![]() |
| (Replika) Bangunan SD Muhamadiyah Gantong, Pusat Cerita Novel dan Film Laskar Pelangi | @kaekaha! |
Kisah Menggugah Dari Belitung
Cerita Laskar Pelangi berawal dari sebuah bangunan sekolah yang reyot dan hampir ambruk hingga salah satu sisi dinding kayunya harus ditopang batang-batang kayu log, di mana atapnya yang bocor, ruang kelas yang pengap dan lembab, juga bangku-bangku tua di dalamnya yang tidak utuh lagi juga mengabarkan buku-buku pelajaran yang tak terbeli layaknya barang mewah!
Tapi siapa sangka, dari bangunan dan juga fasilitas sekolah yang jauh dari kata layak dibawah ampuan dua guru bijak dan bersahaja, Pak Arfan dan Bu Mus kelak melahirkan sekelompok anak-anak hebat yang terus berjuang mati-matian untuk tetap belajar, tetap berkreasi dalam keterbatasan dan terus berusaha bermimpi besar meski dunia serasa tidak berpihak kepada mereka!
Itulah sinopsis Laskar Pelangi, novel fenomenal yang disebut-sebut sebagai novel terbaik Indonesia sepanjang masa, karya autobiografi Andrea Hirata yang rilis pada 2005 yang "pesannya" semakin tampak kuat setelah visualisasi yang begitu sempurna untuk membawa kita tertawa, menangis dan merenung bersama-sama melalui versi filmnya yang tak kalah bagus dan fenomenal rilis juga pada 2008.
Siapa sangka, kisah inspiratif Laskar Pelangi yang berlatar era 70-an itu masih sangat aktual diputar, dinikmati dan diserap spiritnya yang ternyata sangat relevan dengan gerakan nasional "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" dan juga "ekosistem" sekolah ramah untuk semua yang digulirkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang memungkinkan setiap siswa tanpa terkecuali merasa aman, dihargai dan punya kesempatan yang sama meraih bintang.
Cerita Laskar Pelangi berawal dari sebuah bangunan sekolah yang reyot dan hampir ambruk hingga salah satu sisi dinding kayunya harus ditopang batang-batang kayu log, di mana atapnya yang bocor, ruang kelas yang pengap dan lembab, juga bangku-bangku tua di dalamnya yang tidak utuh lagi juga mengabarkan buku-buku pelajaran yang tak terbeli layaknya barang mewah!
Tapi siapa sangka, dari bangunan dan juga fasilitas sekolah yang jauh dari kata layak dibawah ampuan dua guru bijak dan bersahaja, Pak Arfan dan Bu Mus kelak melahirkan sekelompok anak-anak hebat yang terus berjuang mati-matian untuk tetap belajar, tetap berkreasi dalam keterbatasan dan terus berusaha bermimpi besar meski dunia serasa tidak berpihak kepada mereka!
Itulah sinopsis Laskar Pelangi, novel fenomenal yang disebut-sebut sebagai novel terbaik Indonesia sepanjang masa, karya autobiografi Andrea Hirata yang rilis pada 2005 yang "pesannya" semakin tampak kuat setelah visualisasi yang begitu sempurna untuk membawa kita tertawa, menangis dan merenung bersama-sama melalui versi filmnya yang tak kalah bagus dan fenomenal rilis juga pada 2008.
Siapa sangka, kisah inspiratif Laskar Pelangi yang berlatar era 70-an itu masih sangat aktual diputar, dinikmati dan diserap spiritnya yang ternyata sangat relevan dengan gerakan nasional "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" dan juga "ekosistem" sekolah ramah untuk semua yang digulirkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang memungkinkan setiap siswa tanpa terkecuali merasa aman, dihargai dan punya kesempatan yang sama meraih bintang.
![]() |
| Koleksi Poster Foto Lintang dengan Sepedanya di Salah Satu Ruang Khusus
Lintang di Museum Kata Andrea Hirata di Belitung | @kaekaha! |
Laskar Pelangi Cermin Teraktual!
Gerakan "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat", yaitu bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat dan tidur cepat merupakan gaya hidup, kebiasaan sederhana tapi powerfull yang diharapkan mampu menanamkan disiplin diri, empati sosial, dan tanggung jawab, diluncurkan Kemendikdasmen di akhir 2024 sebagai aktualisasi Asta Cita Presiden Prabowo, membentuk generasi emas 2045 yang sehat, cerdas, dan berkarakter.
Bagi yang telah khatam membaca novel Laskar Pelangi, apalagi ditambah dengan menonton filmnya, tentu mafhum kalau detail menu cerita dalam kisah Laskar Pelangi selayaknya cermin sempurna untuk menerjemahkan, menggambarkan "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" dalam kehidupan sehari-hari.
Masih ingat dengan sosok Lintang si-anak pantai yang juga dikenal sebagai anak paling pintar dan berwawasan paling luas di antara teman-teman laskar pelanginya? Rumahnya yang berjarak belasan kilometer dari SD Muhammadiyah Gantong, mengharuskannya mengayuh sepeda agar bisa belajar di sekolah setiap harinya.
Untuk itu, setiap harinya dia harus tidur cepat agar keesokan paginya bisa bangun pagi dan tidak terlambat berangkat ke sekolah, apalagi dia sejak kecil sudah dididik orangtuanya selayaknya masyarakat melayu lainnya yang dikenal sebagai muslim yang taat beribadah yang biasa memulai pagi dengan ibadah salat Subuh.
Baca Juga Yuk! "Tadabbur Literasi" di Museum Kata Negeri Laskar Pelangi, Ini Ceritaku Bertemu Ikal di Belitung
Mengayuh sepeda belasan kilometer setiap hari bagi anak sekecil Lintang, jelas jauh lebih dari cukup kalau sekedar dianggap sebagai aktifitas olahraga, begitu juga kebiasaan keluarga nelayan pada umumnya yang terbiasa makan ikan segar hasil tangkapan sebagai menu makan sehari-hari yang sehat tapi tetap terjangkau .
Kepintarannya yang kelak juga dieksplorasi pada lomba cerdas cermat antar sekolah yang menjadikan nama SD Muhammadiyah Gantong semakin harum, jelas buah dari kegemarannya belajar dan bergaul dengan siapa saja, termasuk membaca buku, koran, majalah atau apa saja meskipun kemiskinan menyebabkan mereka hidup tanpa listrik sekalipun.
Tentu, "cermin" dari aktualisasi "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" dalam kisah Laskar Pelangi ini tidak berhenti pada sosok Lintang semata, tapi hampir semua karakter tokohnya! Masih ingat dengan perkataan Bu Mus "Kita harus pintar, tapi jangan sombong"!? Ini jelas memberi pesan agar anak-anak didiknya "gemar belajar" dan tetap "bermasyarakat".
Pembiasaan "7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat" selayaknya Lintang dan anak-anak Laskar Pelangi lainnya tentu tidak tiba-tiba! Tapi melalui pendekatan proses yang bisa dimulai sesegera mungkin atau sejak dini yang secara perlahan akan membentuk mental disiplin, bertanggung jawab dan juga kasih sayang.
Di sini dibutuhkan peran aktif orang tua agar proses bisa berjalan secara konsisten, sehingga anak-anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta dan kasih sayang yang membawa sehatnya jasmani dan rohani, serta kepekaan terhadap sesama, bekal penting untuk menumbuhkan kepribadian yang kuat, beriman, bertakwa, dan peduli terhadap lingkungan sosial, fondasi utama menuju Sekolah yang Ramah untuk Semua, lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menggembirakan bagi seluruh anak.
![]() |
| Koleksi Poster Foto Ikal Saat Kehilangan Lintang di Salah Satu Ruang
Khusus Ikal di Museum Kata Andrea Hirata di Belitung | @kaekaha! |
Laskar Pelangi Blueprint Masa Depan SRS
Definisi Sekolah Ramah untuk Semua (SRS) menurut Permendikbudristek No. 46 Tahun 2023 adalah "Lingkungan belajar yang aman, sehat, inklusif, ramah gender, dan bebas dari kekerasan, diskriminasi, serta perundungan" dan kisah nyata Laskar Pelangi yang diceritakan Andrea Hirata, bukan sekadar novel best seller semata, tapi cermin hidup pendidikan inklusif, Sekolah Ramah untuk Semua di tengah keterbatasan ekstrem.
Hari ini, ketika Indonesia menggaungkan Sekolah Ramah untuk Semua (SRS), spirit Laskar Pelangi terbukti mempunyai relevansi yang kuat, pendidikan yang ramah untuk semua bukan soal fasilitas mewah, tapi soal hati yang terbuka untuk semua anak, tanpa terkecuali.
Konsep Sekolah Ramah untuk Semua (SRS) merupakan perluasan visi inklusi pendidikan nasional yang mencakup tidak hanya anak-anak, tapi juga remaja, guru, staf, dan komunitas sekolah secara keseluruhan.
Berbeda dengan Sekolah Ramah Anak (SRA) yang lebih fokus pada anak usia dini dan dasar, SRS menekankan lingkungan belajar yang aman, adil, dan mendukung bagi semua pihak, termasuk siswa berkebutuhan khusus, etnis minoritas, anak dari keluarga miskin, hingga guru yang rentan burnout.
Prinsip dasarnya adalah nondiskriminasi, aksesibilitas universal, partisipasi aktif, dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan, baik fisik, verbal, maupun struktural dan SD Muhammadiyah Gantong dalam kisah Laskar Pelangi merupakan prototipe sekolah ramah untuk semua, jauh sebelum istilah itu lahir!
Laskar Pelangi mengingatkan bahwa sekolah ramah untuk semua lahir dari empati, bukan dari aturan kaku. Sekolah harus menjadi pelangi bagi setiap individu, tak peduli latar belakangnya!
Ketika A Kiong yang notabene berbeda etnis dan agama diterima menjadi murid SD Muhammadiyah Gantong dan bisa berteman dan bersahabat dengan Ikal dan lain-lainnya, di sini kita melihat dengan jelas inklusi sosial dipraktikkan dengan baik di sekolah ini. Memang sih semua tidak lepas dari didikan Bu Mus yang menyebut "Bedanya (A Kiong) membuat kita istimewa, bukan lemah."
Bayangkan jika MPLS 2025 mengintegrasikan 7 Kebiasaan dengan screening Laskar Pelangi. Siswa baru, guru, juga orang tua akan terinspirasi untuk membangun budaya saling menghormati. SRS bukan soal anggaran besar, tapi komitmen kolektif untuk mewujudkan kurikulum yang relevan budaya lokal, kebijakan anti-bullying yang tegas dan konsepsi ramah untuk semua lainnya.
Mewujudkan pelangi di setiap kelas Laskar Pelangi bukan sekedar nostalgia, tapi panggilan aksi! Dengan mengintegrasikan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, kita bisa ciptakan sekolah ramah untuk semua yang tak hanya ajar baca-tulis semata, tapi membangun karakter hebat dan komunitas yang solid. (11125)
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
![]() |
| Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com pada tanggal 1 November 2025 23:57 Klik di sini untuk baca dan diikutsertakan dalam lomba Blog competition bertema "Sekolah Ramah untuk Semua: Lingkungan Aman, Nyaman, dan Menggembirakan" yang diselenggarakan oleh Kompasiana bersama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI.
Alhamdulilah artikelnya berhasil meraih juara ke 2 dengan hadiah uang yunai sebesar Rp.1,7 juta.cek pengumuman pemenangnya di sini.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar