Sabtu, 28 Mei 2022

Balada "Warung Sakadup", Sisi Unik nan Menggemaskan Ramadhan di Kota 1000 Sungai



Setiap bulan Ramadan tiba, di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! dan juga daerah-daerah lain di Kalimantan Selatan selalu muncul beberapa fenomena unik terkait bulan Ramadan diantara beragam aktivitas sosio-relijius masyarakatnya.

Salah satunya yang selalu aktual dan faktual, sekaligus menggemaskan adalah fenomena kemunculan warung sakadup atau sering diplesetkan menjadi Warung Skadup yang secara tradisional oleh Urang Banjar biasa dimaknai sebagai warung makan yang bagian depannya ditutup (kain) sebagian, sehingga dari luar hanya terlihat kaki kursi dan juga kaki pengunjung warungnya saja. 

Jadi pada dasarnya, warung sakadup ini sebenarnya warung makan biasa yang biasanya berjualan di hari-hari biasa di luar bulan Ramadan.

Sedangkan istilah atau label sakadup ditambahkan, ketika warung-warung ini memilih tetap berjualan di siang hari selama bulan Ramadan.

Tapi karena secara tradisi, berjualan makanan dan minuman di siang hari selama bulan puasa di lingkungan Urang Banjar yang sejak berabad-abad silam telah menjadikan Islam sebagai way of life dianggap pamali, menyebabkan aktifitas ini tidak bisa dilakukan sembarangan, apalagi setelah label pamali ini diformalkan dalam bentuk peraturan pemerintah daerah! 

Karenanya, pemilik warung sakadup akan menutup bagian depan warung dengan kain, terpal, banner atau apa saja yang bisa menghalangi pandangan dari luar ke dalam warung.

Maksudnya, mungkin saja agar pengunjung yang sedang "beraktifitas" di dalam warung tidak merasa risih sehingga tidak bisa menikmati secara maksimal "aktifitasnya", karena terlihat dari luar.

Uniknya, alat penutup ini selalu dibuat tidak sempurna! Seperti di sengaja, umumnya bagian bawah warung yang memperlihatkan kaki kursi dan kaki pengunjung warung tetap dibiarkan terbuka, sehingga tetap terlihat dari luar. Inilah yang disebut sebagai warung sakadup. Unik dan menggemaskan bukan?

 

Sejak abad ke-16 yang ditandai dengan berdirinya Kesultanan Banjar yang juga sekaligus menjadikan agama Islam sebagai agama resmi kesultanan, secara otomatis sejak saat itu konstruksi budaya masyarakat Banjar berafiliasi kepada ajaran agama Islam, hingga sampai sekarang diantara keduanya saling berpilin dan berkelindan satu sama lain, hingga kemudian muncul ungkapan Banjar itu Islam dan Islam itu Banjar.

Kemunculan warung sakadup di Kota 1000 Sungai dan Kalimantan Selatan setiap bulan Ramadan, sejatinya sudah ada sejak lama,  meskipun tetap saja hadir sebagai sebuah anomali dari konstruksi budaya Urang Banjar yang menjunjung tinggi ajaran Islam. 

Luar biasanya, meskipun tetap saja dianggap pamali, bukan berarti membuat Urang Banjar tutup mata apalagi gelap mata menyikapinya.

Secara faktual, secara komunal masyarakat tetap mengedepankan adab dan kearifan untuk mencari jalan keluar terbaik, agar kemunculan waraung sakadup tidak mengganggu ketentraman, ketertiban dan kekusyukan bulan Ramadan. Tetapi justeru bisa tepat guna dan tepat manfaat.

Di era modern seperti sekarang, semua aturan dan peraturan terkait tramtib di bulan Ramadan di terbitkan secara formal dalam bentuk peraturan daerah yang bersifat lebih mengikat dan tentunya mempunyai kepastian hukum yang lebih kuat, termasuk terkait keberadaan warung sakadup.

Peraturan yang tetap mengedepankan adab dan kearifan, serta berusaha memberikan win-win solution yang adil ini bisa dikategorikan sebagai kearifan lokal khas Urang Banjar.

Secara sederhana, teknis pengelolaannya antara lain, dengan menentukan semacam zonasi kawasan, mengatur jam buka warung, sampai mengatur teknis jual beli makanan dan minumannya. 

Sebagai contoh untuk zonasi, biasanya untuk kawasan-kawasan tertentu, seperti pelabuhan khusus bongkar muat barang biasanya warung tetap boleh buka, tapi tetap memberlakukan syarat dan ketentuan yang telah diatur secara ketat.

Untuk jam buka warung, jelas mengatur jam buka warung untuk melayani pembeli. Biasanya, jam buka ini juga berdasarkan zona-nya masing-masing dan pada zona-zona tertentu juga dipadukan dengan teknis pembelian, seperti tidak boleh makan di tempat atau hanya melayani bungkus saja. 

Biasanya, sanksi baru diberikan apabila  warung-warung tersebut secara sengaja melanggar peraturan yang telah disepakati. Biasanya, secara tradisional masyarakat dengan sendirinya akan memberikan sansi sosial lebih dulu sebelum sangsi hukum dari pemerintah yang biasanya digolongkan dalam kategori tipiring benar-benar ditetapkan.

 Dulunya, pelanggaran terhadap ketentuan tradisi menjaga ketentraman, ketertiban dan kekusyukan bulan Ramadan, seperti ada warung sakadup yang melayani makan ditempat diluar jam buka yang telah disepakati, hanyalah sangsi sosial saja, tapi anehnya waktu itu justeru efektif. 

Semoga Bermanfaat!

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadan 1443 H
Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 07 April 2020  jam  19:20 WIB (klik disini untuk membaca)

 

 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

 

 

 

 

Jumat, 20 Mei 2022

"Kronik 24 Jam", Lifehack Menuju Maksimalnya Keberkahan Ramadan

 

Tower Jam Makah | @kaekaha

Bulan suci Ramadan merupakan bulan istimewa bagi umat Islam. Di bulan ke-9 dalam kalender Hijriah ini, selain mewajibkan orang-orang yang beriman (Umat Islam ) untuk melakukan ibadah puasa wajib selama sebulan penuh, Allah SWT juga menyematkan beragam keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan-bulan lainnya.

Tidak hanya itu, dalam berbagai nash baik dalam Aquran maupun Al Hadits, Allah SWT juga menjanjikan beragam keberkahan bagi hamba-hambaNya yang bersungguh-sungguh dengan imannya menjalankan serangkaian ibadah yang telah disyariatkan-Nya di bulan Ramadan.


Seperti beberapa diantaranya,

Dalam ash-Shahihain dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW  bersabda yang artinya :
 

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala (dari Allah Subhanahu wa Ta’ala), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”


Menukil dari Shahih al-Bukhari (II/228) Kitaabush Shaum bab Man Shaama Ramadhaana liman wa Ihtisaaban wa Niyyatan dan Shahih Muslim (I/524) Kitaabush Shalaah al-Musaafiriin bab at-Targhiib fii Qiyaami Ramadhaan tersebut,

Melalui Rasulullah SAW, Allah SWT secara lugas menjelaskan bahwa kesungguhan beribadah puasa di bulan Ramadan merupakan asbab terampuninya dosa-dosa dan terhapusnya berbagai kesalahan hamba-hambanya. Bukankah in sebuah keberkahan yang sangat luar biasa kawan?


Dalam riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
 

“Setiap amal yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Lalu Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang memberi ganjarannya. Orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makannya demi Aku semata.”


Menukil dari Shahih Muslim (II/807) Kitaabush Shiyaam bab Fadhlush Shiyaam tersebut, Allah SWT menjanjikan akan melipatgandakan semau amal ibadah yang dilakukan hamba-hambanya di bulan Ramadan.

Masih banyak keberkahan, keutamaan dan berbagai keistimewaan bulan Ramadan selain dua perkara diatas. Untuk detailnya silakan baca dan perdalam di sini.

Setelah semakin meyakini betapa luar biasanya keberkahan, keutamaan dan berbagai keistimewaan bulan Ramadan, kira-kira apa yang seharusnya kita lakukan untuk menghidupkan syiar ramadan kita, agar upaya kita menuju keberkahan-Nya di bulan Ramadan secara maksimal bisa berjalan lebih efektif, efisien dan Insha Allah tepat sasaran!?

Mudah-mudahan, kronik 24 jam menuju keberkahan Ramadan yang berisi kisi-kisi panduan menjalankan berbagai ibadah wajib dan sunnah selama 24 jam di bulan Ramadan yang didasarkan pada sunnah rasulullah berikut ini,  bisa membantu dan memandu kita semua untuk mendapat semaksimal mungkin ridha dan keberkahan dari-Nya. Amin.

Dalam kalender hijriah, pergantian hari tidaklah tengah malam seperti layaknya kalender masehi, tapi sore hari seiring terbenamnya matahari, karenanya kronik 24 jam menuju keberkahan ramadan, juga kita mulai dari awal hari yang ditandai dengan kumandang azan maghrib.


Berikut Kronika-nya:

01. Di awal puasa, kumandang azan Magrib merupakan tanda telah memasuki tanggal 1 Ramadan.

Berlaku untuk semua waktu shalat wajib, saat azan berkumandang disunnahkan menjawabnya secara tertib dan dilanjutkan dengan berdoa sesuai ketentuan sunnah Rasulullah, agar keberkahan yang didapat bisa semaksimal mungkin. Selanjutnya menyibukkan diri dengan membaca Al Quran dan berdoa sesuai hajat masing-masing.

Bila kumandang maghrib di hari ibadah puasa, maka disunnahkan untuk menyegerakan membatalkan puasa terlebih dahulu dan lebih afdal dengan memenuhi adab-adab berbuka dan adab-adab makan saat berbuka, diantaranya :


a. Membaca basmallah dan dilanjutkan dengan berdoa buka puasa sesuai sunnah "Dzahabazh Zhama-u Wabtallatil ‘Uruuqu Wa Tsabatal Ajru Insha Allah" yang artinya, "Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah".
b. Berbuka dengan kurma ruthab, tamer (kalau ada) atau seteguk air.
c. Banyak -banyak berdoa.
d. Berdoa setelah makan, minimal membaca "Alhamdulillah"
e. Jika memungkinkan, labih afdal dengan membukakan orang lain yang berpuasa.
f. Jika makanan berbuka diberi orang, lebih afdal juga mendoakan orang yang beri makan berbuka

 

02.  Menunaikan shalat Maghrib berjamaah di masjid bagi laki-laki dan bagi perempuan cukup di rumah saja (ini juga berlaku untuk semua waktu shalat wajib), dilanjutkan dengan shalat ba’diyah Maghrib.


03. Membaca dzikir petang.

Karena ada beberapa pendapat terkait waktu membaca dzikir petang yang dimulai waktu Zawal atau mulai tergelincirnya matahari (kira-kira waktu Ashar), maka membacanya setelah waktu maghrib sifatnya adalah pilihan, karena bisa juga dibaca setelah waktu Ashar.


04. Melanjutkan makan/berbuka puasa.

05. Mempersiapkan shalat Isya-Tarawih.

Khusus bagi pria dan ini berlaku untuk semua waktu shalat wajib, lebih afdhal memakai wewangian di setiap menunaikan ibadah shalat. Usahakan bisa hadir lebih dulu di masjid sebelum kumandang azan, agar bisa konsisten melaksanakan shalat Tahiyatul masjid, tertib menjawab seruan azan muadzin, shalat rawatib jika ada ketentuan sunnahnya, membaca Al quran dan berdoa diantara waktu azan dan iqamaah yang sangat mustajab.


06. Dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Isya berjamaah di masjid, shalat ba’diyah Isya, dilanjutkan dengan melaksanakan shalat tarawih berjamaah dan witir dengan sempurna di masjid. Setelah itu diakhiri dengan membaca doa setelah shalat Witir.


Dari hadis riwayat  Abu Daud, Rasulullah SAW bersabda "Apabila seseorang shalat Tarawih bersama imam hingga imam selesai (sampai witir), maka dianggap (dicatat) melakukan shalat semalam suntuk".

Maksudnya, jika melaksanakan shalat tarawih dan witir secara sempurna dalam satu rangkaian waktu (tidak pergi sebelum imam selesai), maka akan dicatat layaknya shalat semalam penuh.

07. Melaksanakan tadarus Al-Qur’an.

08. Lebih baik tidur lebih awal, agar fisik lebih bugar untuk bangun di sepertiga malam terakhir.

09. Bangun tidur segera berwudhu, agar terlepas dari ikatan setan. Membiasakan diri mandi sebelum shalat tahajud atau sesaat setelah bangun tidur di sepertiga malam terakhir sangat bagus untuk kesehatan.

10. Melaksanakan shalat tahajud semampunya, minimal dua rakaat. Lalu menutupnya dengan shalat witir, jika sebelumnya tidak melakukan shalat witir bersama imam setelah shalat tarawih.

11. Setelah shalat tahajud, berdoa sesuai dengan hajat masing-masing.

12. Bersantap sahur adalah sunnah dan di dalamnya terdapat keberkahan. Waktu afdal-nya adalah di akhir waktu (Waktu Sahar) atau lebih kita kenal sebagai waktu Imsyak, sampai terbit fajar yang ditandai dengan kumandang azan Subuh yang sejatinya juga waktu mustajab untuk berdoa.

13. Bersiap shalat Subuh. Diwaktu ini, selain banyak-banyak berdoa, jangan lupa juga memperbanyak istighfar dan usahakan untuk membaca Al-Qur’an. Jika dalam keadaan junub, afdal-nya segera mandi wajib, walaupun tetap boleh masuk waktu Shubuh dan berpuasa dalam keadaan junub (termasuk belum mandi suci dari haid).

14. Khusus ketika mendengar azan Shubuh, selain disunnahkan untuk menjawabnya secara tertib dan dilanjutkan membaca doa setelah azan, maka setelahnya disunnahkan (sesuai hadits Sa’ad bin Abi Waqqash) untuk membaca "Asyhadu Alla Ilaha Illallah Wahdahu Laa Syarika Lah Wa Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuluh, Radhitu Billahi Robbaa Wa Bi Muhammadin Rosulaa Wa Bil Islami Diinaa" dan dilanjutkan dengan memanjatkan doa sesuai hajat masing-masing

15. Kumandang azan menjadi tanda dimulainya ibadah puasa, jadi dari titik ini wajib menahan diri dari semua perkara yang bisa membatalkan puasa sampai tenggelamnya matahari atau azan Maghrib, termasuk meninggalkan ghibah, berdusta, namimah (adu domba) dan perkara-perkara tidak bermanfaat lainnya.

Lebih afdal, memperbanyak sedekah, membaca Al-Quran (terlebih berniat sungguh-sungguh dan berusaha mengkhatamkannya di bulan Ramadhan), tetap beraktifitas seperti biasa dan tidak bermalas-malasan.

16. Melaksanakan shalat Sunnah Fajar atau Qabliyah Subuh sebanyak dua raka’at yang dijanjikan Allah SWT pahala lebih baik dari dunia dan seisinya, dilanjut dengan menyibukkan diri dengan berdoa dan membaca Al-Qur’an.

17. Melaksanakan shalat Subuh berjamaah.

18. Setelah shalat Subuh, berdiam sejenak di masjid menunggu waktu syuruq guna melaksanakan shalat isyraq, dua rakaat yang dijanjikan Allah SWT dengan ganjaran pahala haji dan umrah yang sempurna. Disela-sela waktunya, bisa membaca bacaan dzikir pagi dan dilanjut dengan berzikir dan membaca Alquran.

19. Melaksanakan shalat Dhuha, minimal dua raka’at.

20. Kalau memungkinkan, sempatkan tidur Qoilulah, yaitu tidur sebentar sesaat menjelang waktu Zuhur yang manfaatnya laksana makan sahur bagi orang yang berniat berpuasa.

21. Melaksanakan shalat rawatib Zuhur (Qabliyah dan ba'diyah) dan shalat Zuhur berjamaah.

22. Jeda antara waktu Zuhur sampai waktu Ashar, bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, termasuk juga mempersiapkan berbuka puasa. Bila ada waktu lebih bisa dimanfaatkan untuk membaca Al quran atau aktifitas lain yang bermanfaat.

23. Bersiap shalat Ashar. Melaksanakan shalat Qabliyah Ashar dengan dua atau empat rakaat setelah azan berkumandang dilanjut dengan shalat Ashar berjamaah di masjid.

24. Mempersiapkan keperluan berbuka puasa di rumah dan atau di masjid , mengikuti majelis keilmuan, mengisi waktu jeda dengan berolahraga ringan sambil terus  berzikir mengingat Allah SWT dan berdoa saat menunggu berbuka.


Semoga Bermanfaat!

Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan 1443 H

Salam matan Kota 1000 Sungai,

Banjarmasin nan  Bungas! 

 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan KOMBATAN


Artikel ini merupakan 1 dari total 12 artikel khusus Ramadan 2022 yang terpilih menjadi pemenang utama event Samber THR 2022 di Kompasiana dengan hadiah uang tunai sebesar 3 juta rupiah dan artikel ini tayang di Kompasiana pada 06 April 2022  jam  17:17 WIB (klik disini untuk membaca)

Selasa, 10 Mei 2022

Ramadan 1441 H, Iklan pun Mengajak Kita Kembali Memulai dari Hati

Screenshot Iklan DANCOW FortiGro | You Tube


Kalau hatimu kuat, perut ikutan kuat


Itulah pesan paling penting, kuat dan mendalam, sekaligus inti dari keseluruhan tema iklan ramadan dari produk susu DANCOW FortiGro berjudul "Cerita Puasa Raya" yang saya tangkap, sekaligus membuat saya tertarik untuk menuliskannya disini. 

Kronika Cerita

Kisah inspiratif ini berawal dari sebuah dialog antara seorang ibu muda dengan putrinya, Raya di sebuah dapur sederhana yang menyatu dengan ruang makan keluarga sesaat sebelum makan sahur.

Raya, si-anak  yang sepertinya baru belajar berpuasa, mengeluh tentang sahabatnya  di sekolah, Mei yang tidak berpuasa dan secara tidak sengaja dilihatnya memakan bekal yang dibawanya dari rumah dengan sembunyi-sembunyi. Drama kecil yang terjadi sehari sebelumnya di kelas tersebut, membuat Raya "patah hati", malas untuk berpuasa.

Dari sinilah, momen yang menentukan kualitas cerita inspiratif dan mendidik dari fragmen iklan ini dimulai dan dibangun begitu apik dan cerdas!  

Demi melihat ekspresi Raya yang terlihat "galau" untuk memulai berpuasa lagi, si ibu dengan cerdas dan tenang langsung memberi clue bijaksana yang sebenarnya umum dan biasa saja, "kalau nggak kuat boleh buka kok !"  Balas si ibu kepada Raya. 

Luar biasanya, ternyata clue "sederhana" ini memberi efek psikologis yang sangat signifikan kepada Raya. Mungkin, karena sebelumnya memang belum dipahami dan dimengerti Raya, sontak saja, informasi baru yang "melegakan" layaknya angin surga ini membuat Raya tumbuh lagi gairahnya.

Seperti tidak mau melewatkan  momentum, tanpa menunggu lama si ibu langsung mendekati Raya dan dengan kelembutan dan kasih sayangnya langsung memberikan clue lanjutan yang akhirnya benar-benar bisa mengembalikan sekaligus memantapkan semangat Raya untuk kembali memulai puasa dengan cara yang menyenangkan,

    "Tapi Raya tahu nggak? Kalau Hatimu kuat, perut ikutan kuat!"

Scene sesi pertama iklan dengan setting di dapur waktu sahur yang ditandai dengan teriakan-teriakan "sahur...sahur" yang terdengar sayup-sayup tersebut diakhiri dengan pesan utama dari iklan ini, yaitu adegan Raya meminum susu! 

Screenshot Iklan DANCOW FortiGro | You Tube

Media Soft Selling Efektif 

Produk iklan, apapun bentuk dan medianya pada dasarnya dibuat untuk menuntun target pasarnya (penonton/pendengar/pembaca) untuk mau membeli, menikmati dan membeli kembali obyek yang dipromosikan.

Khusus untuk iklan televisi dan sekarang juga terafiliasi ke media daring, sebagai media iklan yang paling dinamis, dari waktu ke waktu kreatifitas kontennya terus berkembang. Bahkan dalam perkembangannya, konsumen juga bisa menilai sejauh mana brand image dari barang yang dijual berdasarkan tingkat keseriusan dari produsennya dalam membuat iklan yang menarik dan berkualitas, yang ukurannya tentu juga sangat subyektif! Salah satu contohnya ya iklan susu diatas!

Meskipun intinya menjual produk susu, tidak serta merta isinya melulu promosi garing tentang kandungan dan formula sempurna dari susu yang mau dijual, tapi juga berisi beragam aspek, termasuk edukasi yang unik, menarik dan tentunya bermanfaat yang membuat konsumen mau menikmati sajian informatif dari iklan sampai selesai.

Harapannya, selain memberi manfaat sampingan berupa edukasi dengan tematik tertentu sebagai tema, pesan utama dari iklan berupa produk susu yang berkualitas terekam dengan baik oleh konsumen, sehingga membantu konsumen mengambil keputusan untuk membeli susu  yang diiklankan tersebut. Metode seperti ini biasa dikenal sebagai strategi menjual dengan cara soft selling.


 

Memulai Dari Hati

Pesan edukatif dari iklan yang terdiri dari dua sesi dengan setting berbeda, yaitu di dapur dan di sekolah Raya berdurasi hampir 2 (dua) menit ini, sesuai temanya sebagai iklan untuk mengisi slot di bulan ramadan sudah pasti berisi "pendidikan" agama Islam yang disajikan dangan cara yang sederhana dalam bentuk dialog antara ibu dan anak.

Selain tema toleransi, pesan paling kuat dari iklan ini adalah quote Kalau Hatimu kuat, perut ikutan kuat! yang sepertinya bersumber dari hadis nabi yang berbunyi,

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).

Menariknya, si-ibu yang pastinya memahami benar sejauh mana daya nalar logika putrinya, bisa memilihkan diksi terbaik, ringkas dan sederhana yang mudah dipahami oleh Raya, dan hasilnya!? Tidak hanya mengembalikan semangat dan gairah Raya untuk berpuasa lagi, tapi juga berhasil "mendidik" Raya dengan hukum-hukum dasar syariah berpuasa dengan cara yang sangat mudah dimengerti dan dipahami.

Semoga kedepannya, semakin banyak lagi iklan-iklan kreatif dengan konten-konten yang lebih bermanfaat dan berdayaguna, bagi kemaslahatan umat.



Satu lagi!

Setiap bertemu iklan susu DANCOW FortiGro ini, saya selalu auto ingat dengan syair nasyid gubahan Aa Gym yang juga pernah dipopulerkan oleh grup nasyid Snada berjudul Jagalah Hati yang sempat populer di awal-awal tahun 2000-an, berikut liriknya :

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya ilahi

Bila hati kian bersih, berfikir pun selalu jernih
Semangat hidupkan gigih, prestasi mudah di raih
Tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk
Aqhlak kian terpuruk, dia jadi mahluk terkutuk


Bila hati kian suci, tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati, ciri mukmin sejati
Tapi bila hati keruh, batin pun selalu gemuruh
Serasa diburu musuh, dengan Allah kian jauh


Bila hati kian lapang, hidup susah tetap senang
Walau sulit menghadang, di hadapi dengan tenang
Tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit
Seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit


Bila hati kian benci, tutur kata penuh caci
Perilaku tak terpuji, bisa jadi mahluk keji
Namun…

 

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

 

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 06 Mei 2020  jam  16:05 WIB (klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

 

 

Perjalanan Banjarmasin-Manado, Serunya Menapaktilasi Bentang "Lebar Nusantara"

 

"Bintik-bintik" Kapal-kapal Tongkang di Muara Sungai Barito Tampak dari Udara | @kaekaha

Bentang Nusantara

Perjalanan udara dengan menggunakan pesawat terbang atau jenis moda transportasi udara lainnya, memang sebuah keniscayaan bagi masyarakat Indonesia yang hidup tersebar di berbagai pulau besar maupun kecil yang totalnya mencapai 17.508, hingga kelak negeri kepulauan yang disatukan oleh lautan ini, juga dikenal sebagai nusantara.

Moda pesawat terbang, memang lebih efektif dan efisien menjadi "jembatan" bagi mobilisasi masyarakat untuk menyeberang, menuju ke berbagai wilayah kepulauan nusantara yang total luasnya mencapai 5.193. 250 km2, dengan sisi panjang  terbentang dari Pulau Benggala, Aceh Besar-Aceh di bagian barat sampai ke Muara Rotasi, Merauke-Papua di bagian timur dan juga sisi lebar dari utara ke selatan atau dari Pulau Rondo di Sabang-Aceh sampai ke Pulau Pamana, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Terbang dengan Boeing 737-900 ER Singgah di Bandara Sultan Hasanudin, Makassar | @kaekaha

Jarak sisi panjang nusantara dari titik paling barat di Pulau Benggala sampai ke Muara Rotasi di titik paling timur (berdasar garis bujur) yang mencapai sekitar 5.000-an kilometer, tentu akan memakan waktu tempuh yang sangat lama jika menggunakan moda transportasi selain pesawat udara.

Begitu juga untuk waktu tempuh sisi "lebar nusantara", dari titik terluar paling utara di Pulau Rondo, Aceh sampai ke Pulau Pamana, NTT di selatan (berdasar garis lintang) yang mencapai sekitar 1.800 kilo meter.

Kira-kira bagaimana ya rasanya menapaktilasi sisi panjang nusantara sepanjang 5000 km ataupun sisi lebarnya yang sepanjang 1800-an km?

Memang sih, moda pesawat terbang dari segi biaya atau ongkos jauh lebih mahal jika dibanding dengan moda transportasi lain, semisal kapal dan atau moda transportasi laut lainya untuk bisa menyeberangi lautan menuju daerah-daerah lain di pelosok nusantara, tapi dari segi waktu tempuh tetap saja pesawat terbang masih yang terbaik.

View Sesaat Setelah Meninggalkan Bandara Sultan Hasanudin, Makassar. Cantik ya!? | @kaekaha


Untuk itulah, distribusi barang dan beragam komoditas bulky lainnya ke seluruh Indonesia, sepertinya menjadikan moda transportasi laut sebagai pilihan wajib dan sebaliknya, moda transportasi udara lebih dominan untuk mobilisasi manusia atau barang-barang tertentu.

Inilah yang mengusik rasa penasaran dan keingintahuan saya sejak dulu, kira-kira bagaimana sensasi rasa menjelajah nusantara, menapaktilasi sisi panjang dan lebar nusantara, baik menggunakan jalur darat, laut maupun udara!?
 

Terlebih lagi, sejak saya menyadari nusantara ini memang luas, sangat kaya raya dan mempunyai beragam keragaman yang sangat beragam (... nah lho!). Dari sinilah, sejak saat itu lahir sebuah klangenan menjelajahi nusantara, suatu saat nanti! Termasuk menapaktilasi  sisi panjang dan lebar nusantara, baik menggunakan jalur darat, laut maupun udara, sambil "menikmati" beragam keragaman yang ada di dalamnya!


Sesaat Sebelum Landing di Bandara Syamsoedin Noor, Banjarmasin di Banjarbaru. Cantik juga ya!? | @kaekaha


Beruntung dan Gayung yang Bersambut!

Pepatah Jawa madhep manteb ati karep  yang kurang lebih bisa dimaknai sebagai kesungguhan atau keseriusan, Insha Allah akan mempertemukannya dengan hal baik yang salah satunya adalah kesuksesan atau keberhasilan, sepertinya cukup relevan dengan tekad saya untuk keliling Indonesia atau paling tidak terus berusaha menjelajahi daerah baru di nusantara dan bagaimana semesta mendukungnya serta bagaimana Allah SWT mengabulkannya.

Gayung-pun bersambut! Sejak aktif menulis di berbagai media dan platform, terlebih lagi di Kompasiana, sedikit demi sedikit jalan untuk menjelajahi nusantara mulai menemui titik terang. Walaupun kelilingnya dengan sistim nyicil dan tidak benar-benar "keliling" ya! He...he...he...kalau keliling-keliling beneran bisa pusing yak!

Alhamdulillah, kalau di total-total sudah lebih dari  sepuluhan kali  saya menjelajahi (ada juga sih yang lebih tepat disebut megunjungi saja ...he...he...he...)  daerah-daerah di Indonesia tanpa biaya alias gratis dari hasil menulis. Menariknya, separuh diantaranya dari Kompasiana lho! Terima kasih ya  Kompasiana...

Teraktual adalah perjalanan saya beberapa hari yang lalu ke Destinasi Super Prioritas (DSP) Likupang di Minahasa Utara, Sulawesi Utara untuk menghadiri acara International Conference : Likupang-North Sulawesi, Discover The Hidden Paradise pada 7-11 Maret 2022, sekaligus mengeksplorasi hampir semua kekayaan potensi pariwisata di Likupang yang luar biasa cantik! Hasil kerja sama Kompasiana dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.



Pembicara dan Materi International Conference : Likupang-North Sulawesi, Discover The Hidden Paradise | Kemenparekraf.ri

He...he...he...Banyak sekali lho, sisi unik dan menarik dari perjalanan saya ke Likupang-Minahasa Utara via Manado ini. Perjalanan udara dalam negeri ala "estafet" ini, selain menjadi yang terlama dan terjauh yang pernah saya lakukan, juga melibatkan bandar udara terbanyak dalam sekali jalan, yaitu 4 (empat) bandara sekaligus yang juga mengharuskan saya transit di dua tempat.

Tahukah anda, kalau tiga dari empat bandara di empat kota dan propinsi berbeda tersebut, ternyata secara administratif tidak terletak di kota yang sejauh ini identik sebagai lokasi bandara tersebut ... dan ini yang menurut saya paling keren! Ternyata oh ternyata, perjalanan udara saya dari Banjarmasin ke Likupang ini total jaraknya telah melebihi total jarak dari sisi lebar nusantara lho!

Walaupun secara faktual tidak melakukan perjalanan napak tilas dari titik paling utara Indonesia di Pulau Rondo-Aceh ke Pulau Pamana, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur di bagian selatan atau sebaliknya yang bentang jaraknya berdasarkan garis lintang adalah sekitar 1.800 kilo meter, tapi secara faktual saya juga melakukan perjalanan parsial dari tengah ke selatan, lanjut ke utara dengan total jarak lebih dari 2.000 km dan itu artinya perjalanan saya telah melebihi bentang jarak sisi lebar nusantara.

Alhamdulillah, tentu saya sangat bersyukur mendapatkan kesempatan, sekaligus pengalaman yang menurut ukuran saya, termasuk luar biasa ini. Diperjalankan-Nya saya dalam perjalanan bersejarah ini, jelas semakin meyakinkan saya akan "besarnya" nusantara, berikut segala ke-bhinneka-an yang ada didalamnya dan yang tidak kalah penting, fakta bagaimana kita semua memang berusaha menjaganya tetap tunggal ika.

Yuk intip keseruan saya menapaktilasi bentang "lebar" nusantara! Meskipun baru menemukan secuil keragaman faktual nusantara, mudah-mudahan memicu semangat anda semua untuk ikut menjelajahi panjang dan lebar nusantara lebih serius dan lebih intens lagi! Semoga...

Salah satu sudut Bandara Syamsoedin Noor | @kaekaha

Bertemu Orang "Jaton"

Hujan deras disertai dengan angin yang cukup kencang, mengguyur Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas, melepas kepergian saya dari rumah menuju Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor Banjarmasin di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, sesaat setelah shalat Subuh berjamaah di Masjid bubar, pada Senin pagi (7/3).

Beruntung, sesampai di terminal baru Bandara yang baru diresmikan dua tahun silam tersebut, hujan mulai reda walaupun masih meninggalkan sebagian mendung hitam di atas langit Kota Idaman, Banjarbaru yang beberapa hari lalu juga baru saja menerima mandat sebagai Ibu Kota baru Propinsi Kalimantan Selatan, menggantikan Kota Banjarmain.

Di pintu masuk, saya bertemu dengan 3 orang "teman baru" yang juga akan terbang menuju Manado. Ternyata, ketiganya yang berasal dari Kota Manado, Pulau Talaud dan dari Bolaang Mongondow ini, juga baru saling kenal di bandara. Masing-masing mengaku bekerja di pertambangan Nikel dan batubara yang berbeda-beda, di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.  

Menariknya, setelah berkenalan, betapa excited-nya saya, ternyata teman baru dari Bolaang Mongondow ini masih keturunan Jaton alias Jawa Tondano yang moyangnya telah terdiaspora ke Bolaang Mongondow. Bahkan namanyapun sangat njawani lho, Suratno. Tapi uniknya, tetap saja terbata-bata ketika saya ajak ngobrol pakai bahasa Jawa.

Sayangnya, saya lupa nama marga Jaton dari Mas Suratno yang seingat saya juga terdengar sangat njawani yang tentunya tidak sekedar sebagai pengingat trah-nya, sebagai pewaris darah para pejuang sekaligus darah Jawa sebagai pengikat kekerabatan dengan leluhurnya semata, tapi juga sebagai bukti adanya komunikasi, akulturasi, sampai toleransi faktual antar masyarakat di nusantara.

Dimana bumi dipijak, disitu langit di junjung, sebuah ungkapan toleransi yang berkeadlian. Toleransi yang tidak melebihi kewajiban dan tidak mengurangi haknya masing-masing sebagai anak bangsa.


Membincang orang Jaton tentu segaris dengan menyebut entitas Jawa gambut  di Kalimantan Selatan dan Tengah, Pujakesuma di Sumatera atau Jamer alias Jawa Merauke di Papua atau komunitas  hasil silang budaya lainnya di seluruh pelosok nusantara yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Iniah Indonesia!  

Sayangnya lagi, obrolan kami terputus setelah kami mendapatkan tempat duduk berjauhan saat di pesawat yang akan mengantar kami ke Bandara Juanda Surabaya. Sayang sekali ya, padahal saya sudah antusias dan ingin sekali menggali informasi tentang semua seluk beluk Jaton langsung dari sumbernya. Semoga ada sumur diladang ya Mas Ratno, biar kita bisa numpang mandi...


Aktifitas Bandara Juanda | @kaekaha





Arai dan Masker Warna Hijau

Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo merupakan bandara yang paling sering terlibat dalam perjalanan udara saya, jadi kalau transit di Juanda, selalu serasa pulang kampung saja. Homy banget!

Maklum, orang Jawa Timur! Meskipun telah dua dekade menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Tapi tetap saja, catatan Bandara juanda sebagai bandara pertama kali tempat saya naik pesawat terbang, hingga berikutnya hampir tiap tahun selalu mudik melalui bandara komersil yang selokasi dengan pangkalan militer Angkatan Laut ini.
 

Oya, ada kisah dramatis dan nggemesi lho, saat saya transit di Juanda kali ini. Disini, saya janjian ketemu sama Arai, teman baru" lagi, kompasianer dari Kota Apel, Malang yang juga akan ikut terbang ke Manado.

Kami memang sudah berkomunikasi sejak sehari sebelumnya dan janjian ketemu di sekitar gate 13 atau di sekitar Bakso Pak Djo.
Sayang, meskipun tidak begitu banyak orang yang duduk-duduk di sekitar gate 13, ternyata kok ya tidak mudah menemukan Arai dengan ciri-ciri yang sebelumnya telah dirincinya via WA, baju hitam, rambut dikuncir dengan kuncir hijau dan pakai masker hijau.

Setelah muter-muter dan beberapa kali memutar-mutar badan sambil menyapukan pandangan ke seluruh penjuru area gate 13, tapi tetap saja tidak menemukan sosok Arai. Soalnya yang bajunga hitam ada beberapa, sedangkan yang maskeran hijau sama kuncir rambut hijau nggak ada satupun yang kulihat.

Akhirnya saya suruh Arai berdiri. Walaaaaah ternyata dia ada di depan saya agak nyerong kekanan sedikit. "Lho Rai... lha kuncir sama maskermu kan putih, kok katamu ijo?"  Protes saya sama Arai. Sementara Arai-nya senyum-senyum kebingungan...

Nah... ternyata  disini mis-nya! Saya lupa bilang kalau saya buta warna parsial yang kebetulan jatuh di warna-warna hijau dan turunannya. Jadi kalau melihat warna hijau yang bukan warna dominan, seperti hijaunya daun, apalagi di dalam ruangan yang minim cahaya matahari, maka saya tidak akan bisa mendeteksinya...nah lho!

Oya, jika anda ingin berbagi kisah, curhat atau sekedar ingin tahu tentang buta warna, apalagi ada pengalaman buruk di masa lalu, bolehlah hubungi saya via media "percakapan" Kompasiana atau bisa juga melalui email yang ada di biofile  akun Kompasiana saya ya.

 
 
Mushalla di Ruang Tunggu

Cuaca sedang kurang baik ketika pesawat yang membawa kami dari Surabaya sebentar lagi landing  di Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar di Maros. Tapi meskipun begitu, pesawat tetap bisa mendarat dengan mulus di landasan yang terlihat basah oleh air hujan.

Kami tiba dan transit di Makassar selepas memasuki waktu shalat Dhuhur.  Setelah melewati semua prosedur transit, semua penumpang "jurusan" Manado langsung mengarah ke gate 1, pintu menuju garbarata paling ujung dan disinilah surprise luar biasa yang benar-benar sanggup menenangkan jiwa itu saya temukan. Apa itu?

Entah saya yang dolane kurang adoh (mainnya kurang jauh) atau memang hanya ada di Bandara Sultan Hasanuddin saja, ada mushalla atau masjid dalam versi yang sedikit lebih kecil benar-benar dibangun dengan desain layaknya masjid, lengkap dengan interior dan eksterior berornamen Islami yang letaknya hanya sepelemparan batu dari gate 1.

Sehingga, selain dari jauh mudah dilihat dan dikenali sebagai tempat untuk shalat, semua penumpang yang waktunya tidak mepet dan ingin melaksanakan shalat bisa dengan mudah, tenang dan aman untuk mendirikannya.


Pesawat yang Membawa Kami ke Manado dengan Latar Alam yang Mempesona | @kaekaha


Manado, Kami Dataaaaaaang!

Alhamdulillah, setelah hampir mendekati separuh hari melakukan perjalanan dari titik awal di Kota Banjarmasin, akhirnya saya dan tentunya juga Arai, landing juga di Kota Manado, sesaat sebelum sang surya benar-benar sampai di peraduannya.

Setelah beberapa ratus meter keluar dari pintu pesawat, tidak jauh dari area pengambilan bagasi yang juga tidak terlalu jauh dari pintu keluar, kami langsung diminta untuk melakukan tes swab antigen yang pastinya harus antri lumayan panjang, karena jadwal kedatangan kami di Bandara Sam Ratulangi tidak sendirian, tapi hampir berbarengan dengan beberapa penerbangan lainnya.

Alhamdulillah! Hasil tes swab antigen saya dan Arai ternyata negatif. Padahal awalnya sempat ketar-ketir juga, karena sepertinya ada yang hasil tes swab-nya negatif lho...

Negatif, hasil swab antigen di Manado | @kaekaha

Karena kedatangan saya dan Arai sudah ditunggu-tunggu oleh panitia dan juga rekan kompasianer lain yang lebih dulu sampai, karena agenda sore ini ternyata langsung "tancap gas" menuju ke Tomohon, makanya kami langsung bergegas menuju pintu keluar untuk segera bertemu dengan orang-orang hebat dan luar biasa dari beberapa kota di Indonesia.

Tapi...

Kenapa teman-teman kompasianer yang sudah menunggu kami di dalam mobil hanya ber-enam saja, ber-delapan dengan kami!? Bukankah seharusnya ada delapan, bersepuluh dengan kami!?

Bukankan Saya dan Arai, kloter terakhir yang seharusnya mendarat di Manado!?

Terus, siapa dua kompasianer lagi yang belum hadir atau malah memang nggak jadi berangkat ke Manado? Melewatkan Likupang "the hidden paradise"?

Hayoooo penasaran yaaaa!?

Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 29 Maret 2022  jam  06:40 WIB (klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

 


Jejak Inspiratif Dokter Marie Thomas di Antara Pesona Likupang yang Membuatmu Enggan Pulang


Likupang-Sulawesi Utara | pikiran-rakyat.com

Sore-sore nonton kuda kepang
Kuda bambu warnanya belang
Cantik nian "surga" Likupang
Bidadaripun enggan untuk pulang


Aktualisasi Jejak Inspiratif  dr. Marie Thomas dan Alfred Russel Wallace

Menyebut nama Likupang, sepertinya masih banyak yang belum familiar  dan mungkin, justeru terkecoh dengan nama Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur yang secara "tidak kebetulan" memang mempunyai kemiripan. Likupang dan Kupang!

Memang, nama Likupang, salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawei Utara, relatif baru saja "terdengar". Terutama sejak ditetapkan pemerintah menjadi bagian dari "5 Destinasi Super Prioritas" yang diproyeksikan menjadi destinasi wisata kelas dunia, bersama-sama dengan Candi Borobudur, Danau Toba, Mandalika-Lombok dan Labuan Bajo.

Eiiiits, tapi tunggu dulu! 

Dokter Marie Thomas | goodnewsfromindonesia.id

Ternyata, nama Likupang sejatinya telah go nasional bahkan juga go internasional jauh sebelum menjadi bagian dari "5 Destinasi Super Prioritas" lho!

Semua karena sosok Marie Thomas, perempuan yang kelak diakui dan dikenal dunia sebagai dokter perempuan pertama Indonesia, sekaligus yang pertama juga menjadi spesialis di bidang obstetri dan ginekologi. Menariknya, beliau ternyata lahir di Likupang. Ini jawabannya!

Layaknya pemegang "catatan rekor" lainnya, Dokter Marie tentu menjadi kebanggaan banyak pihak, termasuk Kota Likupang dan masyarakatnya. Kisah keberhasilannya menjadi  dokter dengan tambahan 2 "rekor" yang tidak mungkin disamai oleh siapapun di masa-masa sulit era penjajahan, jelas membuat orang selalu penasaran dengan beliau, termasuk dengan latar belakang beliau.

Dari sinilah nama Likupang yang melekat pada diri Dokter Marie, sebagai tempat lahir beliau, akhirnya dikenal masyarakat nusantara. Tentu ini sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Likupang. Bagaimana tidak bangga, ketika salah satu tokoh nasional yang bisa dijadikan teladan, inspirasi, motivasi atau bahkan role model oleh siapapun untuk meraih keberhasilan, ternyata lahir di Likupang, the hidden paradise!

Google doodle Dokter Marie Thomas

Untuk pariwisata, "rekor" dokter perempuan pertama Indonesia", sekaligus  sebagai  yang pertama juga untuk "spesialisasi di bidang obstetri dan ginekologi" ini, merupakan unique selling point untuk mempromosikan pariwisata Likupang dari sudut yang berbeda. 

Tentu bukan sebuah kebetulan jika tanggal 17 Pebruari 2021 yang lalu, Google menjadikan profil Dokter Marie Thomas (1896-1966) sebagai google doddle-nya, sebagai bentuk penghormatan hari kelahiran sang dokter di Likupang, 125 tahun silam.  

Dengan biografi atau novelet sejarah tentang beliau, film dokumenter, syukur-syukur kelak berdiri museum di tempat kelahiran beliau, tentu jejak-jejak inspiratif Dokter Marie Thomas di Likupang akan terus abadi dan yang tidak kalah pentingnya, akan terus menebar inspirasi dan motivasi kepada siapa saja. Tidak hanya masyarakat Likupang saja, tapi juga Minahasa Utara, Sulawesi Utara, bahkan juga Indonesia dan dunia.

Luar biasa bukan?

Monumen Wallace di Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, Bitung | KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Semoga saja, suatu saat nanti jejak-jejak inspiratif Dokter Marie Thomas benar-benar bisa "dimunculkan" di tanah kelahirannya, Likupang dalam wujud yang lebih nyata, menyusul pengembangan Wallace Conservation Center, sebuah upaya konservasi untuk mengembalikan keanekaragaman flora dan fauna endemik Sulawesi yang sejatinya merupakan aktualisasi "jejak" Alfred Russel Wallace di Sulawesi, khususnya di Minahasa-Sulawesi Utara.

Dalam bukunya The Malay Archipelago (Kepulauan Nusantara, 1896), Wallace menuliskan penjelajahannya di Minahasa, termasuk Likupang mulai Juni 1859. Kelak, penjelajahan tersebut mengantarkannya pada hipotesa monumental yang sekarang kita kenal sebagai garis Wallace yang kemudian disempurnakan menjadi garis Wallace-Webber, garis hipotetis yang menjadikan Pulau Sulawesi sebagai "pemisah" wilayah geografi hewan Asia dan Australasia.  

Sungguh luar biasa, seandainya kelak hadir museum Dokter Marie Thomas dengan berbagai inspirasi kehidupan yang sarat dengan keilmuan, khas ilmu kedokteran bisa bersanding dengan Wallace Conservation Center, melengkapi tema resor (resort) dan wisata budaya (cultural tourism) yang telah ditetapkan sebagai tematik utama untuk mengeksplor "surga tersembunyi" bernama Likupang.   

Kalau sudah begini, semua pasti ingin ke Likupang, di ujung utara North Sulawesi yang hanya ada di Indonesia Aja! Wonderful Indonesia.

    Inilah Likupang, "Surga" yang Akan Membuatmu Enggan Pulang!


 

View Likupang dari udara | beritamanado.com


Asal-Usul Unik Nama Likupang

Menurut versi Portugis yang memberi nama Likupang pada 1550-an, asal-usul nama Likupang memang tidak lepas dari Kota  Kupang Ibu Kota Nusa Tenggara Timur. Nama Likupang merupakan gabungan dari kata Li kependekan dari Linekepan (nama lama Likupang) dengan kata Kupang.

Nama Kupang diadopsi, karena Portugis datang ke Minahasa dari Kota Kupang. Sedangkan nama Linekepan sendiri memang ada beberapa versi arti. Ada yang menyebut berakar dari kata Linekep (bahasa Tonsea) yang artinya tenggelam, karena kawasan ini akan tenggelam ketika laut pasang.

Ada juga yang menyebut arti Linekepan sebagai kampung paling ujung, tapi ada juga yang mengartikan sebagai peninsula atau semenanjung. Ini uniknya!

Meskipun cenderung berbeda-beda, tapi kalau diperhatikan, dari beberapa makna kata Linekepan diatas, semuanya mengacu pada fakta geografis dari Linekepan atau sekarang kita sebut sebagai Likupang itu sendiri.

Selain itu, dalam legenda Tumatenden (pancuran bidadari) yang bersumber dari leluhur masyarakat Tonsea, salah satu sub-etnik Minahasa dikisahkan, Likupang merupakan sebuah telaga yang menjadi tempat turunnya 9 bidadari dari kayangan ke bumi nyiur melambai yang kelak salah satu diantaranya menjalin kasih dengan seorang anak manusia.

Kisah yang relatif mirip dengan kisah cerita rakyat masyarakat Jawa, Jaka Tarub ini secara implisit dan eksplisit juga memberi gambaran bagaimana ekosistem "surga" bernama Likupang mampu mempesona siapapun, termasuk 9 bidadari dan juga kamu?

Cantiknya Pantai Paal Likupang | Molds Moment/Shutterstock/goodnewsfromindonesia.com

Pesona "Surga" Likupang

DSP Likupang yang terkonsentrasi di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara,  berjarak 48 km dari Kota Manado, ibu kota Sulawesi Utara.

Karena lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat perekonomian dan pemerintahan yang didukung infrastruktur cukup baik, hanya perlu sekitar 1,5 jam perjalanan darat untuk mencapainya, menjadikan "Surga" penikmat wisata alam ini sangat mudah diakses dengan berbagai moda transportasi, baik jalur darat, laut maupun udara.

Uniknya, meskipun ratusan tahun silam keindahan Likupang pernah disinggung Wallace, baru sekarang dunia menyadari keberadaan hidden paradise Likupang yang secara faktual memang sebuah destinasi wisata yang super lengkap.


Di Ketinggian Bukit Pulisan | Kemenparekraf/kumparan.com

Bagaimana tidak!? "Surga" Likupang, menyajikan paket lengkap khas wisata alam tropis, mulai dari pantai-pantai berpasir putih dengan air jernih yang menawan seperti  Pantai Paal, Pantai Pulisan, Pantai Sampiran, Pantai Surabaya dan Pantai Canada yang semuanya masih didukung ekosistem bawah laut yang alami dan tentunya sangat mempesona, sangat cocok untuk aktifitas snorkeling, diving atau sekadar bermain-main air.

Selain itu Likupang juga mempunyai gugusan pulau-pulau cantik yang memiliki keindahan spesifik, selain ombak yang tenang, ekosistem bawah laut disini tak kalah keren dengan Bunaken lho! Seperti Pulau Lihaga, Pulau Gangga dan Pulau Talise.

Tidak hanya itu, Likupang juga mempunyai bukit-bukit menjulang berbalut savana indah, seperti Bukit Pulisan dan Bukit Larata. Jika anda pernah menikmati pesona puncak bukit Pulau Padar di Taman Nasional Komodo-Labuhan Bajo, maka anda bisa menyaksikan view keindahan layaknya hasil fotokopiannya di puncak bukit Pulisan-Likupang. Sama-sama menakjubkan, hingga membuat siapapun enggan untuk pulang!

Indahnya Ekowosata Desa Bahoi | havehalalwilltravel.com

"Surga" Likupang yang Menghidupi

Seperti kita pahami bersama untuk menjaga eksistensi sebuah destinasi, diperlukan adanya integrasi atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang dikemas dan disajikan dalam struktur kehidupan masyarakat, menyatu dengan tradisi serta adat istiadat  yang berlaku di masyarakat.

Untuk itulah, selain memoles wisata alam yang sudah jadi, DSP Likupang juga mengembangkan Desa wisata berbasis masyarakat lokal atau community-based tourism yang berusaha memberdayakan masyarakat setempat dengan melibatkan mereka secara langsung sebagai pelaku wisata aktif dari hulu hingga ke hilir, seperti di Desa Marinsow, Desa Pulisan, Desa Kinunang, Desa Bahoi, dan Desa Pulau Gangga.

Khusus untuk Desa Bahoi yang memiliki ragam ekosistem wilayah pesisir, seperti mangrove, lamun, pantai pasir putih, dan terumbu karang, selain bisa menikmati wisata bahari pada umumnya, disini ekowisata susur hutan bakau yang semua aktifitas dan fasilitas wisatanya dikelola sendiri secara profesional oleh warga, sedang menjadi hits di Likupang.

Pantai Desa Bahoi | ekowisatadesabahoi.wordpress.com

Begitu juga dengan homestay dalam rumah warga untuk menginap wisatawan yang menginginkan pengalaman berbeda, berbaur sekaligus menikmati aktifitas masyarakat desa sehari-hari yang masih kental dengan tradisi khas Sangihe.

Disini, wisatawan tidak hanya bisa menikmati beragam kuliner Likupang yang kaya rempah, seperti bubur manado atau tinutuan, cakalang fufu, nasi kuning, milu siram, sup brenebon, pisang goroho goreng sambal roa, lalampa, panada dll, tapi juga bisa ikut terlibat dalam proses pengolahannya. Nah asyik kan!?

Kedepannya, atraksi yang melibatkan wisatawan secara langsung wajib diperbanyak jenis maupun variasinya, kalau sekarang sudah ada aktifitas memasak, kedepannya sangat memungkinkan mengajak wisatawan dalam workshop menari tari-tarian khas seperti, tari masamper, empat wayer, pato-pato dll.

Bisa juga bermain atau mungkin membuat alat musik kolintang yang memang berasal dari Minahasa Utara, dari bahan kayu pohon lokal, seperti Kayu Pohon Wenuang, Waru, Cempaka dan Kayu Telur yang kesemuanya mempunyai tekstur kuat tapi ringan. Tertarik?


Lalampa | @genpisulut


Bak bidadari kecil yang baru tumbuh, "Surga" Likupang akan terus tumbuh dan berkembang menjadi layaknya bidadari kayangan yang penuh pesona. Semoga jejak inspiratif Dokter Marie Thomas dan Alfred Russel Wallace bisa terwujud, guna menambah keragaman destinasi wisata di DSP Likupang, sekaligus menebar inspirasi dan motivasi kehidupan kepada siapa saja yang berkunjung ke Likupang.

Marijo Ka Likupang!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!



Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Jejak Inspiratif Dokter Marie Thomas di Antara Pesona Likupang yang Membuatmu Enggan Pulang", Klik untuk baca:

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 23 Pebruari 2022  jam  22:42 (klik disini untuk membaca) dan terpilih menjadi "salah satu pemenang dari total sepuluh pemenang" dalam lomba blog "Tulis Cerita dan Harapanmu untuk Wisata Alam Likupang-Sulawesi Utara dan Raih Kesempatan Berlibur ke Sana!" hasil kerjasama antara Kompasiana dengan Kementerian Pariwisata dan Eekonomi Kreatif dengan hadiah jalan-jalan ke DSP Likupang, Minahasa Utara, Sulawesi Utara selama 4 hari 3 malam. 

Pengumuman pemenang bisa di klik disini

Dok.Kompasiana

Daftar Pemenang | Dok. Kompasiana