Minggu, 18 September 2022

Mengenal Pergulatan Kreatif "Benang Bintik", (Nomenklatur) Kain Batik Dayak Kalimantan Tengah

Benang Bintik khas Kalimantan Tengah (agus2652.wordpress.com)


Benang Bintik khas Kalimantan Tengah (agus2652.wordpress.com)
Benang Bintik khas Kalimantan Tengah (agus2652.wordpress.com)

Bagi masyarakat Indonesia, istilah "Benang Bintik" tentu bukan sesuatu yang asing, karena dua kata penyusun frasa tersebut yaitu benang dan bintik keduanya ada dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI).

Bahkan keduanya tergolong jenis kosakata yang lazim (umum) bahkan sering dipakai oleh masyarakat Indonesia, sehingga arti dan makna lugasnya pasti bisa dipahami secara kolektif. 

Tapi, jika istilah Benang Bintik yang dimaksudkan adalah (nomenklatur) kain batik motif tradisional dari Kalimantan Tengah, adakah yang sudah familiar dengannya?

Makna Benang Bintik 

Benang Bintik atau ada juga yang menuliskannya dengan Bénang Bintik, dikenal sebagai (nomenklatur) kain batik dengan ragam hias motif khas masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah (ada yang menyebutkan sebagai Lukisan Kehidupan Suku Dayak Ngaju)

Menurut budayawan Dayak, Kusni Sulang , Bénang adalah helaian kain putih, sedang Bintik adalah desain (motif/gambar) yang akan diterakan di atas helaian kain putih itu.

Bénang Bintik (goodnewsfromindonesia.id)

 

Penambahan istilah nomenklatur dalam tulisan ini berfungsi sebagai penegas bahwa Benang Bintik khas Kalimantan Tengah merupakan identitas wastra khas Kalimantan Tengah yang menurut, Kusni Sulang dari segi namanya sudah khas dan punya dasar sejarah serta ikatan budaya lokal.

Hal ini tentu berbeda dengan pemakaian istilah Batik Kalimantan Tengah yang sebelumnya pernah dipopulerkan oleh pemerintah sebagai upaya praktis dan cepat untuk menjawab pertanyaan "apa ciri khas busana Kalteng?".

Di dalam pergaulan tingkat nasional, internasional dan lokal di era pemerintahan Gubernur Drs.Suparmanto (1989-1993), di mana menurut Kusni Sulang lebih sebagai karya epigon dari Batik Jawa yang tidak mempunyai jiwa atau roh budaya Dayak.

Baca Juga: Mengenal Sasirangan, Kain (Batik) Khas Banua Kalimantan Selatan

Selain itu, juga berfungsi sebagai penegas bahwa istilah Benang Bintik itu sendiri sudah sejajar posisinya dalam istilah makna dengan istilah kain batik. Sehingga selanjutnya agar tidak ada tumpang tindih makna dalam penyebutan istilahnya. 

Sebagai Contoh, menyebut dengan kain benang bintik atau kain batik benang bintik, kalau ini yang terjadi maka bila diartikan maknanya akan menjadi kain (batik) kain bermotif.

Kekhasan Benang Bintik

Ciri khas utama kain dari Kalimantan Tengah ini adalah keberadaan ornamen Batang Garing (pohon kehidupan), yaitu falsafah hidup
masyarakat suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah untuk menyeimbangkan pandangan antara dunia atas (langit, dunia spiritual) dan dunia bawah (bumi, dunia material). 

Pohon Batang Garing berbentuk seperti mata tombak yang mengarah ke atas atau ke langit simbol kepercayaan Agama Kaharingan ( kepercayaan suku dayak ) Ranying Mahatala Langit, sumber segala kehidupan. 

Baca Juga : Cara Kreatif Urang Banjar Melestarikan Sasirangan 

Selain motif Pohon Batang Garing, terdapat motif-motif pilihan benang bintik lainnya yang semakin memperkaya warisan budaya dunia yang , seperti motif Kelakai (tumbuhan sayur-mayur yang sering dikonsumsi orang Kalimantan), Mandau (senjata khas Dayak), burung Tingang (burung khas Kalimantan) dengan motif bulu burung haruei, Huma Betang, bunga kantung semar dari Lamandau, Bajakah, Naga, motif anyaman rotan, motif ukiran Dayak, hingga motif Balanga.

Untuk pewarnaan, ragam motif dan pola kain Benang Bintik umumnya mempunyai jenis warna yang tegas, lugas dan lebih berani seperti warna merah maroon, biru, merah, kuning dan hijau, selain dasar warna yang lebih gelap seperti hitam dan coklat. 

Untuk pemilihan bahan baku kain, umumnya kain Benang Bintik menggunakan bahan kain jenis kain sutera, kain semi-sutera dan kain katun.

motif Pohon Batang Garing | infobatik.id

Benang Bintik dalam Pusaran Waktu

Dalam perjalanan sejarah kain Benang Bintik kebanggaan masyarakat Kalimantan Tengah ini, ada beberapa momentum faktual penting yang ikut menyertainya sampai berada diposisinya sekarang sebagai salah satu wastra "resmi" yang wajib dipakai sebagai seragam oleh para pelajar sekolah dan ASN alias pegawai negeri di seluruh Kalimantan Tengah.

Pertama, kelahiran Batik Kalimantan Tengah.

Ide istri Gubernur Drs.Suparmanto, Gubernur Kalimantan Tengah yang memerintah pada periode tahun 1989-1993 untuk membuat batik kalimantan Tengah.

Dengan cara akulturasi atau dengan cara mengawinkan dua budaya yaitu membuat kain batik (dengan teknik "membatik" yang dikenal sebagai budaya Jawa) dengan motif Dayak (Ngaju) asli Kalimantan Tengah. 

Meskipun ide ini berhasil melahirkan Batik Kalimantan Tengah yang akhirnya menjadi "kain resmi" bagi masyarakat Kalimantan Tengah, tapi kehadiran Batik Kalimantan Tengah ini bukan tanpa "kendala" dalam prosesnya! 

Salah satunya adalah kritikan konstruktif datang dari Kusni Sulang salah satu budayawan Dayak yang cukup kritis dalam menangkap fenomena sosial budaya kekinian masyarakat Kalimantan Tengah, khususnya untuk isu yang terkait budaya Dayak. 

motif Kelakai 
(gpswisataindonesia.wordpress.com)

Mungkin karena tidak ada komunikasi yang intensif, kelahiran produk Batik Kalimantan Tengah yang sepertinya tidak melibatkan "masyarakat Dayak", menyebabkan Masyarakat Dayak sendiri justeru merasa asing dengan produk Batik Kalimantan Tengah

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pencipta dan pemrakarsanya, Kusni Sulang merasa Batik Kalimantan Tengah baik sebagai istilah maupun sebagai produk masih jauh dari roh budaya Dayak. 

Tapi bagaimanapun, upaya istri Gubernur Drs.Suparmanto untuk mengangkat kembali kekhasan Kalimantan Tengah dengan segala keterbatasananya dalam bentuk kain batik, tetap saja menjadi titik balik atau setidaknya sebuah awal yang bagus untuk mengingatkan kembali pentingnya melestarikan berbagai kekhasan serta keunikan produk budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. 

Kedua, kelahiran Bénang Bintik. 

Kelahiran Bénang Bintik yang didapat dari proses panjang pencarian jati diri masyarakat Dayak, Kalimantan Tengah yang di pelopori oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palangkaraya melalui berbagai aktifitas ini.

Menurut Kusni Sulang dari segi namanya sudah khas dan punya dasar sejarah serta budaya lokal (Dayak) yang selama ini menjadi orientasi sekaligus identitas umum kebudayaan masyarakat Kalimantan Tengah. Bénang adalah helaian kain putih. Bintik adalah desain yang akan diterakan di atas helaian kain putih itu. 

Kelak, Bénang Bintik sebagai jatidiri dengan segala ciri khas dan identitas masyarakat Dayak Kalimanatn Tengah diharapkan menjadi helaian kain atau bénang untuk membuat ragam busana dan fesyen khas Kalimantan Tengah. 

Motif Benang Bintik (kalteng.net)

Ketiga, ditetapkannya Benang Bintik sebagai Seragam 

Pasal 8 dan 10, PerGub Kalteng No. 40 Thn 2018 Tentang "PEDOMAN PERLENGKAPAN PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH" secara jelas mewajibkan semua ASN alias aparat sipil negara memakai kain Benang Bintik sesuai dengan ketentuan yang telah diatur.

Peraturan ini tentu memberikan dampak positif bagi kelestarian Benang Bintik dan juga dampak ekonomi kepada para pelaku usaha atau pengrajin Benang Bintik di Kalimantan Tengah. 

Peluang usaha besar ini seharusnya menjadi kesempatan emas bagi semua pihak khususnya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah untuk terus menggali potensi kekhasan motif khas Dayak, Kalteng sekaligus juga terlibat secara langsung dalam proses kreatif dan produksi benang bintik.

Sudah menjadi rahasia umum, fakta di lapangan terkait produksi Benang Bintik ini sangat unik dan mencengangkan! Hampir semua pengusaha kain Benang Bintik di Kalimantan Tengah yang terkonsentrasi di Kota Palangkaraya, bukanlah orang Kalimantan Tengah (Dayak) tapi pendatang dari Jawa Tengah khususnya dari Pekalongan yang memang dikenal sebagai salah satu pusat produksi Batik Indonesia begitu juga dengan tempat produksinya yang semuanya diproses di Jawa Tengah alias Pekalongan! Lho kok begitu!?

Inilah PR krusial yang wajib segera diselesaikan oleh semua pihak yang berwenang dan berkepentingan terkait Benang Bintik! Jangan sampai Benang Bintik hadir hanya sebagai sebuah produk barang atau komoditas tanpa roh dan jiwa Dayak-nya sehingga masyarakat Kalteng justeru asing dan sama sekali tidak merasa memiliki apalagi membanggakan penampilannya sendiri!

Hidup Benang Bintik!

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 12 Oktober 2019  jam  22:25 WIB (klik disini untuk membaca) dan terpilih sebagai Artikel Pilihan.



Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar