Sabtu, 12 Desember 2020

Best In Citizen Journalism 2020

Best in Citizen Journalis pada Kompasianival 2020 (kompasiana.com)

-Kompasianival 2020, Kompasianival Covid-19-

Perhelatan "lebaran kompasianer" alias Kompasianival (kependekan dari Kompasiana Carnival) sebagai perayaan ulang tahun Kompasiana, media blog generatif terbesar di Indonesia milik Grup Kompas Gramedia tahun 2020 ini terasa sangat istimewa dan sangat berbeda!

Bagaimana tidak istimewa, diulang tahunnya yang ke 12 dan memasuki kompasianival edisi yang ke-10 tahun ini, masyarakat di seluruh dunia dalam keadaan harap-harap cemas akibat pandemi covid-19 yang telah memaksa terjadinya berbagai perubahan fundamental tata kehidupan masyarakat dunia.

Baca Juga  :  Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya"

Salah satu yang paling mencolok adalah perubahan perilaku manusia untuk mengantisipasi dari tertular covid-19, yaitu dengan memberlakukan protokoler kesehatan dengan ketat, diantaranya membiasakan diri sering-sering cuci tangan dengan menggunakan sabun, memakai masker jika beraktifitas di luar rumah dan menjaga jarak ketika harus berinteraksi dengan masyarakat lainnya. 

 


Bahkan karenanya, banyak institusi termasuk pemerintahan yang menganjurkan masyarakat untuk lebih banyak beraktifitas dari rumah dengan memanfaatkan jaringan internet untuk berkomunikasi dan berinteraksi. 

Mulai dari aktifitas sekolah dan kuliah anak-anak, mengerjakan pekerjaan kantor, presentasi, berbelanja, konsultasi kesehatan, nonton film, nonton sepakbola, sampai konser musik-pun semuanya dilakukan dari rumah masing-masing.

Begitu pula dengan Kompasiana Carnival edisi ke-10 tahun 2020 kali ini, semua dilakukan secara online dari rumah masing-masing. Inilah salah satu keistimewaan Kompasianival 2020 yang akan dikenang dalam sejarah!

 


--Kompasianival 2020--

Perhelatan kompasianival tahun 2020 yang kali ini mengambil tema "mulai dari kita" diselenggarakan secara virtual alias online. Sangat berbeda dengan 9 (sembilan) episode sebelumnya yang dilakukan ala kopdar alias kopi darat yang melibatkan ribuan kompasianer dari seluruh Indonesia. 

Fakta inilah yang menjadi cikal bakal "lebaran kompasianer" alias kompasianival disebut-sebut sebagai satu-satunya ajang bertemunya para bloger, penulis, content writer dan pegiat medsos berikut berbagai komunitasnya yang terbesar dan yang masih terus eksis hingga saat ini dan yang akan datang!

 



Ini merupakan even kompasianival yang pertama, dimana semua sesi acara dilaksanakan secara virtual dengan menggunakan berbagai platform aplikasi digital yang bisa diakses dan dihadiri seluruh kompasianer di seluruh pelosok nusantara dari rumah masing-masing, keren kan!

Inilah bukti kebenaran dari janji Allah SWT yang termaktub dalam QS Al Insyirah ayat 5-6 yang secara ringkas bisa dimaknai sebagai setelah kesulitan selalu ada kemudahan.

Kemunculan covid-19 tanpa kita sadari telah merubah banyak tata kehidupan manusia secara fundamental, tidak hanya terkait urusan kesehatan semata, tapi hampir semua lini kehidupan kita, termasuk juga kreatifitas untuk bertahan hidup yang jauh meningkat dan yang paling aktual adalah percepatan adaptasi terhadap pemanfaatan teknologi digital berbasis daring atau online yang begitu masif! Sepakat!?


 

---Spesialnya Kompasianival 2020---  

"Lebaran kompasianer" tahun 2020 kali ini, teramat istimewa bagi semua kompasianer di seluruh dunia, tidak hanya di seluruh Indonesia saja, karena banyak kompasianer yang berdomisili di berbagai belahan dunia tetap aktif menulis untuk berbagi informasi dan pengetahuan sampai saat ini.

Tidak terkecuali bagi saya! Bahkan even tahunan bagi para penulis dan blogger terbesar di Indonesia yang tahun ini menjadi edisi yang ke -10 teramat sangat spesial bagi saya!

Bagaimana tidak, edisi kali ini menjadi kali ketiga bagi saya masuk dalam nominasi Kompasiana Award untuk kategori Best in Citizen Journalism, setelah pada edisi 2018 dan 2019 saya juga masuk nominator dengan 4 (empat) kompasianer hebat lainnya setiap edisi. Kisah serunya silakan baca pada aertikel saya yang berjudul Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya" yang bisa diakses disini dan disini


Bersyukurnya lagi, setelah pada dua edisi sebelumnya saya belum beruntung untuk menyabet label bergengsi di dunia tulis menulis tersebut, Alhamdulillah pada edisi spesial ditengah pandemi covid-19 kali ini, saya justeru berhasil menyematkan label "Best in Citizen Journalism 2020" di belakang nama saya. 

Terima kasih Ya Rabb atas anugerah yang akan selalu menjadi cambuk untuk terus berkreatifitas bersama kuasa, kebesaran, kasih sayang dan pastinya ijin serta ridha-Mu. Alhamdulillah! 


 

Menariknya lagi, dalam even kompasianival kali ini juga ada beberapa game dan kuis berhadiah. Alhamdulillah, dari satu-satunya permainan yang saya ikuti, yaitu kuis dari video 360 derajat bertema kompasianival 2020 saya mendapatkan hadiah keren berupa smartphone.

Sekali lagi, ini bukti bahwa Allah SWT memang Maha Mengetahui gaes! Karena saat ini, saya juga sangat memerlukan smartphone  yang lebih mumpuni untuk mendukung aktifitas menulis dan berburu foto. Subhan Allah!



Semoga pandemi covid-19 segera berakhir dan kita bisa beraktifitas seperti sedia kala! Sampai jumpa di #kompasianival2021

Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

 


 

Minggu, 06 Desember 2020

Ada Drama di Balik Semua Koleksi Memorabilia dari Kompasiana Ini!

Koleksi Memorabilia Kaos Kompasiana | @kaekaha

Tentang Memorabilia

Menurut wikipedia ada dua makna yang masih berkelindan terkait istilah Memorabilia, pertama suatu atau beberapa benda yang dapat mengingatkan kepada suatu kenangan dan yang kedua, bisa dimaknai sebagai koleksi benda atau benda-benda yang digunakan sebagai alat untuk mengenang suatu peristiwa atau seseorang (baik kenangan manis maupun kenangan pahit!?). 

Uniknya, memorabilia ternyata tidak selalu berwujud benda fisik, tetapi bisa apa saja asalkan bisa ditangkap melalui penglihatan atau pendengaran dan tidak menutup kemungkinan indra perasa yang menjadikan benda itu layak menjadi jalan bagi sebuah kenangan. 

Meresapi dan memahami makna memorabilia versi wikipedia di atas, sepertinya masing-masing diantara kita pasti mempunyai memorabilia, betul!? 

Terlepas itu kenangan manis yang bisa bikin kita tambah bersemangat atau justeru kenangan yang teramat sangat pahit yang tentunya semakin membuat kita lebih dan lebih bersemangat lagi! Harus tetap semangat ya gaeeeees! 

Tote bag "Hadiah" Berlogo Kompasiana Milik Saya | @kaekaha

Memorabilia Kompasiana

Terinspirasi dari even komunitas [Kuis Ketapels] Yuk, Posting di Instagram "Semua Tentang Kompasiana"!  rekan-rekan Ketapels alias Kompasianers Tangsel Plus di Instagram untuk meramaikan pre-even kompasianival 2020.

Saya jadi teringat kembali dengan beberapa memorabilia dari Kompasiana yang pernah saya dapatkan sejak saya bergabung tujuh tahun silam, berikut "drama" untuk bisa mendapatkannya. Hiiiiiks layak disinetronkan kayaknya...he...he...he...

Memorabila dari Kompasiana yang saya koleksi memang belum banyak sih, tapi saya kira cukup juga untuk ikut serta meramaikan even Ketapels yang menantang kita semua untuk memposting foto bertema "Semua Tentang Kompasiana".

Ya, bisa berupa koleksi merchandise berlogo Kompasiana, seperti kaos, topi, tas pinggang, payung, notes, pulpen, dan lain sebagainya yang tidak dijual dan dikenal sangat limited! atau foto selfie dengan akun kompasiana bagi yang belum sempat mempunyai "oleh-oleh" dari Kompasiana tersebut. Yuk ikutan gaessss!

Kompasiana Community Card Atasnama Saya | @kaekaha

Memorabilia pertama sekaligus tertua sebagai buah dari drakor, eh drakom alias drama kompasianer pertama yang saya miliki adalah Kompasiana Community Card atau KCC, yaitu salah satu kartu dari Kompas Gramedia Value Card yang juga berfungsi sebagai kartu keanggotaan alias member dari Kompasiana (informasi ini merujuk pada keterangan gramedia.com)

Nah lo, kalau kamu belum punya kartu ini, artinya kamu belum sah menjadi kompasianer! (drama beneran ya...he...he...he...!?) 

Kartu yang didukung oleh Flazz BCA, kartu pembayaran elektronik atau kartu uang elektronik berbasis cip atau kartu ini, diluncurkan berbarengan dengan diluncurkannya maskot kompasiana, Kriko yang juga ikut mejeng di KCC, saat perhelatan lebaran kompasianer alias Kompasianival edisi tahun 2014 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Sabtu (22/11/2014). Apa kabar Kriko?

Menurut keterangan dari pihak berwenang saat itu, banyak sekali benefit yang bisa didapat oleh pemilik kartu sakti ini, selain sebagai tanda bukti keabsahan sebagai kompasianer, seperti beragam diskon dan privilege eksklusif lainnya.

Lantas dramanya di mana?

Sampai detik ini atau 6 (enam) tahun sejak saya miliki, kartu yang saat itu dimahari sebesar Rp. 50.000 dan sekaligus menjadi satu-satunya memorabilia yang saya dapatkan dengan cara menebus ini, justeru belum pernah saya gunakan sebagaimana layaknya kartu pembayaran elektronik dan lebih berfungsi sebagai pengisi dompet yang ikut mempertebal dompet tipis saya...he...he...he...!

Dua Kaos Kompasiana Koleksi Saya | @kaekaha

Memorabilia kedua yang menjadi koleksi saya berikutnya ada 4 (empat) jenis barang sekaligus, yaitu 

  1. Kaos dengan logo besar bertuliskan kompasiana, berikut tagline alias sesanti "beyond blogging" dengan ukuran huruf lebih kecil tepat dibagian dada (seperti gambar diatas) dan logo kotak kompasiana di bagian belakang, 
  2. Tote bag berwarna hitam dengan elemen tulisan sama dengan kaos, hanya saja komposisi pada ukuran hurufnya berbalik, tulisan kompasiana-nya jauh lebih kecil dibanding dengan tagline beyong blogging-nya. 
  3. Lanyard alias tali gantungan multifungsi bercorak abu-abu dengan ornamen kekinian yang juga bertuliskan  kompasiana, berikut tagline alias sesanti "beyond blogging" dengan komposisi persis pada kaos
  4. Cutting Sicker bertuliskan kompasiana berwarna putih.
Tote bag "Hadiah" Berlogo Kompasiana Milik Saya | @kaekaha

Keempat memorabilia tersebut saya dapatkan pada akhir tahun 2018, sebagai hadiah atas pencapaian saya bisa menembus daftar nominee kompasiana award 2018 untuk kategori citizen jurnalism dalam rangkaian hajatan Kompasianival 2018, persis seperti yang saya kisahkan dalam artikel Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya"

Saat pertama kali mengetahui, nama saya masuk dalam daftar nominee kompasiana award 2018 untuk kategori citizen jurnalism saja.

Rasanya sudah bangga banget, kira-kira kepingin tahu nggak, gimana rasanya ketika tiba-tiba ada paket "bingkisan" datang ke rumah diantar langsung sama kurir dan katanya dari kompasiana? Kalau pengin tahu rasanya, silakan baca artikel saya berjudul "Kompasiana, Terima Kasih Banyak Bingkisannya!"

Tali Lanyard dari Kompasiana | @kaekaha

Kecuali kaos dan cutting sticker, memorabilia lainnya saya simpan di lemari koleksi saya. Untuk kaos yang saya dapatkan pada kompasianival 2018 ini.

Jika ingin melihat wujudnya, ada pada foto di atas yang posisinya ada di belakang (bertuliskan "kompasiana" plus tagline beyond blogging)Karena kaos ini termasuk kaos kebanggaan, makanya tidak terlalu sering saya pakai, hanya sesekali saja. 

Biasanya saya akan memakainya ketika gairah menulis saya sedang tidak bagus alias sedang malas karena berbagai sebab. Ajaibnya, memakainya membuat saya lebih mudah untuk menyemangati logika dan alam bawah sadar saya sendiri, saya pasti bisa!         

Sedang untuk cutting sticker-nya saya tempel di bagian belakang ipad mini yang juga saya dapatkan dari kompasiana setelah artikel saya (Final) Adu Nyali dengan Datsun Go+Panca, Menggali Potensi, Menebar Inspirasi untuk Negeri terpilih sebagai artikel terbaik pada rangkaian akhir even Datsun Risers Expedition edisi Kalimantan tahun 2016.

Cutting Sticker di Bagian Belakang ipad mini Hadiah dari Kompasiana | @kaekaha

Sekedar info, ipad mini ini jadi banyak tempelan stickernya, karena ikut menjadi saksi sekaligus bagian dari sejarah, ketika saya mendapatkan privilege dari Kemenkominfo mewakili Kalimantan Selatan untuk hadir dalam acara pembukaan ASIAN GAMES XVIII di Gelora Bung Karno, Agustus 2018 silam.

Juga, sekaligus bertemu dengan bloger-bloger hebat dari 33 Propinsi di Indonesia lainnya, setelah saya memenangkan even WRITINGTHON ASIAN GAMES 2018, even menulis yang digagas olen Kemenkominfo bekerja sama dengan beberapa pihak. 

Untuk memgetahui keseruan kisahnya silakan baca artikel saya yang berjudul Saat Ampar-ampar Pisang dan Paris Barantai Menghentak Opening Ceremony Asian Games 2018 dan Kisah Serunya Berjumpa dengan Pemudi-pemuda Dari 34 Propinsi Indonesia

Dompet Kartu Nama Berlogo Kompasianival | @kaekaha

Memorabilia ketiga yang menjadi koleksi saya berikutnya juga 4 (empat) jenis barang sekaligus, hanya saja sedikit berbeda dengan memorabilia kedua yang saya dapatkan sebelumnya, yaitu

  1. Kaos dengan logo besar bertuliskan kompasiana, hanya saja yang ini tanpa tagline "beyond blogging", sedangkan pada bagian belakangnya terdapat tulisan kompasiana dengan ukuran lebih kecil (gambar 1 dan 4) .
  2. Tote bag berwarna hitam dengan elemen tulisan kompasiana dengan tagline beyond blogging disatu sisi, sedangkan pada sisi belawanan bertuliskan lebih dari sekedar ngeblog  (gambar 2). Beda kan dengan edisi sebelumnya!
  3. Dompet kartu nama bertuliskan www.kompasiana.com dan kompasianival.
  4. Sicker bertuliskan kompasiana berwarna biru tua yang saya tempelkan di laptop merah saya. Mungkin karena warnanya kurang kontras, jadinya tidak terlalu kelihatan.
Stiker Kompasiana di Laptop | @kaekaha

Keempat memorabilia di atas saya dapatkan pada akhir tahun 2019, sebagai hadiah atas pencapaian saya kembali menembus daftar nominee kompasiana award 2019, juga untuk kategori citizen jurnalism.

Beritanya saat itu saya dapatkan ketika saya berada di Kota Garut, Jawa Barat dalam rangka proyek menulis buku tentang potensi eonomi dan pariwisata Kabupaten Garut, bersama blogger yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia, setelah masing-masing kembali memenangkan tiket WRITINGTHON JELAJAH KOTA GARUT 2019.  yang ekspresi kebahagiannya saya tuangkan dalam artikel berjudul  

Ekspresi kebahagiaan saya saat itu saya curahkan dalam artikel Terima Kasih, Kembali Menominasikan Saya di Kompasiana Award, selain sebagai ungkapan rasa syukur juga sekaligus sebagai ucapan terima kasih kepada semua kompasianer di seluruh Indonesia yang kembali memilih saya untuk duduk sebagai nominee kompasiana award 2019.

Sudah menjadi tradisi setiap tahun, semua kompasianer yang masuk dalam jajaran nominee kompasiana award akan mendapatkan paket bingkisan memorabilia berlabel kompasiana yang sangat cocok untuk dikoleksi. Jadi berbangga dan berbahagialah, rekan-rekan yang berkesempatan masuk dalam deretan nominee dalam ajang kompasiana award untuk kategori apapun. 

Tas Pinggang | @kaekaha

 

Memorabilia keempat koleksi saya adalah tas pinggang yang saya dapatkan belum lama ini. Uniknya, merchandise kompasiana ini justeru tidak saya daptkan dari kompasiana, tapi dari Ketepels alias komunitas  kompasianer Tangsel Plus, setelah saya memenangkan kuis ketapels via media sosial twitter yang berlangsung selama lima berturut-turut. Dramatis bukan?

Waaah harus buka rahasia deh akhirnya! 

Karena penilaian kuis ini berdasarkan pada yang tercepat menjawab dengan benar, maka kunci untuk menang adalah mengetahui "kebiasaan" admin memposting pertanyaan kuis, khususnya waktu postingnya!

Hari pertama saya masih membaca pola kuis, salah satunya memonitor "jam berapa" pertanyaan diposting admin yang ternyata beberapa saat sebelum Subuh, untuk itu saya merelakan diri tercecer dari peringkat terbaik. Syukurnya pola admin tidak berubah, hari kedua dan seterusnya admin memposting sesaat sebelum atau setelah Subuh.

Selain pola sudah terbaca (maaf ya Om admin Ketapels), keuntungan saya lainnya adalah posisi wilayah waktu saya yang masuk WITA atau Waktu Indonesia Tengah yang lebih cepat satu jam dari WIB. Kok bisa?

Begini dramanya gaes! Ketika om admin posting pertanyaan sesaat sebelum subuh, kami manusia WITA sudah pada bangun dan siap untuk beraktifitas (bahkan sudah ada yang keluyuran...he...he...he...), termasuk menjawab pertanyaan admin ketapels, sementara di saat bersamaan, sepertinya pemburu kuis yang tinggal di daerah WIB alias Waktu Indonesia Barat masih banyak yang terbuai mimpi. Nah lo!

Jadi wajar jika di hari kedua dan seterusnya saya selalu menjadi penjawab pertama dan akhirnya menjadi pemenang pertama dengan nilai tertinggi yang konsekuensinya bisa memilih hadiah lebih dulu. Akhinya saya memilih tas pinggang dari pada 5 (lima) hadiah yang lain, karena selain topi saya sudah punya semua. 

Yuk semuanya hadir di kompasianival 2020! Caranya mudah bin gampang kok, tinggal klik dan daftar di www.kompasianival.com!

Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

 

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 28 November 2020   23:18 dan menjadi pengantar kemenangan saya menyabet titel "Best in Citizen Journalism 2020" dalam ajang Kompasianival 2020.

Berikut video pengumuman pemenangnya! 


 


 


Asal-usul Istilah "Hattrick" dan Kisahku "Tentangnya" yang Mengispirasi!

Aksi Zlatan Ibrahimovich Mencetak Gol dengan Gaya Salto | TWITTER.COM/FOOTYACCUMS via bolasport.com


Istilah hattrick  yang begitu populer dikalangan penikmat olahraga, khususnya sepakbola, secara umum dipahami sebagai prestasi atau keberhasilan yang terulang sampai 3 (tiga) kali dalam sebuah even. 

Dalam sepakbola, istilah hattrick paling sering tersematkan kepada seorang pemain yang berhasil mencetak 3 (tiga) gol dalam sebuah pertandingan baik berurutan maupun tidak. 

Bisa juga seorang penjaga gawang yang berhasil melakukan cleansheet alias menjaga keperawanan gawangnya sampai (3) tiga laga pertandingan, sedangkan untuk tim atau kesebelasan bisa prestasi menjuarai sebuah even yang sama dalam (3) tiga musim berturut-turut.

Baca juga:  Mengulik Bus Mewah Tunggangan Baru Skuad Barito Putera

Uniknya, dalam perkembangannya, istilah hattrick tidak hanya menjadi domain sepakbola atau dunia olahraga saja, tapi juga disematkan kepada siapa dan apa saja bentuk prestasi atau keberhasilan yang dilakukan sebanyak (tiga) kali, terlebih secara berurutan dalam satu even yang sama.

Sebagai contoh, keberhasilan Kota Banjarmasin meraih piala Adipura pada 2015, 2016, 2017  yang banyak diberitakan oleh media sebagai hattrick membanggakan dari sebuah kota yang dulunya berpredikat "kota terkotor" di Indonesia.  

Jika memang istilah  hattrick  telah begitu populer dan terus berkembang dari segi ruang pemanfaatannya, tahukah anda sejarah atau asal-usul istilah hattrick?  


Kompasiana Award 2020 | @kompasiana.com

Asal-usul istilah hattrickmenurut beberapa sumber ternyata tidak ada hubungannya samasekali dengan sepakbola, tapi justeru lahir dari olahraga cricket, olahraga mirip kasti dan juga softball dari daratan Inggris yang sangat populer di negara-negara persemakmuran (Commonwealth), yaitu negeri-negeri bekas jajahan Inggris.

Sejarah bermula pada tahun 1885, saat pemain cricket Inggris H.H Stephenson dalam sebuah bigmatch, berhasil menghasilkan tiga wickets (berhasil memukul bola dan berlari bolak-balik wickets sebanyak tiga kali berturut-turut). 

Pencapaian H.H Stephenson yang sangat jarang terjadi dalam pertandingan cricket, dianggap fans dan suporternya sebagai prestasi luar biasa dan sangat hebat. 

Baca Juga: Sepak Takraw, Olahraga Atraktif nan Eksotis yang Minim Apresiasi dan Publikasi                        

Demi mengenang  sekaligus memberi penghargaan kepada pemain pujannya tersebut, para fans rela urunan uang untuk membeli hadiah berupa topi (hat) untuk diberikan kepada H.H. Stephenson.

Itulah awal mula munculnya istilah hattrick, sampai akhirnya populer di ranah olahraga lain seperti sepakbola, polo air dan juga hoki. Uniknya, pada awal istilah hattrick diadopsi di olahraga sepakbola, pemaknaannya relatif sangat sempit, dengan spesifikasi yang sangat-sangat terbatas.


Pemain bola, baru bisa dikatakan mencetak hattrick jika dia mencetak tiga gol secara berturt-turut dan tidak ada pemain lain yang juga mencetak gol diantara terciptanya gol-gol tersebut, itupun masih harus di persempit lagi dengan elemen tubuh yang dipakai mencetak gol, dengan kepala, kaki kanan atau kaki kiri.


Ronaldo Mencetak Gol dengan Salto | Realmadrid via Bola.net


Maksudnya, meskipun seorang Pele bisa mencetak 3 (tiga) gol tapi karena waktunya tidak berurutan, karena ada teman yang juga mencetak gol diantara gol yang dicetak Pele atau bahkan pemain lawan yang melakukan gol bunuh diri, maka Pele pada saat itu belum bisa disebut melakukan hattrick

Tidak hanya itu, meskipun Pele bisa mencetak tiga gol berurutan, tanpa ada penyela baik kawan maupun lawan yang juga mencetak gol, tapi elemen tubih yang dipakai ntuk mencetak gol berbeda-beda, misal gol pertama memakai sundulan kepala, sedang gol kedua pakai kaki kanan dan gol ketiga memakai kaki kiri (kelak dikenal sebagai perfect hattrick atau golden hattrick), maka hal yang demikian juga tidak termasuk hattrick.

Situasi inilah yang menyebabkan istilah hattrick sangat jarang terdengar di masa lalu, karena kriteria dan spesifikasi hattrick yang sangat sempit, sehingga sangat menyulitkan pemain bola, bahkan seorang striker kelas wahid sekalipun untuk bisa melakukan hattrick, meskipun sejatinya telah mencetak tiga gol. 


Kompasiana Award 2018 | Kompasiana.com

Hattrick-ku di Kompasiana Award

Kompasiana Award tahun 2020 sebagai bagian dari Kompasianival atau sering juga disebut sebagai "hari lebaran" kompasianer yang diselenggarakan oleh Kompasiana dalam rangka memeriahkan ulang tahunnya yang ke-12.


Otomatis juga menjadi ulang tahun saya yang ke-7 sebagai kompasiner, karena di bulan yang sama atau tepatnya tanggal 31 Oktober tujuh tahun silam saya secara sah menjadi bagian dari keluarga besar kompasiana.

Spesialnya, pada Kompasiana Award tahun 2020 kali ini, Kompasiana memberikan hadiah kejutan luar biasa untuk saya, yaitu masuk nominasi BEST IN CITIZEN JURNALISM tergabung dengan kompasianer-kompasianer hebat lainnya. Artinya, ini merupakan kali ketiga secara beruntun alias hattrick, saya masuk nominasi BEST IN CITIZEN JURNALISM dan sepertinya menjadi yang pertama mengalami hattrick di ajang Kompasiana Award. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Alhamdulillah, artinya karya tulisan saya juga memberi warna sekaligus manfaat bagi pembaca, bukan hanya menjadi sampah peradaban, sampai akhirnya teman-teman kompasianer istiqomah kembali menominasikan saya di kategori BEST IN CITIZEN JURNALISM

Terima kasih teman-teman kompasianer semuanya, khususnya yang telah menominasikan saya dan juga tim manajemen Kompasiana yang masih mau membaca, mengapresiasi dan mengkurasi karya tulisan saya sampai detik ini. Sekali lagi Terima kasih.


Otomatis juga menjadi ulang tahun saya yang ke-7 sebagai kompasiner, karena di bulan yang sama atau tepatnya tanggal 31 Oktober tujuh tahun silam saya secara sah menjadi bagian dari keluarga besar kompasiana.

Spesialnya, pada Kompasiana Award tahun 2020 kali ini, Kompasiana memberikan hadiah kejutan luar biasa untuk saya, yaitu masuk nominasi BEST IN CITIZEN JURNALISM tergabung dengan kompasianer-kompasianer hebat lainnya. Artinya, ini merupakan kali ketiga secara beruntun alias hattrick, saya masuk nominasi BEST IN CITIZEN JURNALISM dan sepertinya menjadi yang pertama mengalami hattrick di ajang Kompasiana Award. Wallahu a’lam bish-shawabi.

Alhamdulillah, artinya karya tulisan saya juga memberi warna sekaligus manfaat bagi pembaca, bukan hanya menjadi sampah peradaban, sampai akhirnya teman-teman kompasianer istiqomah kembali menominasikan saya di kategori BEST IN CITIZEN JURNALISM

Terima kasih teman-teman kompasianer semuanya, khususnya yang telah menominasikan saya dan juga tim manajemen Kompasiana yang masih mau membaca, mengapresiasi dan mengkurasi karya tulisan saya sampai detik ini. Sekali lagi Terima kasih.

Baca Juga: Terima Kasih, Kembali Menominasikan Saya di Kompasiana Award

Berikut catatan dinamika dan transformasi profil saya persembahan "tim manajemen Kompasiana" dalam hattrick nominasi kategori BEST IN CITIZEN JURNALISM mulai 2018, 2019 dan 2020.

 

Kompasiana Award 2018 | Kompasiana.com

2018
Kartika Eka :
Musik dan travelling jadi hal yang disukai oleh Kompasianer ini, maka tak heran jika artikelnya banyak yang membahas tentang kedua hal tersebut. Selain itu, tulisannya tentang budaya Banjarmasin, tempatnya berasal juga menjadi bacaan menarik yang sayang untuk dilewatkan.

Kompasiana Award 2019 | Kompasiana.com

 

2019
Kartika Eka H :
Melalui tulisan-tulisannya yang sebagian besar mengangkat tentang budaya Banjarmasin, Kartika Eka seolah ingin turut turun tangan untuk memyebarluaskan segala informasi menarik dari kota yang ada di Kalimantan tersebut. Membaca artikelnya dijamin akan bikin kita tak sabar untuk berkunjung ke sana.

Kompasiana Award 2020 | Kompasiana.com

2020
Kartika Eka H :
"Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas", begitulah ciri khas Eka Kartika menutup setiap cerita dari tulisannya. Kompasianer asal Banjarmasin ini banyak sekali memberikan informasi menarik mengenai budaya dan juga serba serbi kuliner khas Banjar. Selain itu, kalau kamu penasaran banget dengan proses pembuatan kuliner khas Banjar, Kartika Eka selalu siap berbagi resepnya.

Tidak Ingin Seperti Zlatan Ibrahimovic!

Semua penikmat sepakbola diseluruh dunia pasti tahu Zlatan Ibrahimovic, bagaimana prestasi dan pencapaian yang telah didapatkannya sampai saat ini. 

Aksi menawannya mengolah si kulit bundar layaknya seniman lapangan hijau telah menyihir para fans beratnya di seluruh dunia. Tapi sayang, semuanya hanya untuk level pribadi dan paling jauh di level klub. Untuk level negara masih belum! 

Artinya, mereka juga manusia biasa yang tidak sempurna! Mereka tetap mempunyai titik lemah dan titik ketidakberuntungan yang tidak bisa mereka kendalikan.

Kisah Zlatan Ibrahimovic setali tiga uang dengan megabintang sepakbola dari Argentina Lionel Messi dan juga Cristiano Ronaldo, dua pemain sepakbola paling top abad ini yang juga masih belum bisa memberikan kebanggaan paripurna untuk bangsa dan negaranya.

Dengan status pemilik rekor "hattrick" nominator BEST IN CITIZEN JOURNALISM tiga kali berturut-turut, berarti saya wajib terus mempertanggungjawabkan status saya tersebut di masa mendatang dengan karya-karya yang lebih berkelas dan berkualitas, khas olahan saya! Masak iya, habis masuk nominasi BEST IN CITIZEN JOURNALISM tiga kali berturut-turut kok malah malas nulis apalagi terus menghilang dari panggung Kompasiana...!? Betul? 

Belajar dari Zlatan Ibrahimovic, Lionel Messi dan juga Cristiano Ronaldo, sebagai manusia biasa saya terus berusaha semaksimal mungkin untuk menuliskan karya abadi terbaik bersama Kompasiana.

Dan, meskipun mendapatkan apresiasi kebanggaan paripurna sebagai kompasianer terpilih sesuai dengan passion masing-masing bukanlah tujuan utama, tapi tetap saja "predikat terbaik" akan menjadi cambuk pelecut semangat berliterasi yang ampuh, efektif dan efisen yang pastinya wajib untuk disyukuri.

Berharap tidak seperti nasib Zlatan Ibrahimovic, Lionel Messi ataupun juga Cristiano Ronaldo, semoga hattrick saya masuk nominasi BEST IN CITIZEN JURNALISM berbuah manis dan menjadi kebanggaan semua.

Tentu, khususnya keluarga besar peramu dan penikmat tulisan kategori budaya, humaniora, sosial budaya, wisata, hiburan, puisi dan seputarnya, serta mengangkat kembali semangat berliterasi rekan-rekan Para-KOMBATAN yang layaknya hidup segan mati tak mau...

"Haram Manyarah, Waja Sampai Kaputing!"

Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua rekan-rekan kompasianer di seluruh pelosok Indonesia yang telah menominasikan saya kembali di ajang Kompasiana Award 2020 ini.

Selanjutnya, kepada semua kompasianer silahkan memilih kompasianer jagoan anda di masing-masing kategori sesuai hati nurani anda... Silakan klik disini untuk ikut berpartisipasi.

Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 19 November 2020   00:32 dan menjadi pengantar kemenangan saya menyabet titel "Best in Citizen Journalism 2020" dalam ajang Kompasianival 2020.

Berikut video pengumuman pemenangnya!


 






Selasa, 24 November 2020

Spirit Teleportasi Kuantum dan Atribut Industri 4.0 Pembangun Smart Logistik Masa Depan


 Spirit Teknologi Teleportasi Kuantum

Catatan sejarah pemindahan singgasana Ratu Bilqis dari Yaman ke Yerusalem, Palestina pada masa Nabi Sulaiman yang secara faktual saat ini berjarak sekitar 1500 mil, hanya memerlukan waktu tidak sampai sekedipan mata! Fakta sejarah ini diabadikan dalam AlQuran, Surah An-Naml [27] ayat ke 40.

Teknologi canggih pemindahan materi super cepat ini, menurut Tauhid Nur Azhar & Eman Sulaiman, dalam buku karyanya Ajaib Bin Aneh: 52, merupakan salah satu fenomena Teleportasi Kuantum (quantum teleportation) dimasa lalu yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia. 

Logika Teleportasi Kuantum ini dalam ilmu pengetahuan modern, salah satunya diterjemahkan dalam film Star Trek, ketika Mr. Spock partikel-partikel selnya diubah, dibuat berputar lebih cepat, di-decoding dan ditransfer ke tempat tujuan. Sesampai di tempat tujuan, Mr. Spock di-encoding sehingga bisa utuh kembali. 

Sampai detik ini, misteri teknologi teleportasi kuantum yang dimaknai oleh Nabi Sulaiman sebagai ujian rasa syukur kepada Yang Mahakaya dan Mahamulia, Allah SWT tersebut, masih belum bisa dipecahkan oleh para ahli fisika dari seluruh dunia, walaupun beberapa teori dan hipotesa yang dilanjutkan dengan penelitian ilmiah sudah ada yang mulai mendapatkan "setitik" titik terang. Tapi No problem, the show must go on!

 Bukan rahasia teleportasi kuantum yang kita perlukan saat ini, tapi spirit dari teknologi yang bisa mengirimkan material (barang) supermurah, supercepat dan superakurat itulah yang  kita jadikan inspirasi bagi smart logistic di era industri 4.0.

 

Spirit teleportasi kuantum (quantum teleportation) yang identik dengan kecepatan, keamanan, murah dan akurasi yang presisif sepertinya tetap akan menjadi inspirasi terbaik untuk pelaku industri logistic di era industri 4.0.

Seperti kita pahami, muara dari berbagai inovasi layanan bisnis jasa ekspedisi atau pengiriman barang yang berbasis pada smart logistic di era industri 4.0, pada dasarnya adalah spirit teleportasi kuantum (quantum teleportation) diatas, yaitu memberikan layanan terbaik agar pelanggan mendapatkan kepuasan maksimal melalui variabel (harga) murah, (barang) aman dan (pengiriman) cepat serta akurat sampai di tujuan, sehingga ke depan akan ada repeat order atau pengulangan permintaan layanan.

 

Armada J&T Agen Teleportasi Masa Depan (jet.co.id)

Habitat smart logistic di era industri 4.0

Memasuki era Revolusi Industri 4.0 dimana teknologi informasi menjadi element sentral dalam semua proses operasional, spirit teleportasi kuantum yang mengusung tematik logistik dengan variable layanan supsercepat, supermurah, superakurat dan superaman merupakan roh utama dari kerangka smart  logistic di era industri 4.0.

Untuk mendukung efektifitas habitus spirit teleportasi kuantum pada pelaku smart logistic di era industri 4.0 mutlak diperlukan adaptasi terhadap perkembangan teknologi digital baik sebagai system operasional maupun sebagai perangkat kerja.

Ciri utama dari smart logistic di era industri 4.0 adalah pemanfaatan analisa cerdas untuk meningkatkan efisiensi dengan menggunakan algoritma dalam jumlah besar (intelligent), optimalisasi penggunaan teknologi sebagai basis dalam pengambilan keputusan (optimize) dan pembagian beban kerja (shared capacity) yang dibagi secara cerdas, proporsional dan otomatis, baik dalam kegiatan operasional maupun saat terjadi gangguan IT.

Selain itu, sistem operasional yang diterapkan harus bisa memberikan detail proses (visibility) yang sedang berjalan, otomatisasi (automation) melalui pemanfaatan teknologi IoT (Internet of Things), serta dukungan terhadap kontrol finansial melalui konsep supply chain control tower.

 

Digitalisasi Operasional (jet.co.id)


igitalisasi Aktifitas Operasional 

Syarat utama untuk bisa survive di tengah geliat Revolusi Industri 4.0 adalah memanfaatkan teknologi digital secara utuh di semua lini operasional perusahaan. Artinya, transformasi digital terhadap semua aktifitas operasional perusahaan bukanlah pilihan tapi sebuah keniscayaan, tidak terkecuali  bagi industri bidang logistik. 

Dengan digitalisasi semua aktifitas operasional perusahaan maka akan mendorong terciptanya berbagai efisiensi di semua lini operasional  perusahaan, sekaligus memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan terbaik kepada pelanggan. 

Fenomena smart logistic di era industri 4.0 yang paling menonjol di Indonesia bisa dilihat pada kiprah J&T Express, perusahaan ekspedisi pengiriman barang yang baru berdiri pada 20 Agustus 2015 atau belum genap lima tahun berdiri, tapi sudah bisa menempatkan diri sebagai salah satu perusahaan ekspedisi pengiriman barang terbaik di Indonesia.

Tepat di tahun ke-4 operasionalnya di Indonesia,  J&T Express telah melayani semua propinsi di Indonesai dengan didukung 2.000 drop points dan 2.000 collection points. Serta 31.000 sumber daya manusia, 1.500 armada dan 72 gateway

Salah satu bukti sahih keperkasaan J&T di pasar logistic era industri 4.0 adalah keberhasilannya kembali mendapatkan penghargaan Top Brand 2019 dengan indeks 20,3 persen (naik dari Indeks tahun sebelumnya yang berada di level 13,9 persen) dan tahukah anda rahasia kesuksesan J&T?

Kunci dari keberhasilan J&T Express bisa eksis tidak hanya di Indonesia tapi juga di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, Thailand dan terbaru ke Singapura adalah strategi jitunya menyikapi dinamika pasar di era industri 4.0 yang bekelindan perkembangan teknologi dengan menambah infrastruktur dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital serta internet  di semua lini operasional perusahaan. 

Aplikasi Cerdas J&T yang Memudahkan (jet.co.id)

Digitalisasi Operasional J&T

Seperti kita pahami, penerapan digitalisasi bisnis logistik di era Industri 4.0 sebagai kerangka dari  smart logistic  sangat identik dengan berbagai Artificial Inteligence (AI), Internet of Things (IoT) dan big data yang mengarah ke machine learning. Disini, J&T dengan tagline "Express Your Online Business" menjadi pioneer-nya! 

Untuk mengantisipasi kebutuhan logistic 4.0 yang terkoneksi secara real time dengan internet, sehingga bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh pelanggan, J&T Express menjadi yang pertama sekaligus menjadi pelopor pemanfaatan sistem Teknologi Informasi teraktual! 

Untuk bisa saling memberikan kontrol pada layanan terbaik, J&T Express membangun aplikasi real-time tracking system yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan (pengirim dan penerima paket) untuk melacak/mengetahui posisi terkini/teraktual dari paket barang  yang dikirim, secara real time alias up to date melalui smartphone setelah lebih dulu mendownload di aplikasinya App Store atau Play Store.

 Tidak hanya itu, aplikasi J&T Express ini juga menyediakan fasilitas Finding Sprinter yang memungkinkan pelanggan untuk mengetahui status penjemputan paket (layanan pick-up) di tempat, hingga kontak Sprinter (kurir) yang akan menjemput paket, detail alamat pengirim dan penerima juga lengkap tertera di history order. 

Selain itu, pelanggan juga bisa mengetahui lokasi Drop Point atau outlet terdekat (Drop Point Nearby) dengan lokasi pelanggan  yang terintegrasi dengan Google Maps. Lebih efektif dan efisien, karena pelanggan (baru) tidak perlu susah-susah keliling mencari lokasi drop point di wilayah tersebut. Keren kan?

 

Mesin Sortir Otomatis J&T (jet.co.id)

Fakta J&T Teraktual

Untuk mendukung aktifitas J&T Express yang saat ini sedang fokus dan serius melayani jasa pengiriman bagi e-commerce yang lebih mudah dan menyenangkan, baik untuk pembeli mau pun penjual di Indonesia dan juga Asia Tenggara, J&T Express menawarkan formula layanan 365 hari kerja alias tidak ada libur, proses klaim untuk paket  rusak atau hilang super cepat hanya 3 (tiga) hari  dan memberikan layanan gratis jemput paket (pick up) yang bisa dipesan melalui Call center 24 jam di 0800 100 1188 dan website www.jet.co.id atau melalui aplikasi J&T Express yang bisa diunduh di Playstore & Appstore

Guna merealisasikan visinya menjadi jasa pengiriman untuk e-commerce terbaik di Asia tenggara, J&T  membangun infrastruktur berupa Mega Hub di Jakarta yang dibangun di atas lahan 4,5 hektare dan direncanakan mulai beroperasi akhir tahun 2019 untuk memberi layanan  pengiriman yang lebih massif. 

Tidak hanya itu, di Rawa  Bokor, Tangerang pusat sortir J&T Express, juga Surabaya dan Semarang, merupakan pusat sortir terbesar dan pertama di Indonesia yang mengoperasikan mesin sortir canggih otomatis yang dapat menyortir hingga 30 ribu paket per-jam untuk 180 destinasi dalam satu putaran conveyor (ban berjalan) dan hebatnya, mesin ini mampu meminimalisir error margin hingga 99 persen. Artinya sangat efektif meminimalisir terjadinya kesalahan, sehingga sangat efektif dan efisien.

Selain itu, sejak Maret 2019 J&T Express juga telah mengoperasikan mesin X-ray sendiri untuk  memangkas mata rantai pasok, sehingga bisa memangkas waktu dan dapat memberikan SLA (service level agreement) yang lebih baik.  

Pengoperasian mesin sortir otomatis dan mesin x-ray di pusat sortir ini memberikan akselerasi percepatan distribusi lebih cepat 2-3 jam dari sebelumnya, keren kan?

 

 


Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 24 Desember 2019   21:44 dan terpilih menjadi "pemenang utama" dengan hadiah uang sebesar 20 juta rupiah dalam rangka lomba blog bertema "Logistik di Era Industri 4.0" Hasil kerja sama antara Kompasiana dengan JNT.

 

Jumat, 13 November 2020

Jembatan Gantung Tandipah, Mengantarku Pulang dari Pasar Terapung Lok Baintan

Jembatan Tandipah | @kaekaha
 
Melanjutkan catatan Menemukan "Pasar Terapung Lok Baintan" dari Jalur Darat yang saya posting minggu lalu, kali ini saya akan melanjutkan catatan perjalanan saya memngeksplorasi jalur darat menuju destinasi wisata pasar terapung Lok Baintan di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, khususnya untuk jalur pulang menuju Kota Banjarmasin

Untuk menuju pulang ke Kota Banjarmasin yang berjarak sekitar 10 km dari Lokasi Pasar terapung di bawah Jembatan Gantung Lok Baintan, saya sengaja mencari jalan alternatif yang belum banyak terekspos. Saya memilih jalan untuk menyusuri sungai yang posisinya berseberangan dengan jalan saya berangkat menuju Pasar terapung Lok Baintan. Jadi untuk menuju jalan tersebut, saya harus menyeberangi jembatan gantung Lok Baintan.


 

Setelah menyeberangi jembatan gantung, saya mengambil arah ke kiri memasuki perkampungan tepi sungai menuju arah desa Tandipah. Suasana pedesaan khas tepi sungai Kalimantan langsung menyapa saya. 

Hunian berupa rumah semi panggung yang terbuat dari kayu dengan atap sirap atau seng banyak mendominasi, hanya beberapa bangunan semi panggung dengan dinding semen yang terlihat. Itupun bagian pondasinya tetap dari kayu ulin atau kayu besi.  Meskipun kampung ini tidak terlalu padat dan relatif sepi,  tapi aktivitas warga dengan budaya sungainya tetap sesekali terlihat.


Perkampungan tepi sungai | @kaekaha

Jukung melintas di sebelah rumah di tepian sungai | @kaekaha

Jalanan yang saya lewati kurang lebih masih sama dengan tipikal jalanan yang saya lewati pada waktu berangkat menuju Lok Baintan, yaitu berupa jalan tanah yang dikeraskan dengan tutupan berupa taburan batu koral. 

Sekitar 5 menit berjalan saya sudah bertemu kembali dengan jembatan berkonstruksi kayu khas Kalimantan Selatan yang dibuat menggembung atau melengkung ke atas di bagian tengah layaknya busur, hal ini menandakan bahwa sungai di bawahnya merupakan jalur lalu lintas aktif masyarakat dan ini menandakan di pedalaman atau sepanjang aliran anak sungai ada penghuni atau perkampungannya.

 

Jembatan kayu busur | @kaekaha

 Dibandingkan dengan jalan berangkat menuju Lok Baintan yang posisinya berada di seberang sungai, jalan menuju pulang ke Kota Banjarmasin yang saya lalui sekarang lebih sempit dengan variasi lebar antara 1-2 meter saja  dan jauh lebih sepi. Jarang sekali saya bertemu dengan masyarakat yang beraktivitas, baik di kebun, ladang, rawa lebak atau di sepanjang jalan.

Sepanjang perjalanan yang lebih banyak melalui area hutan semak belukar, sebagian nipah, rawa lebak yang difungsikan sebagai sawah, kebun dan ladang masyarakat ini, masih jarang terlihat rumah penduduk. Kalaupun ada rumah penduduk biasanya lokasinya berkelompok di sekitar jembatan yang dibangun diatas aliran anak sungai Martapura yang menuju ke pedalaman. 

Di sinilah uniknya, sepanjang perjalanan sekitar 4-5 km saya bertemu dengan belasan jembatan berbagai ukuran dan berbagai konstruksi. Intinya, kalau jembatan dibuat rata dengan jalan, artinya sungai di bawahnya bukan jalur transportasi aktif dan di pedalaman atau di sepanjang aliran anak sungai biasanya tidak berpenghuni.

Jalanan sempit berbatu dan jembatan di sepanjang jalan | @kaekaha

 Dalam perjalanan pulang ini, saya beberapa kali bertemu dengan rombongan paunjunan (rombongan pemancing) yang sepertinya datang dari luar kampung dan komunitas goweser atau pesepeda yang menuju ke arah Lok Baintan. 

Khusus untuk  rombongan paunjunan, yang biasa berburu ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) dll dengan cara berkelompok, biasanya mereka mempunyai jadwal kunjungan ke lokasi pemancingan berupa rawa-rawa lebak secara teratur dan bergantian di tiap lokasi atau daerahnya dan biasanya mereka sudah hapal betul dengan siklus musim berburu ikan, maklum aktivitas maunjun (Bhs.Banjar ; memancing) bagi masyarakat Banjar bukan hanya sekedar hobi atau aktifitas menghabiskan waktu saja, tapi bisa menjadi profesi.

ikan haruan (Channa striata) di pasar semua produksi dari alam | @kaekaha

Sebagai gambaran, ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) adalah 3 jenis ikan paling diminati masyarakat Banjar, sebagai lauk untuk makan sehari-hari. Kebetulan kuliner andalan masyarakat Banjar seperti nasi kuning dan ketupat Kandangan, bahan utamanya ya ikan haruan (Channa striata) itu. 

Jadi permintaannya dari hari-kehari semakin tinggi seiring semakin populernya kuliner nasi kuninmg dan ketupat Kandangan dan sayangnya untuk budidaya ternak masih belum bisa maksimal. 

Mungkin ada yang sudah tahu harga sekilo ikan haruan atau ikan gabus di Banjarmasin? Sekarang untuk ukuran besar yang sekilo isi satu ekor, harganya sekitar 110.000,- /kg jadi kalau rata-rata sehari dapat 5 kg ikan haruan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Ini fakta lho! (Insha Allah, akan saya tulis dalam artikel terpisah).

Di Lokasi ini kawanan burung itu terlihat menyeberang jalan | @kaekaha

 Di perjalanan ini beberapa kali saya bertemu dengan beberapa satwa-satwa, seperti sejenis unggas, tupai, biawak dan entah apa namanya. Khusus untuk jenis unggas, beberapa kali saya melihat jenis yang belum pernah saya lihat sebelumnya, baik yang bertengger di dahan pohon maupun yang berjalan diatas tanah. 

Salah satunya, saya sempat terkaget-kaget, ketika tiba-tiba melihat sejenis burung yang hidup berkelompok sekitar 3-5 ekor, bentuknya seperti ayam mutiara tapi larinya sangat kencang diatas tanah  menyeberang jalan di hadapan saya.

Memasuki kampung Tandipah | @kaekaha

Gambaran Desa Tandipah | @kaekaha

Setelah berjalan sekitar, 3-4 km saya baru bertemu dengan perkampungan yang sedikit ramai, bangunan rumah lebih bervariasi dan tekstur jalanan kampung ini terlihat berbeda dengan kampung sebelumnya yang bertabur batu koral. 

Di kampung ini, terlihat sisa-sisa jalanan beraspal yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak diperbarui lagi, sehingga terkelupasnya sebagian besar aspal jalanan menyisakan kerikil dan batu split yang tampak di sepanjang jalan.

Papan penunjuk arah SDN Sungai Tandipah | @kaekaha

Aktifitas masyarakat di luar rumah juga semakin terlihat, warung-warung kelontong juga mulai banyak terlihat menghiasi sepanjang jalan. Bahkan saya juga melihat ada papan penunjuk keberadaan sekolah, walaupun dari jalanan yang saya lalui bangunan fisik sekolah tidak nampak terlihat. 

Betul dugaan saya, ternyata saya memang sudah memasuki desa Tandipah yang menjadi muara dari perjalanan pulang saya menuju Kota Banjarmasin, karena setelah berjalan lagi sekitar 1-2 km  akhirnya saya bertemu dengan titian kayu ulin yang menuju ke Jembatan Gantung Tandipah. 

Setelah melewati titian sepanjang sekitar 50 meter, akhirnya jembatan gantung Tandipah mulai terlihat membentang panjang diatas Sungai Martapura.

Titian papan ulin menuju Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

Jembatan Gantung Tandipah dilihat dari sisi titian Desa Tandipah | @kaekaha

Berbeda dengan konstruksi jembatan Gantung Lok Baintan yang rangka tiang utamanya terbuat dari  terbuat dari Kayu ulin atau kayu besi, konstruksi tiang utama jembatan Gantung Tandipah terbuat dari baja dengan penguat tali sling baja sebesar lengan anak-anak. Sedangkan untuk alas jembatan, berkebalikan dengan Jembatan Gantung Lok Baintan, di Jembatan Tandipah alasnya terbuat dari rangkaian papan kayu ulin. 

Walaupun bukan destinasi wisata, tapi pemandangan fragmentasi alam yang terlihat dari atas dan samping Jembatan Gantung Sungai Tandipah tidak kalah cantiknya dengan pemandangan dari Jembatan Gantung Lok Baintan.

Pemandangan alam dari atas Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

 
Aktifitas transportasi sungai di bawah Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

Pemandangan dari samping Jembatan Gantung Tandipah | @kaekaha

Setelah menyeberangi Jembatan Gantung Tandipah, di samping kiri turunan bibir jembatan terdapat bangunan masjid disebelah kiri dan are pekuburan di sebelah kanan. Setelah menuruni titian dari papan kayu ulin sepanjang sekitar 20 meter, maka kita akan bertemu lagi dengan jalan kita berangkat menuju Pasar Terapung Lok baintan. 

Dari arah Jembatan Gantung Tandipah bila belok kiri maka kita akan menuju ke Pasar terapung Lok Baintan dan jika belok kanan maka kita akan bertemu dengan Jembatan busur di sekitar Pasar Tradisonal Sungai Lulut. Artinya, untuk kembali pulang ke arah Kota Banjarmasin maka kita ambil arah ke kanan dan setelah bertemu Jembatan Busur kita kembali ambil arah belok kanan. Disini kita sudah kembali menyusuri jalan Veteran dan mulai memasuki hiruk pikuk jalanan Kota Banjarmasin.

Jembatan Busur, pintu masuk/keluar petualangan | @kaekaha

Tertarik mencoba, menjelajahi alam Kalimantan Selatan plus menikmati sajian budaya sungai yang eksotis? Yuk....jalan-jalan ke Banjarmasin! Sampai jumpa.


Artikel ini juga di posting di Kompasiana pada 16 Mei 2016   00:40