Selasa, 05 Agustus 2025

Hanya 10 Menitan Saja, Yuk Mulai Melazimkan Dzikir Pagi-Petang!

Buku Saku Dzikir Pagi-Petang | @kaekaha

​​​​

Pernah nggak sih membayangkan punya perisai ajaib yang bisa melindungi diri kita sepajang waktu dari berbagai serangan musuh yang membahayakan kita?

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat, seringkali kita merasa sulit meluangkan sedikit saja waktu untuk memberi kesegaran pada ruang rohani kita.

Padahal, di dalam ruang sunyi inilah ketenangan batin kita sebagai residu sekaligus kristalisasi kematangan spiritual yang menjadi pondasi penting untuk menghadapi berbagai tantangan hidup dan kehidupan di dunia yang fana ini di proses. Apa lagi yang ditunggu?

Salah satu amalan terbaik untuk menyegarkan rohani yang relatif singkat dan sederhana namun memiliki keutamaan luar biasa seperti yang diajarkan Allah SWT melalui Rasulullah SAW adalah amalan dzikir pagi dan petang. Nggak lama kok!  Hanya sekitar 10 menit saja untuk melazimkannya!


Mengapa Dzikir Pagi Petang Penting?

Dzikir pagi dan petang merupakan serangkaian pujian dan juga bacaan doa kepada Allah SWT  yang mempunyai keistimewaan, salah satunya karena kekhususan waktu live-nya yang sudah ditentukan. Artinya, pasti ada sesuatu di waktu pagi dan petang itu, hingga Allah SWT memandu kita agar mengingatNya, bahkan memohon perlindungan kepadaNya! 

Seperti yang  diajarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW,  dzikir di pagi dan petang merupakan sebuah upaya spiritual untuk membentengi diri kita dari berbagai hal buruk yang pada hakekatnya merupakan aktualisasi kecintaan kita kepada Rasulullah SAW sekaligus bukti nyata penghambaan kita kepada Allah SWT, Tuhan Sang Pencipta, Pemilik sekaligus Penguasa Tunggal alam semesta beserta isinya. 

Wajar karenanya, jika kemudian Allah SWT memberikan privillege yang "nggak main-main" kepada siapa saja yang mengamalkan salah satu amalan sunnah-nya Rasulullah SAW yang levelnya termasuk sunnah muakkadah alias amalan sunnah yang sangat dianjurkan dan ditekankan untuk dilazimkan atau diamalkan secara rutin ini. 

Berikut manfaat ringkas dari melazimkan dzikir pagi-petang, saudaraku! Please lah, mulai besok jangan lagi kita lewatkan begitu saja ya manfaat luar biasanya.  

Perlindungan dari Kejahatan : Dzikir berfungsi sebagai benteng dari gangguan setan, sihir, dan berbagai musibah.
Ketenangan Hati : Mengingat Allah secara teratur akan menenangkan hati yang gelisah dan memberikan kedamaian.
Pahala Berlimpah : Setiap lafazh dzikir yang terucap adalah investasi pahala di sisi Allah.
Pembuka Pintu Rezeki : Dengan berserah diri dan mengingat-Nya, Allah akan mempermudah jalan rezeki kita.
Dekat dengan Allah : Dzikir adalah salah satu jembatan terkuat untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.


Hanya 10 Menit? 

Ya, Tentu Saja! Seringkali alasan utama kita melewatkan dzikir pagi petang adalah keterbatasan waktu. 

Padahal, kalau kita berusaha sungguh-sungguh melazimkan berdzikir pagi petang seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, kita hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat saja kok, kurang lebih hanya sekitar 10 menit saja atau mungkin setara dengan durasi untuk menghisap sebatang rokok. Kuncinya hanya konsistensi dan niat yang kuat. 

Bahkan, kalaupun di hari "nahas" itu kita benar-benar sibuk dan benar-benar tidak bisa menyempatkan untuk berdzikir pagi petang secara utuh, Rasulullah SAW juga mengajarkan agar kita memilih bacaan-bacaan dzikir terbaik yang memudahkan kita mengingat Allah SWT. Begini cara praktis memulainya?

Usahakan memilih waktu yang afdhal dan tepat : Dzikir pagi dianjurkan setelah sholat Subuh hingga terbit matahari, atau paling lambat sebelum Dzuhur. Sementara dzikir petang dimulai setelah Ashar hingga terbenam matahari, atau paling lambat sebelum masuk waktu Isya.

Segera menyediakan referensi dzikir yang sesuai Sunnah Rasulullah SAW : Anda bisa memiliki buku saku dzikir, salah satunya buku saku karya Syaikh Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani yang harganya sangat murah dan bisa didapatkan di toko-toko buku agama atau mengunduh aplikasi dzikir dengan kata kunci "dzikir pagi petang" di ponsel Anda. Ini akan sangat membantu, terutama bagi pemula.

Fokus pada yang Esensial : Jika waktu sangat terbatas, mulailah dengan dzikir-dzikir utama seperti Ayat Kursi, Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas (masing-masing 3 kali), Sayyidul Istighfar, serta beberapa lafazh tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir.

Berusaha menjadikannya habitus: Awali dengan sedikit demi sedikit. Lakukan setiap hari secara rutin, meskipun hanya beberapa menit. Lama-kelamaan, ia akan menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.

Niatkan dengan Ikhlas : Keberkahan dzikir terletak pada keikhlasan niat kita dalam melakukannya.

Yuk, Mulai Besok dan Jangan Ditunda-tunda Lagi, Karena Umur tidak ada yang tahu!

Bayangkan, hanya dengan meluangkan waktu 10 menit di pagi dan petang hari, Anda bisa membentengi diri, menenangkan hati, dan mengumpulkan pahala yang tak terhingga. 

Ini adalah investasi terbaik untuk kesehatan spiritual dan mental kita semua guna menyongsong masa depan kita dan juga Indonesia (emas) yang lebih baik lagi di masa depan. Yuk, jangan biarkan kesibukan duniawi menjauhkan kita dari amalan yang mulia ini. 

Mari sama-sama melazimkan dzikir pagi dan petang, karena ketenangan dan keberkahan hidup dimulai dari koneksi kita dengan Sang Pencipta. (BDJ5825)


Semoga Bermanfaat


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 5 Agustus 2025   21:00 (silakan klik disini untuk membaca) 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN







 

Senin, 21 Juli 2025

Pasar Terapung Segera Hadir di TMII, Memboyong Nuansa 1000 Sungai Khas Banjarmasin!

Pedagang dan Pembeli Bertemu di Salah Satu Sudut Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kaimantan Selatan  |  @kaekaha!

Pasar terapung merupakan sebentuk kearifan lokal yang lahir, tumbuh dan berkembang sebagai bentuk adaptasi masyarakat Suku Banjar di seputaran Kota Banjarmasin terhadap alam dan lingkungannya yang didominasi oleh perairan darat atau lahan basah berupa rawa-rawa dan juga sungai berbagai ukuran, hingga berjuluk Kota 1000 Sungai sejak ratusan tahun silam.

Sebagai salah satu warisan dari produk budaya sungai yang otentik dan khas banua Banjar, tentu saja pasar terapung yang sekarang telah berkembang tidak hanya sekedar sebagai ekosistem tempat bertemunya pedagang dan pembeli di atas sungai semata, tapi juga menjadi destinasi wisata, telah menjadi ikon pariwisata kebanggaan masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.   

Baca Juga Yuk! Sisi Unik Pasar Terapung Banjarmasin yang Masih Jarang Diketahui Publik

Wajar karenanya, jika kemudian keunikan pasar terapung yang akhirnya terekspos ke seluruh penjuru nusantara bahkan juga ke mancanegara sejak salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia menjadikannya sebagai station ID ini, terus diupayakan kelestariannya oleh seluruh elemen Urang Banjar.  

Terbaru, Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan melalui Gubernur Haji Muhidin dalam kunjungannya ke TMII yang diterima oleh Plt. Direktur Operasional TMII, I Gusti Putu Ngurah Sedana ,  Jum’at (18/7/2025) menyebut Pasar Terapung dengan nuansa khas Kota Banjarmasin akan segera hadir meramaikan anjungan Kalimantan Selatan di TMII atau Taman Mini Jndonesia Indah di Jakarta. 

Menghadirkan pasar terapung di TMII tentu pilihan cerdas yang sangat strategis, mengingat TMII merupakan etalase budaya nusantara yang merepresentasikan keberagaman tradisi dari seluruh penjuru Indonesia. Kehadiran desinasi pasar terapung ini diharapkan kedepannya dapat menambah daya tarik wisata, menjadi media edukatif bagi pengunjung, serta memperluas akses pasar bagi produk UMKM karya Urang Banjar.

Tidak tanggung-tanggung, Gubernur Kalimantan Selatan ke-11 yang dilantik pada tanggal 16 Desember 2024 ini akan memboyong replika hidup warisan budaya sungai yang diyakini telah eksis beriringan dengan eksistensi Kesultanan Banjarmasin yang mulai berdiri sejak di awal-awal abad ke-16 di Kuin, seotentik mungkin.

Berbekal CSR (Corporate Social Responsibility) dari Bank Kalsel, bank plat merah yang saham terbesarnya dimiliki oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan ini, H. Muhidin dan pihak TMII telah menyepakati pembangunan Spot Pasar Terapung di Anjungan Kalimantan Selatan, TMII nantinya semirip mungkin dengan Pasar Terapung aslinya.

Jukung Barenteng, Tradisi Unik Para Pedagang Ketika Berangkat dan Pulang dari Pasar Terapung di Sungai Martapura   |  @kaekaha!

Rencana kedepannya, pasar terapung ini juga akan diramaikan oleh pedagang-pedagang khas pasar terapung yang menjajakan berbagai produk khas Kalimantan Selatan, mulai dari kerajinan tangan, kuliner tradisional seperti soto Banjar, hingga buah-buahan segar dan hasil bumi lainnya.

Tentu saja, kehadiran pasar terapung di TMII ini, nantinya juga membuka peluang usaha baru bagi para pelaku UMKM dari Kalimantan Selatan untuk memasarkan produk mereka di luar Kalimantan Selatan, khususnya Jakarta dan sekitarnya, sekaligus memperkenalkan keunikan banua Banjar kepada khalayak yang lebih luas.

Kalau merujuk situs destinasi Pasar Terapung yang asli, tentu ada dua nama yang tercatat dalam sejarah modern, yaitu Pasar Terapung Muara Kuin di Tepian Sungai Barito yang menjadi lokasi syuting Station ID RCTI yang sayangnya sedang mati suri dan satu lagi, Pasar Terapung Lok Baintan di hilir Sungai Martapura yang masuk wilayah Kabupaten Banjar.

Baca Juga Yuk! Minggu Pagi di Pasar Terapung, Siring Tendean, Banjarmasin

Tentu tidak menutup kemungkinan design Pasar Terapung nantinya juga menyesuaikan dengan lansekap aktual yang tersedia di anjungan Kalimantan Selatan yang bisa jadi lebih cocok dengan design Pasar Terapung buatan yang sekarang beberapa daiantaranya masih bisa ditemukan di seputaran Kota Banjarmasin, terutama Pasar Terapung di Siring jalan Tendean.

Perbedaan utama antara pasar terapung asli atau pasar terapung alami dengan pasar terapung buatan ada pada dua hal yaitu, waktu aktifitas pasar dan juga pola interaksi antara penjual dan pembeli. 

Pedagang di Pasar Terapung Sedang Menyusun dan Merapikan Dagangannya  | @kaekaha!

Untuk pasar terapung asli yang terbentuk secara alami, aktifitas pasarnya mulai sebelum subuh sampai terbit matahari alias saat masih gelap dengan durasi yang relatif lebih pendek dan sangat terbatas. Sedangkan proses interaksi antara penjual dan pembeli ataupun pengunjung full dilakukan di atas aliran sungai dengan menggunakan perahu.

Untuk pasar terapung buatan, biasanya untuk waktu dan durasi aktifitas menyesuaikan dengan evennya, sedangkan untuk proses interaksi, biasanya para pedagang tetap berada diatas jukung atau perahu kecil khas Urang Banjar yang mengapung di air dan ditambatkan di tepian sungai dan pembeli atau pengunjung tetap di daratan, tidak perlu naik jukung.

Baca Juga Yuk! Hablumminannas dan Tali-temali Tradisi Kesalehan Sosial Khas Pasar Terapung, Lok Baintan

Tentu akan sangat menarik bagi pengunjung yang ingin berliburan ke anjungan Kalimantan Selatan di TMII kedepannya, jika design pasar terapungnya merupakan perpaduan antara kedua jenis pasar terapung yang sekarang masih eksis di Kalimantan Selatan itu, sehingga pengunjung bisa merasakan langsung sensasi mengunjungi pasar terapung dengan atmosfer yang identik dengan lokasi aslinya.  

Tentu saja, kehadiran ekosistem pasar terapung bernuansa asli khas Kalimantan Selatan di jantung ibu kota ini diharapkan tidak saja memberi alternatif hiburan baru di TMII khususnya di anjungan Kalimantan Selatan saja, tapi juga menambah pengalaman dan juga wawasan edukatif pengunjung yang tak terlupakan terhadap kekayaan sejarah, tradisi dan budaya bangsa khas Kalimantan Selatan yang selama ini mungkin hanya didengar dan dilihat saja melalui media.

Interaksi Penjual dan Pembeli nan Unik di Pasar Terapung  | @kaekaha!

Bayangkan, menikmati Soto Banjar berkuah kaldu hangat atau Katupat Batumis di atas jukung  atau sambil duduk lesehan di tepi sungai atau danau buatan, menyaksikan jukung khas Banjar yang hilir-mudik dengan aneka dagangan yang dikayuh acil-acil yang berbicara dan berpantun berbahasa Banjar ataupun berdendang lagu Ampar-ampar Pisang ada di sekeliling anda!?

Semua sensai ini, tidak hanya bagi mereka yang karindangan alias rindu berat akan suasana Banjarmasin, tetapi bagi siapa saja yang ingin menjelajahi kekayaan budaya Indonesia dalam satu lokasi di TMII.

Semoga Bermanfaat!


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjaemasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 21 Juli 2025   17:02 (silakan klik disini untuk membaca) 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Jumat, 18 Juli 2025

Kai Hasbullah Masih Hilang di Makkah, Bagaimana Status Ibadah Hajinya?

Kai Haji Hasbullah | banjarmasin.tribunnews.com/dok.keluarga


Kai Hasbullah Hilang di Makkah

Kai (kakek;Bahasa Banjar) Hasbullah atau lengkapnya Hasbullah Ihsan, jamaah haji kloter 07 embarkasi Banjarmasin, Kalimantan Selatan itu, sampai operasional penyelenggaraan ibadah haji 1446 H/2025 M di Makkah resmi ditutup pada Rabu (2/7/2025) masih juga belum diketahui keberadaanya alias masih dinyatakan hilang.

Menurut Siti Latifah, sang putri dari jamaah haji yang beralamat di Jalan Sidodadi 2 RT 06, Kelurahan Loktabat Selatan, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan yang juga menyertai kepergian sang Ayah ke tanah suci itu, Kai Hasbullah meninggalkan hotel dan hilang sejak Selasa (17/6/2025) dini hari sekitar pukul 03.00 Waktu Arab Saudi.

Siti Latifah yang juga tergabung dalam kloter 7 yang berasal dari Kota Banjarbaru, Kabupaten Tapin, dan Kabupaten Balangan ini menyebut, selepas tengah malam itu, ayahnya bangun dan keluar kamar hingga bertemu dengan jamaah dari kloter lain yang tidak dikenal dan dimintai bantuan sidin (beliau;bahasa Banjar) untuk mengantarkan ke lobi hotel dengan alasan mau pijat. 

Karena tidak mengetahui kalau Kai Hasbullah mengidap penyakit demensia atau gangguan ingatan, si pengantar ini meninggalkan Kai Hasbullah sesampainya di lobi hotel. Setelah ditinggal sendirian di lobi itulah, Kai Hasbullah yang disebut-sebut keluar dari gedung hotel ke arah kiri tidak terlacak lagi keberadaanya, meskipun sudah dicari kemana-mana.

Bahkan, setelah Siti Latifah dan rombongan kloter 7 embarkasi Banjarmasin menginjakkan kaki kembali ke banua (kampung;Bahasa Banjar) pada Kamis (26/6/2025) melalui Bandara Internasional Syamsoedin Noor di Banjarbaru, keberadaan Kai Hasbullah masih juga belum ada kejelasan.


Tanpa Kai Haji Hasbullah, Jamaah haji Kloter 07 Debarkasi Banjarmasin, Kalsel Mendarat di Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin di Kota Banjarbaru Kamis (26/6/2025) sekitar pukul 20.00 Wita | ANTARA/HO-Kemenag Kalsel

Kai Hasbullah Tetap Dicari

Mengutip Banjarmasin.tribunnews.com Kamis (3/7/2025), bahkan sampai saat ini, Siti Latifah masih terus menghubungi Linjam atau petugas perlindungan jamaah haji yang ada di Makkah untuk menanyakan update hasil pencarian Kai Hasbullah setiap harinya, meskipun belum juga ada kabar baik untuk keluarga.

Sementara itu, dilansir dari kompas.com, menurut Kepala Bidang Pelindungan Jamaah (Linjam) PPIH Arab Saudi, Harun Ar-Rasyid, melalui keterangan tertulisnya di Makkah, Selasa (1/7/2025), proses pencarian terhadap tiga jamaah haji asal Indonesia yang masih dinyatakan hilang tetap dilakukan secara intensif meskipun layanan haji di Makkah telah berakhir. "Mohon doa semoga ketiganya bisa segera kita temukan," ujar Harun.

Selain Kai Hasbullah Ihsan dari Kalimantan Selatan, sampai saat ini memang masih ada dua lagi jamaah haji yang dikabarkan mempunyai riwayat demensia, masih dinyatakan hilang di Makkah, yaitu Nenek Nurimah (80), jamaah kloter 19 embarkasi Palembang, Sumatera Selatan yang dinyatakan hilang sejak 28 Mei 2025 atau dua hari setelah tiba di Makkah dan satu lagi Mbah Sukardi (67), jamaah kloter 79 embarkasi Surabaya, Jawa Timur yang menghilang sejak 29 Mei 2025 juga sekitar dua hari setelah tiba di Makkah.

Selain terus memeriksa rekaman CCTV di sejumlah lokasi dan juga menyisir komplek Masjidil Haram, area sekitar hotel jamaah, semua rumah sakit di Makkah dan Jeddah, bahkan juga  sapai ke perbatasan Makkah dan al-Lith yang jaraknya hampir seratusan kilometer, dua regu tim khusus pencarian ketiga jamaah haji asal Indonesia tersebut juga memperluas pencarian ke berbagai titik yang diperkirakan masih bisa dilalui atau disinggahi oleh yang bersangkutan, seperti kawasan-kawasan perbukitan di Jabal Khandamah dan Jabal Tsur, kawasan Arafah dan Muzdalifah bahkan ke rumah sakit di Jeddah. 

Tidak hanya itu, untuk lebih mengefektifkan pencarian, PPIH juga terusberkoordinasi dengan Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, KJRI, imigrasi Syumaisy, kantor polisi, hingga syarikah penyedia layanan jemaah agar turut membantu proses pencarian Kai Hasbulah dan dua lainnya. 

Berdoa di Masjidil Haram  | @kaekaha

Bagaimana Status Ibadah Hajinya?

Mendengar pemberitaan hilangnya tiga jamaah haji asal Indoneisa di Makkah, tentu banyak diantara pembaca yang bertanya-tanya bagaimana dengan nasib status ibadah haji ketiganya?

Dilansir detikNews, Rabu (2/7/2025), khusus untuk Kai Hasbullah Ihsan yang dinyatakan hilang sejak tanggal 17 Juni 2025 atau lebih dari sepuluh hari setelah puncak ibadah haji (Armuzna), Alhamdulillah ibadah hajinya  sudah terlaksana dengan baik dan mudah-mudahan mabrur. Amin.

Ini berbeda dengan Nenek Nurimah dan Mbah Sukardi yang dinyatakan hilang sebelum menunaikan puncak ibadah haji di Arafah (Armuzna), sehingga pelaksanaan hajinya dibadalkan atau diwakilkan. Seperti dijelaskan Ketua PPIH Arab Saudi, Muchlis M Hanafi dan juga Kepala Daerah Kerja Makkah, Ali Machzumi, di Kantor Urusan Haji Indonesia. 

Sambil terus menunggu kabar terbaru dari Kota suci Makkah, mari kita berdoa untuk Kai Hasbullah, Nenek Nurimah dan Mbah Sukardi semoga beliau bertiga selalu dalam perlindungan Allah SWT, selalu diberikan yang terbaik dan mudah-mudahan segera ditemukan. Amin. (BDJ4725)


Semoga Bermanfaat!



Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 4 Juli 2025   22:29 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN








 

Belajar "Meretas Jalan" ke Surga Rame-rame dari Warga Desa Hadipolo, Kudus

Berumrah, Berdoa di Masjidil Haram | @kaekaha

“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari, no. 1773 dan Muslim, no. 1349)

Mendengar tetangga yang berangkat umrah atau naik haji, tentu menjadi salah satu momentum terbaik sekaligus berita gembira yang layak untuk disyukuri, karena bisa menjadi jalaran (sebab;bahasa Jawa) kita lebih bersemangat untuk semakin khusyuk melazimkan doa-doa yang makbullah dan tentunya berikhtiar secerdas dan sekeras mungkin sebagai sunatullah-nya agar kita juga bisa segera ikut berhaji dan berumrah. Amin.

Itu juga yang saya rasakan, setiap kali mendapat undangan tasyakuran tetangga, kolega dan atau juga keluarga yang bersiap-siap tulak (berangkat;bahasa Banjar) ke tanah suci, entah mau naik haji maupun (terutama) umrah yang hampir selalu ada saja setiap pekan dan bulannya.

Apalagi kalau dalam beberapa bulan sekali selalu melihat rombongan anak buah pengusaha besar dari Kalsel ternama yang akhir-akhir ini sering viral beritanya, berjumlah ratusan itu tulak rame-rame, bareng-bareng menuju tanah suci, karena kebetulan "tempat transit" mereka selama di Banjarmasin hanya terpisah beberapa rumah saja dari tempat saya tinggal.

Prosesi pemberangkatan jemaah umrah di Masjid Jami' Baitul Mukminin Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus | jurnalpantura.id

Eits tunggu dulu! Tapi sepertinya ada lagi deh yang yang lebih membuat semangat saya berdoa dan berikhtiar agar bisa segera tulak ke tanah suci jadi sekonyong-konyong koder, lebih dahsyat daripada cerita lagu jatuh cintanya (alm.) Didi Kempot yang ujug-ujug alias tiba-tiba sama Mbak Ayu sing dodol lemper alias si penjual kue lemper itu! Naaaah ada yang tahu apa itu?

Tidak lain dan tidak bukan, kabar aktual dan faktual yang memang benar-benar luar biasa dari Dukuh Mbareng Cempling, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Jawa-Tengah yang memberitakan 117 warganya, benar-benar tulak alias berangkat melaksanakan ibadah umrah rame-rame, bareng-bareng secara masal ke Tanah Suci Makkah pada Rabu (2/7/2025) dini hari. 

Ini keren banget Mase! Inspirasi model begini ini luar biasa dan belum pernah saya dapatkan sebelumnya!

Bagaimana tidak, 117 warga dengan latar belakang sosial ekonomi yang pastinya berbeda-beda juga itu, setelah berkomitmen bersama-sama untuk menabung bersama kurang lebih selama tiga tahun, akhirnya mereka berhasil "meretas jalan menuju surga" secara bareng-bareng dan ini jelas beda banget vibes-nya dengan umrah ratusan anggota rombongan anak buah pengusaha besar dari Kalsel ternama yang sering viral itu apalagi umrah kita yang biasa sendirian saja!

Mereka ber-117, akhirnya bisa juga berumrah ke tanah suci bareng-bareng, rame-rame! Sungguh luar biasa ini Mase! Jujur saya nggak bisa membayangkan, betapa nikmatnya bersujud dan beribadah bareng-bareng sama tetangga sebelah rumah dan sekampung lainnya di depan Kabah! 

Atau mungkin, rame-rame meminum segelas air Zam-zam yang menyegarkan di pelataran Masjidil Nabawi dengan teman-teman semasa sekolah dulu yang sekarang menua bersama di desa. Sungguh nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Masha Allah!

Apa hal istimewa yang bisa kita tiru dan terapkan dari berita keberhasilan Warga Desa Hadipolo rame-rame meretas jalan ke surga ini?

Selain niat mereka untuk berumrah yang muara pahalanya adalah surga, hingga saya juga lebih suka berkali-kali menyebut perjalanan para tamu Allah SWT ini sebagai "meretas jalan" menuju surga sebagai motivasi buat diri saya dan para pembaca, ada satu hal lagi yang menurut saya patut kita teladani lagi, yaitu kiat-kiat mereka menjaga asa agar "dimampukan" oleh Allah SWT berangkat ke tanah suci.

Ternyata, tips dan triknya tidak jauh berbeda dengan strategi bernuansa kearifan lokal masyarakat di kampung halaman saya Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! dalam rangka menyiasati keterbatasan ekonomi hingga "dimampukan" Allah SWT untuk ikut berkurban, seperti yang pernah saya tuliskan dalam artikel Berawal Dari "Handilan" Lahirlah Rukem dan Rukur, Jalur Sunyi Menabung Kurban.

Mengutip dari laman Radar Kudus, menurut koordinator Tour Religi Masjid Baitul Mukminin Hadipolo, Ahmad Rif'an, mereka ber-117 yang berangkat umrah itu berprofesi sebagai petani, wirausaha, buruh, hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan untuk berumrah, mereka menabung bersama selama tiga tahun dengan skema menabung yang sangat fleksibel alias dengan durasi dan juga besaran yang sesuai kemampuan. Hingga akhirnya mereka semua benar-benar dimampukan oleh Allah SWT untuk berangkat umrah. Wallahu a'lam bishawab! (BDJ10725)

Semoga Bermanfaat!


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 10 Juli 2025   21:19 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


 

Seperti Berbuat Jahat, Berbuat Baikpun Sebaiknya Jangan Banyak yang Tahu!

Sembunyikan Sedekahmu | facebook/BassFM

Pernah mendengar atau membaca kalimat inspiratif tentang keutamaan  "seseorang yang bersedekah kemudian ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya?" 

Ungkapan yang berasal dari hadits Rasulullah SAW seperti yang diriwayatkan dalam HR. Bukhari no. 1423, Muslim no.1031 dan dari Abu Hurairah ini merupakan nasihat bijak yang patut kita teladani bersama. "Seperti berbuat jahat, berbuat baikpun sebaiknya jangan banyak yang tahu!" Tahu kenapa?

Baca Juga Yuk! Belajar "Meretas Jalan" ke Surga Rame-rame dari Warga Desa Hadipolo, Kudus

Takmir Masjid di komplek kami dibuat kaget dengan datangnya surat peringatan dari PDAM yang menyebut pihak masjid telah menunggak pembayaran air ledeng selama 3 bulan terkahir. Uniknya, info dari pengantar surat menyebut bukan masjid di komplek kami saja yang mendapat surat peringatan dari PDAM tersebut, tapi ada lagi beberapa masjid, musala dan juga  TPA atau Taman Pendidikan Alquran di daerah kami yang mengalami hal serupa! Kok bisa barengan?

Menariknya, dari komunikasi antar DKM atau Dewan Kemakmuran Masjid dan juga Takmir Masjid di daerah kami, akhirnya terungkap sebuah fakta unik yang selama ini sepertinya lepas dari komunikasi! Ternyata, masjid-masjid, musala dan juga TPA yang mendapatkan peringatan dari PDAM ini, tagihan bulanan ledengnya selama bertahun-tahun sama-sama dibayar oleh orang yang tidak dikenal. 

Alhamdulillah, setelah mendatangi kantor PDAM untuk menyelesaikan semua tunggakan, beberapa pengurus masjid dan musala ini mengajukan permohonan resmi untuk meminta prin out riwayat pembayaran air ledeng masjid selama beberapa tahun terkahir yang akhirnya mengungkap detail metode dan aplikasi pembayaran, termasuk identitas "orang baik" yang membayarnya!

Masha Allah, ternyata "orang baik" itu warga komplek kami juga, sebut saja namanya Haji Burhan pemilik usaha pencerekenan (kios kelontong;bahasa Banjar) yang sejak lama memang dikenal sebagai seorang yang dermawan yang sayangnya, beliau sudah meninggal dunia sekitar 4 bulan yang lalu di Makkah, saat berumrah bersama keluarganya.   

Luar biasa menariknya! Ternyata amal perbuatan baik Haji Burhan membayari tagihan air ledeng beberapa masjid, musala dan juga TPA secara diam-diam ini juga tanpa sepengetahuan keluarga dekatnya. 

Bahkah orang-orang terkasih yang membersamai beliau sehari-harinya itu juga tidak kalah terkejutnya ketika mendapatkan informasi dari pihak takmir masjid yang baistilah (sengaja;bahasa Banjar) datang untuk bersilaturahmi ke kediaman beliau dengan maksud utama untuk berterima kasih atas kebaikan beliau selama ini. 

Kisah tentang "orang baik" yang kekeuh untuk merahasiakan, menyembunyikan amal perbuatan baiknya, bahkan dari keluarga dekatnya sendiri diatas secara utuh pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "Biar Allah Saja yang Tahu" khusus untuk kanal KURMA alias Kisah untuk Ramadan di Kompasiana beberapa waktu lalu.

Jujur, saat mendengar kisah ini untuk pertama kalinya, saya sampai tidak bisa menahan linangan air mata yang tiba-tiba menembus pertahanan jiwa kelelakian saya yang memang saya setel untuk tetap anti menangis! 

Baca Juga Yuk! Kai Hasbullah Masih Hilang di Makkah, Bagaimana Status Ibadah Hajinya?

Tapi faktanya saya tetap tidak bisa menahan diri dari inspiratifnya vibes kisah yang relatif mirip dengan kisah heroiknya Ali bin Husain bin Ali, cicit Rasulullah SAW yang "sedekah diam-diamnya" memikul berkarung-karung roti diatas pundaknya pada malam hari untuk dibagikan kepada fakir miskin di Madinah, juga baru terbongkar setelah beliau wafat itu!

Seiring dengan masyarakat miskin Madinah yang tiba-tiba kehilangan sedekah tersembunyi  berupa roti-roti gandum yang biasanya datang untuk mereka di tengah malam buta yang gelap gulita, saat jenazah Ali bin Husain bin Ali dimandikan, barulah rahasia sedekah beliau terungkap karena tanda hitam di bagian pundak beliau, bekas dari aktifitas malamnya memikul dan  membagi-bagikan roti diam-diam. Masha Allah!



Kenapa "orang-orang baik" ini lebih memilih untuk menyembunyikan amal perbuatan baiknya? Bahkan diantaranya juga dari orang tercinta di sekelilingnya! Apakah ada hal istimewa dibalik ini semua? 

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al Baqarah 271)

Di dalam QS Al Baqarah 271 diatas, secara eksplisit dan sangat lugas, Allah SWT sampai merasa perlu mengabadikan anjurannya kepada kita semua untuk menyembunyikan sedekah (amal baik dan juga ibadah) kita. Itu artinya memang ada hal luar biasa disana!

Meskipun hidup di dalam dunia modern yang sering kali mengedepankan pengakuan dan serba terhubung seperti sekarang, mungkin terasa aneh jika seseorang memilih untuk menyembunyikan sedekah dan perbuatan baiknya, tapi faktanya tetap ada yang keukeuh menyembunyikannya dan berharap hanya Allah SWT saja yang tahu. Sepertinya, hadits Rasulullah SAW dari Bukhari dan Muslim inilah jawaban rahasianya!

“Ada tujuh orang yang akan Allah berikan naungan kepada mereka dimana di hari itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR.Bukhari, Muslim)

Siapa saja tujuh orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah diatas, saudaraku? Ternyata di urutan pertama adalah imam atau pemimpin yang adil, kedua pemuda yang bertakwa, ketiga orang-orang yang hatinya selalu terpaut pada masjid, dan keempat dua orang yang saling mencintai karena Allah.

Kelima Orang yang menjaga diri dari zina karena Allah SWT, keenam orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, ketuju dan seorang yang berzikir kepada Allah dengan khusyuk dalam keadaan sepi lalu berlinang air matanya.

Dari tujuh orang yang disebutkan Rasulullah diatas, di urutan keenam kita menemukan redaksi “Seorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya”, karena 

Sedekah rahasia itu bisa memadamkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Thabrani)

Masha Allah! Ternyata "rambu-rambu" sedekah dan beramal perbuatan yang baik dan terbaik telah begitu gamblang dituntunkan oleh Allah SWT dalam Al Quran dan juga RasulNya, Nabi Muhammad SAW melalui sunnah-sunnahnya untuk kita yang sudah pasti akan membawa kebaikan dan keberkahan individual maupun komunal jika benar-benar dijalani dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan menyembunyikan perbuatan baik dan juga amal ibadah kita, termasuk ibadah salat, seperti tersirat dalam hadits Rasulullah SAW, “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib” dari "penglihatan" makhlukNya, sejatinya sangat bermanfaat  untuk mendidik diri agar lebih rendah hati, menjaga ketulusan dan keikhlasan kita, menjauhkan dari godaan riya, juga kesombongan dan perasaan ujub, plus menjaga kehormatan dan martabat orang yang menerima perbuatan baik kita.  

Jadi, sedekah atau amal perbuatan baik yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama daripada dilakukan secara terang-terangan. Namun jika tidak sampai bersedekah karena bermaksud menyembunyikannya, maka tetap menyampaikan sedekah tadi meskipun (terpaksa) secara terang-terangan itu juga lebih baik. Jadi semuanya dilakukan dengan kembali melihat situasi dan kemaslahatannya.

Pada dasarnya, semua merupakan bentuk kedewasaan spiritual kita, di mana kita berbuat baik bukan karena dorongan validasi dari pujian manusia semata, melainkan karena kesadaran akan panggilan hati dan kewajiban moral sebagai hambaNya. Jadi ya, biarlah amal perbuatan baik kita itu menjadi rahasia antara kita dan Tuhan, atau antara kita dengan orang yang kita bantu saja.

Bukan berarti kita menolak seandainya ada apresiasi yang datang! Namun pepatah "Seperti berbuat jahat, berbuat baik pun sebaiknya jangan banyak yang tahu"  merupakan panduan agar amal perbuatan baik kita, selalu berakar pada ketulusan yang paling dalam hingga memberi manfaat yang lebih maksimal tanpa ada efek saampingnya.

Anggap saja, artikel ini semacam "undangan terbuka" untuk kita merenungkan kembali motivasi di balik setiap tindakan, amal perbuatan dan juga ritual ibadah kita, demi totalitas kebaikan yang lebih murni dan berdampak di dunia juga di akhirat, baik bagi diri sendiri maupun bagi sesama. (BDJ18725)

Semoga bermanfaat!


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 18 Juli 2025   21:38 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Selasa, 01 Juli 2025

Seriusan Mau Bisnis dengan Keluarga Sendiri? Ini Tips Jitunya!

Pencerekenan atau Warung Kelontong Tradisional Khas Banjar, Usaha Keluarga yang Paling Umum dalam Tradisi Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan | @kaekaha


Membangun bisnis atau usaha identik dengan sebuah perjalanan menantang yang beresiko di tempat yang asing yang memicu adrenalin, sehingga bagi sebagian orang "situasi" ini justeru memberikan sebentuk rasa puas yang bisa jadi sulit untuk sekedar dikonversikan dalam bentuk kata-kata.

Selain bisnis sendiri atau mandiri, bekerja sama dengan keluarga atau pasangan bisa menjadi alternatif membangun bisnis yang aktual dan tentunya berpotensi besar untuk lebih cepat berkembang, karena kekuatan modal serba ganda, juga sumber daya dan mimpi yang bisa jadi lebih besar. 

Hanya saja, menggabungkan "banyak kepala" meskipun itu keluarga sendiri dalam bentuk impian, visi dan juga sumber daya bersama tetaplah tidak segampang membalikkan telapak tangan, karena dinamikanya yang semakin kompleks sangat berpotensi melahirkan drama demi drama yang justeru konra produktif. Tahu kenapa?

Di satu sisi, secara faktual ada tingkat kepercayaan dan pemahaman yang mendalam, maklum calon partner usaha kita adalah orang-orang terdekat kita yang kita kenal "luar dalamnya". Tapi di sisi lainnya, dalam konteks ini, sekarang kita bukan sekedar mau piknik bersama keluarga, bukan sekedar mau bersenang-senang bersama! 

Tapi kita mau seriusan (profesional) berburu cuan dengan membangun usaha atau bisnis bersama-sama keluarga lainnya yang sudah pasti mempertaruhkan modal besar  yang bukan sekedar uang saja, tapi label bernama "keluarga"!  

Usaha Pencerekenan, Usaha Keluarga Khas Urang Banjar di Kalimantan Selatan | @kaekaha

Kita semua tahu dan pastinya paham betul! Tanpa embel-embel "bisnis" saja, potensi konflik dalam kerumitan hubungan pribadi antara anggota keluarga sangat bisa untuk memicu konflik. Apalagi ini, berusaha memanfaatkan sebuah hubungan kekeluargaan untuk "bisnis" yang ada "duitnya"! 

Nah, kalau sudah begitu, apa iya kita tidak bisa  membangun bisnis dengan keluarga sendiri, hingga kelak berkembang menjadi usaha keluarga yang meraksasa selayaknya raksasa-raksasa bisnis dunia? Sementara hubungan keluarga tetap harmonis? 

Bukankah sejarah juga mencatat, banyak bisnis keluarga yang  berhasil menemukan dan meramu keseimbangan antara semangat kekeluargaan dan profesionalisme, hingga sukses dan tetap langgeng bahkan setelah beberapa generasi meraksasa  dan menggurita ?

Jawabnya, tentu saja bisa, karena memang buktinya ada, bahkan tidak hanya satu saja, tapi banyak! Terus bagaimana caranya mereka bisa membangun usaha keluarga? Lhah, kalau mereka bisa membangun bisnis keluarga, itu artinya kita juga bisa Mas Bro dan kunci utamanya adalah dengan membangun batasan yang jelas, menetapkan komunikasi yang sehat, dan memisahkan urusan bisnis dari kehidupan pribadi.

Sesederhana itu? 

Oh tentu tidak kawan! Tiga kunci utama diatas baru semacam "kerangka besar" untuk memulai usaha berbasis keluarga yang di setiap tahapan prosesnya pasti akan memerlukan detail rundown yang berbeda-beda dengan dinamika ruang dan waktu yang pastinya juga berbeda-beda pula.

Tapi, membangun bisnis dengan keluarga atau pasangan bisa menjadi salah satu hal terbaik yang pernah kita lakukan bersama-sama, jadi kenapa tidak kita coba untuk memulainya?

Usaha Pencerekenan, Usaha Keluarga Khas Urang Banjar di Kalimantan Selatan | @kaekaha

Berikut adalah catatan strategis untuk memetakan poin-poin krusial sebagai upaya mitigasi agar bisnis keluarga bisa lebih terarah dan  sukses, tanpa harus mengorbankan ikatan kekeluargaan :

Pertama,  tentukan dan sepakati visi dan misi usaha keluarga sejak awal, agar usaha keluarga ini memiliki fondasi utama yang kuat dan kokoh untuk membuat keputusan bersama dan mengatasi setiap tantangan yang muncul.

Kedua, wajib bekerja secara profesional dengan memisahkan urusan bisnis dan keluarga. Ini mungkin terdengar klise ya, tetapi memisahkan dua aspek ini adalah kunci. 

Ketigatentukan detail peran, tugas dan tanggung jawab juga kompensasi masing-masing anggota keluarga yang terlibat dalam usaha ini, karena ketidakjelasan "job des" merupakan sumber kekacauan utama, ketika semua orang merasa memiliki hak yang sama untuk melakukan apa pun.

Keempat, komunikasikan semua hal yang berhubungan dengan usaha bersama ini secara proporsonal, terbuka dan jujur, karena komunikasi merupakan tulang punggung setiap hubungan yang sukses, termasuk dalam bisnis keluarga.

Kelima, Transparansi tata kelola keuangan, karena uang merupakan tema paling sensitif sekaligus sumber konflik utama dari semua hubungan bisnis apalagi bisnis berbasis sumber daya keluarga.(BDJ1725)

Semoga Bermanfaat!


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 1 Juli 2025   22:45 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Minggu, 22 Juni 2025

Cerita Paunjunan, Ketika Tradisi dan Hobi Bertemu Menjadi "Pekerjaan" Unik Khas Urang Banjar

Ikan Kihung Hasil Maunjun | @kaekaha
Ikan Kihung Hasil Maunjun | @kaekaha
 
Di awal-awal membangun rumah tangga dengan Galuh Banjar atau gadis Banjar lebih dari dua dekade silam, saya dan istri sempat beberapa waktu tinggal di pondok mintuha (mertua;bahasa Banjar)  indah di pinggiran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! 

Tentu saja, perbedaan tradisi dan budaya di antara saya dan keluarga besar dari isteri yang akhirnya benar-benar bertemu untuk pertama kalinya, melahirkan warna-warni cerita yang tidak saja unik dan menarik saja untuk dikenang, tapi juga pemahaman dan pengetahuan terkait kearifan lokal masyarakat Suku Banjar yang sebelumnya tidak banyak yang saya ketahui dan pahami.

Salah satunya adalah kearifan lokal terkait tradisi dan budaya pemanfaatan bahan pangan hasil sungai dan rawa dari hulu sampai hilir yang selalu ramah lingkungan, hingga akhirnya melahirkan beragam kuliner tradisional khas Banjar yang otentik dengan citarasa organik yang unik, identik dan tentunya sangat menarik.

Setiap hari, menu-menu kuliner khas Banjar  berbahan dasar ikan air tawar tidak pernah terlewatkan dari list menu santapan kami, mulai dari sarapan, makan siang maupun makan malam yang selalu dilakukan secara bersama-sama dengan cara lesehan di ruang makan yang menyatu dengan dapur tradisional khas rumah panggung milik mertua yang dibangun dari kayu besi atau kayu ulin (Eusideroxylon zwageri).

Ikan Haruan alias Ikan Gabus Hasil Maunjun Kesukaan Keluarga Kami | @kaekaha 
Ikan Haruan alias Ikan Gabus Hasil Maunjun Kesukaan Keluarga Kami | @kaekaha

Ikan-ikan segar seperti Iwak Haruan atau Ikan Gabus (Channa Striata) dan keluarga Channa lainnya seperti Iwak Tauman, Randang dan Kihung yang memang dikenal sebagai ikan-ikan favorit dalam tradisi kuliner Urang Banjar, juga Iwak Papuyu atau Betok/Betik (Anabas testudineus), Iwak Patin (Pangasius sp.), Sapat (Trichopodus trichopterus Pallas, 1770), Sapat siam ((Trichopodus pectoralis, Regan 1910), Walut atau Belut rawa ( Monopterus albus) dan beberapa jenis lainnya secara bergantian selalu hadir di dapur untuk dimasak. 

Ini yang akhirnya membuat saya penasaran! Dari mana ikan-ikan segar itu datang hingga sampai di dapur dan akhirnya dimasak oleh tangan dingin mertua saya menjadi berbagai jenis kuliner tradisional Banjar dengan citarasa yang tidak pernah gagal memanjakan lidah saya untuk terus bergoyang menikmati sensasi sedapnya! 

Apa iya, mertua saya memancing ikan di kolong rumah yang memang "gudangnya" ikan juga? Atau jangan-jangan, mertua saya setiap hari pergi ke pasar untuk membeli beragam jenis ikan air tawar dari sungai atau rawa yang memang melimpah di daerah kami? 

Tapi pertanyaan-pertanyaan saya itu akhirnya terjawab juga, ketika pagi-pagi selepas Subuh di akhir pekan datang amang-amang (paman-paman;bahasa Banjar) menghampiri saya di teras rumah panggung, saat saya sedang asyik membolak-balik koran pagi yang baru datang. 

 
Ikan Patin Sungai Kesukaan Keluarga Kami | @kaekaha!
Ikan Patin Sungai Kesukaan Keluarga Kami | @kaekaha!

Amang Ijun, orang yang kami kenal sebagai seorang paunjunan atau pemancing "profesional" itu menyerahkan se-bakul purun alias tas tradisional dari bahan rumput purun yang penuh berisi iwak haruan yang sudah disiangi (dibersihkan;bahasa Banjar) yang katanya pesanan Ma' haji, panggilan akrab mintuha bini alias mertua perempuan saya di kampung.  

Beberapa hari berikutnya, tidak sengaja giliran saya betemu dengan seorang ibu-ibu yang mengaku bernama Acil Imah (tante Imah;bahasa Banjar) yang mengantar Iwak Papuyu Sebangau atau ikan Betok hasil memancing di kawasan Sebagau Kalimantan Tengah yang memang terkenal besar-besar ikannya yang katanya juga pesanan mintuha saya.

Iwak-iwak Papuyu yang dibawa Acil Imah juga sudah disiangi, jadi tinggal dibumbui dengan bumbu-bumbu tradisional khas Banjar sesuai kebutuhan sebelum dimasak. Begitu seterusnya! Sampai beberapa kali saya bertemu dengan beberapa orang berbeda yang ternyata juga mengantar ikan-ikan pesanan mertua saya.

    Menariknya, saya baru ngeh terhadap adanya fakta unik yang sebelumnya tidak saya sadari, dibalik fakta "orang-orang berbeda yang setiap pagi mengantari ikan ke rumah". Menurut isteri saya, orang-orang berbeda ini juga mengantar jenis ikan yang berbeda juga! Tahu kenapa?

Ikan Patin Sungai yang Sudah Disiangi atau Dibersihkan | @kaekaha 
Ikan Patin Sungai yang Sudah Disiangi atau Dibersihkan | @kaekaha
 
Alam dataran rendah Kota Banjarmasin yang di dominasi oleh perairan darat berupa rawa-rawa dan sungai, telah membentuk habitus Urang Banjar yang mendiaminya sejak berabad-abad silam. Persentuhan keduanya selama itu, akhirnya melahirkan budaya sungai yang salah satu tradisi uniknya adalah maiwak atau metode mencari ikan tradisional khas Banjar yang salah satu tekniknya kita kenal sebagai maunjun alias memancing. 

Maunjun, persentuhan tradisi yang terbentuk olah uniknya spesifikasi alam khas Kota 1000 Sungai dengan hobi, hingga banyak Urang Banjar yang menjadikannya sebagai sumber penghasilan ini dalam dinamika sosial budaya kehidupan masyarakat Banjar juga terus berkembang.

Uniknya, ternyata paunjunan alias para pemancing "profesional" yang menjadikan berburu ikan dari alam dengan cara memancing sebagai profesi ini juga punya spsesialisasi atau keahlian memancing jenis ikan-ikan tertentu yang berbeda-beda. Itulah salah satu parameter saya menyebutnya sebagai profesional, selain fakta bahwa memancing ikan memang menjadi mata pencaharian mereka sehari-hari.  
 
Maunjun Iwak Haruan di Rawa-rawa Belakang Rumah | @kaekaha 
Maunjun Iwak Haruan di Rawa-rawa Belakang Rumah | @kaekaha
 
Amang Ijun misalnya, karena kepiawaiannya maunjun atau memancing khusus iwak haruan terutama dengan berbagai unjunan (alat memancing;bahasa Banjar) tradisional khas Banjar, menurut mintuha saya, sejak lama sidin alias beliau ini digelari orang sekampung sebagai  rajanya haruan. 

Dari profesinya maunjun, khususnya iwak haruan, konon sidin tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari saja, tapi juga bisa menyekolahkan anak-anaknya. Tidak hanya wajib belajar 12 tahun saja, tapi 2 dari 3 anaknya juga kuliah. Masha Allah!

Luar biasanya! Masih menurut kesah (cerita;bahasa Banjar) mintuha saya, Amang Ijun ini berbeda dari para paunjunan kebanyakan yang sering datang ke rumah untuk menawarkan ikan-ikan hasil tangkapannya. Sidin (beliau;bahasa Banjar) tidak pernah mengeluh dan selalu menyanggupi pesanan iwak haruan dari mintuha saya dengan mengucap Insha Allah!

Tidak ada istilah Iwak Haruan langka apalagi kosong kalau memesan  sama Amang Ijun, ada terus! Bahkan ketika di pasaran Iwak Haruan memang benar-benar sedang langka, bahkan kalaupun ada harganya pasti selangit. Bisa sama atau bahkan lebih mahal dari harga daging sapi! Tahu kenapa?

Karamba Iwak Sapat dan atau Papuyu | @kaekaha 
Karamba Iwak Sapat dan atau Papuyu | @kaekaha

Ternyata, selain maunjun Haruan dan juga maiwak (mencari ikan;bahasa Banjar) dengan cara marawai, mambanjur dan juga memasang tampiray alias jebakan ikan di berbagai lokasi strategis di rawa-rawa dan tepian sungai,  Amang Ijun juga mempunyai beberapa karamba untuk pembesaran iwak haruan berbagai ukuran di kolong rumah dan rawa-rawa di sekitar rumahnya. 

Biasanya, iwak haruan hasil tangkapan sidin yang masih kulacingan alias masih kecil-kecil, minimal seukuran jempol tangan orang dewasa akan dipilih dan dipilah lagi sesuai ukurannya untuk dipelihara dalam karamba sesuai ukurannya masing-masing sampai besar dan layak untuk dijual dengan harga bersaing.

Inilah jawaban sekaligus pembeda kenapa Iwak haruan yang dijual Amang Ijun ke mintuha saya, kualitas dan harganya relatif stabil di level terbaik. Selain ikannya selalu fresh alias segar-segar, ukuran ikannya juga relatif besar-besar tapi dengan harga yang tetap bersaing. 

Oya, sekedar informasi saja! Ikan-ikan dari sungai atau rawa yang biasa kita konsumsi, beda ukuran beda pula harga per-kilogramnya. Meskipun, sama-sama Iwak Haruan, tapi yang ukurannya lebih besar harganya akan lebih mahal jika dibandingkan dengan iwak haruan yang ukurannya lebih kecil. Unik bukan? (BDJ1625)

Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
 
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 1 Juni 2025 23:15 (silakan klik disini untuk membaca) sebagai tulisan ke-4 dari total 7 tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis "Marathon Competition" dengan tema "Cerita Cuan Dapat Cuan" di Kompasiana yang disponsori oleh Pegadaian. Alhamdulillah, kita jadi salah satu dari total 5 pemenang utamanya yang berhadiah saldo e-wallet sebesar 1 juta rupiah. Cek pemenangnya di sini ya! 

Dokumentasi Kompasiana
Dok. Kompasiana
  


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

 

Romansa Gaji Pertama di Antara "Trisum" yang Menjadi Biangnya Bahagia!

Selama Kuliah Masih Lanjut On Air | @kaekaha
Selama Kuliah Masih Lanjut On Air | @kaekaha
 
Momen mendapatkan gaji pertama menjadi salah satu episode paling asyik dan menyenangkan dalam kronik perjalanan hidup saya, anak SMA yang awalnya hanya iseng, suka main-main ke stasiun Radio favorit, eh malah disuruh siaran dan cuap-cuapnya di udara, tiap akhir bulannya selalu dibayar!

Jujur, saat itu sebenarnya belum ada istilah kerja dan bekerja dalam kamus otak saya, apalagi bakal dapat gaji bulanan! Semuanya lebih kepada niat untuk seneng-seneng alias happy-happy aja, menyalurkan hobi musik dan bermusik saja! 

Kebetulan, stasiun radio favorit yang selalu menemani hari-hari saya, terutama malam-malam saya saat belajar sampai menjelang tidur, ternyata memang membutuhkan personil dengan kualifikasi (mix) pengetahuan, pemahaman dan skill bermusik yang ndilalah-nya kok yang plek ketiplek dengan profil saya.

Saya yang setiap hari memang selalu membayangkan serunya cuap-cuap dalam studio membahas seluk beluk dunia musik, tentu saja merasa tertantang! Beneran serasa mimpi saja, Alhamdulillah lamaran iseng saya diterima dan esoknya langsung "tancap gas" ditraining siang-malam menjadi penyiar sekaligus operator radio analog yang asyiknya memang nggak ketulungan!

img-0696-lg-jd-683729df34777c6c867f93d3.jpg
Duo Gondrong Sedang On Air | @kaekaha

Tapi tetap saja, ternyata super klimaks dari semuanya tetap euforia di akhir bulan. Terutama, saat sepulang sekolah tiba-tiba diminta Mbak Anne, senior sekaligus mentor saya saat itu untuk ke studio mengambil honor siaran, langsung ke bagian keuangan. Duuuuh rasanya itu lo! Alhamdulillah! 

Oiya, gaji (pertama) saya siaran saat itu, umumnya memang lebih familiar disebut sebagai honor ya bukan upah atau gaji. Nggak tahu juga apa asal muasalnya lebih familiar disebut sebagai honor, tapi yang jelas gaji atau honor saya saat itu perhitungannya dari total jam siaran dikalikan "tarif" siaran saya yang "koefisien" nilai angkanya biasa ditetapkan berdasar jam terbang.

    Biasanya, semakin tinggi jam terbang atau mungkin juga public figur yang sudah terkenal apalagi punya program acara di medida lain yang lebih terkenal, koefisien harga siaran per-jamnya pasti lebih mahal, bahkan bisa juga nego harga atau bahkan pakai sistem kontrak! 

Tapi situasi seperti itu jelas belum berlaku bagi saya yang saat itu masih tergolong unyu-unyu. Jangankan minta gaji, saat itu bakalan digaji saja saya nggak kepikiran! Sebabnya, diajak masuk studio saja senengnya nggak karu-karuan apalagi diajari seluk beluk siaran dan detail teknis operasional siaran radio. Maklum anak SMA yang lagi seneng-senengnya dengan dunia broadcasting he...he...he... 

Siaran dengan OS Radio yang Sudah Serba Digital, lebih Canggih dan Simpel, Mengisi Waktu Luang di Sela-sela Kesibukan Bekerja | @kaekaha!
Siaran dengan OS Radio yang Sudah Serba Digital, lebih Canggih dan Simpel, Mengisi Waktu Luang di Sela-sela Kesibukan Bekerja | @kaekaha!

Begitu tahu saya akan mendapatkan honor untuk sebulan pertama "main-main" di radio, pikiran saya hanya satu, yaitu memenuhi hasrat trisum saya! Apa itu trisum? Sebentuk metafora saya untuk jalinan tiga hal sederhana yang saat itu memang paling saya gandrungi alias saya sukai, yaitu makan bakso sepuasnya, membeli-membaca buku cerita dan melengkapi koleksi kaset album musik dari musisi-musisi kesukaan saya.

Begitu menerima amplop putih dengan logo radio yang tampak gagah dan berwibawa itu, saya langsung bergegas pulang ke rumah dan mengajak bapak, ibu dan adik saya untuk andok bakso di warung bakso kesohor, paling terkenal dan legend di kampung saya, Bakso Pak No yang sebenarnya juga langganan keluarga kami.

    Bedanya, bila biasanya setelah selesai makan, ibu yang membayar semua tagihan baksonya, maka sekarang sayalah yang membayar semua tagihannya!

Sedapnya Andok Bakso, Memupuk Kebersamaan Keluarga | @kaekaha!
Sedapnya Andok Bakso, Memupuk Kebersamaan Keluarga | @kaekaha!

Ternyata, bisa membuat bapak dan ibu tersenyum puas dan bahagia dengan hasil "main-main" eh kerja kita itu rasanya luar biasa nikmat lo mas bro! Ini yang saya baru tahu, hingga kelak membuat saya ketagihan dan terus berusaha untuk melakukannya semampu saya, tentu dengan obyek menu yang berganti-ganti di setiap akhir bulannya. Alhamdulillah!

Menyantap bakso memang menjadi salah satu kesukaan saya dan juga keluarga besar kami. Tidak heran jika tradisi andok alias makan bareng-bareng di warung bakso atau di warung apa saja, terutama di warung yang menjual makanan berkuah kaldu, bagi kami tidak hanya sekedar berburu rasa (nyaman dan kenyang) semata, tapi juga media untuk terus menjaga kebersamaan dan kekompakan.

Selain memuaskan hasrat hobi kulineran bakso, saya juga menuntaskan hasrat untuk membeli dan melengkapi "bukcer" alias buku-buku cerita kesukaan saya yaitu serial Lima Sekawan dan Lupus yang akhirnya bisa saya lengkapi semua edisinya dari hasil saya siaran di radio.

Bukcer Serial Lima Sekawan
Bukcer Serial Lima Sekawan "Menaklukkan Agen Rahasia" di Antara Koleksi Lima Sekawan dan Lupus | @kaekaha

Khusus di gaji pertama, saya beli bukcer Lupus yang berjudul "Tragedi Sinemata" dan Lima Sekawan untuk judul "Menaklukan Agen Rahasia" yang harganya saat itu receh banget sekitar 2000-an rupiah saja. Ada yang suka juga dengan keduanya?

Begitu juga dengan kaset-kaset album dari musisi-musisi kesukaan saya yang saat itu masih didominasi oleh genre musik rock dan metal berikut varian-variannya seperti hard rock, classic rock, glam rock, sweet rock, punk rock, pop rock, Psychedelic Rock hingga heavy metal, trash metal, black metal, grindcore akhirnya lahir grunge, techno rock, alternative rock, hip metal, brit pop dan lain-lainnya.

Jujur, selain memang sedang gandrung berat dengan genre musik-musik itu, tujuan saya melengkapi koleksi album kaset saya yang kelak akhirnya satu lemari penuh, juga sebagai bahan referensi untuk siaran. Karena itu juga, akhirnya koleksi album musik saya juga semakin melebar tidak hanya di genre rock dan metal saja, tapi juga merambah musik tradisional nusantara, jazz, blues hingga musik religi, bahkan musik melayu dan dangdut.

"Jabrik", Album Kedua EDANE di Antara Album The Beast dan Borneo | @kaekaha!



Untuk gaji pertama saya di 1994 itu, saya melengkapi koleksi album kaset saya juga dengan dua kaset sekaligus, yaitu album ke-2 dari salah satu band rock legendaris Indonesia, EDANE yang kebetulan memang baru saja rilis yaitu, Jabrik! Sedangkan satunya lagi album Innuendo, album studio ke 14 grup band legendaris dari Britania Raya, QUEEN yang rilis 3 tahun sebelumnya. 

Album ini terasa semakin istimewa bukan hanya karena saya dapatkan dari hasil gaji pertama saja, tapi karena album Innuendo ini merupakan album terakhir QUEEN yang dirilis semasa Freddie Mercury, sang vokalis sekaligus penulis sekaligus komposer sebagian besar lagu QUEEN masih hidup. Asyik!

Khusus untuk koleksi album kaset ini, ada kejadian unik yang sering terjadi hingga membuat saya tidak akan pernah melupakannya, yaitu ketika koleksi album kaset musik rock saya ternyata lebih lengkap dari koleksi radio tempat saya bekerja, hingga music director-nya malah sering meminjam koleksi saya.

He...he...he...

Jadi, trisum yang saat itu menjadi biang saya bahagia, sejatinya sebentuk investasi bagi masa depan saya yang saat itu, sebagian diantaranya sedang saya gambar untuk mengabadikannya dalam romansa gaji pertama, hasil iseng-iseng yang ternyata berhadiah! Alhamdulillah. (BDJ28525)

Semoga Bermanfaat


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 28 Mei 2025 22:21  (silakan klik disini untuk membaca) sebagai tulisan ke-2 dari total 7 tulisan yang diikutkan dalam lomba menulis "Marathon Competition" dengan tema "Cerita Cuan Dapat Cuan" di Kompasiana yang disponsori oleh Pegadaian. Alhamdulillah, kita jadi salah satu dari total 5 pemenang utamanya yang berhadiah saldo e wallet sebesar 1 juta rupiah. Cek pemenangnya di sini ya!
 
 
Dok. Kompasiana



Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




Mak, Kenapa Mantanku Tidak Secantik Dulu Ya?

Mantanku | islamramah.co


Udara pagi bulan Juni yang lebih dingin dari biasanya menjadikan suasana pagi khas dataran rendah Kota Banjarmasin yang biasanya terasa hangat, kali ini jauh lebih mbediding. Nggak biasanya, Julak Amin yang biasanya telanjang dada setiap menarik gerobak sampah melalui jalan depan rumah, sekarang malah terlihat memakai jaket.

Tapi lamunanku soal musim mbediding segera ambyar setelah Mamak datang menghampiriku di kursi teras depan dengan secangkir kopi nashitel alias kopi panas, pahit dan kentel, sepaket sama sepiring gaguduh  pisang goreng, dua "menu" sarapan terbaikku kalau lagi pulang kampung ke Kota 1000 Sungai di tengah-tengah udara pagi yang mbediding.

Nah, seperti biasanya, mamak selalu membuat gaguduh pisang goreng dari bahan pisang menurun  alias pisang kepok yang masih mangkal atau masih setengah matang, hasil kebun di sebelah rumah yang kamarian ditebang Abah karena banyak yang dimakan tupai.

"Mat, kenapa melamun terus? Kesambet baru tahu rasa!" suara Mamak sesaat setelah meletakkan cangkir dan piring yang dibawanya ke meja didepanku.

Aku nyengir. "Enggak, Mak. Lagi mikirin kok tumbenan ya udara pagi dingin begini!"

"Ah karamput lalu! Lhah udara dingin kok dipikir, ya biar saja, dinikmati saja! Ini anugerah dari Allah SWT nang!" Balas Mamak, sambil duduk di kursi rotan di sampingku, dilanjut menyodorkan pisang goreng dalam piring bau harumnya sangat menggoda.

"He...he...he...Iya Mak!kataku sambil menggigit pisang. 

"Tadi, sepulang dari subuhan di masjid, Rahmat melihat Rina, Mak!" 

Mamak mengernyitkan dahi. "Rina yang mana? Mantanmu calon dokter gigi yang dulu sering main ke sini?"

Aku mengangguk. Rina! Nama itu masih terasa aneh di lidahku. Kami putus sekitar 15 tahun silam. Waktu itu, rasanya duniaku sudah selesai, karena bagiku langit sudah runtuh saat itu. Sudah jatuh tertimpa tangga pula!

Bagaimana tidak, gara-gara aku gagal masuk kedokteran umum karena ternyata menyandang kelainan buta warna, Rina! Satu-satunya definisi sempurna bagiku saat itu, bukannya mendukungku, menghiburku, tapi malah mengikuti saran keluarganya agar meninggalkanku. 

Konon, menurutnya sih alasan orang tuanya logis! Sangat beresiko memang kalau harus memaksakan menikah dengan penyandang buta warna. Kasihan nasib anak-anaknya nanti, karena kelainan buta warna yang terpaut sex bisa menurun kepada anak cucu.

"Terus kenapa?" tanya Mamak, memandangi ekspresiku.

"Aneh Mak," ujarku pelan. 

"Aku tadi lihat dia di lapak sayur dekat masjid. Sepertinya dia lagi belanja sama suaminya. Tapi... kok dia enggak secantik dulu ya, Mak?"

Mamak tertawa. Bukan mengejek sih, tapi tawa yang hangat dan penuh pengertian. "Memangnya kenapa kalau dia enggak secantik dulu? Kau masih cemburu"

"Ah mamak ni! Aneh aja Mak! Dulu kan dia cantik banget, seksi banget! Rasanya kayak, waaaaaah, ya gitulah!" Aku menyandarkan punggung ke kursi, bingung memilih diksi yang pas untuk mendiskripsikan yang ada di benakku.

"Apa dia tidak bahagia ya Mak dengan pilihan orang tuanya?" Memang, tadi aku sempat terpaku melihat Rina. Badannya jauh lebih gemuk kalau menyebut gendut serasa kurang pantas. Wajahnya yang juga lebih berisi, memperlihatkan kantung mata tipis yang tetap terlihat meskipun sekilas dilihat saja. 

Dia tampak sibuk memilih sayuran, sambil sesekali melirik suaminya yang menggendong anak balita. Keberadaan suaminya juga membuatku terkejut. Selain jauh lebih tua, kok ya juga bukan anak pak kades kampung sebelah yang dulu dijodohkan dengannya? Apa dia juga baru saja punya anak?

Mamak mengambil sepotong pisang goreng lagi. "Gini nang. Cantik itu bukan cuma soal rupa. Apalagi kalau sudah berumah tangga, menjadi seorang ibu yang punya anak. Perjuangan seorang ibu, seorang istri, itu jauh lebih berat dari sekadar menjaga penampilan."

"Maksudnya Mamak?Tanyaku penasaran.

"Dulu, waktu masih jadi pacarmu, Rina kan masih gadis. Bebannya belum sebanyak sekarang. Dia mungkin punya banyak waktu buat merawat diri, dandan, segala macam. Sekarang, dia harus mengurus rumah, suami, apalagi anak kecil," jelas Mamak lembut. 

"Coba bayangkan, dia mungkin kurang tidur karena begadang mengurus bayinya. Mungkin dia sibuk masak, bersih-bersih, mengurus kebutuhan suaminya. Tenaganya habis untuk itu semua." Mamak melanjutkan penjelasannya.

Aku terdiam, mencoba memahami penjelasan mamak. Ada benarnya juga. Dulu, yang kulihat dari Rina hanyalah kecantikan fisiknya. Aku tidak pernah membayangkan sisi perjuangannya sebagai seorang istri dan ibu setelah melahirkan, menyusui dan tetek bengek yang lainnya!

"Tapi, apa ya harus begitu mak? Baru punya anak satu kok sudah nggak terawat gitu?" Aku mencoba mengurai isi kepalaku.

"Ya kadak jua pang! Lagipula...," lanjut Emak sambil menepuk pundakku.

"Cantik itu kan relatif. Matamu dulu melihat dia cantik karena kamu sayang, kamu cinta. Lha Sekarang, kamu melihat dia beda, mungkin karena hatimu sudah tidak ada di sana. Dan dia juga sudah punya kebahagiaannya sendiri, bahagia versinya sendiri atau jangan-jangan kebencian di hatimu yang menjadikan Rina tidak secantik dulu di matamu!?" Mamak melanjutkan lagi penjelasannya.

"Mamak yakin, di mata Rina Ikam  ni juga tidak seganteng dulu! Sudah tua!" Lanjut mamak lagi sambil mencibirkan bibirnya sambil tersenyum mahuluti.

"Ah Mamaaak, ya enggaklah! Aku sudah ikhlas kok" Sambil tersipu aku mengelak.

"Nah pucuk dicinta ulam pu tiba! Tuh..." Dengan dagunya mamak menunjuk sesuatu ke arah jalan.

Ternyata, tidak seberapa lama dari obrolan saya dengan mamak, tiba-tiba Rina sama suaminya yang menggendong si kecil sambil menenteng sayur-sayuran lewat di jalan depan rumah dan yang sama sekali tidak terduga, entah karena melihatku yang sedang mudik atau karena kepingin bersilaturahmi dengan mamak, Rina mengajak suaminya mampir, menghampiri kami yang sedang duduk-duduk santai di teras.  

Masha Allah, aku akhirnya melihat kembali senyum manisnya yang tulus dan masih semanis dulu saat berbicara dengan mamak dan cara dia mengusap-usap kepala anak balitanya yang sepertinya tertidur dalam gendongan suaminya menunjukkan kasih sayang yang melimpah. Bujur banar kata mamak, Rina memang masih memancarkan kecantikannya.

"Jadi, dia tetap cantik ya mak?" tanyaku, agak malu setelah Rina dan suaminya pamit dan berlalu.

Mamak tersenyum. "Cantik itu terpancar dari hati, Nang! Kalau hatinya bahagia, kalau dia bisa menjalankan perannya dengan baik, itu jauh lebih indah dari sekadar wajah tanpa cela. Kecantikan yang sejati itu bertahan lama, tidak seperti yang cuma di luar dan suaminya pasti tahu itu!"

Aku mengangguk pelan. Tiba-tiba, rasa sesak yang tadi kurasakan berganti dengan kelegaan. Mamak benar. Aku selama ini terjebak pada definisi kecantikan yang dangkal dan sepihak. Rina memang tidak secantik dulu di mataku, tapi itu karena aku melihatnya dari sudut pandang yang salah.

"Mak," kataku, memandang Mamak. "Mamak juga cantik kok!"

Mamak tertawa lagi, kali ini lebih lepas. "Dasar, ada maunya! Ada-ada saja kamu. Sudah, habiskan pisang gorengmu. Nanti keburu dingin."

Aku tersenyum. Sore itu, aku tidak hanya menikmati gaguduh pisang goreng buatan Mamak yang enaknya dasar endul saja, tapi juga pelajaran berharga tentang makna kecantikan yang sesungguhnya. Dan aku yakin, Rina dengan segala perjuangannya, jauh lebih cantik di mata suaminya dan anaknya daripada di mataku. (BDJ22625)


Glosarium :

Bujur banar : Bener banget
Julak  : Pakde, kakaknya bapak/ibu
Gaguduh : gorengan
Kamarian : sore
kadak jua pang  : tidak juga sih
Karamput lalu : Bohong banget
mahuluti : Mengejek
Mamak : Ibu
Nanang/Nang : Panggilan untuk anak laki-laki 


Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 22 Juni 2025   20:47  (silakan klik disini untuk membaca)

Semoga Menghibur ya!


Salam matan Kota 1000 Sungai, 

Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN