Sabtu, 07 Juni 2025

Berawal Dari "Handilan" Lahirlah Rukem dan Rukur, Jalur Sunyi Menabung Kurban

Sapi untuk Kurban | @kaekaha
Sapi untuk Kurban | @kaekaha
 
 
Salah satu tradisi Urang Banjar yang mencerminkan kedekatan mereka secara spiritual dengan budaya Islam yang telah mengurat mengakar dan berkelindan begitu kuat adalah tradisi Handilan, sebuah tradisi komunal masyarakat berbasis spiritual yang sampai saat ini masih sangat mudah kita temukan, terutama di kampung-kampung sampai di pinggiran kota.

Istilah Handilan diadaptasi dari kosa kata handil yang dalam bahasa Banjar berarti saluran pengairan sekunder yang menghubungkan area persawahan rawa pasang surut dengan sungai. Nah istilah ini di jadikan "nama" perkumpulan spiritual di kampung-kampung mungkin karena mempunyai filosofi yang relatif sama, yaitu saluran/jalur.

Karena, biasanya anggota dari handilan ini memang warga yang tinggal dalam satu jalur, satu gang atau satu jalan yang sama. Aktifitas utama handilan adalah serupa majelis taklim, hingga darinya kelak lahirlah kumpulan Yasinan dan juga rukem alias rukun kematian. 

Sapi untuk Kurban | @kaekaha
Sapi untuk Kurban | @kaekaha

Kalau kumpulan Yasinan, saya yakin semua pasti sudah paham betul apa itu aktifitasnya, yaitu membaca surah Yasin setiap malam Jumat secara berjamaah. Tapi dengan rukun kematian?

Rukem alias rukun kematian adalah kumpulan warga yang mempunyai niat sama untuk saling meringankan beban anggota keluarga lain yang sedang berduka karena ada yang meninggal dunia. 

Anggota keluarga yang ditinggalkan almarhum dikondisikan untuk fokus hanya pada aktifitas ibadahnya saja, sedangkan urusan yang lain, seperti semua pengurusan jenazah, makam, sampai mengurus keperluan tamu takziah semuanya diurus oleh rukem.       

Alhamdulillah setelah syiar rukem sekarang semakin dikenal dan diterima masyarakat, bahkan semakin menjamur pertumbuhannya setelah banyak organisasi sosial kemasyarakatan, juga masjid, musholla, lingkungan RT/RW sampai Desa yang mulai tertarik mengelolanya, syiar handilan juga terus berkembang hingga salah satunya melahirkan rukur alias rukun kurban.

Sapi untuk Kurban | @kaekaha
Sapi untuk Kurban | @kaekaha

Rukur atau rukun kurban ini merupakan upaya menabung bersama-sama untuk tujuan berkurban yang dikoordinir oleh pengurus Rukem. Semua anggota rukem otomatis menjadi anggota rukur, meskipun tidak diwajibkan untuk segera menabung kalau memang belum mampu, tapi meskipun begitu tetap dimotivasi untuk terus berusaha menabung untuk berkurban sesuai kemampuan.

Sejauh ini, karena rukur ini termasuk produk budaya yang tidak ada pattern atau rumusan patronnya, maka masing-masing rukur pasti mempunyai kebijakan, aturan dan tentunya kekhasannya masing-masing. Seperti ada yang langsung memberi pilihan target kurban tahun depan, tahun depanya lagi, atau masih tahun depannya lagi.

Tidak hanya itu, pilihan juga ada pada besaran uang yang akan ditabung oleh anggota setiap periodenya, ini juga sangat memudahkan bagi semua anggota yang mempunyai keragaman latar belakang profesi dan juga penghasilannya. Inilah rukur, cara kami Urang Banjar menabung supaya tahun depan bisa ikut berkurban  (BDJ7625) 

Semoga Bermanfaat!


Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas
 
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 7 Juni 2025   22:44 (silakan klik disini untuk membaca)

Banua Kalimantan Selatan  KOMBATAN |  KOMBATAN
Banua Kalimantan Selatan  KOMBATAN |  KOMBATAN
 



 

Mengelola Uang Transport, Si Kecil yang Cepat Besar Kalau Salah Urus!

Sepeda Listrik 


Uang transport atau biaya transportasi, pos pengeluaran rutin yang satu ini, sepertinya masih sering tidak masuk dalam skala prioritas manajemen keuangan untuk skala rumah tangga apalagi pribadi perorangan. Hingga lalu lintasnya di "pintu keluar" keuangan kita sering tidak terdeteksi secara akurat hingga akhirnya, boooooms! Meledak!

Karena itulah, saya lebih suka menganalogikannya sebagai "si kecil" yang lebih sering tidak dilihat hingga akhirnya terlewat, meskipun kenyataaanya seringkali "cepat besar" alias membengkak tak terkontrol secara signifikan setiap bulannya, karena kita lengah, lalai dan abai, salah urus dalam mengelolanya. 

Mungkin, karena tidak semua orang merasa bersentuhan secara aktual dengan pos biaya ini, hingga merasa tidak perlu untuk mengelolanya secara detail, selayaknya masyarakat urban yang tinggal di kota-kota satelit di seputaran kota besar yang setiap harinya harus bergantung pada sistem transportasi publik berbayar yang secanggih apapun pastinya tetap tidak mudah, tidak sederhana dan belum tentu lebih murah. 

Taksi Barabai, Angkutan Umum Legendaris di Kalimantan Selatan | @kaekaha

Nah ini dia! Mungkin menjadi hal yang aneh bin ajaib kalau ada bagian dari masyarakat urban yang sudah merasa "tua di jalan", tapi belum juga merasa perlu mengelola biaya transport sebaik mungkin, agar bisa lebih berhemat dan tidak boncos terus. Lantas bagaimana strategi sederhana untuk bisa memulai mengelola uang transport dengan baik dan mudah untuk di aplikasikan? 

Pertama, mulailah tertib data dan tertib administrasi. Caranya mudah asalkan konsisten dan dispilin! Mulai dengan mengumpulkan semua nota atau catatan pengeluaran terkait transportasi, seperti  nota bensin, ganti oli, parkir, tarif transportasi umum, hingga biaya ojol. 

Kedua, setelah semua terkumpul, biasakan mencatat semua pengeluaran dalam buku atau catatan digital untuk mengetahui totalnya. Catatatan ini penting untuk menentukan anggaran aktual dan relistis tiap periodenya. Sedangkan anggaran, kita perlukan sebagai alat kontrol batas atas faktual dari pos biaya transportasi.

Ketiga, mulai memilih dan memilah moda transportasi yang paling efektif dan efisien di setiap rute perjalanan yang kita tempuh, terutama untuk perjalanan rutin. Poin pentingnya disini adalah sebanyak mungkin melakukan komparasi rute dan biaya antar moda, termasuk opsi pemanfaatan kendaraan pribadi, seperti kendaraan listrik yang sedang aktual.


Keempat, evaluasi pos pengeluaran ini secara berkala setiap akhir periode atau akhir bulan untuk meninjau kembali efektif dan efisensinya apakah sudah sesuai harapan dan anggaran! Atau mungkin, siapa tahu ada ide baru yang lebih aktual, fresh, dan lebih menghemat tanpa harus mengurangi produktivitasnya? 

    Untuk bisa mengelola uang atau biaya transportasi dengan baik, memang memerlukan kedisiplinan, konsistensi dan kebijaksanaan yang berbasis data realistis dan aktual. Awalnya pasti terasa ribet dan merepotkan. 

Tapi kalau semuanya sudah terbiasa menjadi habitus, maka jangan kaget kalau semakin tertatanya lalu lintas pengeluaran, akan semakin mempermudah kita untuk mengelola keuangan, bentuk-bentuk penyimpangan lebih mudah terdeteksi sehingga bisa sesegera mungkin untuk dikoreksi dan dibenahi.

Dengan begitu, keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selalu terkontrol, sehingga kita bisa berkalkulasi terhadap potensi penghematan yang nantinya bisa kita proyeksikan untuk ditabung dan atau diinvestasikan agar labih produktif dan bermanfaat. Luar biasanya, habitus ini juga berkontribusi positif pada potensi pengurangan kemacetan dan polusi udara lo! Keren kan? (BDJ5625)

Semoga Bermanfaat!


Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 5 Juni 2025   16:41 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN






Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengelola Uang Transport, Si Kecil yang Cepat Besar Kalau Salah Urus!", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/684113bcc925c46b4241d442/anggaran-transportasi-si-kecil-yang-cepat-besar-kalau-salah-urus?page=2&page_images=1

Rabu, 04 Juni 2025

Nasehat Paninian, Nabung Emas dan Solusi Berhaji Cerdas ala Pegadaian!

Berhaji ke Tanah Suci Bukan Lagi Hanya Mimpi | @kaekaha


Bagi Urang Banjar berhaji ke tanah suci memang selayaknya dua sisi koin mata uang yang tidak bisa saling berjauhan, selalu dekat dan identik satu sama lain. Informasi resmi daftar tunggu haji untuk Kalimantan Selatan tahun 2024 dari Kemenag yang menyentuh angka 39 tahun dan sejauh ini menjadi yang terlama di Indonesia, sepertinya menjadi validasi yang kuat dari metafora diatas.

Menurut kesah (cerita;bahasa Banjar) para paninian alias nenek-nenek sesepuh kami, militansi berhaji urang Banjar memang sudah terbentuk sejak dulu dan ini tidak bisa lepas dari kedekatan Urang Banjar dengan Islam, terutama sejak berdirinya kesultanan Banjar di awal-awal abad ke-16 yang kelak juga menjadi cikal bakal berdirinya Kota Banjarmasin.  

Para tetuha atau para sesepuh jaman dulu, secara sistemastis selalu menanamkan sebuah pemahaman fundamental kepada anak-anak sejak dini hingga tertanam ke alam bawah sadar, bahwa ibadah haji itu selayaknya cita-cita tertinggi dan terbaik yang semaksimal mungkin wajib dikejar semampu yang kita bisa.  

Wajar jika kemudian, berkat dari doa dan sugesti dari lingkungannya sejak lahir, semua Urang Banjar umumnya mempunyai "mimpi" untuk naik haji! Siapapun dia, apapun latar belakangnya!

Menariknya, untuk mendukung terwujudnya "cita-cita" berhaji ini, para tetuha Urang Banjar dari jaman dulu juga sudah mempersiapkan infrastruktur pembiayaan yang pada masanya sudah tergolong sistematis, yaitu secara rutin dan tertib menyisihkan sedikit-demi sedikit penghasilan yang didapat untuk dibelikan emas (perhiasan) sebagai tabungan.

Umumnya, alasan Urang Banjar menabung emas perhiasan, selain bisa dimanfaatkan sebagai perhiasaan yang secara tradisional juga berfungsi sebagai simbol status sosial di masyarakat, emas perhiasan yang menyediakan variasi berat yang beragam juga memudahkan masyarakat untuk menabung sedikit-demi sedikit tapi tetap konsisten. Apalagi pada masa itu, emas batangan juga belum begitu familiar.

Perbandingan Biaya Haji dan Konversi Emas | logammulia.com

Kenapa Menabung Emas?

Secara turun menurun, literasi terkait manfaat menabung emas terus ditularkan secara getok tular dari generasi ke generasi berikutnya secara natural dalam lingkungan keluarga. Menurut para paninian kamialasan utama dan pertama menabung emas adalah mudah dijual kembali kalau memerlukan dana darurat dan nilainya yang relatif stabil, bahkan cenderung naik untuk jangka panjangnya.  

Fakta ini tentu sangat bermanfaat untuk menjaga nilai aset dari simpanan yang diproyeksikan untuk berhaji, apalagi bagi Urang Banjar yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang yang penghasilannya tidak pernah pasti. Luar biasanya lagi, menurut para paninian kami, berdasarkan pengalaman berhaji para tetuha sebelumnya juga terungkap sebuah fakta yang sangat mengejutkan! 

Ternyata, berhaji dengan modal emas, menjadikan nilai ONH alias ongkos naik haji-nya menjadi lebih murah dari tahun ke tahunnya. Ini berbanding terbalik dengan angka ONH yang ditetapkan pemerintah yang setiap tahunnya justeru selalu naik signifikan. Kok bisa?

Semua tidak lepas dari adanya "hantu" bernama inflasi! Para paninian kami memang tidak paham apa itu inflasi, meskipun sidin (beliau;bahasa Banjar) paham dengan resiko dan akibatnya. 

Jadi, tekanan inflasi menyebabkan nilai uang kita terus menurun. Hal ini bisa kita buktikan dari "berbanding terbaliknya" angka ONH yang ditetapkan pemerintah yang terus naik dari masa-ke masa, dengan semakin menurunnya (murah) angka ONH jika dikonversikan ke simpanan emas. Begini simulasinya!

Pada 1997 pemerintah menetapkan ONH sebesar Rp 8 juta dan angka ini setara dengan harga emas seberat 296 gram (harga 27.000/gram). Satu dekade berikutnya atau tahun 2007, ONH ditetapkan pemerintah sebesar Rp 26 juta, setara dengan harga emas seberat 130 gram (harga 200.000/gram). Begitu juga di tahun 2017, ketika pemerintah menetapkan ONH senilai Rp 34 juta yang setara dengan harga emas seberat 57 gram (harga 596.000/gram).

Dari ilustrasi diatas atau bisa juga dilihat pada foto diagram (foto ke-2), kita bisa melihat dengan jelas bagaimana fakta perbandingan terbalik antara angka ONH dalam rupiah dengan ONH dari konversi emas. Itu artinya, menyimpan dana (haji) dalam bentuk tabungan emas bisa menjadi salah satu langkah mitigasi risiko menurunnya nilai uang.  

Kalau dipikir-pikir, ajaib juga ya para paninian (nenek-nenek;bahasa Banjar) dan juga pakayian (kakek-kakek;bahasa Banjar) Banjar bahari sudah paham dengan keajaiban emas yang satu ini.

Pegadaian | rm.id/pegadaianMenabung Emas Besama Pegadaian

Sekarang, di tengah kemajuan dan pemanfaatan teknologi informasi yang begitu pesat, juga berdampak terhadap literasi masyarakat terkait pemanfaatan emas  secara strategis. Gayung bersambut! Sekarang semakin banyak entitas yang menyediakan program investasi emas, mulai dari perbankan, marketplace, juga berbagai aplikasi investasi emas lainnya.

Tapi tetap saja, demi keamanan aset emas yang kita miliki, wajib hukumnya memilih tempat terbaik untuk berinvestasi emas, salah satunya ya  di pegadaian! Kenapa Pegadaian? 

Selain goodwill pegadaian sebagai salah satu BUMN yang sudah lama eksis dan pastinya sangat bisa dipercaya, keunggulan Pegadaian adalah produk "Tabungan Emas dan Deposito Emas" - nya yang sama-sama memberi solusi investasi yang baik dan menarik. 

Untuk tabungan emas, memungkinkan kita bisa memulai investasi dari gramatir terkecil, yaitu 0,01 gram saja. Tidak hanya itu, seperti halnya prinsip menabung, tabungan emas juga bisa dicairkan kapan saja, termasuk kemungkinan mekanisme buyback maupun gadai saat kita membutuhkan dana darurat. Mudah dan murah bukan!? 

Sedangkan untuk deposito emas yang memberikan imbal hasil lebih menarik, bisa dimulai dengan saldo 5 gram emas di tabungan emas kita di Pegadaian dengan tenor bervariasi dan dapat dipilih, mulai dari 6 bulan yang semakin terjamin keamanannya karena setiap deposito emas di Pegadaian disertai asuransi.

Teraktual, melalui Pegadaian Syariah Pembiayaan Porsi Haji, umat Islam bisa mendapatkan porsi haji dengan menjaminkan tabungan emas (hanya) sebesar 3,5 gram atau menjaminkan emas batangan dan atau emas perhiasan yang nilai taksirannya minimal sebesar Rp 1,9 juta.

Untuk proses pengajuannya bisa langsung mendatangi outlet atau kantor cabang Pegadaian terdekat. Mudah dan aman kok! Karena petugas yang berkompeten akan menuntun dan mendampingi kita, sampai mendapatkan bukti Setoran Awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (SABPIH), Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH), serta nomor porsi haji. (BDJ3625)


Semoga Bermanfaat!


Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 3 Juni 2025   21:17 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Senin, 02 Juni 2025

Ketika Banjarmasin Memperlakukanku Selayaknya Turis Setiap Harinya!

Jukung Barenteng Khas Pasar Terapung di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan | @kaekaha 

Saya sungguh beruntung, karena pekerjaan yang mengharuskan keliling ke berbagai kota di nusantara, hingga akhirnya sekarang menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!, saya jadi merasakan betul bagaimana nikmatnya bertemu dengan suasana baru, lingkungan baru, budaya baru dan tentunya orang-orang baru yang sejatinya merupakan esensi dari tujuan kita liburan. Betul?

Jadi kalau dipikir-pikir, sebenarnya lebih dari satu dekade saya menyinggahi berbagai kota di Indonesia, sama saja dengan liburan dong! Karena di setiap kota yang saya singgahi, minimalnya saya singgah 3 hari dan biasanya maksimal sampai sebulan tanpa balik ke home base ke Regional Office Area Kalimantan kami di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Setiap nengok kantor cabang di berbagai kota itu, saya pastikan untuk selalu berusaha menyinggahi 3 tempat ikonik sekaligus destinasi wisata khusus yang ala saya banget, yaitu masjid, pasar tradisional dan warung makan yang semuanya ikon daerah tersebut. Kalau ada waktu lebih baru mengunjungi destinasi lainnya.

View Cantik Jembatan Gantung Lok Baintan yang Membentang di Atas Sungai Martapura | @kaekaha

Alhamdulillah-nya lagi, setelah nulis-nulis cantik  di Kompasiana, karena istiqamah untuk selalu ikut kompetisi nulis apalagi yang hadiahnya liburan, akhirnya beberapa kali juga saya beruntung ikut dibawa liburan bareng kompasiner lainnya. Salah satunya yang paling berkesan adalah even Kompasiana Blogtrip bersama DATSUN Risers Expedition yang mengajak keliling Kalimantan Timur dari ujung ke ujung.  Dari sinilah saya semakin memahami esensi dari liburan kita semua!

Sampai saat ini, saya masih tetap menikmati perjalanan saya setiap keluar daerah, tapi uniknya sejak kita semua menjadi "tahanan rumah dan tahanan kota" dalam beberapa tahun akibat pandemi Covid-19, semakin saya berlama-lama berinteraksi dalam kota, semakin saya merasa asing dengan banyak sudut kota saya sendiri. Tahu kenapa?

Saya baru menyadari, mungkin karena kebanyakan "keluar daerah" menyebabkan saya abai bahkan melewatkan begitu banyak sudut ikonik nan eksotis dengan kekhasan dan keunikan alam berikut budaya khas Kota 1000 Sungai yang masih belum saya jamah dan kenali detail keindahannya. Sejak itulah, saya dan keluarga jadi kepikiran, kenapa kita nggak mencoba jadi turis di kota kita sendiri?   

Pilar Kayu Raksasa Jembatan Gantung Lok Baintan nan Unik | @kaekaha

Bukankan detail sudut-sudut kota yang baru kita jelajahi, termasuk warung-warung makan, pasar-pasar tradisional, spot mancing, masjid dan destinasi kota lainnya ini berpotensi untuk mempertemukan kita dengan suasana baru, lingkungan baru, orang baru dan hal-hal baru lainnya yang sering menjadi alasan kita untuk berlibur?

Beneran juga, setelah kami mengubah sedikit mindset kami dan beneran menjadi turis di kota sendiri, kami merasa ada banyak hidden gem tersembunyi di kota kita sendiri yang sering terlewatkan dan yang tidak kalah pentingnya, kami semakin menyadari bahwa mengeksplorasi "titik-titik eksotis" di kota sendiri ternyata ide brilian sekaligus strategi liburan anti boncos yang cerdas dan penuh kejutan! Tahu kenapa?

Terbukti dengan memilih menjadi turis di kota sendiri, kami sering menemukan sisi lain kota selayaknya hidden gem yang sebelumnya sama sekali tidak kai ketahuiyaitu destinasi-destinasi unik tak terduga dalam gang kecil dengan mural menawan, kedai kopi tersembunyi dengan suasana unik, pasar tradisional yang hidup atau bangunan tua dengan cerita menarik.

Eksotisnya Pasar Terapung yang Ternyata Mulai ada Persebaran Baru  di Beberapa Titik Tempat Baru | @kaekaha

Pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat di lingkungan yang baru kami temukan, mencoba kuliner khas mereka yang jelas tidak akan ditemukan di tempat lain atau menyaksikan kegiatan sehari-hari masyarakat saat mencari ikan, membuat kain sasirangan dengan alat-alat tradisional yang unik dan otentik, tentu akan menjadi petualangan seru yang jauh lebih asyik daripada sekadar mengunjungi tempat wisata mainstream.

Menjadi turis di kota sendiri fleksibilitas dan spontanitasnya juga menajdi ciri khas unik yang asyik lo! Karena kita tidak perlu perencanaan yang rumit, bahkan kita bisa memutuskan untuk pergi kapan saja dan berapa lama durasinya, menyesuaikan dengan mood, waktu luang, bahkan juga dukungan cuaca. 

Kerennya lagi, dengan menjadi turis di kota sendiri kita juga mendukung pergerakan ekonomi lokal, sehingga secara tidak langsung membantu memutar roda ekonomi kota kita sendiri dan pastinya, menghemat anggaran yang menjadi alasan utama kita memilih "liburan anti boncos" tapi puasnya maksimal.

Soto (Banjar) Kuin yang Lumayan Langka | @kaekaha

Karena, kita tidak perlu keluar dana untuk transportasi jarak jauh, penginapan yang tidak murah atau mungkin visa untuk masuk negara lain. Dengan menjadi turis di kota sendiri, kita cukup modal transportasi lokal saja, bahkan kalau memang perlu dan bisa, jalan kaki atau bersepeda saja biar sehat. Asyik bukan!

Jadi, kenapa nggak mengubah mindset liburannya saja? Daripada mengejar tempat yang selalu sama dengan keramaian turis, coba alihkan fokus untuk mengeksplorasi kota kita sendiri. Bisa kok, kota kita memperlakukan kita sebagai turis, penjelajah sejati yang akan menemukan "titik-titik eksotis" yang belum terjamah, hingga menciptakan cerita liburan uniknya dengan tetap hemat biaya.

Sudah siap untuk memulai petualangan anti boncos, menjadi turis di kota kita sendiri? (BDJ30525)


Semoga Bermanfaat!


Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 30 Mei 2025   23:18 (silakan klik disini untuk membaca) 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


  


 


 

Belum Terlambat untuk Memperbanyak Takbir, Tahlil dan Tahmid di Awal Dzulhijjah

Kalender Dzulhijjah Bulan ke-12 dala Tahun Hijriah | @kaekaha

Bulan Dzulhijjah telah tiba, membawa serta keberkahan dan kesempatan emas untuk melipatgandakan pahala. Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dikenal sebagai hari-hari yang paling dicintai Allah SWT untuk beramal saleh. Bahkan dalam QS. Al-fajr ayat 2, Allah SWT sebutkan hari-hari ini dalam sumpah-Nya, "Demi malam yang sepuluh".

Jika Allah SWT bersumpah dengan nama makhlukNya yang dalam konteks ini adalah 10 hari pertama bulan dzulhijjah, maka keagungan dan keutamaan 10 hari pertama bulan dzulhijjah Insha Allah tidak perlu untuk diragukan lagi. Hal ini diperkuat juga oleh tafsir Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir 8/413) yang menyebutkan “Yang dimaksud ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah”. 

Keagungan dan keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga dikabarkan Rasulullah SAW dalam (HR.  Bukhari dan Tirmidzi 757) "Tidak ada hari-hari yang amal saleh lebih dicintai Allah pada hari-hari itu selain sepuluh hari ini (Dzulhijjah)". Para sahabat bertanya, "Tidak juga jihad di jalan Allah?" Beliau menjawab, "Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali sedikitpun dari keduanya (gugur di Medan jihad)".

Mumpung sekarang kita sedang berada di waktu-waktu spesial yang memang dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah, yuk langsung dimulai saja memperbanyak amalan-amalah shalih seperti shalat sunnah, puasa sunnah, memakmurkan masjid, berdoa, membaca Al Qur’an, bersedekah dan berdzikir kepada Allah SWT.

Khusus untuk amalan berdzikir ini, Allah SWT dan juga Rasulullah SAW juga memberi anjuran agar kita untuk memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid yang lebih kita kenal sebagai lafadz takbiran di awal-awal Bulan Dzulhijjah. 

Tidak ada kata terlambat untuk memulai menghidupkan hati dengan dzikir di hari-hari yang istimewa ini, meskipun Bulan Dzulhijjah sudah sepekan berjalan. Jangan khawatir! Pintu rahmat Allah SWT akan selalu terbuka untuk kita-kita yang terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita di hadapan Allah SWT.

Mengapa Takbir, Tahlil, dan Tahmid Begitu Penting?

Di antara amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk diamalkan di awal-awal bulan Dzulhijjah adalah memperbanyak dzikir kepada Allah SWT seperti perintahNya dalam QS. Al-Haj : 28 "Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan".

Selain dalil umum di atas, anjuran spesifik untuk memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid yang lebih kita kenal sebagai lafadz takbiran dari awal Dzulhijjah sampai dengan akhir hari Tasyriq  di tanggal 13 Dzulhijjah, juga datang dari hadits Rasulullah, 

Berkata Ibnu ‘Abbas, “Dan ingatlah oleh kalian di hari hari yang ditentukkan yaitu hari-hari sepuluh, dan hari-hari yang terbatas yaitu hari-hari tasyriq”, Dan dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar di hari-hari sepuluh (Dzulhijjah) dan mereka berdua bertakbir, dan orang-orang ikut bertakbir bersama mereka berdua (Shahih Bukhari, 20/2)

Berikut rincian tuntunan berdasarkan jenis takbiran-nya

  1. Takbir Mutlaq dimulai dari hari pertama Dzulhijjah, yaitu tenggelamnya matahari di hari akhir bulan Dzulqa’dah atau setelah shalat Maghrib tanggal 1 Dzulhijjah, sampai dengan hari Tasyriq ke-3 atau tanggal 13 Dzulhijjah. Boleh dikumandangkan kapan pun, setelah shalat, sebelum shalat, pagi, sore malam, di setiap waktu.
  2. Takbir Muqoyyad atau takbiran yang terikat dengan waktu. Yaitu setelah shalat wajib lima waktu. Dimulai dari waktu terbitnya fajar hari ‘Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbenamnya matahari di akhir hari tasyriq atau tanggal 13 Dzulhijjah. Dibaca setelah shalat wajib lima waktu setelah membaca istighfar tiga kali dan dzikir 

Mengacu kepada hadits diatas, kita dianjurkan untuk bertakbir atau melafadzkan takbiran  di mana saja dan kapan saja selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah, baik secara lisan maupun dalam hati.

Yuk Jangan Ditunda-tunda Lagi!

Waktu di sepuluh hari pertama Dzulhijjah yang hanya tinggal beberapa hari saja ini sangat berharga bagi kita semua. Setiap detiknya adalah kesempatan emas terbaik untuk menabung sekaligus investasi pahala. Kita semua tidak tahu, apakah kita masih bisa bertemu dengan bulan Dzulhijjah tahun depan. Karena itu, mari kita manfaatkan sisa hari-hari mulia ini sebaik-baiknya.

Mari kita penuhi udara dan hati kita dengan lantunan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Semoga Allah SWT menerima setiap dzikir, doa, dan amal saleh kita, serta menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa bersyukur dan bertakwa. (BDJ2625)

Semoga Bermanfaat!


Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 2 Juni 2025   22:52 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Selasa, 27 Mei 2025

Semangat dan Keteguhan Hidup si "Bunga Batu" yang Menginspirasi

Bunga Bakung ini Bukannya Mati, Tapi Malah hidup dan Berbunga, Meskipun Tanah Tempat Hidup di Sekelilingnya Sudah Disemen Seluruhnya! | @kaekaha!


Gatal di punggung karena kutu
Gegara lampu yang meredup
Bunga Bakung tumbuh di batu
Inspirasi ketangguhan dalam hidup


Pernah melihat gambar, foto atau poster motivasi di laman-laman situs pengembangan diri yang menggambarkan tunas-tunas tanaman yang tumbuh di tempat tak lazim, seperti di retakan-retakan bangunan yang sudah dicor dengan semen atau juga di retakan aspal-aspal jalanan?

Di kehidupan nyata, ternyata gambar-gambar yang serasa nggak masuk akal dan tampak seperti hasil editan itu memang ada loh! Bahkan, kalau mau sedikit perhatian saja dengan lingkungan sekitar kita, ternyata memang banyak banget lo, pesan alam yang memang dirancang Allah SWT untuk memberikan pelajaran dan hikmah luar biasa untuk kita, hamba-hambaNya!

Salah satunya, bunga bakung (Hymenocallis littoralis) berbunga putih "anomalis" yang secara tidak sengaja saya temukan tumbuh tidak lazim di antara rekahan lempeng batu dan semen cor yang membentuk celah-celah sempit di pinggir jalanan ini. 

Bukannya mati, karena umbinya dan juga semua tanah tempatnya tumbuh sudah ditutup semen cor, bunga bakung ini malah tetap bertahan hidup, bahkan tetap tumbuh sehat dan normal. Luar biasanya, untuk menunjukkan eksistensinya sebagai tanaman hias, tanaman bunga ini juga berbunga sempurna dan sangat cantik lo! Kok bisa ya?

Pasti ada penjelasan ilmiah dari fenomena yang sekilas memang tampak diluar nalar ini! Tapi maaf, bukan itu yang ingin saya sampaikan disini. 

Saya hanya ingin sedikit berbagi hikmah dan pelajaran yang kebetulan saya tangkap dari titipan ilmu Allah SWT melalui fenomena alam yang tidak hanya unik dan menarik ini, tapi juga relate dengan kehidupan kita, karena sejatinya  anomali kehidupan bunga Bakung  ini merupakan metafora yang indah tentang kehidupan kita. OK!?

Bunga Bakung ini Bukannya Mati, Tapi Malah hidup dan Berbunga, Meskipun Tanah Tempat Hidup di Sekelilingnya Sudah Disemen Seluruhnya!| @kaekaha


Sebuah keyakinan fundamental yang akan menuntun kita semua menjadi relatif lebih mudah untuk selalu mendapatkan cara bertahan, bahkan untuk bangkit dan bertumbuh kembali meskipun berada di tempat yang paling tidak memungkinkan sekalipun, bahkan ketika semesta tidak juga mendukung! 

Selain  tangguh, kuat, tidak mudah menyerah dan selalu berpikir positif terhadap harapan yang selalu ada dalam situasi apapun, memaksimalkan kemampuan beradaptasi dan berinovasi dengan lingkungan juga menjadi cara efektif menjadi survivor ala si Bunga Bakung yang terbukti selalu bisa menemukan jalannya untuk bertahan hidup, bahkan bisa berkembang!

Meskipun tetap saja, semua prosesnya membutuhkan waktu, usaha, kesabaran dan ketekunan agar tetap bisa tumbuh kembali secara normal dan baik! Jadi, tidak ada alasan bagi kita sebagai manusia, makhlukNya yang diciptakan paling sempurna diantara makhluk-makluk lainnya untuk terpuruk dan berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Karena sesungguhnya, "Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat", QS. Al-Hijr ayat 56 dan satu lagi, inna ma'al usri yusra, "beserta kesulitan ada kemudahan" seperti janji Allah SWT dalam QS Al-Insyirah ayat 5 dan 6, bahwa di balik setiap kesulitan, Allah  SWT juga menjanjikan adanya kemudahan. (BDJ24425)


 

Semoga Bermanfaat,

Salam matan Kota 1000 Sungai, 
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 24 April 2025   20:34 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Esai Foto | Cerita Unik dari Lapak Iwak di Seputaran Kota Banjarmasin

Lapak Penjual Iwak di Tepian Jalan Mahligai, di Pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! | @kaekaha!

Mau sehat minumlah temu lawak
Tambahkan madu biar nggak bosan
Paling seru main di lapak iwak
Nambah pengetahuan juga wawasan   

Sebagai kota yang mempunyai kedekatan ekologis dan budaya dengan air dan perairan darat hingga berjuluk Kota 1000 Sungai, menjadikan Urang Banjar juga mempunyai kedekatan tradisi dengan beragam kuliner khas yang berbahan dasar dari bahan pangan hasil dari sungai dan rawa, baik berupa ikan dan biota perairan darat lainnya, juga unggas dan berbagai tanaman berhabitat rawa atau sungai, seperti yang pernah saya ulas dalam artikel "Terapi Jitu" Move On dari Daging dan Telur dengan Mengonsumsi Ragam Kuliner Banjar.

Lapak Penjual Iwak di Tepian Jalan Pemurus Dalam, di Pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! | @kaekaha!

Tapi kali ini, saya tidak akan kembali membahas tematik yang sama atau juga beberapa jenis kulinernya, karena beberapa diantaranya juga pernah saya ulas dalam beberapa artikel menarik yang Alhamdulillah, semuanya berlabel artikel utama, seperti Laksa Banjar, "Kehangatan" Kuah Ikan Gabus Full Rempah dari Banjarmasin atau "Hintalu Tambak", Penguasa Hajat Hidup Urang Banjar yang Semakin Langka dan beberapa lainnya.

Lapak Penjual Iwak di Handil Jatuh | @kaekaha!

Nah, salah satu hasil sungai dan rawa khas bumi Banjar yang paling berpengaruh terhadap ranah kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Urang Banjar dan juga masyarakat Kalimantan Selatan secara umum adalah beragam jenis ikan hasil tangkapan maupun budidaya yang setiap harinya memang menjadi bagian terpenting dan tak terpisahkan dari tradisi kuliner masyarakat di Kalimantan Selatan. 

Situasi aktualnya pernah saya spil dalam artikel Ikan Haruan Langka, Absen Dulu dari Daftar Menu di Warung-warung Banjar! juga Kisah Demam Harga, Anomali Sayur "Carter" Pesawat dan Ikan Haruan Seharga Daging Sapi.

Lapak Penjual Iwak di Dalam Pasar Gambut! | @kaekaha!

Dari sinilah, lahir rantai perjalanan si-ikan dari habitatnya di sungai dan rawa hingga ke dapur Urang Banjar akhirnya dimulai dan untuk kali ini, saya akan berbagi cerita keunikan dari salah satu titik rantainya yaitu, lapak-lapak ikan konsumsi khas Urang Banjar di seputaran Kota Banjarmasin, berikut beragam jenis ikan dan hasil sungai atau rawa yang biasanya dijual oleh amang-amang atau paman-paman pemilik lapak yang semuanya "seragam" menggunakan wadah khusus untuk lapak berjualan ikan yang terbuat dari kayu dan berbentuk kotak. 

Ini yang unik dan sepertinya tidak ada di luar lingkungan Urang Banjar!

Lapak Sekaligus Kontainer Iwak Patin, Ikannya Para Raja yang Berbentuk Kotak Persegi dari Kayu Ulin Khas Urang Banjar | @kaekaha!

Lapak iwak rasukan atau bongkar pasang yang juga bisa di susun dan dimanfaatkan sebagai container portabel alias wadah yang dirancang untuk mengangkut ikan sungai atau rawa hidup dan segar dari rumah atau langsung dari tempat pendaratan Ikan (TPI) menuju ke lokasi jualan, sekaligus sebagai "kolam" atau wadah untuk lapak jualan ikan segar dan ikan hidup ini dibuat dari papan kayu ulin atau kayu besi (Eusideroxylon zwageri) yang dipaku pisit-pisit atau kuat dan rapat, agar tidak menimbulkan celah untuk mamungkinkan air bisa merembes keluar.  

Lapak Iwak Khas Banjar Ketika Berperan Menjadi Kontainer untuk Distribusi dengan Menggunakan Sepeda Motor | @kaekaha!

Hal ini dikarenakan, lapak iwak ini akan diisi air, hingga menjadi selayaknya "kola mini" yang bisa di bawa kemana saja untuk distribusi ikan dalam skala tertentu. Sehingga setidaknya, ikan-ikan yang dibawa dalam distribusi maupun ikan dalam lapak yang dijual, nantinya tetap memungkinkan untuk hidup dan tetap bisa dijual dalam keadaan segar dengan harga yang relatif lebih mahal bila dibanding dengan yang sudah mati dan kaku. Ini jelas beda dengan perlakuan untuk ikan laut ya!

Lapak Warna-warni Penjual Iwak di Dalam Pasar Pemurus Dalam, Pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! | @kaekaha!

Memang, selain dipisiti atau di rapatkan sambungannya antar kayu dengan paku semaksimal mungkin, ada beberapa cara lain yang bisa juga dipakai untuk meminimalisir kebocoran kotak kayu untuk lapak iwak ini, yaitu dengan cara menambahkan lapisan berupa lembaran seng atau alumunium pada bagian dalam kotak tempat air dan cara terakhirnya adalah dengan mengecatnya sesuai kebutuhan.

Tampak "Teknologi" Kayu Pengunci Sederhana Pada Lapak Iwak Rasukan Khas Urang Banjar  | @kaekaha!

Teknologi sederhana pembuatan lapak sekaligus container iwak ini juga terus berkembang. Selain Lapak Bahari (lama,dahulu;bahasa Banjar) yang hanya di tumpuk seperti gambar diatas yang masih memungkinkan airnya muncrat keluar ketika berfungsi sebagai container yang mobile alias bergerak saat dalam perjalanansekarang sudah banyak pedagang iwak  yang membuat lapak container-nya dengan model rasukan atau ngepas dengan memberikan semacam kuncian kayu di sekeliling bibir lapak yang memungkinkan lapak tidak goyang dan tetap aman dari kebocoran air saat dibawa dalam perjalanan.

Lapak Penjual Iwak Khusus Ikan Patin, Baik Patin Hidup maupun Pating Potong yang Masih Segar di Pasar Pagi Pemurus Dalam, Pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! | @kaekaha!

Jika disebutkan satu persatu, ada belasan jenis ikan air tawar dari sungai dan rawa yang biasa ada di lapak penjual ikan di seputaran Kota Banjarmasin, seperti Iwak  Haruan atau Ikan Gabus (Channa Striata) dan keluarga Channa lainnya seperti Tauman, Randang dan Iwak Kihung yang memang dikenal sebagai ikan-ikan favorit dalam tradisi kuliner Urang Banjar.  

Lapak Penjual Iwak di Tepian Jalan Ahmad Yani | @kaekaha!

Berikutnya ada Iwak Adungan atau Hampala (Hampala bimaculata), Baung (Hemibagrus nemurus) , Biawan atau Tambakan (Helostoma temminckii), Jelawat (Leptobarbus hoevenii), Lais (Kryptopterus bicirrhis), Nila (Oreochromis niloticus),  Papuyu atau Betok/Betik (Anabas testudineus) dan Kaloy atau gurame sungai (Osphronemus septemfasciatus). 

Iwak Kihung dari keluarga Channa atau Gabus yang Juga Disebut Sebagai Versi Murah Iwak Haruan atau Ikan Gabus | @kaekaha!

 

Selain itu masih banyak lagi yang lainnya, termasuk ikan santapan raja-raja Melayu tempo dulu, si- Iwak Patin (Pangasius sp.), Pentet atau lele khas Kalimantan (Clarias batrachus ), Saluang (Rasbora argyrotaenia), Sapat Rawa (Trichopodus trichopterus Pallas, 1770), Sapat siam ((Trichopodus pectoralis, Regan 1910), Walut atau Belut rawa ( Monopterus albus) dan lain-lainnya. 

Iwak Haruan, Iwak Baung, Iwak Lais dan Iwak Belida atau Ikan Pipih | @kaekaha!

Kalau beruntung, terkadang ada juga Iwak Belida atau Ikan pipih (Chitala lopis) yang dikenal juga sebagai bahan baku utama kerupuk Amplang, kerupuk ikan khas Kalimantan dan juga Iwak Kalabau (Osteochilus melanopleurus) ikan maskotnya Kota Banjarmasin yang sudah langka dan sebenarnya sudah lama dilarang untuk diperjual belikan itu berenang di lapak-lapak iwak pagi hari di seputaran Kota 1000 Sungai.

Ikan Saluang | @kaekaha! 

Selain ikan dari sungai atau rawa, meskipun tidak terlalu populer dalam tradisi kuliner Urang Banjar, tapi tetap saja selalu ada ikan laut yang hadir di lapak-lapak iwak di seputaran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Ikan-ikanan laut yang paling sering terlihat adalah ikan tongkol, tenggiri, kembung dan udang juga ikan bandeng yang hidup di air payau. Ada lagi?

Ikan Tongkol, Tenggiri dan Juga Ikan Bandeng, Ikan-ikan Laut yang Juga Sering Hadir di Lapak Iwak | @kaekaha!

Hanya saja, diantara belasan jenis ikan sungai dan rawa yang tiap pagi dan sore bisa kita temukan di lapak-lapak penjual iwak di seputaran Kota Banjarmasin nan Bungas! Ada 3 atau 4 jenis ikan konsumsi yang sepertinya masuk dalam top 4 ikan favorit Urang Banjar, yaitu Iwak  Haruan atau Ikan Gabus (Channa Striata), Iwak patin (Pangasius sp.) dan iwak Papuyu atau ikan betok (Anabas testudineus) dan ikan Nila (Oreochromis niloticus).

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Lapak Iwak Rasukan Khas Urang Banjar  | @kaekaha!

Karena itulah, tidak heran jika setiap pagi menjelang di lapak-lapak penjual ikan yang tersebar di berbagai titik di seputaran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! 4 jenis ikan ini tidak akan pernah absen dari panggung,  eh dari lapak! Yuk, lebih sering makan ikan, biar tambah sehat!(BDJ9525)


Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 9 Mei 2025   23:28 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


 

Serasa Deja Vu dengan Gelora Cinta Pertama, Mudik "Nyepur" Memang Semakin Asyik!

Mudik "Nyepur" Semakin Asyik dengan Literasi Cantik nan Unik Khas Stasiun Madiun! | @kaekaha


Setiap perjalanan adalah pelajaran yang setiap fragmen-nya selalu meninggalkan  catatan arif kehidupan, guru terbaik untuk bekal perjalanan berikutnya, sekaligus  kenangan yang akan menjadikan perjalanan penuh warna dan makna.

Serasa Deja Vu dengan "Gelora Cinta Pertama"

Sejak merantau ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Jalur mudik alias pulang kampung saya dan keluarga menjadi lebih panjang dan tidak lagi hanya mengandalkan moda transportasi darat saja seperti sebelum-sebelumnya, tapi juga mulai mengudara dan kadang-kadang juga memanfaatkan transportasi laut.

Jika sebelumnya, saat saya harus bertugas hingga menjadi warga pinggiran Kota Pudak, Gresik dan Kota Udang, Sidoarjo saya hanya perlu menuju ke  Stasiun Kereta Api Sidoarjo untuk memulai mudik menuju kampung halaman di Kaki Gunung Lawu, begitu juga saat saya masih mbujang dan menetap di Kota Tembakau, Jember dan Kota Apel, Malang untuk tugas belajar, maka sekarang rangkaiannya semakin panjang dan perlu perencanaan yang lebih matang!

Baca Juga Yuk! "Kereta Apiku" dan Orang-Orang Nekat di Balik Berdirinya Pabrik Sepur di Madiun

Tapi saya enjoy aja kok! Sebagai penikmat jalan-jalan dan juga perjalanan, saya selalu mempunyai angle asyik untuk menikmati setiap perjalanan yang saya lakukan, termasuk di setiap perjalanan mudik ke kampung halaman tiap tahunnya, meskipun tidak harus menjelang lebaran atau Hari Raya Idul Fitri saja.

Terlebih lagi, kalau kalau perjalanan daratnya, menggunakan si ular besi alias kereta api sebagai moda transportasinya. Tahu kenapa? 

Stasiun Barat Sebelum di Bangun Ulang. Tampak Latar Belakang Rumah-rumah Penduduk Kampung Kami | @kaekaha

Setidaknya ada dua alasan aktual dan faktual yang menjadikan saya paling mudah menikmati perjalanan darat dengan menggunakan kereta api, yaitu alasan komunal dan alasan personal.

Bagi saya dan keluarga, bahkan juga masyarakat di kampung halaman saya, bepergian naik kereta api merupakan sebuah keniscayaan! Alasannya sederhana, karena akses transportasi darat  paling mudah, murah dan pastinya yang paling familiar di kampung kami ya hanya kereta api saja, bukan yang lainnya!

Penyebabnya, karena keberadaan jalur kereta api Jakarta-Banyuwangi yang membelah kampung kami menjadi dua bagian, utara dan selatan! Plus bangunan stasiun kereta api tua bersejarah yang ada di sisi selatan lajur-lajur rel kereta api sepanjang ribuan kilometer itu. 

Baca Juga Yuk! Coba Deh, Setidaknya Sekali Seumur Hidup, Mudiknya Naik Kereta Api!

Seperti yang saya tuliskan dalam artikel Stasiun Barat dan Sejarah Keterlibatannya dalam Perang Asia Pasifik, di Kampung kami memang berdiri stasiun kereta api tua dan bersejarah yang sejak awal lebih dikenal dengan nama Stasiun Barat, sebuah nama unik yang diambil dari nama kampung kami

Tapi, sejak 2019 stasiun kelas 3 yang menjadi "urat nadi" alias akses utama  moda transportasi bagi masyarakat di sekitarnya ini resmi berganti nama menjadi Stasiun Magetan yang diadaptasi dari nama kabupaten yang menjadi induk kampung kami.

Inilah alasan komunal saya, keluarga dan  juga orang-orang di kampung saya, selalu memilih kereta api, sejauh apapun setiap perjalanan daratnya! Karena menikmati setiap jengkal perjalanan dengan kereta api, selalu menghadirkan sensasi selayaknya "gelora cinta pertama!"

Maklumlah ya, karena memang kereta api inilah "cinta pertama kami". Dialah yang pertama membawa kami kemana-mana untuk mengenal dunia! Kedekatan kami dengan kereta api berikut semua pernak-perniknya pernah saya spil dalam artikel Kronik Nostalgia Anak-anak Kereta: Kereta Api dan Ragam Budaya yang Dibentuknya. Silakan klik kalau ingin ikut merasakan vibes-nya. 

Lalu Lintas Kereta Api di Stasiun Barat, Magetan, Jawa Timur | @kaekaha

Mudik "Nyepur" Memang Semakin Asyik! 

Sejak merasakan nikmatnya merantau dengan klimaksnya yang sering kita sebut sebagai "mudik" alias pulang kampung di pertengahan dekade 90-an yang diawali karena tugas belajar di Kota Tembakau, Jember dan Kota Apel, Malang dilanjut dengan bekerja di Kota Pudak, Gresik dan Kota Udang, Sidoarjo hingga akhirnya harus melanglang buana ke berbagai pelosok Pulau Kalimantan dan juga nusantara kita, sudah ada puluhan armada kereta api yang pernah mengantar saya melanglang buana.

Mulai dari Kereta Api (kelas ekonomi) Argopuro yang sampai medio 90-an menjadi satu-satunya kereta api yang melayani rute saya, Madiun-Jember dengan harga yang sangat murah, hanya 4000-an saja, sebagai bagian dari rute regulernya Stasiun Lempuyangan, Jogjakarta-Ketapang, Banyuwangi.

Uniknya, nama KA Argopuro akhirnya harus berganti menjadi KA Sri Tanjung, konon agar tidak rancu dengan kereta api baru dengan nama depan Argo-argo lainnya, seperti Argo Bromo dan Argo Gede yang saat itu diproyeksikan untuk kelas Eksekutif. Dari segi harga dan fasilitas, tentu saja KA Argopuro dan KA Sri Tanjung relatif sebelas-dua belas saja!

Selanjutnya, di akhir era 90-an lahirlah KA Logawa yang melayani penumpang dari Purwokerto menuju Ketapang, Banyuwangi dan sebaliknya. KA Logawa ini menurut saya cukup unik! Karena di awal peluncurannya menyisipkan satu gerbong kelas bisnis tepat diantara lokomotif dan rangkaian gerbong kereta dibelakangnya yang semuanya kelas ekonomi. 

Untuk jalur Malang-Madiun, saya biasa nyepur naik KA Matarmaja, itu lo kereta api kelas ekonomi yang  asal namanya merupakan akronim dari 4 nama kota yang dilaluinya, yaitu Malang, Blitar, Madiun, dan Jakarta.  

Tentu saja, saya tidak akan bisa lupa kenangan indah bersama teman-teman mudik rame-rame dari Jember menuju Madiun dan Malang-Madiun PP alias pergi pulang, berjejalan dengan penumpang lainnya sampai di WC gerbong yang baunya arum jamban, juga godaan pedagang asongan yang menjual beragam makanan dan minuman tradisonal yang selalu menggoda. Duh romansa ngangeni yang kedepannya nggak mungkin lagi berulang!  

Perjalanan mudik saya bersama KA Argopuro, KA Sri Tanjung dan juga KA Logawa yang penuh dengan warna-warni kenangan suka dan duka, detailnya pernah saya diskripsikan dalam artikel Lorong Waktu Menuju Elegi Mudik Tahun 90-an dan "Si Angger" dan Khayalan Tingkat Tingginya dalam Romansa Berkereta Api. Silakan klik kalau ingin ikut menikmati keseruannya. 

Setelah bekerja sesaat setelah lulus tugas belajar, saya mulai merasakan empuknya kursi kereta api di gerbong-gerbong kelas bisnis dan eksekutif saat melanglang buana, termasuk saat mudik, seperti KA Sancaka, Gajayana, Kartanegara dan beberapa lainnya. Dari sinilah saya bisa merasakan sendiri berlakunya sanepa atau pepatah Jawa yang begitu masyhur, rega nggawa rupa. 

Rega nggawa rupa yang secara bebas bisa dimaknai sebagai "harga menentukan kualitas" ini merupakan konsekuensi dari keberadaan kelas-kelas dalam gerbong kereta api. Semakin tinggi kelas dalam gerbong penumpang, tentu saja akan berbanding lurus dengan kualitas layanan dan juga harga yang harus dibayar oleh penumpang.

Sama seperti dengan pengalaman duduk di bangku kelas ekonomi di sepanjang dekade 90-an, pengalaman duduk di gerbong-gerbong  kelas "premium" mulai awal 2000-an sampai saat ini juga terus memberikan pengalaman nyepur dengan sensasi asyik dan pastinya dengan angle yang berbeda. 


Mudik "Nyepur" Memang Semakin Asyik! | @kaekaha


Menariknya, dari pengalaman nyepur selama beberapa dekade ini, tanpa saya sadari ternyata saya menjadi saksi sejarah dari proses evolusi dan transformasi kereta api Indonesia yang selayaknya prinsip Kaizen yang progresif dan terukur terus berbenah dan berusaha memperbaiki dan menyempurnakan diri untuk memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang. 

Jujur, beberapa waktu yang lalu saya benar-benar dibikin tengsin oleh KA Logawa "Economic Stainless Steel New Generation" dengan rangkaian kereta ekonomi premiumnya yang serasa lebih mewah dari kelas eksekutif era 90-an! 

Karenanya, ekspektasi saya yang awalnya hanya ingin bernostalgia menikmati aura KA Logawa 90-an dengan menikmati nasi pecel pincuk daun dan minuman es sinom dari pedagang asongan yang biasa naik ke gerbong, langsung saya buang jauh-jauh begitu melihat rangkaian gerbong KA Logawa yang gagah dan modern. 

Baca Juga Yuk! Legenda Hantu Lampu dan Kisah "Pak Juril", Hulu Keselamatan Perjalanan Kereta Api

Apalagi ketika memasuki gerbongnya dan melihat penampakan interiornya yang berkesan mewah dan sangat modern dengan pintu geser elektrik, tampilan PIDS (Passenger Information Display System) digital yang canggih dan informatif, juga desain kursi canggih yang bisa diputar dengan sudut sandaran yang juga bisa diatur senyaman mungkin. Sangat bermanfaat! Ada lagi?

Tentu saja, keberadaan stop kontak dan USB charger, juga toilet dengan kelengkapan foot washer, wastafel dan hand dryer yang di KA Logawa era 90-an jelas-jelas tidak pernah kita temukan. Sayonara KA Logawa era 90-an!

Oiya satu lagi! Ini yang paling membuat saya bahagia bisa mudik ke kampung halaman dengan kereta api Logawa terbaru, yaitu keberadaan kereta makan dan tentuya mushala yang bisa dimanfaatkan untuk salat tepat waktu meskipun dalam perjalanan. Alhadulillah (BDJ14525)


Semoga Bermanfaat!


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 14 Mei 2025   22:35 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

"Tadabbur Literasi" di Museum Kata Negeri Laskar Pelangi, Ini Ceritaku Bertemu Ikal di Belitung

Welcome to Indonesia's First Literary Museum, Gantong, Belitung Timur | @kaekaha

Langit mendung dengan rintik hujan khas awal tahun menyambut kedatangan saya dan beberapa teman di Bandara H.A.S. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, pintu masuk utama untuk menjelajahi eloknya alam, tradisi-budaya dan tentunya juga jejak-jejak inspiratif novel Laskar Pelangi karya "Ikal" alias Andrea Hirata di Pulau Belitung. 

Tentu saja, sebagai penikmat hujan alias seorang pluviophile, turunnya hujan yang menyapa dan menyambut saya juga teman-teman senja hari itu tidak hanya menambah rasa bahagia saja, tapi juga rasa syukur kami yang memuncak. Tahu kenapa?

Akhirnya, mimpi obsesif saya bisa ber-tadabbur, ngalab berkah, mengumpulkan sisik melik untuk belajar, sekaligus menge-charge dan meng-upgrade lagi spirit berliterasi, khususnya semangat dan naluri menulis yang masih saja naik turunlangsung ke Museum Kata di negeri Laskar Pelangi dikabulkanNya. 

Papan Nama Unik nan Ikonik Museum Kata di Gantong, Belitung | @kaekaha

Beruntungnya lagi, di sana saya sempat ngobrol langsung untuk menyesap spirit dan juga beberapa materi kepenulisan aktual, sebelum akhirnya gitaran bareng sama Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi yang juga owner-nya Museum Kata. Beneran serasa mimpi! 

Baca juga Yuk! Ternyata, Istriku Cemburu Berat Sama Ce Netty, Mantanku!

Ini salah satu bukti keajaiban sebuah afirmasi positif yang nggak sengaja terbentuk dan terbangun sejak saya mengenal berbagai insight "full gizi" dari "bukcer" alias buku cerita (sebutan saya untuk novel, komik dan buku apa saja yang isinya memang cerita atau kisah) Laskar Pelangi yang akhirnya beneran mengantarkan saya terbang ke Gantong, Belitung Timur, kampung halaman Ikal dan kawan-kawan yang menjadi latar asli kisah Laskar Pelangi. Alhamdulillah.

Pertemuan dengan Laskar Pelangi 

Dijamu dengan hidangan aneka seafood oleh tuan rumah di Rumah Makan Lemadang yang "berhalaman belakang" Pantai Tanjung Tinggi nan unik dan eksotik dengan batu-batu granit berukuran raksasa yang juga menjadi salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi, jelas membuat saya dan teman-teman sangat antusias. 

Obrolan seru kami dengan Andrea Hirata, mengupas segala hal tentang tetralogi novel Laskar Pelangi berikut film-filmnya sore itu membuat saya teringat dengan awal mula perjumpaan saya dengan novel Laskar Pelangi yang berawal dari sebuah ketidaksengajaan!

Baca Juga Yuk! Buku-Buku yang Beranak Pinak

Semua berawal dari tradisi "me time" si kutu buku ini di akhir pekan, yaitu basambang (ngabuburit;bahasa Banjar) alias nongkrong menghabiskan waktu dengan seharian "mengaduk-aduk" buku di toko buku langganan di kota manapun saya terdampar.

Kalau pas lagi di Banjarmasin ya berarti ke Gramedia di jalan Veteran atau kalau sekarang mau sekalian nge-mall ya ke Gramedia di Duta Mall untuk berburu referensi buku-buku bagus, khususnya buku-buku bertema sosial budaya dan tentunya buku-buku cerita kesukaan saya.

Laskar Pelangi di Antara "Bukcer" Indonesia Lainnya | @kaekaha!

Nggak sengaja, akhir pekan hampir di penghujung 2005, saya menemukan "Bukcer" Laskar Pelangi karya Andrea Hirata di salah satu rak toko buku Gramedia Veteran, Banjarmasin yang dalam blurb-nya menyebut sebagai kisah menakjubkan masa kecil sebelas anak Melayu Belitong. 

Adanya informasi "indikasi geografis" yang secara jelas menyebut nama Melayu Belitong atau Belitung sebagai identitas anak-anak Laskar Pelangi sekaligus latar dari kisahnya inilah, titik awal ketertarikan saya yang memang penikmat tema-tema sosial budaya nusantara dengan "bukcer" yang kelak disebut-sebut sebagai salah satu novel terbaik Indonesia sepanjang masa ini.

Baca Juga Yuk! Lebih "3 Dekade" Komik Superman Koleksiku Ini Menebar Inspirasi dan Imajinasi

Ketertarikan saya pada karya perdana dari tetralogi-nya Andrea Hirata ini berbuah inspirasi dan kesan yang begitu mendalam setelah tamat membacanya selama "dua kali duduk" di akhir pekan berikutnya. 

Bagi saya, pesan-pesan dari "bukcer" berlatar kehidupan sosial dan budaya masyarakat Belitung di era 70-an saat tambang timah masih moncer itu tetap aktual dan relate banget dengan kehidupan kita sampai detik ini. 

Apalagi tiga tahun berselang, setelah menyaksikan visualisasinya yang begitu sempurna untuk membawa kita tertawa, menangis dan merenung bersama-sama melalui versi filmnya yang tak kalah bagus dan fenomenal, hingga akhirnya sayapun merasa perlu mengoleksi VCD original-nya yang rilis dan dijual juga di toko buku Gramedia. Biar bisa menikmatinya lagi berulang-ulang kapan saja. Tahu kenapa?

VCD Laskar Pelangi Koleksi Saya yang Sampai Sekarang Masih Sering Diputar Anak-anak Bersama Teman-Temannya | @kaekaha!

Maklum, selain nggak puas juga kalau hanya nonton sekali saja di bioskop, saya juga terobsesi dengan semangat kolektif, persahabatan, kejujuran, keberanian, kegigihan, kesabaran dan kreatifitas sebelas Laskar Pelangi dalam usahanya menggapai pendidikan yang layak, plus kecerdasan dan kesadaran mereka mengelola berbagai perbedaan dengan bijak. 

Seolah-olah mereka semua selalu mengatakan aku rapopo! Meskipun "pasungan" situasi dan kondisi riil kehidupan mereka yang saat itu sedang tidak baik-baik saja, sejatinya telah melumpuhkan dunia mereka.

Karena itulah, saya ingin, anak-anak saya yang saat film box office sarat rekor dan prestasi mentereng besutan sineas kenamaan Riri Reza dan diproduseri Mira Lesmana (Miles Film) juga Mizan Production ini tayang masih pada balitakelak juga bisa ikut menonton filmnya untuk membuka wawasan sekaligus menyerap spirit dan juga "pelajaran" bermanfaat yang ada di dalamnya.

Naluri saya terbukti tapat, sejarah akhirnya mencatat tuah kisah Laskar Pelangi yang memang nggak kaleng-kaleng! 

Pantai Tanjung Kepayang di Lepas Pantai Tanjung Kelayang Salah Satu Tujuan Wisata Favorit di Belitung | @kaekaha

"Bukcer" dan film Laskar Pelangi yang berhasil menginspirasi dunia, terbukti tidak hanya sukses dalam hal penjualan saja, tapi juga ikut mengantarkan Pulau Belitung menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan Indonesia dengan tagline ikoniknya Negeri Laskar Pelangi, hingga Pantai Tanjung Kelayang salah satu destinasi pantai terbaik di Belitung masuk dalam program "10 Bali Baru" yang diinisiasi pemerintah pusat.

Tentu ini berkah luar biasa bagi Belitung dan masyarakatnya, sekaligus kesempatan emas untuk membangun Belitung menjadi destinasi pariwisata kelas dunia yang tentu saja kedepannya akan membawa efek domino bagi perbaikan kesejahteraan masyarakatnya. Route map kesuksesan nan unik ini tentu saja bisa menjadi modul pelajaran berharga mahal yang juga bisa di contoh oleh daerah lain. Ayo siapa mau?

Prasasti Lokasi Syuting Film Laskar Pelangi di Pantai Tanjung Tinggi dengan Latar Batu-batu Granit Raksasa | @kaekaha

Menjelajahi Negeri Laskar pelangi

Sayang, Pertemuan dengan Ikal eh Andrea Hirata di sore hari pertama kita di Belitung tidak ada sekuelnya! Karena malam harinya Andrea Hirata harus balik ke Jakarta yang telah menjadi kampung halaman keduanya. Jujur, kami sebenarnya belum puas menyerap proses kreatif Andrea Hirata hingga bisa menelurkan karya-karya emasnya. 

Tapi bahagianya, kami semua tetap diundang untuk menjelajahi detail Museum Kata, museum yang menurut empu-nya akan terus bertumbuh, berkembang dari waktu ke waktu! Sangat memungkinkan, lay out dan desain interior museum setahun mendatang akan berbeda dengan saat kita berkunjung hari ini.

Keren ya, konsep dan filosofi museum yang diklaim Andrea Hirata sebagai museum literasi pertama di Indonesia yang didirikan di Desa Lenggang, Gantong, Belitung Timur sebagai bentuk terima kasihnya kepada kampung halamannya ini. Sayang aja sih, tadabbur sekaligus napak tilas hari kedua kami di Gantong tidak ditemani sang empunya cerita!

SD Muhammadiyah Gantong atau sekolah Laskar Pelangi | @kaekaha!

Keesokan harinya Setelah sarapan pagi, akhirnya kami berangkat menuju Gantong, Belitung Timur, kabupaten hasil pemekaran yang berdiri sejak tahun 2003, berjarak sekitar 60-an km dan bisa ditempuh dengan private bus sekitar 1 jam perjalanan dari Kota Tanjung Pandan yang menjadi base camp kami selama menjelajahi Negeri Laskar Pelangi, Pulau Belitung.

Tujuan pertama kami adalah melihat langsung bangunan replika SD Muhammadiyah Gantong atau sekolah Laskar Pelangi yang sengaja dibangun secara lengkap dengan detail properti sama persis dengan sekolah tempat Ikal dan kawan-kawan belajar bersama Bu Muslimah di tahun 70-an yang juga diadaptasi dalam film Laskar Pelangi yang lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi Museum Kata. 

Ruang Kelas Tidak Utuh dengan Dinding-dinding Berhias Foto-foto Pahlawan Nasional | @kaekaha 

Diorama bangunan kayu reyot beratap seng yang hampir roboh, hingga harus ditopang dengan dua kayu log yang berdiri di hamparan bukit pasir Desa Lenggang, Kecamatan Gantong dengan papan nama berwarna hijau bertuliskan SD Muhammadiyah Gantong ini menggambarkan detail fasilitas dan suasana belajar anak-anak Gantong tempo dulu di Belitung Timur yang sangat-sangat sederhana. 

Duduk sejenak di kursi kayu jadul dalam ruang kelas tidak utuh yang dinding-dindingnya berhias foto-foto pahlawan nasional ini tidak hanya mengantarkan kita merasakan feel suasana belajar Ikal, Lintang dan kawan-kawan saja, tapi juga semacam lorong waktu yang membawa kita ke masa-masa lampau yang menjadi latar waktu asli kisah Laskar Pelangi.

Oiya, di komplek bangunan replika SD Muhammadiyah Gantong atau sekolah Laskar Pelangi ini juga terdapat bangunan museum yang menyatu dengan art shop yang menjual pernak-pernik khas Belitung yang diberi nama "Galeri Rakyat Laskar Pelangi". Sedangkan sisi museumnya berisi beberapa properti yang digunakan dalam syuting filmnya seperti sepeda ontel, radio dan juga alat-alat dapur tempo dulu khas masyarakat Melayu Belitung.

Ruang Pertama di Museum Kata yang Full Insight | @kaekaha

Setelah puas menyesap spirit sekaligus mengabadikan diorama bangunan replika SD Muhammadiyah Gantong yang sukses membakar emosi kami, meluluhlantakkan ego dan keangkuhan kami hingga kembali memuncakkan rasa syukur yang tiba-tiba berasa begitu nikmat, (ternyata kita-kita ini jauh lebih beruntung lo!) kita langsung tancap gas menuju Museum Kata yang hanya berjarak sekitar 2 km saja.

Diluar dugaan kami, ternyata di siang bolong yang bertepatan dengan kumandang azan waktu Zuhur dari Masjid di depan museum Kata itu, kami tidak sendirian berkunjung ke Museum Kata. Terlihat dari barisan beberapa bis yang sudah lebih dulu parkir di sepanjang tepian jalan Laskar Pelangi di seberang museum yang dinding bangunannya full colour alias ngejreng layaknya warna-warni pelangi. 

Ruang Ruang Tengah dengan Desain Unik yang Full Pernak-pernik | @kaekaha

Terbukti! Ketika kami mulai memasuki musium, ternyata ruang-demi ruang museum yang konon dibangun memanfaatkan rumah bekas tempat tinggal para karyawan perusahaan tambang timah era kolonial di Belitung itu sudah mulai dipenuhi pengunjung. 

Sehingga untuk mengabadikan sudut-sudut cantik berhias narasi sastra literatif ataupun quote sarat makna dan juga berbagai pernik unik yang ditata natural khas desain interior rumah-rumah masyarakat Belitung di era 70-an harus sabar menanti giliran.

Ruang Laskar Pelangi, Tempat Terbaik untuk Mengeksplor Segala Sesuatu Tentang Novel Laskar Pelangi | @kaekaha

Seperti namanya, Museum Kata! Memasuki ruang demi ruang museum yang dikuratori Andrea Hirata sendiri ini seperti masuk dalam labirin kata-kata dengan desain yang unik, menarik dan pastinya full buku-buku yang sebagian besar bergenre sastra berbagai umur yang akan terus memancing rasa penasaran!

Dari puluhan ruang di ruang utama sampai ruang tambahan di belakang dan sebelah (rumah) museum utama, sepertinya tidak ada sejengkalpun dinding yang bebas dari berbagai benda seni dan bingkai kata-kata yang semuanya merupakan narasi dan deskripsi keilmuan, termasuk sains dan terutama sastra, juga insight-insight sarat motivasi dari tokoh-tokoh dunia yang sangat menginspirasi. Salah satunya “Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”. Ada yang ingat dengan quote yang ini? 

Ruang Dapur yang Juga Menjadi Ruang Palik Asyik untuk Menikmati Kupi Kuli | @kaekaha

Kecuali, mungkin di ruang dapur yang letaknya di bagian paling belakang ruang utama museum yang saat itu memang didesain untuk dapur tradisional khas rumah-rumah tradisional masyarakat Belitung di era 70-an, tempat yang paling asyik untuk menikmati Kupi Kuli, itu lo sajian kopi pahit khas Belitung yang awalnya menjadi minuman para pekerja tambang timah sebelum berangkat kerja.

Meskipun begitu, bukan berarti ruang dapur Kupi Kuli ini bebas dari media literasi lo! Maklum, kan masih bagian dari Museum Kata! Masa iya, bagian dari museum kata nggak ada kata-kata literasinya? Betul?

Salah Satu Sudut Ruang Ikal | @kaekaha

Seperti ruang Laskar Pelangi dan ruang private dari 3 anggota Laskar Pelangi yang paling banyak disorot baik dalam novel maupun versi filmnya, yaitu ruang Ikal, ruang Lintang dan ruang Mahar yang menurut saya memang ikonik banget. Full deskripsi dan narasi yang informatif!

Eh, masih ingat kan sama si Mahar? Khusus untuk anggota Laskar Pelangi yang paling nyeni, pengagum Rhoma Irama yang kemana-mana selalu berkalung radio di lehernya yang diperankan (alm) Verrys Yamarno, saya ada sedikit apresiasi lebih untuknya! 

Jujur, salah satu scene yang paling saya suka dalam film Laskar Pelangi ini adalah saat Mahar menyanyikan lagu Bunga Seroja dengan cengkok yang pas dan apikrasanya gimana gitu! Menurut saya, masuknya lagu melayu legendaris ini ke dalam list OST Laskar Pelangi, termasuk salah satu keputusan cerdas dan terbaik!

Salah Satu Sudut Ruang Lintang | @kaekaha

Bahkan karena lagu itu juga, saat itu lagu melayu lama kembali ramai diputar di berbagai program acara oleh radio-radio, (sepertinya) di seluruh nusantara dan fakta ini menjadi semacam bonus tak terduga bagi upaya pelestarian tradisi dan budaya melayu nusantara, khususnya di bidang seni musik yang mempunyai signature sangat kuat. 

Beruntung, saya sempat juga memasuki "biliknya" dan membaca biofile singkat berikut menikmati desain dan semua deskripsi tentangnya di sana. Selamat jalan ya Mahar, eh Verrys Yamarno! (BDJ24525)

 

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 24 Mei 2025   21:08 (silakan klik disini untuk membaca) 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN