Jumat, 22 Juli 2022

Bulik Kampung ke Pedalaman Hulu Sungai Barito, "Bisnis" Tetap Jalan dengan BRImo di Tangan

 

Siap Bulik Kampung sambil Berpetualang | @kaekaha

Jujur, sebenarnya saya kesulitan untuk membedakan perjalanan dari Banjarmasin (Kalsel) ke Muara Teweh, (Barito Selatan-Kalteng) melalui jalur Sungai Barito ini, berpetualang atau bulik kampung (mudik ; bahasa Banjar) ?

Bagaimana tidak, bulik kampung  menggunakan armada bus air berbahan kayu ulin legendaris dan satu-satunya yang masih tersisa di jalur  tradisional Sungai Barito ini "aroma" petualangannya jauh lebih terasa daripada sekedar perjalanan menuju kampung halaman pada umumnya.

Berlayar melawan arus menuju kawasan hulu Sungai Barito selama dua hari penuh dengan KM. Pancar Mas II yang penampakan arsitekturnya juga terlihat unik, seperti layaknya mengikuti program acara discovery channel atau sejenisnya tapi secara live.  Naaah seru kan!?

Aktifitas Transportasi di Sungai Barito | @kaekaha

Sebagai informasi, untuk berbagai keperluan dan kepentingan, saya sebenarnya lebih sering memanfaatkan moda transportasi bus darat atau otobus untuk perjalanan Banjarmasin-Muara Teweh ini. Selain lebih cepat, hanya memerlukan waktu tempuh paling lama sekitar 15 jam, sejujurnya saya ada trauma dengan perjalanan menggunakan transportasi air.

Bersyukurnya, narasi cantik dari sepupu istri yang mengajak saya jalan-jalan ke Muara Teweh, berhasil meyakinkan saya bahwa perjalanan dengan kapal kayu legendaris menuju hulu Sungai Barito ini merupakan petualangan terbaik di Kalimantan, hingga saya lupa dengan aquaphobia dan akhirnya yakin berlayar menemaninya bulik kampung menuju Muara Teweh. 

Kami memulai petualangan dari Dermaga Banjar Raya, tempat tambat KM. Pancar Mas II yang lokasinya masih di seputaran Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas, tepat di tepian Sungai Barito salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Indonesia yang sekilas memang lebih terlihat seperti laut daripada sungai.

Selama dua hari dua malam, kita tidak hanya melihat, tapi juga merasakan secara langsung kearifan budaya sungai khas Urang Banjar "bekerja" mewarnai beragam kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang hingga menjadi pattern kehidupan sosial masyarakatnya secara umum.

Ini yang ngangeni! Dan jelas akan menjadi pengalaman tak terlupakan bagi saya dan siapapun yang ikut dalam perjalanan luar biasa ini!

Kapal Pancar Mas II | @kaekaha


Tidak hanya view alam di luar kapal saja yang menggoda, sajian miniatur Indonesia pada proses interaksi "keluarga baru" yang layaknya gado-gado ini merupakan salah satu fragmentasi kehidupan khas nusantara terbaik yang pernah saya lihat secara langsung dengan mata kepala saya sendiri, sebagai cerminan bhinneka tunggal ika.

Meskipun didominasi oleh Urang Banjar, setidaknya jika dilihat dari bahasa dan dialek yang digunakan, ternyata di dalam kapal juga banyak berisi perantau dari Pulau Jawa dan Sumatera yang sebagian besar hendak menuju ke stockpile atau juga camp tambang Batubara yang ada di kawasan pedalaman hulu Sungai Barito yang kebetulan, memang lebih mudah di jangkau melalui jalur sungai.

Selain itu, ini yang menurut saya luar biasa! Di dalam kapal ternyata juga banyak masyarakat suku Dayak dan uniknya, ternyata mereka banyak berasal dari sub-suku Dayak yang berbeda-beda, sehingga secara budaya mereka juga relatif berbeda.

Dari obrolan saya dengan beberapa teman Suku Dayak yang berbeda di beberapa kesempatan, menurut mereka perbedaan diantara sub-suku Dayak yang paling mudah terlihat adalah dari bahasanya.

Uniknya, perbedaan bahasa ibu diantara sub-suku  Dayak ini menyebabkan mereka tidak bisa saling berkomunikasi, maka jalan tengahnya, mereka menggunakan bahasa Banjar sebagai bahasa komunikasi diantara mereka. Jadi menurut mereka, bahasa Banjar merupakan bahasa pergaulan sekaligus bahasa persatuan semua sub-suku Dayak di sepanjang DAS Barito. Ini yang saya baru tahu!


Ada beberapa cerita menarik terkait interaksi saya dengan beberapa penumpang dalam perjalanan bulik kampung dengan kapal kayu yang di sepanjang perjalanan lebih banyak melewati kawasan hutan dari pada pemukiman warga ini. Karenanya, tidak heran jika komunikasi seluler menjadi salah satu "barang mewah" dalam perjalanan ini.

Luarbiasnya, kru kapal sudah hafal di titik-titik mana saja sinyal seluler akan muncul berikut kualitas dari masing-masing operatornya. Uniknya, di masing-masing titik itu sinyal terkuatnya sering muncul dari operator yang berbeda-beda.

Pada saat makan malam di kantin, tiba-tiba Mang Udin juragan pakaian yang baru saja pulang dari belanja pakaian di Pasar Sudimampir, Banjarmasin untuk dijual lagi di Pasar Kota Buntok, Kab. Barito Selatan mendatangi saya dan beliau minta tolong saya untuk dibelikan pulsa listrik untuk tokonya yang menurut anak buahnya mesin meterannya sudah berbunyi. Padahal kalau menunggu kedatangan sidin (beliau;bahasa Banjar) tentu masih 2 hari lagi baru sampai.  

Siang tadi, waktu sama-sama menunggu penuhnya penumpang kapal di dermaga Banjar Raya, kebetulan beliau melihat saya membelikan pulsa HP sepupu yang mengajak saya bulik kampung  ke Muara Teweh melalui aplikasi digital BRImo. Dari situlah akhirnya kami mengobrol banyak hal mengenai "kesaktian" aplikasi BRImo yang sangat aktual, mudah, cepat dan tentunya tetap aman.

Sambil menikmati Soto Banjar varian ayam bapukah kesukaan saya, saya langsung coba buka smartphone saya. Sayang dari dua smartphone  saya yang berisi 4 nomor dari 4 operator berbeda, ternyata tidak satupun yang bersinyal, sehingga saya tidak bisa membuka aplikasi BRImo sama sekali

Aplikasi BRImo

Melihat saya yang kebingungan, tiba-tiba acil (bibi;bahasa Banjar) penjaga kantin mengatakan kalau kira-kira dua jam lagi atau sekitar jam 9 malam, baru ketemu dengan sinyal milik operator Sxxxxxx dan benar saja, sekitar pukul 21.30 WITA tiba-tiba beberapa notifikasi dari beberapa aplikasi dalam smartphone saya masuk yang ditandai dengan bunyinya yang berdering beberapa kali.

Tanpa membuang-buang waktu, saya langung membuka aplikasi BRImo untuk bertransaksi token listrik PLN toko Mang Udin. Beruntung, meskipun sinyal tidak penuh tapi transaksi token listrik via BRImo berjalan sukses dan notifikasi bukti transaksi langsung saya kirim ke Mang Udin yang langsung meneruskannya ke anak buahnya di Toko di Kota Buntok.

Alhamdulillah, dengan aplikasi BRImo, "bisnis akhirat" saya yang awalnya hanya bermaksud menolong Mang Udin berakhir sukses dan di luar dugaan saya, ternyata bisnis lain telah menunggu saya setelah ini. Apa itu?

Ternyata semua ongkos makan saya dan sepupu untuk malam ini tanpa sepengetahuan saya sudah dibayar sama Mang Udin.  Padahal, sebelum menemukan sinyal untuk transaksi token listrik tadi,  sidin sudah membayar semua biayanya secara cash berikut ongkos transaksinya, bahkan untuk yang terakhir sidin memberi saya nominal berlipat-lipat. Alhamdulillah! Mungkin ini yang namanya rejeki anak sholeh ya...he...he...he...

Tidak hanya itu, ternyata berita dari mulut ke mulut terkait "kesaktian" aplikasi BRImo di smartphone saya yang dimulai dari Mang Udin dan keluarganya, langsung menyebar kepada sebagian besar penumpang dan juga awak kapal. Dari sinilah, "bisnis akhirat" saya dengan Mang Udin yang sebenarnya sama sekali tidak disengaja, akhirnya berbuntut panjang dan ber-efek domino yang luar biasa, menjadi bisnis yang sebenarnya.

Bagaimana tidak, sejak "kesaktian" BRImo menyebar, sepupu saya sampai harus membuat rekapan semua orderan penumpang yang berderet-deret menunggu antrian, karena manunggu pergerakan kapal sampai menemukan sinyal seluler dari salah satu operator yang ada dalam smartphone saya.

Aplikasi BRImo

 

Memang tidak semua orderan yang masuk rekapan berhubungan dengan pembayaran atau pembelian yang menggunakan uang, meskipun tidak banyak  ada saja yang minta dilihatkan nominal tagihan PDAM, PLN, TELKOM, ada juga yang minta tolong dilihatkan tanggal jatuh tempo cicilan di salah satu finance yang terdaftar dalam BRImo.

Selebihnya, orderan terbanyak memang transaksi pulsa dan paket data internet. Jujur, karena saya memang sama sekali tidak bermaksud "membisniskan" kesaktian BRImo ini, maka saya hanya meminta kepada yang order untuk membayar sebatas angka yang tertera pada bukti transaksi digital yang selalu keluar setelah transaksi berhasil dan bisa langsung di share kepada siapa saja yang berkepentingan.

    Tapi inilah hebatnya orang Indonesia! Di abad 20 ini, tradisi berterima kasih dengan segala manifestasinya masih menjadi kebutuhan sebagian besar individu dalam upayanya menjaga dan memperbaiki setiap hubungan dengan sesama atau yang dalam Islam biasa disebut sebagai Hablumminannas.

Dalam perjalanan 2 hari 2 malam tersebut, seiring dengan "keintiman" komunikasi diantara penumpang yang semakin rapat, dimana kami semua seperti layaknya sebuah keluarga yang baru bertemu setelah sekian lama terpisah, menjadikan kita semua semakin open untuk bertukar fikiran dan juga informasi.

Ternyata oh ternyata, "kesaktian" BRImo menjadi salah satu topik yang menyita perhatian mereka lho! Sebagian besar mereka mengaku baru sekali ini bertransaksi online di atas kapal yang berjalan pula.

QR Code | @kaekaha

Dan yang mengejutkan saya, ada juga beberapa diantara mereka yang bertanya tentang "keamanan" bertransaksi uang di agen-agen BRILink yang ada di kampung mereka. Mereka mengaku masih ragu dengan keamanannya.

Sebenarnya ini masalah sensitif, jadi saya jawab sesuai dengan kapasitas saya yang sebatas nasabah BRI pemakai aplikasi BRImo titik. "Bapak/ibu, sebenarnya ada yang lebih berkompeten untuk menjawab pertanyaan ini, yaitu petugas BRI. Tapi sepengetahuan saya sejauh ini, beberapa kali transaksi saya di agen BRILink dekat rumah untuk berbagai kepentingan, aman-aman saja!"

Itulah kisah singkat perjalanan saya bulik kampung ke Muara Teweh, ibu kota Kabupaten Barito Utara. Ini merupakan perjalanan yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Selain karena banyaknya fragmentasi menakjubkan disepanjang perjalanan, keberhasilan dan keberanian saya nekat menaklukkan aquaphobia yang seumur hidup mengganggu saya, merupakan pencapaian luar biasa yang patut saya rayakan.  

Dan saya memilih merayakannya dengan bersedekah di masjid komplek tempat saya tinggal dengan cara transaksi digital menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) alias pembayaran menggunakan metode QR Code di aplikasi BRImo, sekembali saya di Banjarmasin dengan selamat.

Caranya mudah kok! Tinggal buka aplikasi BRImo, pencet fitur QRIS setelah itu scan QR Code milik masjid, kemudian masukkan nominal sedekahnya, beres! Mudah, cepat dan tentunya aman!

 
Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!




Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 27 Mei 2022  jam  23:18 WIB (klik disini untuk membaca) dan terpilih menjadi "pemenang ke-3 " dalam lomba blog kompasiana + BRI dengan tema "pengalaman seru perjalanan mudik" dengan hadiah uang sebesar 4 juta rupiah. Alhamdulillah...

Dok. Kompasiana



Dok. Kompasiana


Klik disini untuk menuju ke link pengumuman pemenang!








Tidak ada komentar:

Posting Komentar