat berbagai bita laut yang ada di situ dengan jelas. Selain jenis ikan-ikan laut berwarna-warni yang cantik, di tempat ini juga terdapat kawanan ubur-ubur dan penyu laut plus gugusan karang yang agak tajam, jadi tetap harus berhati-hati.

Aktifitas snorkling yang begitu mengasyikkan | @kaekaha

Karena sudah merasa kelelahan setelah sekitar 2 jam melakukan aktifitas snorkling di sekitar dermaga utama DERAWAN DIVE RESORT, akhirnya semua risers menyudahi aktifitas yang mengasyikkan ini. Sambil menikmati menu makan siang agak sore (tambahan), kami menunggu datangnya sunset di senja hari di dermaga kayu tersebut.

Menunggu sunset datang | @kaekaha
Sedetik sunset yng segera lewat | @kaekaha

Berbeda dengan sunrise yang prosesnya relatif lebih lama, moment sunset berlaku sebaliknya sangat cepat berlalu. Seperti itu juga yang terjadi di Pantai Derawan. Karena sibuk mencari lokasiyang pas untuk membidik sunset, akhirnya malah kehilangan moment langka tersebut di Pulau Derawan. Menurut infoemasi warga sekitar, untuk mendapatkan moment sunset yang paling bagus sebaiknya di dermaga umum Pulau Derawan, bukan di lokasi tempat kami sekarang berada di dermaga utama DERAWAN DIVE RESORT. walaaaaaah, semua risers sedikit kecewa! Karena untuk menuju dermaga umum tersebut di perlukan waktu sekitar 30 menit bila jalan kaki menyusuri perkampungan penuduk. Lewat deh........!!! Tapi tak apalah, sekarang para risers gagal mendapatkan moment sunset toh besok pagi masih ada moment sunrise yang bisa diambil dari dermaga utama DERAWAN DIVE RESORT.

Malam akhirnya merapat juga di Pulau Derawan, secara perlahan tapi pasti sang mentari kembali ke peraduan setelah seharian menyertai kami menjelajahi setiap sudut Pulau Derawan dengan sejuta pesonanya. Tidak berapa lama Suara panggilan Adzan Sholat Maghrib dari Masjid Jami Islamiyah terdengar sayup-sayup berbarengan dengan suara debur ombak yang menandai air laut pasang. Setelah melaksanakan Sholat Maghrib, di Kamar masing-masing semua risers berkumpul di Dalawan Kafe & Restaurant untuk makan malam. Setelah makan malam semua risers kembali kepada habitatnya sebagai Kompasianers yaitu menulis feature tentang semua yang telah dijalani selama seharian menjelajahi Pulau Derawan yang cantik mempesona. Tapi sayang, sekali lagi koneksi internet yang tidak mendukung membuat para risers-Kompasianers keluar kamar masing-masing. Akhirnya para risers sepakat janjian untuk mencari oleh-oleh di perkampungan yang letaknya di belakang penginapan yang hanya dibatasi oleh pagar kawat berduri.

Waktu menunjukkan pukul 21.15 WITA saat para risers mulai menyusuri perkampungan penduduk yang sebagian besar dihuni oleh pendatang dari Pulau Sulawesi tersebut. Sebagian besar outlet dan toko yang menyediakan souvenir untuk buah tangan ternyata sudah tutup sejak pukul 5 sore, tapi tetap ada sebagian kecil yang masih buka walaupun tidak terlalu banyak dan salah satunya yang diserbu oleh para risers adalah "TOKO REGI". Toko milik tokoh masyarakat setempat. Toko souvenir ini bergabung dengan toko kelontong yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat setempat. Menurut cerita Mas Agus orang asli Surabaya yang melayani kami di toko souvenir, "TOKO REGI" yang dijaganya biasa tutup sampai tengah malam, toko ini milik Pak Haji ini salah seorang tokoh masyarakat yang juga seorang pengusaha grosir barang-barang kelontong kebutuhan sehari-hari. Dalam seminggu dengan menggunakan armada kapal milik sendiri Pak Haji 3 kali bolak-balik mengambil barang ke Tanjung Redeb. Untuk urusan souvenir khususnya produk kaos, "TOKO REGI" mempunyai brand sendiri seperti nama tokonya "TOKO REGI". keren ya, naluri bisnis Pak Haji! Kaos-kaos mereka dipesan langsung dari salahsatu industri konveksi di Bandung, makanya Mas Agus menjamin kalau produk kaos mereka mempunyai kualitas yang jauh lebih baik dengan harga yang relatif lebih murah dibanding oleh outlet atau toko souvenir lainnya diseputaran Pulau Derawan.

Sebagian desain kaos "TOKO REGI" | @kaekaha

Setelah puas memilih dan memilah berbagai souvenir yang diincar, para risers akhirnya kembali ke kamar masing-masing untuk kembali mencoba koneksi internet untuk melanjutkan aktifitas sebagai Kompasianers tapi karena koneksi internet tidak juga kunjung membaik sebagian besar memilih untuk beristirahat, karena besok pagi masih banyak aktifitas yang harus dilakukan termasuk menjelajah di Pulau Kakaban yang terkenal dengan populasi fauna langka yang habitatnya hanya ada di 2 tempat di dunia, salah satunya di Pulau Kakaban, yaitu ubur-ubur tanpa racun yang lucu dan menggemaskan.

Serasa semenit saja, para risers memejamkan mata ketika tiba-tiba terdengar panggilan adzan Subuh yang ditingkahi oleh sahutan kokok ayam jantan milik warga masyarakat setempat.  Artinya sebentar lagi kita akan bertemu dengan cantiknya sunrise di Pulau Derawan.
Bagian sunrise yang begitu indah di Pulau Derawan | @kaekaha


Selamat Pagi Derawan!

Pagi yang cerah dan begitu indah sekan membuat para risers kembali mendapatkan suntikan tenaga baru yang  menyegarkan dan menggairahkan jiwa dan raga. Memang harus diakui, kesegaran udara pagi Pulau Derawan seperti mampu menyihir semua rasa lelah dan capek yang menghinggapi semua risers yang telah menjelajahi sebagian Pulau Kalimantan dengan Datsun Go+ Panca.

Tapi sayang, munculnya sang mentari pagi ini juga menjadi tanda berakhirnya para risers bercengkerama dengan indahnya Pulau Derawan, karena pagi ini juga setelah sarapan pagi semua risers dan official harus melanjutkan ekspedisi ke Pulau Kakaban. Tapi kami para risers berjanji akan terus mengabarkan kepada dunia akan eksotisnya pulau berpasir putih di tengah laut Sulawesi ini dan kami juga berharap, suatu saat nanti diberi kesempatan lagi oleh Yang Maha Memberi Hidup untuk datang lagi, bercumbu dengan pasir putih dan ombak laut Derawan yang begitu lembut dan mempesona! Insha Allah!

Pulau Derawan...I love u full! Kami benar-benar mabuk kepayang karenamu.....

Selamat Tinggal Derawan! Sampai jumpa lagi......  | @kaekaha



Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana, diposting pada 18 Januari 2016   02:22

Kamis, 28 Mei 2020

"Babon, Ayam dan Cacing" Romantisme Verbal Pengantar Kebersamaan Para Risers

Sesaat tiba di Derawan Dive Resort di Derawan | @kaekaha

Kata babon ayam dan cacing,  merupakan istilah yang biasa kita dengar sehari-hari. Babon makna harfiahnya adalah indukan atau bisa juga diartikan besar,  sedangkan ayam tentu semua sudah tahu artinya yaitu unggas paling populer bagi kita semua,  karena dagingnya biasa kita masak jadi menu lezat bagi konsumsi makanan kita sehari-hari, sedangkan kata cacing tentu merujuk pada binatang kecil yanh berkelamin ganda atau istilah biologinya hermaphrodyt yang bentuknya gilig panjang. Lantas apa hubungan binatang-binatang itu dengan para risers Datsun Risers Expedition?
 
Rombongan mobil di Tanjung Redeb, Berau |  @kaekaha
Bagi para risers yang terlibat dalam event Datsun Risers Expedition Kalimantan etape I yang menjelajahi eksotisme bumi Kalimantan dari Samarinda menuju Kota Tanjung Redeb,  ibukota Kabupaten Berau,  kata babon,  ayam dan cacing tentu bukan hal yang asing, karena ketiga kata tersebut merupakan kata yang paling sering terdengar dan terucap diantara para risers dan semua rombongan official yang ikut dalam perjalanan dari Samarinda menuju Tanjung Redeb ibukota Kabupaten berau yang mempunyai julukan Kota Sanggam. melalui alat komunikasi HT.

Bingung?  Tidak usah bingung!  Para risers dan semua official even Datsun Risers Expedition sering mendengar dan mengucakan kata babon, ayam dan cacing karena ketiga jenis nama binatang ini dijadikan sebagai kata sandi untuk memudahkan komunikasi diantara semua rombongan ketika pemimpin rombongan ataupun juga anggota rombongan paling belakang melihat berbagai jenis kendaraan yang berpotensi "mengganggu atau membahayakan" aktifitas peserta rombongan even Datsun Risers Expedition. Cacing simbol dari sepeda motor,  ayam simbol dari kendaraan roda empat kecil/sedang dan babon digunakan untuk menandai kendaraan besar seperti truk, bis,  alat berat dsb. 

Diving di Perairan Derawan | @kaekaha
Pada awalnya, pemakaian kata-kata simbolik ini selain untuk memudahkan komunikasi, juga sebagai strategi untuk mengurangi penyebutan merk kendaraan bermotor yg lalu lalang di sekitar rombongan, apalagi yang mejadi competitor brand yang sekarang lagi kita usung dalam even yaitu Datsun. Hal ini diperlukan untuk menanamkan rasa memiliki brand yang diusung dalam even kepada semua risers, langsung ke alam bawah sadar. Dalam perjalanan sejauh kurang lebih 700 km yang dimulai dari Kota Samarinda menuju Kota Tanjung Redeb tersebut ketiga kata tersebut kalau ditotal penyebutannya bisa mencapai ribuan kali.

Tidak hanya itu saja,  ternyata ketiga kata tetsebut juga manjur untuk memecah kebuntuan dan kekakuan komunikasi baik diantara peserta maupun dengan panitia yang sebelumnya memang sebagian besar belum saling mengenal. Sehingga ketiga kata terebut bisa menjadi ice breaker yang efektif. 

Jagaw Risers | @kaekaha
Dalam perkembangannya,  seiring dengan tingkat keakraban diantara para risers yang semakin jauh, ternyata penggunaan kata babon,  ayam dan cacing diantara risers lambat laun mulai melebar, baik dari segi makna maupun fungsinya.  Ada yang dipakai untuk bercanda,  olok-olok bahkan juga menjadi bahasa sandi untuk keperluan lain diluar aktifitas para risers dijalanan. Babon, Ayam dan Casing memang telah menjadi trending topic  dalam dua hari perjalanan menjelajah Kalimantan dari Samarinda menuju Tanjung Redeb, Kabupaten Berau Kalimantan Timur dan semuanya akan menjadi sebuah cerita yang indah akan indahnya kebersamaan dan akan dikenang sampai kapanpun dan dimanapun.

Bravo #JagawRisers dan Semua rekan Risers Etape I Kalimantan 

Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana, diposting pada 15 Januari 2016   04:08

Sangatta-Tanjung Redeb, Ajang Pembuktian Ketangguhan Datsun Go+ Panca

Selamat Pagi Sangatta! | @kaekaha


LINK INTERNET NYAWA KEDUA SEMUA RISERS-KOMPASIANERS

Selamat pagi, Sangatta!

Itulah sapaan salam hangat penuh semangat dari para risers ketika mentari pagi mulai memendarkan cahaya kuning emasnya di timur langit Kota Sangatta,  kota kecamatan penghasil batubara terbesar di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Semalam di Sangatta merupakan kenangan luar biasa yang tidak akan pernah terlupakan.  Sedih, suka dan bahagia semua berbaur dalam kebersamaan sebagai risers dalam Datsun Risers Expedition, Sedih karena koneksi internet yang "aneh", lha kok aneh?  Memang aneh,  sangat aneh malah!  Disaat semua risers yang otomatis juga Kompasianer (kecuali trio risers cewek Maya, Devi,  Achi) memerlukan koneksi internet untuk meng-upload reportase  masing-masing ke akun Kompasiana ternyata harus rela mengelus dada. Koneksi internet via wifi yang disediakan oleh pihak hotel tempat para risers menginap ternyata distribusinya tidak merata, memang ada sebagian yang bisa mendapatkan akses meskipun tidak terlalu lancar, tapi sebagian besar Kompasianer justeru tidak bisa mengakses layanan gratis tersebut. Celakanya,  layanan internet broadband dari beberapa provider seluler statusnya setali tiga uang alias sama saja tidak bisa diakses. Padahal,  para risers semuanya dituntut untuk mengirimkan reportase harian kegiatan Datsun Risers Expedition kualitas terbaik pada hari yang sama alias real time!  Waduuuuuh!

Memang semangat para risers-Kompasianer untuk setor reportase tidak juga mengendor meskipun situasi dan kondisi di lapangan sangat tidak mendukung. Bahkan beberapa diantaranya sampai rela tidak tidur semalaman demi berjaga kemungkinan munculnya link internet. Tapi sayang, keberuntungan sepertinya belum berpihak kepada sebagian besar para risers-Kompasianer, sampai pagi menjelang ternyata yang ditunggu-tunggu tidak juga datang. Sayang memang, niat para risers-Kompasianer memberikan informasi up to date seputar kegiatan Datsun Risers Expedition jadi "gatal" alias gagal total.



Bagi para  Kompasianer internet merupakan nyawa kedua yang tidak bisa ditinggal atau tertinggal, karena setiap saat pasti sangat dibutuhkan. Seperti halnya saat ini, dalam Datsun Risers Expedition link internet sangat-sangat dibutuhkan oleh para risers. Setelah seharian melakukan perjalanan panjang dari satu titik daerah menuju daerah yang lain sesuai dengan rute yang telah ditentukan malam adalah saat yang paling ditunggu untuk melepaskan energi di otak yang telah merekam semua catatan perjalanan yang telah dilakukan. Jadi memang sayang beribu sayang kalau link internet akhirnya justeru memasung energi dalam otak yang seharusnya bisa dikonversi menjadi sebuah catatan perjalanan dalam bentuk tulisan yang bisa dinikmati oleh banyak orang.

Kenyataan "internet"  ini, sebenarnya sebuah pembuktian tidak sengaja yang dilakukan oleh para risers. Inilah wajah Kalimantan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Para risers yang berasal dari beberapa daerah berbeda, bisa melihat sendiri bagaimana isi pedalaman Kalimantan yang sebenarnya. Bagaimana fasilitas dan infrastruktur di daerah, bagaimana fasilitas umum di daerah?

366 KM, SENSASI MENANTANG DIBALIK KEMUDI

But show must go on! Para risers-kompasianers pagi hari ini Selasa,  12 Januari 2016 tetap harus melanjutkan jadwal perjalanan selanjutnya,  yaitu Kota Sangatta-Tanjung Redeb ibu kota Kabupaten Kutai Timur.

Sesuai kesepakatan tim, pagi ini saya yang akan memulai start di belakang kemudi.  Setelah sarapan pagi di Q Hotel dan dilanjutkan dengan olahraga ringan sebagai pemanasan, sesi persiapan dilanjutkan dengan beberapa koordinasi teknis terkait kesiapan semua risers dan official untuk melajutkan perjalanan selanjutnya,  Kota Sangatta-Tanjung Redeb yang menempuh jarak sekitar 366km dengan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan.

Angka meter start Q Hotel, Kota Sangatta | @kaekaha
Angka meter finish di Rumah adat Dayak Miau Baru | @kaekaha

Bismillah,  setelah berdoa bersama akhirnya kami tim #JagawRisers yang berada pada mobil 4 dan semua peserta Datsun Risers Expedition Kalimantan, berangkat menuju Kota Tanjung Redeb,  Kutai Timur. Jam tangan saya menunjukkan tepat pukul 07.30 WITA ketika start dimulai,  sedangkan catatan kilometer pada speedometer mobil kami menunjukkan angka 8327 dengan kondisi bahan bakar full. Seperti sehari sebelumnya,  tim kami selalu mencatat data-data tersebut guna mengetahui total jarak tempuh yang kami tuntaskan plus tingkat konsumsi bahan bakar mobil tunggangan kami Datsun Go+ Panca. Keluar dari,  area parkir Q Hotel Kota Sangatta,  semua risers dan tim official lansung melaju teratur sesuai urutan angka mobil.  Sekitar 15 menit pertama,  para risers masih menjelajahi area Kota Sangatta yang pagi itu terlihat sudah mulai menggeliat aktifitas warganya. Sebagai kota kecamatan,  Kota Sangatta memang tidak terlalu padat dan sibuk layaknya Kota Samarinda yang kemarin telah kita lalui. 

Beberapa saat berlalu, perjalanan risers mulai memasuki daerah tidak berpenghuni yang terlihat didominasi oleh lahan kosong pertambangan batubara baik yang masih aktif mapun yang sudah tidak aktif. Dari papan nama yang bertebaran di beberapa titik, area pertambangan yang terlihat masih aktif tersebut adalah milik salah satu perusahaan tambang batubara nasional yang namanya tentu sudah tidak asing di telinga,  yaitu KPC  (Kaltim Prima Coal) milik salah satu pengusaha nasional.  Sedang yang tidak aktif lagi, terlihat tidak terurus dan terbengkalai tidak jelas siapa pemiliknya.

Papan nama KPC | @kaekaha


Jalanan yang kami lalui semakin menyempit dan terdapat beberapa ruas yang aspalnya terkoyak,  sehingga perlu ekstra hati-hati untuk melintasinya. Semakin jauh dari Kota Sangatta, jalan yang kami lalui semakin menantang, selain kerusakan jalan yang semakin meluas dan menyebar,  kontur geografis wilayah Sangatta-Tanjung Redeb yang berbukit-bukit dengan hutan lindung di sekelilingnya menyebabkan sepanjang jalan yang kami lalui layaknya mengendarai roller coaster di tengah hutan.


Alam Kalimantan | @kaekaha
Bergelombang, tanjakan,  turunan dengan tingkat kecuraman sedang, luar biasa,  sampai yang super ekstrem plus kelokan dengan variasi tikungan biasa sampai hampir berputar 180 derajat dengan lengkung putar yang relatif sempit, belum lagi di sebelah kiri atau kanan sebagian besar adalah jurang-jurang menganga dengan kedalaman sampai puluhan meter yang tidak jarang terkombinasi dengan badan jalan yang tinggal 1/3-nya saja,  karena longsor.  Wooooooooe! Sereeeeeem! Tapi memang inilah yang harus kami lalui, alam liar Kalimantan yang masih perawan dan sangat menantang bagi para petualang seperti kami semua para risers.

Tim #Jagaw Risers | @kaekaha

CSR DATSUN DI DESA ADAT DAYAK MIAU BARU

Angka speedometer kami saat itu menunjukkan angka 8517, artinya kami sudah melakukan perjalanan sejauh 190 km dari titik Q Hotel, Kota Sangatta yang kami tempuh selama 6,5 jam perjalanan, ketika semua risers Datsun Risers Expedition diajak oleh official untuk berbagi CSR kepada anak-anak usia sekolah suku dayak di desa Miau Baru, Kecamatan Kombeng,  Kabupaten Kutai Timur. Desa yang selama ini lebih dikenal sebagai salah satu destinasi wisata budaya ini, memang luar biasa. Selain masih menjaga tradisi adat dayak dengan baik, dibuktikan  dengan masih terjaganya lamin atau rumah panjang sebagai simbol adat yang terus difungsikan,  dipertahankan dan dilestarikan sampai detik ini.



Selain itu, desa ini bisa dijadikan contoh riil dari hidupnya budaya toleransi yang begitu luar biasa. Masyarakat dayak di desa ini bisa hidup berdampingan dengan para pendatang yang datang dan menetap didesa mereka yang tentunya mempunyai latar belakang suku,  agama,  ras dan golongan yang berbeda-beda dengan aman dan damai. Dalam acara CSR yang berdurasi sekitar 1 jam tersebut, acara dikemas sangat kreatif. Para risers dilibatkan secara langsung untuk menunjukkan kreatifitas kelompok masing-masing dalam memberikan influence berbagai pengetahuan dan keilmuan baru yang relevan dan bermanfaat bagi adik-adik dari SDN Miau Baru. Kami dari tim #JagawRisers, mengusung tema indahnya berbagi yang dikemas dalam bentuk dongeng dan game seru. Rangkaian acara CSR datsun diakhiri dengan makan bersama dan dilanjutkan dengan sesi eksplorasi rumah adat dayak miau baru dengan foto dan video.




ROLLER COASTER DI TENGAH HUTAN KALIMANTAN

Setelah semua rangkaian acara CSR Datsun berakhir,  kami risers dan semua rombongan berpamitan kepada tetua adat setempat untuk melanjutkan peejalanan kami menuju Tanjung Redeb dengan estimasi perjalanan sekitar 5jam perjalanan. Tidak seperti perjalanan Kota Sangatta-Desa Miau Baru yang kiri kanan kami sepanjang perjalanan didominasi lahan tambang yang gersang dan vegetasi kebun sawit, peejalanan dari Desa adat Dayak Miau Baru menuju Tanjung Redeb, yang berjarak sekitar 170km lebih didominasi oleh hijaunya hutan hujan tropis Kalimantan yang masih perawan dengan pohon-pohon tinggi dengan kerapatan yang masih terjaga dengan baik. Meskipun kontur jalanan yang kami lalui masih sama seperti roller coaster tapi setidaknya pemandangan hijau disekitar kami bisa membuat segar mata dan paru-paru kami, sehingga mengurangi rasa jenuh dan lelah kami para risers setelah menempuh perjalanan jauh.



Setelah melanjutkan perjalanan sekitar 3jam, semua rombongan Datsun Risers Expedition akhirnya memutuskan singgah sebentar di Kantor Kecamatan Kelay untuk sholat dan istirahat sekitar 30 menit, kebetulan di sini terdapat sebuah Masjid dan halaman Kantor Kecamatan Jelai Kabupaten Berau yang luas bisa menampung semua mobil rombongan Datsun Risers Expedition. Sampai disini angka speedometer mobil kami 8599, artinya jarak antara Desa Adat Dayak, Miau Baru dengan Kantor Kecamatan Kelay Kabupaten Berau adalah sejauh 82 km dan kami tempuh selama 3 jam perjalanan.




Para risers foto bersama di depan Kantor kecamatan Kelay, Kab. Berau

Setelah melaksanakan kewajiban Shalat Dhuhur dan Ashar yang di gabung (jamak qashar) sekaligus berdoa dengan meminta keselamatan dan kemudahan dalam perjalanan kepada yang Maha Kuasa, perjalanan menuju Tanjung Redeb Kita lanjutkan dengan hati dan pikiran yang lebih lapang dan fresh. Medan yang kami lalui masih relatif sama. Kiri kanan kami masih berupa jurang-jurang menganga yang dibalut oleh hijaunya dedaunan hutan hujan tropis Kalimantan yang maaih perawan, hanya saja kami mulai bertemu dengan peradaban manusia, berupa beberapa rumah dan perkampungan penduduk walaupun masih relatif jarang dan sedikit.



KETANGGUHAN MESIN DATSUN MENGANTARKAN PARA RISERS SAMPAI TUJUAN

Ditengah perjalanan mendekati Maghrib,  kami para risers dikejutkan oleh berita salah satu mobil official yang memang mengawal kami dari jauh di belakang kehabisan bahan bakar ditengah hutan. Memang sepanjang perjalanan kami sama sekali tidak menemukan SPBU, untung mobil Datsun yang kami tunggangi irit jadi tidak perlu risau meskipun sepanjang jalan tidak ada SPBU. Selain itu ketahanan dan ketangguhan mesin Datsun Go + Panca tidak perlu diragukan lagi. Datsun mampu melibas dengan aman dan nyaman, turunan, tanjakan dan tikungan-tikungan super ekstrem, Saya membuktikan sendiri dengan mengendarainya sejauh 366km dari Kota Sangatta -Tanjung Redeb dengan waktu tempuh yang ralatif lama,karena pola dan sistem yang dipakai dalam event Datsun Risers Expedition kali ini adalah sistem konvoi yang mengharuskan selama perjalanan, semua mobil wajib berjalan sesuai dengan nomor urut masing-masing, tidak boleh saling mendahului. Sehingga perjalanan memakan waktu lebih lama sekitar dari waktu idealnya.


Semakin mendekati Kota Tanjung Redeb,  hutan hujan tropis Kalimantan yang menyegarkan mata perlahan-lahan menghilang berganti dengan pemukiman dan perkampungan rumah penduduk yang rata-rata tetbuat dari kayu dengan desain arsitektur dan ornamen khas adat dayak yang sudah dimodifikasi. Setelah sekian lama melaju menyusuri jalanan,  akhirnya sekitar jam 20.30 WITA rombongan Datsun Risers Expedition mulai memasuki Kota Tanjung Redeb dan akhirnya kami memilih menginap si salah satu hotel terbaik di Kota yang berjuluk Kota Sanggam itu Swara Cantika. Angka speedometer mobil kami saat itu menunjukkan angka 8698 artinya total jarak yang telah ditempuh para risers dari Samarinda menuju Tanjung Redeb adalah sejauh 366 km dengan waktu tempuh total sekitar 13 jam.


Lelah memang lelah, tapi kami semua para risers sangat bangga dengan pencapaian kami bersama Datsun Go+ Panca menjelajahi Pulau Kalimantan untuk etape 1, Samarinda-Tanjung Redeb dengan sukses tanpa terjadi insiden apapun. Datsun Go+ Panca memang jaminan mutu di kelasnya.

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada tanggal  15 Januari 2016   01:54 WIB

Datsun Risers Expedition, Menikmati Eksotisme Jantung Kalimantan dengan Cara Berbeda



MENGENAL EKSOTISME KEKAYAAN ALAM DAN BUDAYA PULAU KALIMANTAN

Pulau Kalimantan Selama ini telah dikenal luas sebagai pulau yang kaya dengan berbagai kekayaan alam. Perut bumi Pulau Kalimantan adalah lumbung energi bagi dunia. Berbagai hasil tambang mineral dan migas semuanya ada. batubara, emas, bauksit,  pasir besi,  minyak bumi dan gas alam semuanya tersedia melimpah ruah dengan deposit jutaan metrik ton yang tidak akan habis dalam hitungan puluhan tahun.

Untuk kekayaan alam yang diperbarui, Pulau Kalimantan tiada tandingannya!  Hutan hujan tropis Kalimantan dikenal luas sebagai paru-paru dunia. Sebagi penyangga stabilitas iklim dunia keberadaan hutan hujan tropis Kalimantan bukan hanya domain Indonesia,  tapi sudah go internasional. Ini merupakan modal besar bagi pulau Kalimantan dan Indonesia dalam menjalankan peran politik lingkungan dunia.  Inilah salah satu kartu truf Indonesia dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara dimata dunia. Selain itu, hutan hujan tropis Kalimantan juga berfungsi sebagai area konservasi bagi plasma nutfah berbagai spesies hayati (flora) dan hewani (fauna) endemik Pulau Kalimantan yang secara kuantitas mulai terancam punah sehingga perlu perlindungan ekstra. Sebut saja spesies orang utan,  bekantan atau si monyet belanda yang berhidung mancung, gajah Kalimantan,  burung enggang atau hornbill yang begitu diagungkan oleh saudara  kita suku dayak. Untuk spesies hayati,  Kalimantan  adalah rumah bagi ratusan jenis anggrek eksotis yang sifatnya endemik seperti anggrek hutan meratus,  tabat barito atau tongkat ali si pohon ajaib yang diakui masyarakat bisa menjaga dan menambah vitalitas orang dewasa,  pohon kayu besi atau kayu ulin  yang sudah sangat langka (konon,  salah satu penyebab kelangkaanya adalah pertumbuhan pohon ini yang hanya bisa tumbuh 1cm saja dalam setahun), kayu meranti,  balau,  bengkirai dsb.


Soal budaya?  Jangan tanya lagi!  Siapa yang belum mendengar eksotisnya budaya dayak? Budaya Banjar? Budaya Kutai? Pasar terapung, uma betang atau lamin, alat musik Sampeq? Semuanya merupakan hasil dari olah budaya penduduk asli Pulau Kalimantan. Hanya itu? Tentu tidak! Kekayaan bahasa,  kesenian,  kerajinan tangan,  arsitektur bangunan dan keragaman budaya lainnya tidak akan pernah bisa habis untuk di eksplorasi keindahannya.

Inilah sekelumit dari sejuta cerita eksotisme tentang Pulau Kalimantan,  sejengkal surga yang jatuh di bumi nusantara. Tertarik untuk mengeksplorasinya?  ikuti kami bersama #DatsunRisersExpedition dan #KompasianaBlogTrip menjelajahi eksotisme alam dan budaya Pulau Kalimantan dengan cara yang benar-benar berbeda. Asyik dan menantang! 


BALIKPAPAN KOTA BERIMAN YANG MENAWAN

Perjalanan resmi hajatan bertajuk #DatsunRisersExpedition" Round III yang kembali bekerja sama dengan Kompasiana, media blogger paling berpengaruh di Indonesia.  Untuk etape 1 yang dimulai dari Kota Samarinda menuju Kota Tanjung Redeb di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Berlangsung dari tanggal 11-15 Januari 2016 memang tidak melewati Kota Balikpapan. Hanya saja sepertinya kurang afdhol kalau kita harus melewatkan "pintu masuk eksotis" para risers #DatsunRisersExpedition dibumi Kalimantan.

Balikpapan Kota Beriman

Kota Balikpapan. Kota dengan tagline maskot Balikpapan Kota Beriman ini merupakan salah satu pintu masuk ke Pulau Kalimantan selain Kota Banjarmasin si Kalimantan Selatan. Sebagai kota yang terus berkembang dengan pesatnya,   saat ini Kota Balikpapan telah  menjadi simpul sekaligus parameter pembangunan ekonomi regional Kalimantan dan Indonesia bagian timur. Sinergi pemerintah dengan rakyatnya yang begitu dahsyat,  menjadikan Kota Balikpapan sebgai salah satu destinasi kota tercerdas di Indonesia dengan indeks pembangunan manusia,  ekonomi sosial dan budaya yang mumpuni diatas rata-rata kota lain di Indonesia. Tak pelak, situasi ini menjadikan Kota Balikpapan sebagai kota Harapan bagi para pendatang yang datang dari berbagai daerah Indonesia untuk mengadu peruntungan.



Inilah Kota Balikpapan,  miniatur Indonesia yang telah berhasil menjadi inspirasi bagi pembangunan daerah berkelanjutan dengan mensinergikan berbagai potensi yang bertebaran didalamnya! Silakan ambil yang baik dan sesuai dengan sosio kulture masyarakat daerah masing-masing  untuk di terapkan dan diaplikasikan. Mau? 

SINGGAH SI KOTA TEPIAN

Perjalanan hari ini,  dari Kota Balikpapan para risers langsung menuju Kota Samarinda si Kota Tepian, Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur.  Kota yang berada di tepian Sungai Mahakam ini mempunyai sejarah panjang sebagai kota perdagangan yang sangat penting bagi pergerakan dan pertumbuhan perkonomian regional Kalimantan. Posisi strategis Kota Samarinda yang tepat berada  di jalur lalu lintas lersagangan antar pulau dan antar daerah di pedalaman Kalimantan,  menjadikan pelabuhan sungai Mahakam sebagai pelabuhan tersibuk di jamannya dan Sungai Mahakam sebagai salah satu sungai telebar dan terpanjang di Indonesia sangat mendukung untuk kepentingan itu. Selain itu,  Sungai Mahakam juga menyimpan spesies unik dan langka yang hampir punah, pesut mahakam. Binatang mamalia air yang lebih kita kenal sebagai ikan duyung ini dengan mati-matian dijaga kelestariannya oleh masyarakat Samarinda. Mau ikut serta menjaganya, kompasianer?

Islamic Centre Samarinda di tepian Sungai Mahakam

Sekarang,  sebagai kota yang bergerak maju menyonngsong peradaban modern,  Kota Samarinda juga bersolek dengan membenahi berbagai sarana dan prasarana kota untuk mendukung proyeksi pembangunan wilayah diberbagai bidang, yang paling preatisius adalah pembangunan proyek Islamic Centre dan fly over yang sekarang mulai dikebut. Selain sebagi pusat kegiatan keagamaan Islamic Centre yang berada di tepian Sungai Mahakam atau tepatnya si jalan Slamet Riyadi ini telah menjadi landmark bagi kota Samarinda yang berhasil menjadi daya tarik pariwisata baru bagi masyarakat. Samarinda memang khas dan akan selalu ngangeni siapa saja yang pernah berkunjung ke kota cantik ini, apalagi kalu sudah pernah merasakan lezatnya kerupuk ikan belida khas Samarinda, amplang kuku macan?

Selama di Samarinda para risers,  berkunjung ke dealer NISSAN di kawasan Sempaja,  pemilik brand Datsun yang posisinya tidak jauh dari GOR Sempaja yang terkenal itu.  Selain makan siang dan sholat,  selama berkunjung ke dealer Datsun tersebut,  para riser juga mendapatkan pembekalan sekaligus materi pola koordinasi untuk kepentingan keselamatan dan kenyamanan para risers dalam menggenjot pedal gas Datsun Go Panca yang menjadi tunggangan selama touring #DatsunRisersExpedition. 



BERPETUALANG KE NEGERI BATUBARA,  SANGATTA

Sekitar pukul 13.30 WITA rombongan #DatsunRisersExpedition yang berjumlah 5 mobil plus beberapa mobil Offcial berangkat menuju Kota Sangatta di daerah Kutai yang berjarak sekitar 250km.  Selama perkalanan kami di mobil 4 yang mempunyai julukan "#JagawRisers" tidak mengalami kendala yang berarti. Dengan laju kendaraan yang sifatnya koordinatif dengan rata-rata kecepatan antara 50-60 km/jam kami bisa menikmati kenyamanan berkendara berkelas yang disediakan oleh rancangan Datsun Go Panca yang elegan dan tetap aman.

Tipikal jalan menuju Kota Sangatta dari Kota Samarinda didominasi oleh tanjakan dan turunan yang dikombinasi dengan tikungan-tikungan tajam yang berkelok-kelok,  kami bisa dibilang sangat jarang bertemu dengan jalur lurus datar dengan panjang lebih dari 500meter!  Keren kan? Tapi itulah hebatnya Datsun Go Panca, dengan medan yang lumayan ekstrim dan menantang seperti ini tetap bisa berakselerasi secara maksimal, hebatnya lagi tetap bisa memberikan kenyamanan dan keamanan maksimal kepada semua penumpang yang ada di dalam kabin. Good Job,  Datsun! Akhirnya,  sekitar Maghrib kami mulai memasuki kota Sangatta,  negeri kecil penghasil batubara terbesar di Kalimantan Timur. 




Artikel ini bisa juga dibaca di Kompasiana

Catatan Diary Seorang Personalia: Warna-warni BPJS Ketenagakerjaan Ada disini




Berkenalan dengan BPJS Ketenagakerjaan (JAMSOSTEK)

Saya bekerja di salah satu perusahaan holding company yang bergerak di bidang industri plastic, dengan produk utama berupa woven bag atau karung plastic sejak awal tahun 2000-an. Saat pertama kali diterima, posisi jabatan awal saya adalah junior staff di Departemen Human Resources & General Affair atau mungkin lebih dikenal masyarakat sebagai personalia dan umum.

Lingkup pekerjaan yang saya tangani saat itu memang relatif banyak, selain komunikasi internal perusahaan yang meliputi recruitment, training, dan manajemen kebutuhan umum perusahaan non produksi. Untuk komunikasi external, link pekerjaan saya adalah dengan berbagai institusi baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan operasional perusahaan tempat saya bekerja, seperti Dinas tenaga Kerja, DLLAJ, Dinas Perindutrian dan Perdagangan, Kantor Imigrasi, Kantor Pelayanan Pajak, Dinas Kesehatan, Kantor Pemerintahan dari tingkat RT/RW, Kelurahan sampai Gubernur dan tentunya Kantor Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan ( saat itu masih JAMSOSTEK).

Diantara lingkup pekerjaan yang saya tangani, pekerjaan “mengurusi” karyawan dan JAMSOSTEK, merupakan pekerjaan yang paling banyak memberikan kesan, kenangan, pelajaran dan pengalaman hidup luar biasa yang sangat berharga dan berguna, baik untuk kemajuan kinerja saya pribadi di perusahaan maupun untuk kehidupan sosial diluar perusahaan.

“Berhubungan dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), itu gampang-gampang susah, kamu harus pintar mengatur sikon agar komunikasi lancar dan tidak dipersulit!”

Inilah kalimat sugestif pertama tentang JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) yang terekam dengan baik dalam alam bawah sadar saya, membuat sedikit agak bergidik juga…!Kalimat ini disampaikan oleh manager saya, ketika untuk pertama kali saya diberi tugas melakukan sinkronisasi data rekonsilisasi tahunan kepesertaan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) perusahaan kami, berikut total rincian iuran tahunannya yang kebetulan ada perbedaan antara data perusahaan dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), sehingga menimbulkan selisih pembayaran yang cukup besar dan celakanya, sudah beberapa tahun terakhir masalah data rekonsiliasi tahunan yang bermasalah ini tidak juga terselesaikan. Entah apa sebabnya….? Sepertinya hubungan perusahaan tempat saya bekerja dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) kurang harmonis.

Menurut (versi) manajer saya, staff kita tidak ada yang bisa ngurus! Sementara pihak JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), khususnya bagian data susah untuk diajak komunikasi, sepertinya kultur dan budaya kinerja JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) tidak jauh beda dengan kultur BUMN lainnya, yang punya kecenderungan kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah? Inilah kalimat sugestif kedua tentang JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan)yang masuk dalam benak saya saat itu.

Angker juga sepertinya sosok JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) yang digambarkan oleh bos saya saat itu, bahkan darah muda saya sempat berdesir juga lho, mendengarnya. Untungnya logika saya segera bermain! Kemungkinannya ada dua, Pertama, Ini skenario shock therapy sekaligus test case bagi karyawan baru seperti saya pada masa training 3 bulan. Kedua, Ini benar-benar test case pertama dari perusahaan untuk menguji kecakapan kinerja saya dalam memanage konflik dengan pihak eksternal, berarti ini tantangan sekaligus ujian bagi keberhasilan saya melewati masa training.

Kesan pertama memasuki kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) yang terlihat penuh dan sibuk, sepertinya baik-baik saja. Saya diterima oleh security dan diantarkan ke bagian pengawasan dan data yang ada di lantai dua dan akhirnya bertemu langsung dengan petugas yang selama ini memegang data untuk wilayah kerja yang mencakup perusahaan tempat saya bekerja, sebut saja Pak Arbi. Dalam obrolan yang relatif santai itu, akhirnya terungkap semua permasalahan yang menyebabkan terjadinya perbedaan perhitungan nilai iuran yang harus dibayar perusahaan dan miss communication akut antara perusahaan saya dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) selama ini, yaitu
 
  1. Tidak adanya wadah komunikasi intensif untuk menyelaraskan persepsi dalam bentuk forum komunikasi atau grup diskusi antara perusahaan dan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), Sudah menjadi rahasia umum, adanya perbedaan kepentingan yang mendasar antara sebagian besar perusahaan dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) dalam “memandang” dana iuran yang harus dibayarkan perusahaan tiap bulannya. Bagi perusahaan, ini adalah beban (biaya) tetap yang pasti (compulsory) dengan prosentase maksimal sekitar 12,74% X Gaji tenaga kerja X Total Jumlah Karyawan. Sedangkan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), wajib memungut iuran bulanan dari perusahaan untuk menjaga keberlangsungan fungsi-fungsinya yang telah diatur oleh Undang-Undang (apapun kondisi perusahaan).
  2. Keterbatasan personel bagian data dan pengawasan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) tidak sebanding dengan banyaknya jumlah perusahaan yang di handle, sehingga menyebabkan intensitas kunjungan semakin berkurang. Hal ini menyebabkan minimnya komunikasi data yang akurat, karena tidak ada fungsi korektif dini secara berkala untuk mencegah penyimpangan (deviasi) akurasi data yang seharusnya menjadi salah satu tugas dari bagian pengawasan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan).
  3. Kurang tertibnya administrasi perusahaan dalam mencatat dan melaporkan karyawan resign yang juga anggota JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Paling sering adalah, keterlambatan pelaporan, sehingga terjadi selisih bulan kepesertaan anggota yang ujung-ujungnya menyebabkan selisih rincian iuran yang harus dibayar perusahaan.    
  4. Perbedaan nilai gaji karyawan yang didaftarkan perusahaan dengan nilai gaji riil yang diterima karyawan. Hal ini merupakan sumber masalah terbesar dalam trilogy pola hubungan perusahaan, karyawan dan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Meskipun sudah diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah berikut sangsi-sangsi hukumnya, tapi anehnya masalah ini terus muncul. Jelas ini merugikan tenaga kerja /karyawan.
  5. Tidak adanya PIC (Personal In Charge) definitif atau penanggung jawab komunikasi dan data yang ditunjuk oleh perusahaan terkait JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) yang sifatnya permanent, sehingga pihak JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) mengklaim sering kebingungan ketika harus menghubungi perusahaan jika ada masalah-masalah yang perlu dibahas.

Alhamdulillah, pertemuan pertama saya dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) cukup memberi kesan. Situasi yang sebenarnya tidak saya duga sebelumnya ini, paling tidak mulai merubah pandangan awal saya terhadap JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Dari sini ada beberapa kesimpulan awal yang bisa saya dapatkan, yaitu
  1. Memang, inti dari sebuah hubungan, apapun itu bentuk dan jenisnya adalah komunikasi yang baik dan terjaga.
  2. Perlunya JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) membangun komunikasi intensif dan persepsi positif kepada publik sebagai bagian membangun goodwill perusahaan, khususnya stake holder agar tidak terjadi miss communication yang berujung pada ketidakharmonisan hubungan yang tentu saja memberikan efek yang tidak nyaman.
  3. Untuk internal perusahaan, tidak ada kata lain selain harus merapikan proses administrasi data tenaga kerja, termasuk akurasi data perubahan dan ketepatan waktu pelaporan status ketenagakerjaan karyawan ke JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan).

Dengan total karyawan aktif mencapai 10.000-an plus budaya kerja perusahaan yang sudah terbentuk sekian lama, memang bukan pekerjaan mudah untuk merubah dan berubah. Tapi, bukan berarti tidak bisa! Bukankah sudah menjadi kodrat kita harus selalu berubah mengikuti desain dan pola baru yang lebih baik, efektif dan efisien. Meskipun pelan tapi harus yakin dan pasti.

Mengharu Biru, Mengguncang dada dan Berujung Lega dengan BPJS Ketenagakerjaan!

Berdasarkan UU No.3 /1992 pasal 17, Kepesertaan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sifatnya adalah wajib dan satu paket dengan Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK) dan di era BPJS Ketenagakerjaan dilengkapi dengan Jaminan Pensiun (JP) amanat UU No.24 Tahun 2011 Pasal 6 ayat 2, sedangkan Jaminan Kesehatan (JK) dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Berdasarkan PER MENAKER No. 3/Men/1994, Pasal I ayat 7 “Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui”

Dari pengertian diatas, bisa disimpulkan ada 3 klasifikasi kecelakaan kerja yang diakui oleh JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), yaitu
  1. Kecelakaan kerja dalam arti yang sebenarnya. Maksudnya, kecelakaan yang dialami oleh seorang tenaga kerja ketika sedang beraktifitas menjalankan fungsi dan tugasnya. Dalam aktifitas industri, penyebabnya antara lain faktor manusia (Human Error), faktor alat dan faktor lingkungan.
  2. Penyakit akibat hubungan kerja, yaitu penyakit yang diderita oleh tanaga kerja dan mantan tenaga kerja sebagai akibat adanya hubungan kerja (jenis pekerjaan yang sedang di jalani).
  3. Kecelakaan lalu-lintas tenaga kerja dalam perjalanan pergi-pulang dari rumah menuju ke tempat kerja dan sebaliknya, dengan melalui jalan yang biasa dan wajar dilalui ( plus tinjauan waktu kejadian yang wajar pula)

Kalau merujuk klasifikasi perusahaan dalam PP No.14 tahun 1993, Pasal 9 Ayat 1, perusahaan tempat saya bekerja masuk dalam kelompok III, artinya rata-rata tingkat resiko terjadinya kecelakaan di perusahaan kami dinilai sedang.

Secara quantity kecelakaan kerja yang tercatat di perusahaan kami, 75% di dominasi oleh Departemen Produksi. Sedangkan selebihnya terbagi di Departemen Teknik (Maintenance+Workshop), Umum, Warehouse dan lainnya. Sedangkan dari quality-nya kecelakaan yang paling fatal TKP-nya justeru di jalan raya.

Dari catatan saya, ada beberapa kejadian kecelakaan kerja luar biasa yang dialami oleh tenaga kerja di perusahaan tempat saya bekerja.

1. Perjalanan pulang Istiqomah!

Bagi saya pribadi, kejadian ini merupakan kisah yang paling menngaduk-aduk emosi, pikiran dan logika spiritual saya sebagai manusia biasa yang kebetulan mengemban amanah berupa jabatan Senior Supervisor HR&GA. Karena baru pertama kali (berharap sekaligus yang terakhir), jiwa dan raga saya shock berat, ketika mendapati salah satu karyawati bagian produksi kami meregang nyawa di jalan raya karena mengalami kecelakaan lalu lintas ketika pulang menuju kerumah selepas selesai kerja shift malam.

Ada cerita yang menarik dibalik tragedy ini. Awalnya pihak keluarga korban bersikeras menolak ketika saya beri informasi bahwa, kecelakaan yang dialami Istiqomah bisa diajukan klaimnya ke JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) sebagai kecelakaan kerja. Usut-punya usut, ternyata pihak keluarga mengira bahwa kami ingin “merekayasa” kecelakaan lalu lintas yang dialami Istiqomah menjadi kecelakaan kerja karena hubungan kerja alias saat sedang menjalani aktifitas pekerjaan di dalam pabrik. Tapi setelah saya jelaskan bahwa kecelakaan lalulintas yang dialami Istiqomah itu termasuk kecelakaan kerja, seperti yang dijelaskan PER MENAKER No. 3/Men/1994, Pasal I ayat 7. Baru pihak keluarga memahami dan akhirnya mengijinkan sekaligus meminta pemdampingan untuk mengurus semuanya di kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Alhamdulillah, setelah semua beres pihak keuarga tidak lupa menngungkapkan rasa syukur dan terimaksihnya kepada Allah SWT, melaui JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Terima kasih JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan)!

2. Separuh Muka Rudy yang hilang

Seperti yang saya sampaikan diatas, 75% kecelakaan kerja di perusahaan kami didominasi oleh Departemen Produksi yang sebagian besar penyebanya adalah human error. Kejadian kecelakaan kerja yang satu ini salah satu contoh human erroryang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang fatal.

Saat itu, perusahaan kami akan melakukan standarisasi baku mutu berafiliasi kepada stndart baku mutu ISO. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan dan bersentuhan langsung dengan kepentingan karyawan adalah, terbitnya aturan : larangan untuk menikah dengan sesama karyawan dan bila tetap menikah dengan sesama karyawan maka salah satu diantara keduanya harus mengundurkan diri. Diluar dugaan, ternyata terbitnya aturan ini menjadi boomerang untuk perusahaan, terjadi gejolak di level karyawan setingkat operator di lapangan/produksi. Kegelisahan karyawan menyebabkan angka kecelakaan kerja di area produksi meningkat tajam dari biasanya. Selain itu, kualitas kegawatannya juga semakin mengkhawatirkan. Puncaknya adalah kecelakaan salah satu karyawan di Departemen Produksi I (Extrution), yaitu bagian pengolahan biji plastik menjadi pita plastic (tape yarn). Suhu di area produksi I yang relative lebih panas ditambah dengan mesin produksi yang juga paling bising plus permintaan kekasih untuk segera dinikahi menyebakan pikiran Rudy semakin kalut dan tidak konsentrasi, akhirnya ketika membersihkan roll mesin yang berputar kencang dengan rpm tinggi dari pita reject, tanpa disadari jarak aman tangan dengan mesin tidak terkontrol menyebabkan tangan kanan Rudy tersedot putaran dual roll yang saling beradu, Kejadian ini membuat lengan Rudy patah dan terjepit. Celakanya, karena mesin dalam putaran tinggi Rudy tidak bisa menghindar ketika bagian muka sebelah kiri juga terkena putaran roll diatasnya yang panas. Akhirnya separuh muka Rudy seperti ter-amplas, tanpa kelopak mata kiri, alis dan bulu mata.

Jujur, sedih sekali saya melihat ini semua. Tapi untungnya semua biaya pengobatan Rudy (kecuali operasi yang sifatnya cosmetic) sampai sembuh ditanggung oleh JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) sesuai plafon dan selebihnya ditanggung oleh perusahaan. Rudy memang ikhlas menerima semuanya, tapi sayang dia sebenarnya tidak tahu sampai kapan dan sampai berapa batas plafon yang dijamin oleh JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) untuk kasus kecelakaan yang dialaminya. Sampai sekarang setelah lebih 13 tahun Rudy masih terus membutuhkan perawatan, kelenjar air matanya yang sejak kecelakaan itu tidak berfungsi menyebabkan ancaman kebutaan. Untuk menjaga proses pelumasan pada bola matanya, setiap saat dia harus terus meneteskan cairan khusus yang harus dibeli di apotik dengan uang!

Sebenarnya, masih banyak cerita kecelakaan kerja lain yang sangat relevan untuk menambah wawasan kita semua, terutama dalam hubungannya dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Tapi dua kisah nyata diatas saya kira sudah cukup untuk memberi gambaran kepada kita semua betapa pentingnya keberadaan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan)

Dari berbagai kisah kecelakaan kerja diatas, ada beberapa hal yang bisa digaris bawahi, yaitu
  1. Sebagian besar tenaga kerja dan keluarganya beranggapan bahwa berurusan dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) adalah domain perusahaan saja.
  2. Ketiadaan akses komunikasi dengan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), menyebabkan kurangnya pemahaman mereka terhadap hak-haknya sendiri. Syukurnya, sekarang kehadiran BPJS sudah didukung oleh berbagai fitur informatif berbasis internet yang bisa diakses oleh semua stake holder termasuk tenaga kerja setiap saat melalui website resmi BPJS Perubahan ini tentu membawa dampak yang sangat positif bagi kelancaran komunikasi semua pihak yang berkepentingan.
  3. Tidak ada kontrol dari JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), berkaitan dengan sosialisasi tentang JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahaan pemberi kerja kepada karyawan/tenaga kerjanya.
 
Ngeri! Menduduki Kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) demi JHT!


Sejatinya Jaminan Hari Tua (JHT) merupakan salah satu program jaminan sosial yang menjadi hak sekaligus kewajiban karyawan dan kewajiban bagi perusahaan. Komposisi prosentase iuran bulanan Jaminan Hari Tua (JHT) adalah 3,7% ditanggung oleh perusahaan, sedangkan 2% dipotong dari gaji karyawan yang didaftarkan ke JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan).

Berkaitan dengan program Jaminan Hari Tua (JHT), saya mempunyai sebuah kisah spektakuler yang luar biasa kerennya…..! Yuk disimak!

Hari itu, sekitar jam 10 pagi saya mendapatkan telepon dari kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), ternyata dari Kepala Kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan)-nya langsung yang menelpon, seorang ibu yang saya lupa namanya. Beliau mengabarkan ada sekitar 15 orang mantan karyawan perusahaan saya yang mau menduduki kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), kalau tuntutannya tidak dikabulkan. Waduuuuh!

15 orang mantan karyawan perusahaan saya itu bersama keluarganya masing-masing, awalnya ingin mengambil dana JHT. Tapi karena persyaratannya kurang lengkap (tidak ada Surat Keterangan Berhenti Kerja dari perusahaan), maka niat mereka ditolak oleh petugas counter yang melayani. Penolakan dari petugas ini sepertinya menyulut emosi mereka sehingga mereka mengancam akan menduduki kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), sampai tuntutan mereka dipenuhi.

Tidk mau mengambil resiko atas ancaman tersebut, makanya si ibu Pimpinan Cabang JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) langsung menelpon perusahaan kami, sekaligus pihak kepolisian dan pengawas Ketenagakerjaan dari Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat. Setelah diskusi beberapa saat untuk mengetahui permasalahan yang terjadi. Intinya, JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), meminta kebijaksanaan dari perusahaan agar bisa memberikan solusi untuk masalah yang sudah beberapa kali terulang tersebut. Sudah tentu saya tidak bisa memutuskan sendiri solusinya. Untuk itu, saya minta waktu untuk koordinasi dengan pimpinan mengenai kemungkinan solusi yang bisa diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini. “Tidak pakai lama ya pak….!” Pesan beliau.

Menurut manajer saya, sebenarnya masalah ini merupakan pengulangan beberapa tahun yang lalu, ketika mereka juga melakukan aksi yang sama, yaitu mengancam ingin menduduki kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Permasalahan ke-15 orang mantan karyawan bagian produksi ini berawal dai 7 tahun silam (saat itu saya masih belum lulus SMA…he..he…he… dan Manager saya masih belum lulus kuliah, jadi kami sama-sekali tidak mengetahui kronologi sebenarnya).

Menurut, General Manager kami (satu-satunya saksi hidup sekaligus saksi kunci masalah ini, kebetulan saat kejadian itu beliau menjabat sebagai Manager Bagian Produksi, artinya atasan ke-15 orang tersebut) Waktu itu mereka melakukan mogok kerja masal hampir dua minggu dan dari mediasi yang difasilitasi oleh berbagai pihak (Disnaker, Serikat pekerja, Bupati, DPRD setempat sampai kepolisian) tidak memberikan jalan keluar alias deadlock dan selama kurun waktu itu, perusahaan sudah berusaha memberikan berbagai solusi atas tuntutan mereka, tapi ke-15 orang ini termasuk dalam sekitar 80-an karyawan yang tidak mau menerima solusi itu dan memilih untuk mogok. Akhirnya, perusahaan bertindak tegas. Karena dianggap mangkir dengan sengaja tanpa alas an yang bisa dipertanggungjawabkan mereka dianggap mengundurkan diri secara tidak hormat dan resikonya, mereka tidak mendapatkan Surat Keterangan Berhenti Kerja dari perusahaan. Karena salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Keterangan Berhenti Kerja dari perusahaan adalah keluar/mengundurkan diri dengan cara-baik-baik sesuai prosedur dan aturan yang berlaku.

Hasil koordinasi internal perusahaan kami, manajemen memutuskan untuk tetap tidak mengeluarkan kebijakan apapun untuk masalah ini. Karena selain mengorek luka lama, dikhawatirkan justeru bisa menimbulkan masalah hukum yang baru. Mengetahui keputusan kami seperti itu, situasi di kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) semakin tegang. Bahkan salah satu dari ke-15 mantan karyawan kami tersebut nekat hendak menyandera salah satu customer service yang sedang bertugas, tapi untungnya sempat digagalkan oleh aparat.

Singkat cerita, Alhamdulillah setelah kami duduk bersama, berembug dengan lawyer perusahaan, pimpinan kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan), Kadisnaker setempat, Serikat Pekerja, pihak kepolisian dan ke-15 mantan karyawan tersebut. Akhirnya perusahaan mengabulkan permintaan JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) untuk menerbitkan surat keterangan tertulis yang menerangkan bahwa mereka (ke-15 mantan karyawan) “pernah” bekerja di perusahaan kami, dengan catatan bahwa surat ini diterbitkan “terbatas” hanya untuk kebutuhan administatif pencairan dana JHT ke-15 mantan karyawan tersebut di kantor JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan). Fair???

Bingung dengan Jaminan Kematian!?


Jaminan Kematian (JKM), seperti halnya dengan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) pembayaran iurannya sebesar 0,3% dari gaji, ditanggung oleh perusahaan. Sebagian besar pertanyaan karyawan/tenaga kerja di perusahaan saya yang juga peserta JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) mengenai Jaminan Kematian (JKM) adalah perbedaan aplikasinya dengan klausul yang mengatur tentang biaya kematian dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK). Walaupun sebenarnya mudah untuk menjawab karena semua sudah dijelaskan dan dijabarkan dalam UU No.3 /1992 pasal 12 ayat 1. Intinya, Klaim biaya kematian dalam Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) diperuntukkan bagi koraban meninggal akibat kecelakaan kerja, sedangkan klaim Jaminan Kematian (JKM) diperuntukkan bagi tenaga kerja yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.

Tapi karena banyaknya pertanyaan yang muncul, berarti sosialisasi tentang berbagai produk/program JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) kepada masyarakat harus terus dilakukan secara kreatif dan berkesinambungan dengan tetap berpedoman pada prinsip efektif dan efisien. Jangan hanya mengandalkan kemauan yang konon hanya setengah hati dari perusahaan pemberi kerja.

Upaya sosialisasi program JAMSOSTEK (BPJS Ketenagakerjaan) harus kreatif mengikuti perkembangan sosiokultur masyarakat. Media internet dengan segala produk turunannya berupa media social, videoweb dsb bisa menjadi media efektif untuk keperluan dimaksud. Tergantung segmen pasar mana yang akan disasar. Bagaimana BPJS Ketenagakerjaan?



Program BPU dan Jaminan Pensiun Membuat Saya Ingin Ikut dan Melanjutkan BPJS Ketenagakerjaan (Lagi)!



Sudah 3 tahun terakhir saya menetap di Pulau Kalimantan, sejak resign dari tempat kerja saya holding company di Industri Plastik tersebut. Sekarang saya mencoba peruntungan saya dengan berwiraswasta menjadi pedagang kelontong dan sekarang merintis usaha berjualan souvenir dan cinderamata khas Kalimantan secara online. Harus saya akui, usaha sendiri dan mandiri seperti yang saya lakukan sekarang memang memberikan kenikmatan tersendiri, waktu dengan keluarga lebih terjamin kualitasnya, konsentrasi kita hanya kepada upaya meningkatkan volume usaha jadi semuanya lebih mudah untuk dinikmati. Hanya saja, dibalik indah dan nikmatnya hari-hari baru yang saya jalani ada sedikit kegundahan yang yang saya rasakan, yaitu jaminan eksistensi masa depan untuk saya dan keluarga. Memang, sesuai ajaran agama Islam yang saya anut, semua sudah diatur oleh Allah SWT, termasuk untuk urusan rejeki. Tapi bukan berarti kita tidak boleh ikut berencana untuk masa depan kita. Karena itu bagian dari ikhtiar kita untuk menjemput rejeki dari Allah SWT dan Progam Jaminan Pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sepertinya memberi jawaban akan kegelisahan dan kegundahan akan masa depan saya dan keluarga.

Apalagi BPJS Ketenagakerjaan sekarang mengakomodir posisi orang-orang seperti saya yang aktifitas mencari uangnya Bukan (sebagai) Penerima Upah (BPU) alias bekerja mandiri. Dengan kepesertaan bertahap plus rincian iuran yang relative terjangkau menurut saya program kepesertaan untuk Bukan (sebagai) Penerima Upah (BPU) adalah salah satu program kreatif dan inovatif dari BPJS Ketenagakerjaan karena segmen yang yang bisa dijangkau lebih luas sehingga manfaat keberadaan BPJS Ketenagakerjaan untuk masyarakat bisa lebih maksimal. Jadi kalau bisa menyelam sambil minum air sekaligus bisa mendapatkan ikan, kenapa hanya menyelam saja, nggak dapat apa-apa?

 
Artikel ini terpilih sebagai Pemenang Periode ke-dua"berhadiah uamg tunai Rp. 1 Juta Rupiah, sekaligus peraih juara pertama/pemenang utama dari Grand final

Blog Competition "Aku dan BPJS Ketenagakerjaan"

berhak atas hadiah utama Rp. 10 juta rupiah. Jadi total untuk lomba ini dapa hadiah sebesar Rp. 11 Juta Rupiah.
Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana