Jukung Barenteng Khas Pasar Terapung di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan | @kaekaha
Saya sungguh beruntung, karena pekerjaan yang mengharuskan keliling ke berbagai kota di nusantara, hingga akhirnya sekarang menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!, saya jadi merasakan betul bagaimana nikmatnya bertemu dengan suasana baru, lingkungan baru, budaya baru dan tentunya orang-orang baru yang sejatinya merupakan esensi dari tujuan kita liburan. Betul?
Jadi kalau dipikir-pikir, sebenarnya lebih dari satu dekade saya menyinggahi berbagai kota di Indonesia, sama saja dengan liburan dong! Karena di setiap kota yang saya singgahi, minimalnya saya singgah 3 hari dan biasanya maksimal sampai sebulan tanpa balik ke home base ke Regional Office Area Kalimantan kami di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.
Setiap nengok kantor cabang di berbagai kota itu, saya pastikan untuk selalu berusaha menyinggahi 3 tempat ikonik sekaligus destinasi wisata khusus yang ala saya banget, yaitu masjid, pasar tradisional dan warung makan yang semuanya ikon daerah tersebut. Kalau ada waktu lebih baru mengunjungi destinasi lainnya.
View Cantik Jembatan Gantung Lok Baintan yang Membentang di Atas Sungai Martapura | @kaekaha |
Alhamdulillah-nya lagi, setelah nulis-nulis cantik di Kompasiana, karena istiqamah untuk selalu ikut kompetisi nulis apalagi yang hadiahnya liburan, akhirnya beberapa kali juga saya beruntung ikut dibawa liburan bareng kompasiner lainnya. Salah satunya yang paling berkesan adalah even Kompasiana Blogtrip bersama DATSUN Risers Expedition yang mengajak keliling Kalimantan Timur dari ujung ke ujung. Dari sinilah saya semakin memahami esensi dari liburan kita semua!
Sampai saat ini, saya masih tetap menikmati perjalanan saya setiap keluar daerah, tapi uniknya sejak kita semua menjadi "tahanan rumah dan tahanan kota" dalam beberapa tahun akibat pandemi Covid-19, semakin saya berlama-lama berinteraksi dalam kota, semakin saya merasa asing dengan banyak sudut kota saya sendiri. Tahu kenapa?
Saya baru menyadari, mungkin karena kebanyakan "keluar daerah" menyebabkan saya abai bahkan melewatkan begitu banyak sudut ikonik nan eksotis dengan kekhasan dan keunikan alam berikut budaya khas Kota 1000 Sungai yang masih belum saya jamah dan kenali detail keindahannya. Sejak itulah, saya dan keluarga jadi kepikiran, kenapa kita nggak mencoba jadi turis di kota kita sendiri?
Pilar Kayu Raksasa Jembatan Gantung Lok Baintan nan Unik | @kaekaha |
Bukankan detail sudut-sudut kota yang baru kita jelajahi, termasuk warung-warung makan, pasar-pasar tradisional, spot mancing, masjid dan destinasi kota lainnya ini berpotensi untuk mempertemukan kita dengan suasana baru, lingkungan baru, orang baru dan hal-hal baru lainnya yang sering menjadi alasan kita untuk berlibur?
Beneran juga, setelah kami mengubah sedikit mindset kami dan beneran menjadi turis di kota sendiri, kami merasa ada banyak hidden gem tersembunyi di kota kita sendiri yang sering terlewatkan dan yang tidak kalah pentingnya, kami semakin menyadari bahwa mengeksplorasi "titik-titik eksotis" di kota sendiri ternyata ide brilian sekaligus strategi liburan anti boncos yang cerdas dan penuh kejutan! Tahu kenapa?
Terbukti dengan memilih menjadi turis di kota sendiri, kami sering menemukan sisi lain kota selayaknya hidden gem yang sebelumnya sama sekali tidak kai ketahui, yaitu destinasi-destinasi unik tak terduga dalam gang kecil dengan mural menawan, kedai kopi tersembunyi dengan suasana unik, pasar tradisional yang hidup atau bangunan tua dengan cerita menarik.
Eksotisnya Pasar Terapung yang Ternyata Mulai ada Persebaran Baru di Beberapa Titik Tempat Baru | @kaekaha |
Pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat di lingkungan yang baru kami temukan, mencoba kuliner khas mereka yang jelas tidak akan ditemukan di tempat lain atau menyaksikan kegiatan sehari-hari masyarakat saat mencari ikan, membuat kain sasirangan dengan alat-alat tradisional yang unik dan otentik, tentu akan menjadi petualangan seru yang jauh lebih asyik daripada sekadar mengunjungi tempat wisata mainstream.
Menjadi turis di kota sendiri fleksibilitas dan spontanitasnya juga menajdi ciri khas unik yang asyik lo! Karena kita tidak perlu perencanaan yang rumit, bahkan kita bisa memutuskan untuk pergi kapan saja dan berapa lama durasinya, menyesuaikan dengan mood, waktu luang, bahkan juga dukungan cuaca.
Kerennya lagi, dengan menjadi turis di kota sendiri kita juga mendukung pergerakan ekonomi lokal, sehingga secara tidak langsung membantu memutar roda ekonomi kota kita sendiri dan pastinya, menghemat anggaran yang menjadi alasan utama kita memilih "liburan anti boncos" tapi puasnya maksimal.
Soto (Banjar) Kuin yang Lumayan Langka | @kaekaha |
Karena, kita tidak perlu keluar dana untuk transportasi jarak jauh, penginapan yang tidak murah atau mungkin visa untuk masuk negara lain. Dengan menjadi turis di kota sendiri, kita cukup modal transportasi lokal saja, bahkan kalau memang perlu dan bisa, jalan kaki atau bersepeda saja biar sehat. Asyik bukan!
Jadi, kenapa nggak mengubah mindset liburannya saja? Daripada mengejar tempat yang selalu sama dengan keramaian turis, coba alihkan fokus untuk mengeksplorasi kota kita sendiri. Bisa kok, kota kita memperlakukan kita sebagai turis, penjelajah sejati yang akan menemukan "titik-titik eksotis" yang belum terjamah, hingga menciptakan cerita liburan uniknya dengan tetap hemat biaya.
Sudah siap untuk memulai petualangan anti boncos, menjadi turis di kota kita sendiri? (BDJ30525)
Semoga Bermanfaat!
Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 30 Mei 2025 23:18 (silakan klik disini untuk membaca)
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar