Selasa, 24 November 2020

Spirit Teleportasi Kuantum dan Atribut Industri 4.0 Pembangun Smart Logistik Masa Depan


 Spirit Teknologi Teleportasi Kuantum

Catatan sejarah pemindahan singgasana Ratu Bilqis dari Yaman ke Yerusalem, Palestina pada masa Nabi Sulaiman yang secara faktual saat ini berjarak sekitar 1500 mil, hanya memerlukan waktu tidak sampai sekedipan mata! Fakta sejarah ini diabadikan dalam AlQuran, Surah An-Naml [27] ayat ke 40.

Teknologi canggih pemindahan materi super cepat ini, menurut Tauhid Nur Azhar & Eman Sulaiman, dalam buku karyanya Ajaib Bin Aneh: 52, merupakan salah satu fenomena Teleportasi Kuantum (quantum teleportation) dimasa lalu yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia. 

Logika Teleportasi Kuantum ini dalam ilmu pengetahuan modern, salah satunya diterjemahkan dalam film Star Trek, ketika Mr. Spock partikel-partikel selnya diubah, dibuat berputar lebih cepat, di-decoding dan ditransfer ke tempat tujuan. Sesampai di tempat tujuan, Mr. Spock di-encoding sehingga bisa utuh kembali. 

Sampai detik ini, misteri teknologi teleportasi kuantum yang dimaknai oleh Nabi Sulaiman sebagai ujian rasa syukur kepada Yang Mahakaya dan Mahamulia, Allah SWT tersebut, masih belum bisa dipecahkan oleh para ahli fisika dari seluruh dunia, walaupun beberapa teori dan hipotesa yang dilanjutkan dengan penelitian ilmiah sudah ada yang mulai mendapatkan "setitik" titik terang. Tapi No problem, the show must go on!

 Bukan rahasia teleportasi kuantum yang kita perlukan saat ini, tapi spirit dari teknologi yang bisa mengirimkan material (barang) supermurah, supercepat dan superakurat itulah yang  kita jadikan inspirasi bagi smart logistic di era industri 4.0.

 

Spirit teleportasi kuantum (quantum teleportation) yang identik dengan kecepatan, keamanan, murah dan akurasi yang presisif sepertinya tetap akan menjadi inspirasi terbaik untuk pelaku industri logistic di era industri 4.0.

Seperti kita pahami, muara dari berbagai inovasi layanan bisnis jasa ekspedisi atau pengiriman barang yang berbasis pada smart logistic di era industri 4.0, pada dasarnya adalah spirit teleportasi kuantum (quantum teleportation) diatas, yaitu memberikan layanan terbaik agar pelanggan mendapatkan kepuasan maksimal melalui variabel (harga) murah, (barang) aman dan (pengiriman) cepat serta akurat sampai di tujuan, sehingga ke depan akan ada repeat order atau pengulangan permintaan layanan.

 

Armada J&T Agen Teleportasi Masa Depan (jet.co.id)

Habitat smart logistic di era industri 4.0

Memasuki era Revolusi Industri 4.0 dimana teknologi informasi menjadi element sentral dalam semua proses operasional, spirit teleportasi kuantum yang mengusung tematik logistik dengan variable layanan supsercepat, supermurah, superakurat dan superaman merupakan roh utama dari kerangka smart  logistic di era industri 4.0.

Untuk mendukung efektifitas habitus spirit teleportasi kuantum pada pelaku smart logistic di era industri 4.0 mutlak diperlukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi digital baik sebagai system operasional maupun sebagai perangkat kerja.

Ciri utama dari smart logistic di era industri 4.0 adalah pemanfaatan analisa cerdas untuk meningkatkan efisiensi dengan menggunakan algoritma dalam jumlah besar (intelligent), optimalisasi penggunaan teknologi sebagai basis dalam pengambilan keputusan (optimize) dan pembagian beban kerja (shared capacity) yang dibagi secara cerdas, proporsional dan otomatis, baik dalam kegiatan operasional maupun saat terjadi gangguan IT.

Selain itu, sistem operasional yang diterapkan harus bisa memberikan detail proses (visibility) yang sedang berjalan, otomatisasi (automation) melalui pemanfaatan teknologi IoT (Internet of Things), serta dukungan terhadap kontrol finansial melalui konsep supply chain control tower.

 

Digitalisasi Operasional (jet.co.id)


igitalisasi Aktifitas Operasional 

Syarat utama untuk bisa survive di tengah geliat Revolusi Industri 4.0 adalah memanfaatkan teknologi digital secara utuh di semua lini operasional perusahaan. Artinya, transformasi digital terhadap semua aktifitas operasional perusahaan bukanlah pilihan tapi sebuah keniscayaan, tidak terkecuali  bagi industri bidang logistik. 

Dengan digitalisasi semua aktifitas operasional perusahaan maka akan mendorong terciptanya berbagai efisiensi di semua lini operasional  perusahaan, sekaligus memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan. 

Fenomena smart logistic di era industri 4.0 yang paling menonjol di Indonesia bisa dilihat pada kiprah J&T Express, perusahaan ekspedisi pengiriman barang yang baru berdiri pada 20 Agustus 2015 atau belum genap lima tahun berdiri, tapi sudah bisa menempatkan diri sebagai salah satu perusahaan ekspedisi pengiriman barang terbaik di Indonesia.

Tepat di tahun ke-4 operasionalnya di Indonesia,  J&T Express telah melayani semua propinsi di Indonesai dengan didukung 2.000 drop points dan 2.000 collection points. Serta 31.000 sumber daya manusia, 1.500 armada dan 72 gateway

Salah satu bukti sahih keperkasaan J&T di pasar logistic era industri 4.0 adalah keberhasilannya kembali mendapatkan penghargaan Top Brand 2019 dengan indeks 20,3 persen (naik dari Indeks tahun sebelumnya yang berada di level 13,9 persen) dan tahukah anda rahasia kesuksesan J&T?

Kunci dari keberhasilan J&T Express bisa eksis tidak hanya di Indonesia tapi juga di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand dan terbaru ke Singapura adalah strategi jitunya menyikapi dinamika pasar di era industri 4.0 yang bekelindan perkembangan teknologi dengan menambah infrastruktur dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital serta internet  di semua lini operasional perusahaan. 

Aplikasi Cerdas J&T yang Memudahkan (jet.co.id)

Digitalisasi Operasional J&T

Seperti kita pahami, penerapan digitalisasi bisnis logistik di era Industri 4.0 sebagai kerangka dari  smart logistic  sangat identik dengan berbagai Artificial Inteligence (AI), Internet of Things (IoT) dan big data yang mengarah ke machine learning. Disini, J&T dengan tagline "Express Your Online Business" menjadi pioneer-nya! 

Untuk mengantisipasi kebutuhan logistic 4.0 yang terkoneksi secara real time dengan internet, sehingga bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh pelanggan, J&T Express menjadi yang pertama sekaligus menjadi pelopor pemanfaatan sistem Teknologi Informasi teraktual! 

Untuk bisa saling memberikan kontrol pada layanan terbaik, J&T Express membangun aplikasi real-time tracking system yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan (pengirim dan penerima paket) untuk melacak/mengetahui posisi terkini/teraktual dari paket barang  yang dikirim, secara real time alias up to date melalui smartphone setelah lebih dulu mendownload di aplikasinya App Store atau Play Store.

 Tidak hanya itu, aplikasi J&T Express ini juga menyediakan fasilitas Finding Sprinter yang memungkinkan pelanggan untuk mengetahui status penjemputan paket (layanan pick-up) di tempat, hingga kontak Sprinter (kurir) yang akan menjemput paket, detail alamat pengirim dan penerima juga lengkap tertera di history order. 

Selain itu, pelanggan juga bisa mengetahui lokasi Drop Point atau outlet terdekat (Drop Point Nearby) dengan lokasi pelanggan  yang terintegrasi dengan Google Maps. Lebih efektif dan efisien, karena pelanggan (baru) tidak perlu susah-susah keliling mencari lokasi drop point di wilayah tersebut. Keren kan?

 

Mesin Sortir Otomatis J&T (jet.co.id)

Fakta J&T Teraktual

Untuk mendukung aktifitas J&T Express yang saat ini sedang fokus dan serius melayani jasa pengiriman bagi e-commerce yang lebih mudah dan menyenangkan, baik untuk pembeli mau pun penjual di Indonesia dan juga Asia Tenggara, J&T Express menawarkan formula layanan 365 hari kerja alias tidak ada libur, proses klaim untuk paket  rusak atau hilang super cepat hanya 3 (tiga) hari  dan memberikan layanan gratis jemput paket (pick up) yang bisa dipesan melalui Call center 24 jam di 0800 100 1188 dan website www.jet.co.id atau melalui aplikasi J&T Express yang bisa diunduh di Playstore & Appstore

Guna merealisasikan visinya menjadi jasa pengiriman untuk e-commerce terbaik di Asia tenggara, J&T  membangun infrastruktur berupa Mega Hub di Jakarta yang dibangun di atas lahan 4,5 hektare dan direncanakan mulai beroperasi akhir tahun 2019 untuk memberi layanan  pengiriman yang lebih massif. 

Tidak hanya itu, di Rawa  Bokor, Tangerang pusat sortir J&T Express, juga Surabaya dan Semarang, merupakan pusat sortir terbesar dan pertama di Indonesia yang mengoperasikan mesin sortir canggih otomatis yang dapat menyortir hingga 30 ribu paket per-jam untuk 180 destinasi dalam satu putaran conveyor (ban berjalan) dan hebatnya, mesin ini mampu meminimalisir error margin hingga 99 persen. Artinya sangat efektif meminimalisir terjadinya kesalahan, sehingga sangat efektif dan efisien.

Selain itu, sejak Maret 2019 J&T Express juga telah mengoperasikan mesin X-ray sendiri untuk  memangkas mata rantai pasok, sehingga bisa memangkas waktu dan dapat memberikan SLA (service level agreement) yang lebih baik.  

Pengoperasian mesin sortir otomatis dan mesin x-ray di pusat sortir ini memberikan akselerasi percepatan distribusi lebih cepat 2-3 jam dari sebelumnya, keren kan?

 

 


Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 24 Desember 2019   21:44 dan terpilih menjadi "pemenang utama" dengan hadiah uang sebesar 20 juta rupiah dalam rangka lomba blog bertema "Logistik di Era Industri 4.0" Hasil kerja sama antara Kompasiana dengan JNT.

 

Jumat, 13 November 2020

Jembatan Gantung Tandipah, Mengantarku Pulang dari Pasar Terapung Lok Baintan

Jembatan Tandipah | @kaekaha
 
Melanjutkan catatan Menemukan "Pasar Terapung Lok Baintan" dari Jalur Darat yang saya posting minggu lalu, kali ini saya akan melanjutkan catatan perjalanan saya memngeksplorasi jalur darat menuju destinasi wisata pasar terapung Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, khususnya untuk jalur pulang menuju Kota Banjarmasin

Untuk menuju pulang ke Kota Banjarmasin yang berjarak sekitar 10 km dari Lokasi Pasar terapung di bawah Jembatan Gantung Lok Baintan, saya sengaja mencari jalan alternatif yang belum banyak terekspos. Saya memilih jalan untuk menyusuri sungai yang posisinya berseberangan dengan jalan saya berangkat menuju Pasar terapung Lok Baintan. Jadi untuk menuju jalan tersebut, saya harus menyeberangi jembatan gantung Lok Baintan.


 

Setelah menyeberangi jembatan gantung, saya mengambil arah ke kiri memasuki perkampungan tepi sungai menuju arah desa Tandipah. Suasana pedesaan khas tepi sungai Kalimantan langsung menyapa saya. 

Hunian berupa rumah semi panggung yang terbuat dari kayu dengan atap sirap atau seng banyak mendominasi, hanya beberapa bangunan semi panggung dengan dinding semen yang terlihat. Itupun bagian pondasinya tetap dari kayu ulin atau kayu besi.  Meskipun kampung ini tidak terlalu padat dan relatif sepi,  tapi aktivitas warga dengan budaya sungainya tetap sesekali terlihat.


Perkampungan tepi sungai | @kaekaha

Jukung melintas di sebelah rumah di tepian sungai | @kaekaha

Jalanan yang saya lewati kurang lebih masih sama dengan tipikal jalanan yang saya lewati pada waktu berangkat menuju Lok Baintan, yaitu berupa jalan tanah yang dikeraskan dengan tutupan berupa taburan batu koral. 

Sekitar 5 menit berjalan saya sudah bertemu kembali dengan jembatan berkonstruksi kayu khas Kalimantan Selatan yang dibuat menggembung atau melengkung ke atas di bagian tengah layaknya busur, hal ini menandakan bahwa sungai di bawahnya merupakan jalur lalu lintas aktif masyarakat dan ini menandakan di pedalaman atau sepanjang aliran anak sungai ada penghuni atau perkampungannya.

 

Jembatan kayu busur | @kaekaha

 Dibandingkan dengan jalan berangkat menuju Lok Baintan yang posisinya berada di seberang sungai, jalan menuju pulang ke Kota Banjarmasin yang saya lalui sekarang lebih sempit dengan variasi lebar antara 1-2 meter saja  dan jauh lebih sepi. Jarang sekali saya bertemu dengan masyarakat yang beraktivitas, baik di kebun, ladang, rawa lebak atau di sepanjang jalan.

Sepanjang perjalanan yang lebih banyak melalui area hutan semak belukar, sebagian nipah, rawa lebak yang difungsikan sebagai sawah, kebun dan ladang masyarakat ini, masih jarang terlihat rumah penduduk. Kalaupun ada rumah penduduk biasanya lokasinya berkelompok di sekitar jembatan yang dibangun diatas aliran anak sungai Martapura yang menuju ke pedalaman. 

Di sinilah uniknya, sepanjang perjalanan sekitar 4-5 km saya bertemu dengan belasan jembatan berbagai ukuran dan berbagai konstruksi. Intinya, kalau jembatan dibuat rata dengan jalan, artinya sungai di bawahnya bukan jalur transportasi aktif dan di pedalaman atau di sepanjang aliran anak sungai biasanya tidak berpenghuni.

Jalanan sempit berbatu dan jembatan di sepanjang jalan | @kaekaha

 Dalam perjalanan pulang ini, saya beberapa kali bertemu dengan rombongan paunjunan (rombongan pemancing) yang sepertinya datang dari luar kampung dan komunitas goweser atau pesepeda yang menuju ke arah Lok Baintan. 

Khusus untuk  rombongan paunjunan, yang biasa berburu ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) dll dengan cara berkelompok, biasanya mereka mempunyai jadwal kunjungan ke lokasi pemancingan berupa rawa-rawa lebak secara teratur dan bergantian di tiap lokasi atau daerahnya dan biasanya mereka sudah hapal betul dengan siklus musim berburu ikan, maklum aktivitas maunjun (Bhs.Banjar ; memancing) bagi masyarakat Banjar bukan hanya sekedar hobi atau aktifitas menghabiskan waktu saja, tapi bisa menjadi profesi.

ikan haruan (Channa striata) di pasar semua produksi dari alam | @kaekaha

Sebagai gambaran, ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) adalah 3 jenis ikan paling diminati masyarakat Banjar, sebagai lauk untuk makan sehari-hari. Kebetulan kuliner andalan masyarakat Banjar seperti nasi kuning dan ketupat Kandangan, bahan utamanya ya ikan haruan (Channa striata) itu. 

Jadi permintaannya dari hari-kehari semakin tinggi seiring semakin populernya kuliner nasi kuninmg dan ketupat Kandangan dan sayangnya untuk budidaya ternak masih belum bisa maksimal. 

Mungkin ada yang sudah tahu harga sekilo ikan haruan atau ikan gabus di Banjarmasin? Sekarang untuk ukuran besar yang sekilo isi satu ekor, harganya sekitar 110.000,- /kg jadi kalau rata-rata sehari dapat 5 kg ikan haruan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Ini fakta lho! (Insha Allah, akan saya tulis dalam artikel terpisah).

Di Lokasi ini kawanan burung itu terlihat menyeberang jalan | @kaekaha

 Di perjalanan ini beberapa kali saya bertemu dengan beberapa satwa-satwa, seperti sejenis unggas, tupai, biawak dan entah apa namanya. Khusus untuk jenis unggas, beberapa kali saya melihat jenis yang belum pernah saya lihat sebelumnya, baik yang bertengger di dahan pohon maupun yang berjalan diatas tanah. 

Salah satunya, saya sempat terkaget-kaget, ketika tiba-tiba melihat sejenis burung yang hidup berkelompok sekitar 3-5 ekor, bentuknya seperti ayam mutiara tapi larinya sangat kencang diatas tanah  menyeberang jalan di hadapan saya.

Memasuki kampung Tandipah | @kaekaha

Gambaran Desa Tandipah | @kaekaha

Setelah berjalan sekitar, 3-4 km saya baru bertemu dengan perkampungan yang sedikit ramai, bangunan rumah lebih bervariasi dan tekstur jalanan kampung ini terlihat berbeda dengan kampung sebelumnya yang bertabur batu koral. 

Di kampung ini, terlihat sisa-sisa jalanan beraspal yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak diperbarui lagi, sehingga terkelupasnya sebagian besar aspal jalanan menyisakan kerikil dan batu split yang tampak di sepanjang jalan.

Papan penunjuk arah SDN Sungai Tandipah | @kaekaha

Aktifitas masyarakat di luar rumah juga semakin terlihat, warung-warung kelontong juga mulai banyak terlihat menghiasi sepanjang jalan. Bahkan saya juga melihat ada papan penunjuk keberadaan sekolah, walaupun dari jalanan yang saya lalui bangunan fisik sekolah tidak nampak terlihat. 

Betul dugaan saya, ternyata saya memang sudah memasuki desa Tandipah yang menjadi muara dari perjalanan pulang saya menuju Kota Banjarmasin, karena setelah berjalan lagi sekitar 1-2 km  akhirnya saya bertemu dengan titian kayu ulin yang menuju ke Jembatan Gantung Tandipah. 

Setelah melewati titian sepanjang sekitar 50 meter, akhirnya jembatan gantung Tandipah mulai terlihat membentang panjang diatas Sungai Martapura.

Titian papan ulin menuju Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

Jembatan Gantung Tandipah dilihat dari sisi titian Desa Tandipah | @kaekaha

Berbeda dengan konstruksi jembatan Gantung Lok Baintan yang rangka tiang utamanya terbuat dari  terbuat dari Kayu ulin atau kayu besi, konstruksi tiang utama jembatan Gantung Tandipah terbuat dari baja dengan penguat tali sling baja sebesar lengan anak-anak. Sedangkan untuk alas jembatan, berkebalikan dengan Jembatan Gantung Lok Baintan, di Jembatan Tandipah alasnya terbuat dari rangkaian papan kayu ulin. 

Walaupun bukan destinasi wisata, tapi pemandangan fragmentasi alam yang terlihat dari atas dan samping Jembatan Gantung Sungai Tandipah tidak kalah cantiknya dengan pemandangan dari Jembatan Gantung Lok Baintan.

Pemandangan alam dari atas Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

 
Aktifitas transportasi sungai di bawah Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

Pemandangan dari samping Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

Setelah menyeberangi Jembatan Gantung Tandipah, di samping kiri turunan bibir jembatan terdapat bangunan masjid disebelah kiri dan are pekuburan di sebelah kanan. Setelah menuruni titian dari papan kayu ulin sepanjang sekitar 20 meter, maka kita akan bertemu lagi dengan jalan kita berangkat menuju Pasar Terapung Lok baintan. 

Dari arah Jembatan Gantung Tandipah bila belok kiri maka kita akan menuju ke Pasar terapung Lok Baintan dan jika belok kanan maka kita akan bertemu dengan Jembatan busur di sekitar Pasar Tradisonal Sungai Lulut. Artinya, untuk kembali pulang ke arah Kota Banjarmasin maka kita ambil arah ke kanan dan setelah bertemu Jembatan Busur kita kembali ambil arah belok kanan. Disini kita sudah kembali menyusuri jalan Veteran dan mulai memasuki hiruk pikuk jalanan Kota Banjarmasin.

Jembatan Busur, pintu masuk/keluar petualangan | @kaekaha

Tertarik mencoba, menjelajahi alam Kalimantan Selatan plus menikmati sajian budaya sungai yang eksotis? Yuk....jalan-jalan ke Banjarmasin! Sampai jumpa.


Artikel ini juga di posting di Kompasiana pada 16 Mei 2016   00:40


Sabtu, 07 November 2020

KoranKaltim.com "Tombo Kangen Mujarab" Kerinduanku pada Banua Etam

KoranKaltim referensi teraktual seputar Kalimantan Timur | korankaltim.com

 Nostalgia di Banua Etam

Sejak meginjakkan kaki pertama kali di Kota Tepian, Samarinda serta Kota Beriman, Balikpapan dan akhirnya harus bolak-balik Surabaya-Banjarmasin-Balikapapan pada kurun waktu 2004-2006 silam untuk melaksanakan "tugas negara", memang harus saya akui, sosio kultur dua kota terbesar di Kalimantan Timur yang terbangun layaknya miniatur nusantara yang sarat dengan keragaman itu benar-benar telah membuat saya jatuh cinta.

Namanya juga jatuh cinta, setelah purna tugas dan wajib pulang ke markas besar di Surabaya,  lama-kelamaan muncul juga kerinduan yang begitu mendalam atau Urang Banjar menyebutnya sebagai karindangan setelah begitu lama tidak bersua dan hanya mendengar kabarnya saja  tentang banua etam, Kalimantan Timur.

Dulu, setiap pulang dari kantor yang terletak di seberang Taman Tepian Mahakam di jalan Slamet Riyadi, sebelum pulang ke kost-an di jalan Abul Hasan, saya selalu menyempatkan main ke semacam dermaga yang terbuat dari kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) di tepian Sungai Mahakam, bagian dari Taman Tepian Mahakam yang masih belum selesai di benahi.


 
Kenangan medio 2006 di Tepian Mahakam dengan Latar Belakang Sungai Mahakam dan Islamic Centre yang masih dalam pembangunan | @kaekaha

Menurut saya, saat itu tempat ini sangat romantis, apalagi jika temaram senja mulai meningkahi sang mentari agar segera kembali ke peraduannya. Saya sangat menikmati suasana senja di tempat ini, beragam aktifitas original khas masyarakat yang tersaji begitu natural, layaknya penawar lelah aktifitas seharian di kantor.

Kerlap-kerlip "manja" lampu di Jembatan Mahakam, hilir mudik tongkang pengangkut batubara ditengah sungai, uniknya para pencari ikan yang berburu dengan beragam cara tradisonal, muda-mudi yang sepertinya memadu kasih dan yang paling menakjubkan saya adalah fakta banyaknya pedagang yang menjual beraneka produk, mulai dari makanan, minuman, mainan, beragam jasa dan banyak lagi lainya yang hampir semuanya ternyata "imigran" alias pendatang dari Pulau Jawa seperti saya. 

Inilah momentum awal, saya merasa tidak sendirian di seberang lautan. para "imigran" dari Jawa ini layaknya jembatan emas untuk mengenal banua etam lebih dekat dan lebih intim,sekaligus jatuh cinta pada segala pesona dan eksotikanya.     

Baca Juga : Pesona Pulau Derawan Bikin "Mabuk Kepayang"

Dulu, sewaktu komunikasi belum bisa dilakukan secara online dan realtime seperti sekarang, untuk mengobati karindangan alias rindu berat saya pada semua yang berbau banua etam, setelah kembali menetap di Surabaya/Banjarmasin, saya harus calling teman-teman, khususnya crew di Kota Tepian, Samarinda. 

Selain tanya kabar, ujung-ujungnya pasti minta tolong dikirimi via email foto-foto romantis tempat kesukaan saya di dermaga taman tepian Mahakam, Masjid tua Shiratal Mustaqiem di Samarinda seberang, juga update pembangungan Islamic centre (saat itu masih dalam tahap pembangunan dan digadang-gadang menjadi yang terbesar di Asia Tenggara), koran harian terbitan lokal (kebetulan saya kolektor koran, baik terbitan lokal, nasional maupun internasional) dan amplang kuku macan, sejenis camilan kerupuk yang terbuat dari ikan belida atau ada juga yang menyebutnya sebagai ikan pipih (Chitala lopis). 

Kerinduan terobati? Mau tidak mau, bisa tidak bisa saat itu ya harus terobati...he...he...he...! Karena memang tidak ada jalan lain. 

Momen Menjadi "Joki" DRE etape 3, Balikpapan-Tanjung Redeb, Berau | @kaekaha
 

 Menjelajah Banua Etam

Bersyukur, pada awal 2016 saya dan beberapa teman kompasianer (penulis di kompasiana) dari berbagai kota di Indonesia, terpilih mengikuti ajang ekspedisi lintas Pulau Kalimantan, termasuk banua etam, Kalimantan Timur yang disponsori oleh salah satu pabrikan otomotif asal Jepang yang sudah kesohor di dunia. 

Khusus untuk perjalanan etape jelajah Kalimantan Timur dari Balikpapan menuju Kota Tanjung Redeb di Kabupaten Berau yang saat itu kami tuntaskan sekitar tiga hari, benar-benar menjadi hari yang sangat spesial. Bagaimana tidak? 

Baca Juga : 650 km Menjelajah Jalur Roller Coaster Kalimantan Timur

Tiga hari penuh kami menjelajah bumi banua etam nan eksotis. Menyusuri alam liar khas borneo, ruang konservasi alam dengan plasma nutfah yang tidak terhitung lagi jumlah serta nilainya, juga beragam kearifan tradisi, budaya serta keyakinan masyarakat yang ada di dalamnya, menjadi momen melepas kerinduan pada banua etam yang mengendap selama sekitar satu dekade. 

Saat itu, kami benar-benar menikmati secara utuh hampir semua elemen eksotis yang menjadikan sosio kultur dan juga alam banua etam sangat layak untuk di kangeni!

 

Bandara Kalimarau, Berau Luar Biasa Cantiknya! | @kaekaha

Sayangnya, setelah pulang ke daerah masing-masing saya dan semua risers (semua peserta ekspedisi) justeru malah kebingungan sendiri, pasalnya kami sangat sulit untuk move on!  

Bayang-bayang pesona Kota "Cerdas" Balikpapan, Islamic Centre Samarinda, Desa Budaya Pampang, Desa Budaya Miau Baru dan tentunya eksotika kepulauan Derawan yang hadir layaknya sepotong tanah surga yang jatuh ke bumi, sangat sulit untuk kami buang jauh-jauh. 

Baca Juga :  Inspirasi Cantik dari Bandara Kalimarau dan SAMS Sepinggan 

Bahkan sampai sekarang, di grup WA risers DRE yang masih terpelihara sampai sekarang, kami masih sering membahas momen-momen indah perjalanan kami di sepanjang jalan banua etam, saat menembus jalur-jalur eksterm layaknya rolller coaster di tengah rimba yang masih perawan, berikut ragam kearifan budaya masyarakat setempat yang begitu menginspirasi.

Saat Berkunjung ke Desa Adat Miau Baru, Kongbeng, Kutai Timur | @kaekaha
 

KoranKaltim.com Obat Kangen pada Banua Etam

Beruntung, saya masih kebagian jaman milenial yang serba digital seperti saat ini! Karenanya, kerinduan saya dan juga teman-teman risers yang sempat menjelajah banua etam diawal tahun 2016 silam   kepada eksotika banua etam lebih mudah terobati, bahkan ditengah pandemi covid-19 seperti saat ini.

Bagaimana tidak, selain mode plesiran virtual yang sekarang banyak dibangun oleh berbagai pihak yang berkepentingan, terutama terkait pariwisata regional Kalimantan Timur, teknologi informasi berbagai penyedia informasi lokal di Kalimantan Timur juga sudah sangat maju yang tentunya berperan besar memeratakan budaya digital sekaligus mencerdaskan masyarakat Kalimantan Timur, salah satunya yang selalu on fire adalah korankaltim.com berikut media grup-nya.

Berawal dari rekomendasi teman-teman sekantor dulu di Samarinda dan Balikpapan, untuk keperluan info aktual terkait banua etam, saya sekarang malah minded dengan artikel-artikel korankaltim.com khususnya untuk keperluan referensi penulisan artikel-artikel bergenre sosio kultur dan humaniora khas bumi Kalimantan di berbagai media langganan saya, termasuk beberapa media blog generatif dan blog pribadi yang saya kelola.

Membuka laman korankaltim.com yang menyajikan menu berita populer dan aktual begitu lengkap, saya seperti dibawa menjelajahi semua lini hidup dan kehidupan aktual dan krusial masyarakat secara utuh, tidak hanya di level banua etam semata yang memang menjadi core artikelnya, tapi juga level nasional, bahkan internasional.
 
 
korankaltim.com

 
Dari artikel yang lumayan "berat" seperti tema politik, pendidikan dan ekonomi-bisnis, sampai budaya, olahraga dan hiburan, semuanya tersaji dengan ulasan yang lugas dan sederhana berbasis pada data yang lengkap dan akurat, sehingga informasi dalam artikel lebih mudah sampai pada segmen pembacanya.

Lebih spsesifik, coba perhatikan, artikel-artikel yang tersaji di semua menu korankaltim.com! Cirikhas pada judul artikelnya yang cenderung panjang dengan pilihan diksi yang lugas dan sederhana, jelas memberi kesan pada kelas mutu artikel pada pandangan pertama!

Cirikhas korankaltim.com yang satu ini, jelas "saya banget" gitu loh! Saya paling suka dengan artikel model seperti ini, satu visi dengan artikel-artikel saya yang rata-rata juga berjudul panjang. 

Menurut saya, artikel dengan judul panjang itu memudahkan pembaca untuk lebih mudah meraba simpul artikel, sekaligus menganalisa kualitas kolektif serta komprehensifnya materi data artikel, pembentuk moment of truth-nya pembaca.

Berdasar pengamatan dan pengalaman saya, setidaknya ada dua jenis pembaca artikel berita, sepertinya termasuk pembaca korankaltim.com juga, yaitu pembaca yang memang memerlukan informasi serta data terkait artikel dimaksud dan pembaca yang hanya sekedar ingin meng-update informasi.

Keduanya tentu mempunyai perilaku berbeda jika melihat basis kepentingannya, bagi pembaca yang mempunyai kepentingan pada informasi dan data, setelah membaca judul panjang yang mengandung diskripsi dan data, pasti akan "memeriksa" sampai detail sajian materi dalam artikel. 

Sedangkan pembaca yang sekedar ingin meng-update informasi, dengan membaca judul yang relatif panjang, diskriptif dan berisi simpul data, biasanya sudah merasa cukup. 

Maknanya, korankaltim.com bisa memberikan pengalaman membaca konten berita terbaiknya kepada siapa saja dimanapun berada, termasuk saya dan juga kamu! 

Nggak percaya? Coba deh buka link artikel aktual berjudul "Update Covid-19 di Kaltim : Hampir Berimbang, Penderita Baru Capai 265, Pasien Sembuh Sentuh 299 Kasus"  berikut, dan segera kenali, kamu termasuk tipe pembaca yang mana?

 

"Selamat Ulang Tahun ke-14 Koran Kaltim"

 

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Jumat, 06 November 2020

Menemukan "Pasar Terapung Lok Baintan" dari Jalur Darat

Pasar Terapung Lok Baintan | @kaekaha

Pasar Terapung di Banjarmasin dikenal luas sejak dijadikan iklan ID Station  oleh salah satu televisi swasta nasional di awal tahun 90-an. Pasar terapung yang dijadikan syuting saat itu adalah Pasar Terapung Muara Kuin, yaitu Pasar Terapung yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun yang lokasinya di muara Sungai Kuin, anak Sungai Barito. 

Sayang, sejak pertengahan tahun 2000-an pamor pasar terapung alami satu-satunya di dunia ini turun drastis seiring dengan menurunnya pamor pariwisata di Kalimantan Selatan, karena berbagai sebab. Pasar terapung di tepian Sungai Barito yang berarus kuat dan bergelombang ini seperti hidup segan mati tak mau!

 


Bersyukur, sejak sekitar 5 tahun terakhir geliat pasar terapung mulai terlihat kembali, terutama sejak ditemukannya pasar terapung di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Pasar Terapung di DAS Sungai Martapura ini tidak kalah eksotiknya dengan Pasar Terapung Muara Kuin di jaman keemasannya. 

Bahkan beberapa kalangan menilai Pasar Terapung Lok Baintan lebih menjual dan lebih atraktif dibanding dengan pendahulunya. Lokasinya yang berada agak masuk ke di tengah pedalaman memberikan sensasi wisata yang unik dan sedikit menantang. Pemandangan alam sekitar yang masih perawan dibalut dengan diorama budaya sungai khas kehidupan masyarakat  Banjar, semakin mendekatkan kita pada alam. 

Terlebih lagi, untuk menikmati suasana pasar terapung alami di Lok Baintan kita tidak terganggu oleh lalu lintas kapal-kapal besar penarik tongkang batubara atau pengangkut hasil hutan lainnya layaknya di Pasar Terapung Muara Kuin dan satu lagi, diatas lokasi Pasar Terapung terdapat jembatan gantung bertali baja yang membentang dari masing-masing tepian sungai yang bisa dijadikan tempat untuk mengabadikan eksotisnya pasara terapung. Benar-benar enjoyfull!

Pasar Terapung Lok Baintan | @kaekaha


Berbeda dengan Lokasi Pasar Terapung Muara Kuin yang masih di dalam Kota Banjarmasin dan bisa diakses dengan jalan darat yang lebih cepat, untuk mengunjungi lokasi Pasar Terapung Lok Baintan di butuhkan waktu yang agak lama dari Kota Banjarmasin, sekitar 1jam perjalanan dengan menaiki perahu kelotok khas Banjarmasin. 

Tapi jangan kuatir, 1 (satu) jam perjalanan menuju lokasi Pasar Terapung Lok Baintan akan terasa singkat jika anda adalah penikmat wisata alam dan budaya. Karena sajian ekosistem alam perawan Kalimantan dan budaya sungai masyarakat Banjar akan memanjakan mata dan wawasan anda.

Menuju Lok Baintan via jalur sungai | @kaekaha

 Menemukan Pasar Terapung Lok Baintan sebenarnya tidak hanya bisa dilakukan melalui jalur sungai saja, seperti yang sudah lazim di lakukan oleh sebagian besar pengunjung. Untuk wisatawan/pengunjung yang ingin merasakan sensasi berbeda atau mungkin ada phobia dengan air/sungai,  ada jalur darat yang bisa dimanfaatkan sekaligus dinikmati untuk menemukan eksotisnya Pasar Terapung Lok Baintan. 

Walaupun sebenarnya bisa untuk kendaraan roda 4 sekelas minibus, tapi disarankan akan memberikan sensasi lebih jika menggunakan kendaraan roda dua seperti sepeda motor atau bahkan sepeda. Selain jalan yang sempit hanya cukup untuk melintas satu mobil saja, jarak menuju lokasi juga tidak terlalu jauh apalagi bagi anda para goweser! Jaraknya sekitar 10 km dari pusat Kota Banjarmasin. 

Memang, untuk eksplorasi jalur darat relatif kurang familiar bagi wisatawan. Tapi tunggu dulu, sensasi petualangannya tidak kalah seru lho....! Pokoknya dijamin bikin  fresh.....! Berikut ulasannya!

Dari arah Kota Banjarmasin, perjalanan langsung menuju ke arah luar kota menuju Jalan Veteran atau jalan martapura lama ke Pasar Sungai Lulut, pasar unik di tepian anak sungai Martapura. Disekitar Pasar Sungai Lulut anda bisa berhenti sejenak untuk menikmati suasana pasar tradisional masyarakat Banjar yang sekelilingnya terdapat kanal kanal yang masih aktif dilalui masyarakat dengan menggunakan jukung atau kelotok, melihat fragmentasi ini akan membawa angan kita ke venezia versi Banjarmasin!

Kanal cantik di belakang los pasar Sungai Lulut | @kaekaha

handil di belakang los Pasar Sungai Lulut

Di ruas Pasar Sungai Lulut yang lokasinya tepat di pinggir jalan veteran (sebagian ada yang menyebut jalan Sungai Lulut, tapi ada juga yang menyebut jalan Martapura lama), kita akan bertemu dengan jembatan berkonstruksi baja yang bentuknya unik seperi busur di sebelah kiri jalan. 

Konstruksi Jembatan ini menurut saya juga termasuk unik dan khas Kalimantan Selatan. Jembatan sengaja dibentuk melengkung seperti busur karena sungai dibawahnya merupakan jalur lalu lintas aktif masyarakat. Jadi maksudnya, agar kepala pengendara kelotok/jukung tidak nyangkut di badan jembatan.

Jembatan Busur khas Kalimantan Selatan | @kaekaha

Kalau Jembatan busur sudah terlihat, sebenarnya kita sudah meninggalkan wilayah Kota Banjarmasin. Posisi jembatan sudah masuk wilayah desa Sungai Bakung, Kec. Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Untuk menuju ke Pasar Terapung Lok Baintan, maka kita harus belok kiri dengan menaiki jembatan busur, karena kalau lurus terus maka kita akan menuju Kota Martapura. Ibu kota Kabupaten Banjar yang dikenal sebagai kota Intan.

Jenis jalan yang harus dilalui menuju Pasar Terapung Lok Baintan | @kaekaha

Turun dari Jembatan busur kita terus lurus meyusuri jalan yang terbuat dari susunan paving blok sejauh sekitar 1km, selanjutnya jalanan di dominasi oleh tanah keras yang bertabur dengan batu-batu split hasil pengerasan oleh pemerintah beberapa waktu yang lalu. Jujur! saya sebenarnya agak bingung ketika melihat kondisi jalan menuju destinasi wisata andalan Kalimantan kok sepertinya kurang mendapat perhatian ya...? Padahal....! Ah sudahlah kita jalan lagi aja yuk...! 

Hijaunya alam di sepanjang jalan menuju Pasar terapung | @kaekaha

Ternyata semakin jauh saya memacu kendaraan, jalanan semakin menantang . Kali ini bukan batu split yang terhampar di jalanan tanah tersebut, tapi berupa pecahan batu kali yang berbentuk bongkahan. Jadi saya tidak bisa memacu kendaraan lebih kencang lagi. Untung pemandangan hijau segar areal kebun jeruk, nangka, pisang, area rawa lebak/persawahan dan hutan nipah yang banyak mendominasi sepanjang jalan berhasil merayu mata saya untuk menikmati kesegarannya. Tapi, saya tetap tidak merekomendasikan akses jalur darat ini untuk ibu-ibu hamil, apalagi jika harus mengendarai kendaraan roda dua.

Ada satu hal menarik yang sempat membuat saya takjub, sejak turun dari jembatan busur, yaitu keramahan warga di sepanjang jalan yang saya lalui! Setiap berpapasan dengan warga setempat seyum tulus mereka selalu mengembang penuh ketulusan, padahal saya sama sekali tidak kenal dengan mereka. "Sesuatu" yang seharusnya biasa ini, bagi saya menjadi sangat luar biasa! Karena jarang saya temukan di lingkungan perkotaan tempat saya tinggal.

SDN Gudang Hirang 2| @kaekaha

Setelah menempuh perjalanan kira-kira 4 km dari jembatan busur, kita akan bertemu dengan pertigaan jalan di desa Gudang Hirang Kec. Sungai Tabuk, satu-satunya persimpangan yang saya temui sejak turun dari jembatan busur. Di pertigaan yang ditandai oleh bangunan Sekolah Dasar Negeri Gudang Hirang 2 di sebelah kiri jalan ini, kita ambil arah belok kiri. 

Pasar terapung bayangan di sisi hilir | @kaekaha

Dari belokan ini,  kita sudah bisa melihat sungai Martapura yang menjadi lokasi Pasar Terapung Lok Baintan. Tapi, Lokasi Pasar Terapung yang disini bukanlah lokasi yang sebenarnya, karena lokasi Pasar Terapung yang sebenarnya di bawah jembatan Gantung Lok Baintan yang letaknya masih sekitar 1 km lagi dari lokasi ini. Lokasi ini disebut oleh sebagian pengunjung pasar terapung sebagai pasar terapung bayangan. 

Pasar terapung Lok Baintan sisi bayangan| @kaekaha

Disebut bayangan karena mereka berada ditempat yang tidak semestinya. Para pedagang pasar terapung ini biasa muncul di lokasi ini ketika hari mulai beranjak terang atau jam 7 keatas dengan cara membiarkan arus sungai membawa perahu mereka berjalan sendiri kira-kira sejauh 1 km dari tempat awal mereka berjualan di bawah jembatan gantung Lok Baintan. Para pedagang yang sebagian besar berasal dari daerah arah hulu, untuk pulang atau kembali ke arah hulu biasa di tarik oleh perahu kelotok yang lebih besar secara berombongan, berikut videonya


Dari lokasi Pasar terapung bayangan ini untuk menuju lokasi pasar terapung dibawah Jembatan Gantung Lok Baintan, jalan yang harus dilalui relatif lebih bagus daripada rute sebelumnya, karena di sini kita sudah berada di area perkampungan Desa Lok Baintan Luar. 

Batas Desa Lok Baintan Luar | @kaekaha

Dari arah kita datang, jembatan gantung Lok Baintan sama sekali tidak kelihatan, karena tertutup oleh rumah-rumah panggung warga dan sayangnya sama sekali tidak ada penunjuk arah atau papan keterangan lokasi Jembatan Gantung Lok Baintan di sekitar lokasi, kecuali papan nama yang menempel diatas pilar-pilar kayu raksasa penopang kawat sling baja jembatan. 

Saya baru sadar kalau sudah sampai di lokasi ketika melihat ujung-ujung tali kawat sling raksasa sebesar lengan anak-anak tertambat di dinding-dinding tebal dan kokoh di sebelah kiri tempat saya berhenti.

Pilar Kayu Jembatan Gantung Lok Baintan | @kaekaha

Sampai di bibir Jembatan Gantung Lok Baintan yang terlihat miring kearah kiri tersebut, matahari sudah lumayan tinggi, sekitar jam 8 pagi WITA. Aktifitas pasar terapung sudah bergeser ke arah Pasar terapung bayangan. Beruntung saya masih sempat mengabadikan rombongan pedagang yang tengah pulang dari berdagang ke kampung masing-masing ke arah hulu dengan di tarik kelotok.

Aktifitas Pasar Terapung Lok Baintan | @kaekaha

Setelah aktifitas pasar terapung benar-benar habis dan mendokumentasikan beberapa spot tersisa yang menurut saya menarik dengan kamera, akhirnya saya memilih untuk pulang. Nah...untuk jalan pulang, saya sengaja memilih jalur yang berbeda dengan jalur berangkat, karena banyak jalan menuju Roma...eh, Rumah! Tunggu ulasan jalur menemukan rumah dari Pasar Terapung Lok Baintan, pada postingan berikutnya ya!

Yuk jalan-jalan ke banua Banjarmasin.....

Keterangan Bahasa Banjar

Banua  : Daerah ; Wilayah ; Desa ; Kampung

Handil  :  Saluran ; kanal

Artikel ini juga di posting di Kompasiana pada 6 Mei 2016   01:14

 

 

 

 

 

 

 

 

Kamis, 05 November 2020

Kecil Disuka, Muda Terkenal, Tua Kaya-Raya, Mati Masuk Surga!

 

Cover Album Minoritas (1996) | @kaekaha

Inspirasi dari suara kaum "Minoritas" ( Slank, 1996)

Bagi para Slankers generasi awal di era 90-an, kalimat judul diatas tentu tidak asing lagi! Kalimat "provokatif" yang menurut saya sangat visioner tersebut sengaja saya kutip dari lirik salah satu lagu dari grup musik fenomenal yang bermarkas di Gang Potlot tersebut. Lagu berjudul "entah jadi apa?" ini termuat dalam album "Minoritas" yang rilis tahun 1996 yang menurut saya merupakan salah satu album studio masterpiece Slank pada formasi awal yang saat itu diperkuat Kaka (Vokal), Bimbim (Drum) Bongky (Bass) Pay (Gitar) dan Indra Q (Keyboard).  

Di album yang menelurkan hits bang bang tut dan kalau kau ingin jadi pacarku ini, sebenarnya mempunyai materi lagu yang semuanya layak menjadi hits. Semua lagu dalam album ini benar-benar berasa "roh" slank-nya, baik dari sisi musikalitasnya maupun kecerdasan pemilihan diksi dalam lirik-liriknya. Album yang saat itu diedarkan dalam format pita kaset tersebut, di side A selain berisi hits bang bang tut, berikutnya ada komposisi tut wuri handayani, Jinna! belasan dalam pelarian, gemerlap kota, bidadari penyelamat. Sedangkan pada side B, tersusun komposisi-komposisi eksentrik semacam suku benalu, h.a.m. burger, pak tani, entah jadi apa? dan hits kalau kau ingin jadi pacarku. 

 

Edisi kaset album | @kaekaha

Sayang, album ekspresif yang sarat dengan ungkapan kritik sosial kaum "minoritas" seperti judul albumnya ini merupakan album studio terakhir dari kebersamaan format awal sekaligus format terbaik Slank (menurut saya...!), karena setelah album ini Bongky (Bass) Pay (Gitar) dan Indra Q (Keyboard) menyatakan mundur dari Slank dan beberapa saat kemudian mendirikan grup baru bernama BIP yang ditengarai merupakan akronim dari nama ketiganya, Bongki Indra Pay. 

Mengkaji Kalimat Provokatif Visioner!

Apa sih yang menarik dari kalimat "Kecil Disuka, Muda Terkenal, Tua Kaya-Raya, Mati Masuk Surga!" yang saya kutip dari lirik lagu Slank Entah Jadi Apa? tersebut? 

Seperti saya sebutkan diatas, kalimat tersebut menurut saya punya potensi provokasi yang multi intrepretasi dan multi tafsir!  Tentu hanya Tuhan dan Slank yang tahu maksud yang sebenarnya. Hanya saja, merujuk pada pada komentar teman-teman saya yang kebetulan ikut menjadi saksi dari terbitnya album Slank yang memuat lirik lagu tersebut, setidaknya ada 2 poros pemahaman. Bagi yang apatis dan cenderung pesimis (rata-rata mahasiswa yang saat itu resah dengan keadaan sosial ekonomi dan budaya yang kebetulan berada di awal jurang krisis ekonomi multidimensi menjelang kejatuhan orde baru yang entah kebetulan atau tidak bertepatan dengan time release atau setting lahirnya album ini) pasti akan langsung mencibir kalimat diatas sekaligus berkomentar dengan kalimat-kalimat sumbang seperti ini, "Emang surga punyak engkong lo....!" atau "Kalau anak konglomerat mah ya mungkin saja.... tapi kalo kong lo melarat ya mustahil bin mustajab!"  Kalimat-kalimat sumbang ini benar-benar muncul dalam berbagai obrolan di berbagai forum kala itu (terutama obrolan kami anak-anak kuliahan yang saat itu syarat dengan keterbatasan... he...he...curhat jadinya!) 

Tapi itu dulu! Ketika euforia ketertindasan di berbagai bidang terasa semakin menyesakkan dada dari hari ke hari. Sekarang setelah pikiran lebih dewasa dan terbuka, saya justeru melihat sebuah visi yang luar biasa dari kalimat  "Kecil Disuka, Muda Terkenal, Tua Kaya-Raya, Mati Masuk Surga!" tersebut. Seandainya saya dan rekan-rekan saat itu (1996) lebih mempunyai positive thingking, kalimat ini bisa menjadi kalimat motivasi yang luar biasa dahsyatnya! Coba perhatikan dan kalau perlu renungkan dalam-dalam kalimat diatas dengan cara melepas rangkaian kalimatnya menjadi per- frasa, mulai dari "kecil disuka"  sampai "mati masuk surga!" Bukankah semuanya merupakan sebuah visi dan atau  doa mulia seorang anak manusia untuk menjadi manusia dengan "stempel" yang baik bahkan mungkin mulia! Dan yang menarik, semua  frasa  dalam kalimat tersebut sepertinya saling terkait satu sama lain dari awal sampai akhir, seperti layaknya sebuah fragmentasi tutorial perjalanan hidup ideal seorang anak manusia. 

Ketika waktu kecil disuka oleh banyak orang dilingkungan sekitar, selain karena bawaan fisik bisa juga karena kebaikan akhlak yang sudah ditanamkan sejak dini oleh orangtua dan lingkungan. Untuk bisa terkenal disaat muda (makna denotatif) tentu bukan perkara mudah untuk mendapatkannya, perlu kerja keras dan kerja cerdas untuk mewujudkannya. Alhamdulillah jika bisa mewujudkannya! Ketika disaat muda sudah terkenal, tentu bisa dimanfaatkan untuk menjalin dan membangun relasi, komunikasi bahkan eksistensi seluas-luasnya untuk membangun masa depan yang lebih menjanjikan. Dari titik ini, dengan dibarengi ikhtiar dan doa secara kontinyu, Insha Allah untuk menjadi orang kaya di masa tua sepertinya tinggal menuggu takdir saja. Saat hidup dimasa tua dianugerahi fasilitas serba kecukupan, tentu semakin mudah untuk mendapatkan surga-Nya, karena tidak ada lagi yang perlu di risaukan, fasilitas dari Tuhan berupa kekayaan yang tersedia tinggal dimanfaatkan semaksimal mungkin untuh mendekatkan diri kepada-Nya melebihi yang lainnya, Sehingga kemungkinan "mati masuk surga" semakin terbuka lebar! Insha Allah. Untuk detailnya, mari kita kupas tahapan kehidupannya satu per-satu...     

Dimulai dari frasa  "kecil disuka", menurut saya yang dimaksud disini adalah siklus manusia ketika masih kecil atau usia kanak-kanak. Pada siklus ini memang si anak masih sebatas berposisi sebagai obyek saja. Artinya dia bisa disuka oleh semua (orang) lebih karena posisinya sebagai makhluk yang masih suci dan belum tersentuh oleh dosa. Kalaupun karena ada kelebihan fisik, seperti montok, putih, bersih, ganteng, lucu dan atribut lain yang membuatnya di sukai oleh semua (orang), semua bukan karena usahanya sendiri tapi lebih karena anugerah dari Yang Maha Kuasa melalui kedua orang tua. Jadi untuk bisa menjadi kecil disuka, tentu membutuhkan suport dari orang-orang di sekitar, terutama orang tua.

Nah, disinilah "pelajaran" visionernya dimulai! Posisi kita yang telah bergeser menjadi orang tua, tentunya mempunyai keinginan anak-anak kita nantinya adalah "individu-individu" generasi unggul dengan berbagai atribut yang (ter) baik bukan?  Untuk mewujudkan keinginan tersebut tentu kita sebagai orang tua harus mempunyai perencanaan "visi" mendidik berikut metode aplikasinya secara tepat. Coba bayangkan, seandainya kita tidak mempunyai perencanaan yang tepat dan aplikatif, apa jadinya output yang dihasilkan? Lha ... kalau masih kecil saja semua atribut yang menempel pada si anak sudah tidak disukai (orang) bagaimana besarnya?

Selanjutnya, frasa "muda terkenal", terkenal dalam konteks frasa ini bisa diartikan terkenal dalam arti yang sebenarnya atau bisa juga dimaknai secara luas sebagai bentuk keberhasilan atau kebermanfaatan lainnya, yang pasti dalam konteks yang positif bukan hanya asal terkenal!  Seperti kita ketahui, di jaman sekarang banyak sekali jalan untuk menjadi terkenal. Mungkin masih ingat dengan ungkapan "kalau mau terkenal, kencingi saja air zamzam!" Tentu bukan ini yang kita maksudkan bukan?

Pada tahapan "muda terkenal" dalam koridor positif, tentu tidak bisa datang tiba-tiba dengan sendirinya. Umumnya, untuk menjadi seorang "muda terkenal" tidaklah mudah, perlu niat, tekad, semangat, strategi dan ikhtiar usaha keras plus cerdas, bahkan bisa jadi memerlukan perjuangan dan pengorbanan ekstra  yang tidak sedikit dan sederhana.  Di titik ini, penerapan pola perencanaan strategis melalui pendekatan fungsi-fungsi ilmu manajemen, mungkin akan lebih mempermudah proses pencapaian target posisi "muda terkenal" 

Berikutnya, frasa "tua kaya raya"menjadi orang tua yang kaya raya atau kaya raya di saat tua pasti menjadi pilihan dan harapan diantara kita semua, Betul? Berbicara masalah "kaya dan kekayaan" tentu tidak bisa lepas dari yang namanya "proses" yaitu proses untuk bisa menjadi kaya! Bicara proses berarti bicara ikhtiar atau usaha, kalau sudah bicara ikhtiar atau usaha berarti kita harus menerapkan metode, cara dan atau strategi! Sekali lagi, disini sepertinya pendekatan fungsi-fungsi ilmu manajemen bisa membantu mempermudah jalannya proses.

Untuk bisa kaya raya disaat tua, memang bukan perkara mudah! Setidaknya dengan berusaha menerapkan fungsi-fungsi ilmu manajemen yang dimulai dari perencanaan yang matang sejak awal, secara konsisten dan berkesinambungan sebagai ikhtiar proses yang dijalani bisa lebih terukur, sehingga akan semakin mempermudah kemungkinan tercapainya kehidupan yang layak bahkan kaya raya di masa tua, Insha Allah semua tinggal menunggu takdirnya saja.
 

Salah satu alasan, kenapa sebagian besar orang ingin kaya raya di masa tua adalah agar lebih tenang di usia senja dan lebih mudah berkonsentrasi mendekatkan diri kepada-Nya. Nah, insha Allah kemungkinan diberi kemudahan mati masuk sorga semakin terlihat jalannya...   Mau dan berani mencoba?

Bisakah Mewujudkannya!? 

Pada dasarnya, tidak ada yang tidak mungkin di dunia yang serba nisbi ini! Kalau Allah berkehendak sesuai dengan angan dan usaha kita kenapa tidak? Menurut saya, pertanyaan yang harus kita jawab justeru sejauh mana kesanggupan kita  untuk mewujudkan semua mimpi-mimpi kita? Strategi apa yang bisa kita manfaatkan untuk mewujudkannya?

Kumpulan frasa kata yang disusun Slank dalam lirik lagu berjudul Entah Jadi Apa? tersebut, menurut saya masih masuk akal, artinya masih sangat mungkin bagi kita untuk mewujudkannya. 

Bagaimana caranya?  Segera bergerak dan berbenah... Insha Allah, yuk!

 

Artikel ini jga diposting di Kompasiana pada 10 Desember 2016   01:56