Mengenal Kain (Batik) Sasirangan
Kain (batik) sasirangan adalah kain tradisional khas suku Banjar, yaitu sub suku bangsa melayu yang terdiaspora paling jauh dari akar wilayah budayanya yang sebagian besar berdomisili di bagian tenggara Pulau Kalimantan, yang sekarang kita kenal sebagai Propinsi Kalimantan selatan.
Nama kain (batik) "Sasirangan" diambil dari kata kerja yang diadopsi dari cara atau proses pembuatan kain, yaitu "sirang" yang berarti jelujur/lajur atau pelajuran.
"Sa" berarti "satu" dan "sirang" berarti "jelujur/lajur/pelajuran". Secara harfiah sasirangan bisa dimaknai sebagai proses pen-jelujur/lajur-an yang di simpul/diikat dengan benang atau tali lainnya kemudian diwarnai dengan cara dicelup dengan warna serta bahan pilihan (sintetis/alami) sesuai dengan kebutuhan pewarnaan.
Pada artikel ini, saya sengaja menuliskan kata batik di dalam kurung, sebagai antisipasi saya terhadap adanya kemungkinan perdebatan terkait kain Sasirangan khas Kalimantan Selatan ini termasuk batik atau bukan.
Karena pada beberapa artikel saya tentang kain Sasirangan sebelumnya, pernah ada yang "memprotes" kain Sasirangan bukan batik, dengan berbagai alasan.
Tapi ada juga yang mengatakan kain Sasirangan merupakan varian dari batik. Bahkan ada pula yang mengatakan, mirip dengan Batik Jumputan dan sebagainya.
Memang, kalau merujuk pada pengertian batik secara baku menurut wikipedia yang juga merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang diartikan sebagai kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan, sepertinya Kain Sasirangan memang tidak termasuk batik karena tahapan proses pengolahannya sangat berbeda.
Keunikan Kain (Batik) Sasirangan adalah mempunyai motif yang paten (kadang terlihat tidak lazim) dan sudah dianggap sebagai pakem budaya layaknya batik tulis, tapi tingkat presisi dari hasil akhir motif tidak bisa sama persis layaknya batik cap.
Karena, semua prosesnya dikerjakan secara manual maka sangat tergantung pada presisi dari teknik dalam mengikat pola gambarnya dan ini sangat ditentukan oleh senioritas atau pengalaman seorang pengrajin Kain (Batik) Sasirangan.
Tapi sekali lagi, saya tidak ingin membahas masalah ini lebih jauh lagi. Semuanya saya kembalikan kepada intrepretasi anda para pecinta kain tradisonal Indonesia! Kain Sasirangan termasuk batik atau bukan tidak penting bagi kami, karena sebagai produk budaya leluhur yang wajib kita banggakan Kain Sasirangan tetap harus kami lestarikan
Mengenal Kain (Batik) Sasirangan
Menurut sejarah, awalnya masing-masing motif kain (batik) Sasirangan mempunyai fungsi serta kegunaan yang berbeda-beda dalam pemanfaatannya, khususnya dalam ritual upacara adat suku banjar. Ada yang khusus untuk batatamba (pengobatan orang sakit), laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain sebagainya.
Seiring dengan perkembangan jaman serta semakin mendunianya kain (batik) Sasirangan, mulai ada pergeseran pada peruntukannya.
Sekarang, kain (batik) Sasirangan tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari ritual adat suku Banjar semata, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas sakral sebagaimana fungsi awalnya.
Kain (batik) Sasirangan sekarang telah menjadi bahan pakaian sehari-hari masyarakat Banjar, tidak hanya golongan elit bangsawan (keturunan kesultanan/Pagustian) saja, tapi juga oleh masyarakat umum.
Menurut budayawan Banjar, H.M. Syamsiar Seman dalam buku karyanya "Sasirangan Kain Khas Banjar", setidaknya dikenal 21 motif tradisional kain Sasirangan, diantaranya;
Seperti sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), hiris gagatas (irisan kue gagatas), kambang sakaki, ingkang, bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang (garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), ular lidi, Mayang maurai, dan jajumputan (jumputan).
Selain itu, ditangan-tangan kreatif, motif kain kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan ini terus berkembang. Setiap saat selalu muncul ragam motif dengan ornamen yang bermacam-macam, ada kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putri menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), banawati (warna pelangi) dan banyak yang lainnya.
Baca Juga : Cara Kreatif Urang Banjar Melestarikan Sasirangan
Bahkan di era teknologi yang semakin maju, ide dan inovasi penggiat serta pelestari Kain Sasirangan tidak hanya fokus pada pengembangan motif semata, tapi juga pada diversifikasi proses pembuatan yang belakangan melahirkan jenis Kain (Batik) Sasirangan Bordir, yaitu jenis kain Sasirangan yang memadukan antara teknik pembuatan tradisonal dengan teknik bordir. Unik, kan?
Selanjutnya diversifikasi pada bahan pewarnaan yang melahirkan Kain Sasirangan dengan bahan-bahan pewarnaan alami dari tumbuh-tumbuhan.
Khusus untuk jenis kain (Batik) Sasirangan dengan pewarnaan alami ini, umumnya ditandai dengan jenis warna yang lebih soft alias kalem bila dibanding dengan warna-warna ngejreng dari kain (batik) Sasirangan dengan pewarna sintetis/buatan dan yang paling penting harganya jauh lebih mahal.
Inovasi berikutnya adalah diversifikasi pada pemanfaatan hasil produk jadi. Jika selama ini Kain Sasirangan hanya dijadikan sebagai bahan pakaian, sekarang Kain Sasirangan telah menjelma menjadi berbagai produk seni yang menakjubkan, seperti kopiah, sarung bantal, dompet, kotak tisu, beragam tas, topi, dan banyak yang lainnya.
Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Sasirangan mulai bertransformasi dalam ragam bentuk dan aplikasi yang lebih bervariasi, tidak hanya pada media kain semata.
Proses Pembuatan Kain (Batik) Sasirangan
- Persiapan Kain Putih
Pertama mempersiapkan bahan kain putih polos dengan ukuran dan bahan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, bahan baku kain putih polos yang digunakan untuk membuat kain sasirangan adalah kain dari serat kapas atau kain katun (cotton), karena tuntutan pasar sekarang bahan baku kain yang dipakai jauh lebih bervariasi seperti santung, balacu, kaci, king, satin, polyester, rayon, sutera dan lain-lain. - Pembuatan Motif atau Pola pada Media Kain
Setelah itu dilanjutkan dengan membuat motif atau pola gambar tradisional sesuai dengan motif yang dikehendaki dengan menggunakan pensil. Pola-pola inilah yang nantinya menjadi patokan dalam mengikat atau menjahit dengan tangan kain tersebut. - Menjahit Jelujur
Pola-pola motif yang telah dilukis pada kain tersebut selanjutnya dijahit jelujur menggunakan benang atau bahan perintang lainnya dengan jarak satu sampai dua mili meter atau dua sampai tiga mili meter. Benang-benang yang terdapat pada setiap jahitan-jahitan pola tersebut ditarik sampai membentuk kerutan-kerutan. Proses ini yang paling menentukan tingkat presisi dari pola-pola motif yang dibentuk (tidak ingin diwarnai). - Membersihan Kain
Bila kain yang digunakan mengandung kanji maka harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara merendamnya dalam air dingin yang telah dicampur dengan kaporit selama satu malam. - Pewarnaan Kain
Sebagian besar pewarna yang digunakan pengrajin Kain (Batik) Sasirangan adalah jenis pewarna sintetis dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan pewarna alami. Hal ini terkait dengan ketidaktersediaan bahan baku pewarna, tingkat kepraktisan, tuntutan konsumen, biaya produksi dan tingkat kesulitan proses pewarnaan. Secara umum, dikenal tiga cara pewarnaan kain (Batik) Sasirangan, yaitu :
a. Teknik pencelupan digunakan untuk memperoleh satu warna saja, yaitu dengan cara mencelupkan kain ke dalam larutan zat pewarna, kecuali pada bagian kain yang dijelujur. Bagian yang dijelujur akan tetap berwarna putih.
b. Teknik Pencoletan biasanya dilakukan apabila motif yang dibuat memerlukan lebih dari satu warna.
c. Kombinasi Keduanya, untuk memperoleh warna dasar yang bagus kain dicelup terlebih dahulu kemudian dicolet dengan variasi warna sebagaimana telah direncanakan. - Melepas Jahitan Jelujur
Setelah kain agak kering, benang-benang jahitan atau ikatan pada kain yang digunakan untuk menjelujur dilepaskan seluruhnya, sehingga motif-motif Sasirangan aka tempak dari bekas jahitan yang telah terlepas. Unik bukan? Kita akan tahu hasil pembuatan setelah semua jahitan terbuka semuanya! - Pencucian
Setelah seluruh perintang/jahitan dilepaskan, kemudian kain dicuci sampai bersih yang ditandai dengan air bekas cuciannya yang jernih atau tidak berwarna lagi. - Pengeringan
Setelah itu kain dijemur di tempat yang teduh dan tidak terkena paparan sinar matahari langsung. - Finishing / Disetrika
Sebagai langkah akhir dari proses pembuatan kain (batik) sasirangan adalah dengan menyeterika agar menjadi kain lebih halus, licin dan rapi.
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar