Selasa, 17 Juni 2025

Misteri Ungkapan Kata "Seger" Khas Jawa-Timuran, Saat Bertemu Kuliner Kesukaan!

Tahu Campur Lamongan | @kaekaha

 

"Sueger iki rek!"

Pernahkah anda mendengar ungkapan seger atau suueger (menurut pelafalan aslinya), dengan berbagai variasi kata pembentuk frasanya dari orang-orang disekitar anda saat mereka melihat, mencium atau mungkin sedang menyantap hidangan tertentu?

Isteri saya yang asli Galuh Banjar alias gadis Banjar yang lebih dari 2 dekade menemani saya, sering kali menanyakan arti, makna ataupun maksud dari ungkapan ini ketika saya secara spontan dan pastinya tanpa retorika mengucapkannya saat bertemu makanan-makanan tertentu kesukaan saya.

Umumnya, ungkapan singkat yang begitu khas ini diucapkan oleh masyarakat Jawa, khususnya lagi masyarakat berdialek Jawa-timuran secara spontan dan tanpa retorika (sepertinya juga tanpa sadar Lo!), terutama ketika menemukan kuliner kesukaan yang memanjakan indra, terutama indra penglihatan, penciuman dan perasa.

Karena saya lahir dan besar ber-home base di Jawa Timur, wajar dong seringkali ungkapan kata suueger ini akan spontan keluar ketika saya bertemu dengan beragam kuliner khas Jawa-timuran, terlebih lagi ketemunya di perantauan!

Terutama kuliner-kuliner berkuah kaldu kesukaan saya, seperti bakso, mie ayam, aneka sop, rawon, aneka soto, tahu campur, sate-gule, lontong kikil, lontong Kupang, lontong balap dan lainnya, meskioun sebenarnya saya menyukai beberapa kuliner non kuah kaldu, asalkan citarasanya autentik Jawa-timurnya, yaitu asin-pedes, semisal rujak cingur, bebek goreng, lodeh jangan lombok, jangan asem, trancam, pecel, sampai beragam olahan tepo atau lontong khas dari seputaran ex-karesidenan Madiun Raya.

Bahkan dalam perkembangannya, setelah dua dekade lebih juga saya menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! Ungkapan "suueger" juga terucap kepada kuliner khas Banjar kesukaan saya seperti, Soto Banjar, Katupat Kandangan, Katupat Batumis, lontong tampusing dan beberapa lainnya.

Memang lebih dari sekadar kata sifat yang berarti "segar" dalam bahasa Indonesia semata, ungkapan kata "seger" yang berasal dari kosakata bahasa Jawa yang kita bahas disini, memang memiliki makna dan kedalaman rasa yang unik dan khas bagi orang Jawa, (sekali lagi!) khususnya lagi masyarakat berdialek Jawa-timuran bahkan seringkali menjadi sebuah misteri yang menarik untuk dibahas.

Lantas, apa sebenarnya yang membuat kata "seger" ini begitu istimewa dan seringkali tak tergantikan dalam kamus kulineran ala orang Jawa (-timuran) ini?

Mie Ayam | @kaekaha

 

Lebih dari Sekadar Kesegaran Fisik

Secara harfiah, ungkapan  kata "seger" disini memang merujuk pada makna kosakata dalam bahasa Indonesia, "segar" yaitu kondisi fisik yang segar, seperti buah yang baru dipetik atau minuman dingin di tengah terik matahari. 

Namun, saat diucapkan dalam konteks ini, makna "seger" disini melampaui definisi fisik tersebut. Kata ini menjelma menjadi ekspresi kepuasan indrawi yang begitu holistik.

Ketika saya atau siapapun mengatakan "suueger" setelah menyeruput kuah bakso panas dengan citarasa asin pedas, menikmati rujak manis pedas yang bikin berkeringat atau bahkan sesederhana meneguk es teh manis di siang hari, sejatinya kita tidak hanya merasakan kesegaran secara fisik dan psikis sebagai efek dari bersentuhan dengan suhu, citarasa dan juga tekstur makanan yang kita lihat hingga kita santap, tapi ada unsur lain yang turut berperan, yaitu:

Keseimbangan Rasa 

Ungkapan kata "seger" di sini seringkali mengindikasikan bahwa hidangan yang kita lihat dan santap memiliki paduan visual, aroma dan citarasa yang sempurna pada indra kita, khususnya bagi pengucapnya. Itu artinya, sensasi "seger" ini memang sangat subyektif, baik secara komunal maupun pribadi.

Efek Membangkitkan Selera 

Ungkapan kata "seger" di sini juga sering muncul ketika makanan atau minuman yang kita lihat, cium (aromanya) dan santap mampu "membangkitkan" kembali semangat atau energi yang mungkin sempat menurun. 

Serasa ada dorongan positif atau suntikan semangat yang langsung berasa setelah suapan pertama.

Kenyamanan Emosional

Bagi sebagian dari kita, makanan bukan hanya soal nutrisi, tetapi juga kenyamanan emosional dan nostalgia.

Ungkapan kata "Seger" ini, sejauh yang saya alami, juga bagian dari ekspresi rasa nyaman dan kebahagiaan yang muncul karena hidangan tersebut mengingatkan pada sesuatu yang spesial, semisal masakan ibu, suasana masa kecil, atau momen-momen indah lainnya yang sudah lama tidak kita nikmati.

Aftertaste yang Menyenangkan 

Pengalaman saya lainnya, sebuah hidangan yang kita labeli "seger" ini, biasanya selalu meninggalkan jejak rasa yang bersih dan menyenangkan di lidah, tidak lengket atau membuat eneg. Ini sensasi yang membuat kita ingin terus menyantapnya, lagi dan lagi.

Bakso | @kaekaha

 

Seger Bukan Hanya "Enak" atau "Lezat"?

Kemungkinan, setelah membaca uraian diatas, akan ada yang bertanya, mengapa tidak cukup dengan mengatakan "enak" atau "lezat" saja daripada mengucap kata seger yang mungkin maknanya nggak jelas bagi sebagian orang ? 

Tentu saja tidak cukup, kata-kata "enak" atau "lezat" terlalu umum digunakan untuk memuji makanan. Namun, ungkapan "seger" yang spontan lebih spesifik dan mendalam secara taste, selain lebih ber-signature secara budaya.

"Enak" dan "lezat" lebih bersifat umum, menggambarkan cita rasa yang baik secara keseluruhan. Sementara itu, "seger" menekankan pada efek revitalisasi, keseimbangan, dan kepuasan yang didapatkan setelah mengonsumsi hidangan tersebut. 

Ini adalah kata yang menangkap esensi bagaimana makanan tersebut membuat tubuh dan pikiran merasa lebih baik, lebih hidup, dan lebih "terisi".

Coba bayangkan! Anda yang baru saja bekerja keras dan merasa lelah, kemudian saat istirahat mendapatkan  hidangan semangkuk sayur asem bercitarasa asam, pedas dan hangat ditemani sambal tomat, juga ikan pindang yang menjadi kesukaan anda!

Tentu saja, fell yang lahir bukan sekedar menangkap  rasa "enak" atau "lezat" semata, tapi juga sensasi "seger" yang holistik, karena ia tidak hanya mampu mengembalikan energi dan juga membuat tubuh terasa lebih segar, tapi juga perasaan yang lebih senang dan bersemangat.

Soto Madiun | @kaekaha

Sebuah Ungkapan Spontanitas dan Koneksi Budaya

Misteri "seger" juga terletak pada sifatnya yang seringkali spontan. Kata ini tidak diucapkan dengan paksaan, melainkan terlontar begitu saja sebagai reaksi jujur dari indra dan perasaan. Ini menunjukkan koneksi yang mendalam antara makanan, pengalaman, dan bahasa dalam budaya Jawa secara umum, maupun secara spesifik di seputar Jawa-timuran.

Wajar, karena dalam tradisi kearifan khas masyarakat Jawa, makanan seringkali menjadi sarana untuk bersilaturahmi, berbagi kebahagiaan, dan bahkan untuk mengobati hati. 

Dari sini kita memahami, ungkapan kata "seger" di sini selayaknya jembatan yang menghubungkan penikmat kuliner dengan esensi dari hidangan itu sendiri, sekaligus dengan nilai-nilai budaya yang melekat padanya.

Pada akhirnya, "seger" adalah lebih dari sekadar sebuah kata. Ini adalah sebuah jendela ke dalam jiwa kuliner orang Jawa, sebuah ekspresi yang merangkum kenikmatan holistik, keseimbangan rasa, kenyamanan emosional, dan efek revitalisasi yang diberikan oleh hidangan kesukaan. 

Jadi, lain kali kalau anda mendengar ada orang yang mengucapkan kata "seger" atau suueger dalam pelafalan aslinya saat menyantap sesuatu, itu artinya dia sedang menemukan kuliner paling nikmat di dunia, setidaknya bagi dirinya sendiri! Sesederhana itu kawan! (BDJ17625)

Semoga Bermanfaat!


Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 17 Juni 2025   19:46
 (silakan klik disini untuk membaca) 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Sabtu, 07 Juni 2025

Berawal Dari "Handilan" Lahirlah Rukem dan Rukur, Jalur Sunyi Menabung Kurban

Sapi untuk Kurban | @kaekaha
Sapi untuk Kurban | @kaekaha
 
 
Salah satu tradisi Urang Banjar yang mencerminkan kedekatan mereka secara spiritual dengan budaya Islam yang telah mengurat mengakar dan berkelindan begitu kuat adalah tradisi Handilan, sebuah tradisi komunal masyarakat berbasis spiritual yang sampai saat ini masih sangat mudah kita temukan, terutama di kampung-kampung sampai di pinggiran kota.

Istilah Handilan diadaptasi dari kosa kata handil yang dalam bahasa Banjar berarti saluran pengairan sekunder yang menghubungkan area persawahan rawa pasang surut dengan sungai. Nah istilah ini di jadikan "nama" perkumpulan spiritual di kampung-kampung mungkin karena mempunyai filosofi yang relatif sama, yaitu saluran/jalur.

Karena, biasanya anggota dari handilan ini memang warga yang tinggal dalam satu jalur, satu gang atau satu jalan yang sama. Aktifitas utama handilan adalah serupa majelis taklim, hingga darinya kelak lahirlah kumpulan Yasinan dan juga rukem alias rukun kematian. 

Sapi untuk Kurban | @kaekaha
Sapi untuk Kurban | @kaekaha

Kalau kumpulan Yasinan, saya yakin semua pasti sudah paham betul apa itu aktifitasnya, yaitu membaca surah Yasin setiap malam Jumat secara berjamaah. Tapi dengan rukun kematian?

Rukem alias rukun kematian adalah kumpulan warga yang mempunyai niat sama untuk saling meringankan beban anggota keluarga lain yang sedang berduka karena ada yang meninggal dunia. 

Anggota keluarga yang ditinggalkan almarhum dikondisikan untuk fokus hanya pada aktifitas ibadahnya saja, sedangkan urusan yang lain, seperti semua pengurusan jenazah, makam, sampai mengurus keperluan tamu takziah semuanya diurus oleh rukem.       

Alhamdulillah setelah syiar rukem sekarang semakin dikenal dan diterima masyarakat, bahkan semakin menjamur pertumbuhannya setelah banyak organisasi sosial kemasyarakatan, juga masjid, musholla, lingkungan RT/RW sampai Desa yang mulai tertarik mengelolanya, syiar handilan juga terus berkembang hingga salah satunya melahirkan rukur alias rukun kurban.

Sapi untuk Kurban | @kaekaha
Sapi untuk Kurban | @kaekaha

Rukur atau rukun kurban ini merupakan upaya menabung bersama-sama untuk tujuan berkurban yang dikoordinir oleh pengurus Rukem. Semua anggota rukem otomatis menjadi anggota rukur, meskipun tidak diwajibkan untuk segera menabung kalau memang belum mampu, tapi meskipun begitu tetap dimotivasi untuk terus berusaha menabung untuk berkurban sesuai kemampuan.

Sejauh ini, karena rukur ini termasuk produk budaya yang tidak ada pattern atau rumusan patronnya, maka masing-masing rukur pasti mempunyai kebijakan, aturan dan tentunya kekhasannya masing-masing. Seperti ada yang langsung memberi pilihan target kurban tahun depan, tahun depanya lagi, atau masih tahun depannya lagi.

Tidak hanya itu, pilihan juga ada pada besaran uang yang akan ditabung oleh anggota setiap periodenya, ini juga sangat memudahkan bagi semua anggota yang mempunyai keragaman latar belakang profesi dan juga penghasilannya. Inilah rukur, cara kami Urang Banjar menabung supaya tahun depan bisa ikut berkurban  (BDJ7625) 

Semoga Bermanfaat!


Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas
 
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 7 Juni 2025   22:44 (silakan klik disini untuk membaca)

Banua Kalimantan Selatan  KOMBATAN |  KOMBATAN
Banua Kalimantan Selatan  KOMBATAN |  KOMBATAN
 



 

Mengelola Uang Transport, Si Kecil yang Cepat Besar Kalau Salah Urus!

Sepeda Listrik 


Uang transport atau biaya transportasi, pos pengeluaran rutin yang satu ini, sepertinya masih sering tidak masuk dalam skala prioritas manajemen keuangan untuk skala rumah tangga apalagi pribadi perorangan. Hingga lalu lintasnya di "pintu keluar" keuangan kita sering tidak terdeteksi secara akurat hingga akhirnya, boooooms! Meledak!

Karena itulah, saya lebih suka menganalogikannya sebagai "si kecil" yang lebih sering tidak dilihat hingga akhirnya terlewat, meskipun kenyataaanya seringkali "cepat besar" alias membengkak tak terkontrol secara signifikan setiap bulannya, karena kita lengah, lalai dan abai, salah urus dalam mengelolanya. 

Mungkin, karena tidak semua orang merasa bersentuhan secara aktual dengan pos biaya ini, hingga merasa tidak perlu untuk mengelolanya secara detail, selayaknya masyarakat urban yang tinggal di kota-kota satelit di seputaran kota besar yang setiap harinya harus bergantung pada sistem transportasi publik berbayar yang secanggih apapun pastinya tetap tidak mudah, tidak sederhana dan belum tentu lebih murah. 

Taksi Barabai, Angkutan Umum Legendaris di Kalimantan Selatan | @kaekaha

Nah ini dia! Mungkin menjadi hal yang aneh bin ajaib kalau ada bagian dari masyarakat urban yang sudah merasa "tua di jalan", tapi belum juga merasa perlu mengelola biaya transport sebaik mungkin, agar bisa lebih berhemat dan tidak boncos terus. Lantas bagaimana strategi sederhana untuk bisa memulai mengelola uang transport dengan baik dan mudah untuk di aplikasikan? 

Pertama, mulailah tertib data dan tertib administrasi. Caranya mudah asalkan konsisten dan dispilin! Mulai dengan mengumpulkan semua nota atau catatan pengeluaran terkait transportasi, seperti  nota bensin, ganti oli, parkir, tarif transportasi umum, hingga biaya ojol. 

Kedua, setelah semua terkumpul, biasakan mencatat semua pengeluaran dalam buku atau catatan digital untuk mengetahui totalnya. Catatatan ini penting untuk menentukan anggaran aktual dan relistis tiap periodenya. Sedangkan anggaran, kita perlukan sebagai alat kontrol batas atas faktual dari pos biaya transportasi.

Ketiga, mulai memilih dan memilah moda transportasi yang paling efektif dan efisien di setiap rute perjalanan yang kita tempuh, terutama untuk perjalanan rutin. Poin pentingnya disini adalah sebanyak mungkin melakukan komparasi rute dan biaya antar moda, termasuk opsi pemanfaatan kendaraan pribadi, seperti kendaraan listrik yang sedang aktual.


Keempat, evaluasi pos pengeluaran ini secara berkala setiap akhir periode atau akhir bulan untuk meninjau kembali efektif dan efisensinya apakah sudah sesuai harapan dan anggaran! Atau mungkin, siapa tahu ada ide baru yang lebih aktual, fresh, dan lebih menghemat tanpa harus mengurangi produktivitasnya? 

    Untuk bisa mengelola uang atau biaya transportasi dengan baik, memang memerlukan kedisiplinan, konsistensi dan kebijaksanaan yang berbasis data realistis dan aktual. Awalnya pasti terasa ribet dan merepotkan. 

Tapi kalau semuanya sudah terbiasa menjadi habitus, maka jangan kaget kalau semakin tertatanya lalu lintas pengeluaran, akan semakin mempermudah kita untuk mengelola keuangan, bentuk-bentuk penyimpangan lebih mudah terdeteksi sehingga bisa sesegera mungkin untuk dikoreksi dan dibenahi.

Dengan begitu, keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selalu terkontrol, sehingga kita bisa berkalkulasi terhadap potensi penghematan yang nantinya bisa kita proyeksikan untuk ditabung dan atau diinvestasikan agar labih produktif dan bermanfaat. Luar biasanya, habitus ini juga berkontribusi positif pada potensi pengurangan kemacetan dan polusi udara lo! Keren kan? (BDJ5625)

Semoga Bermanfaat!


Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 5 Juni 2025   16:41 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN






Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Mengelola Uang Transport, Si Kecil yang Cepat Besar Kalau Salah Urus!", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/kaekaha.4277/684113bcc925c46b4241d442/anggaran-transportasi-si-kecil-yang-cepat-besar-kalau-salah-urus?page=2&page_images=1

Rabu, 04 Juni 2025

Nasehat Paninian, Nabung Emas dan Solusi Berhaji Cerdas ala Pegadaian!

Berhaji ke Tanah Suci Bukan Lagi Hanya Mimpi | @kaekaha


Bagi Urang Banjar berhaji ke tanah suci memang selayaknya dua sisi koin mata uang yang tidak bisa saling berjauhan, selalu dekat dan identik satu sama lain. Informasi resmi daftar tunggu haji untuk Kalimantan Selatan tahun 2024 dari Kemenag yang menyentuh angka 39 tahun dan sejauh ini menjadi yang terlama di Indonesia, sepertinya menjadi validasi yang kuat dari metafora diatas.

Menurut kesah (cerita;bahasa Banjar) para paninian alias nenek-nenek sesepuh kami, militansi berhaji urang Banjar memang sudah terbentuk sejak dulu dan ini tidak bisa lepas dari kedekatan Urang Banjar dengan Islam, terutama sejak berdirinya kesultanan Banjar di awal-awal abad ke-16 yang kelak juga menjadi cikal bakal berdirinya Kota Banjarmasin.  

Para tetuha atau para sesepuh jaman dulu, secara sistemastis selalu menanamkan sebuah pemahaman fundamental kepada anak-anak sejak dini hingga tertanam ke alam bawah sadar, bahwa ibadah haji itu selayaknya cita-cita tertinggi dan terbaik yang semaksimal mungkin wajib dikejar semampu yang kita bisa.  

Wajar jika kemudian, berkat dari doa dan sugesti dari lingkungannya sejak lahir, semua Urang Banjar umumnya mempunyai "mimpi" untuk naik haji! Siapapun dia, apapun latar belakangnya!

Menariknya, untuk mendukung terwujudnya "cita-cita" berhaji ini, para tetuha Urang Banjar dari jaman dulu juga sudah mempersiapkan infrastruktur pembiayaan yang pada masanya sudah tergolong sistematis, yaitu secara rutin dan tertib menyisihkan sedikit-demi sedikit penghasilan yang didapat untuk dibelikan emas (perhiasan) sebagai tabungan.

Umumnya, alasan Urang Banjar menabung emas perhiasan, selain bisa dimanfaatkan sebagai perhiasaan yang secara tradisional juga berfungsi sebagai simbol status sosial di masyarakat, emas perhiasan yang menyediakan variasi berat yang beragam juga memudahkan masyarakat untuk menabung sedikit-demi sedikit tapi tetap konsisten. Apalagi pada masa itu, emas batangan juga belum begitu familiar.

Perbandingan Biaya Haji dan Konversi Emas | logammulia.com

Kenapa Menabung Emas?

Secara turun menurun, literasi terkait manfaat menabung emas terus ditularkan secara getok tular dari generasi ke generasi berikutnya secara natural dalam lingkungan keluarga. Menurut para paninian kamialasan utama dan pertama menabung emas adalah mudah dijual kembali kalau memerlukan dana darurat dan nilainya yang relatif stabil, bahkan cenderung naik untuk jangka panjangnya.  

Fakta ini tentu sangat bermanfaat untuk menjaga nilai aset dari simpanan yang diproyeksikan untuk berhaji, apalagi bagi Urang Banjar yang sebagian besar berprofesi sebagai pedagang yang penghasilannya tidak pernah pasti. Luar biasanya lagi, menurut para paninian kami, berdasarkan pengalaman berhaji para tetuha sebelumnya juga terungkap sebuah fakta yang sangat mengejutkan! 

Ternyata, berhaji dengan modal emas, menjadikan nilai ONH alias ongkos naik haji-nya menjadi lebih murah dari tahun ke tahunnya. Ini berbanding terbalik dengan angka ONH yang ditetapkan pemerintah yang setiap tahunnya justeru selalu naik signifikan. Kok bisa?

Semua tidak lepas dari adanya "hantu" bernama inflasi! Para paninian kami memang tidak paham apa itu inflasi, meskipun sidin (beliau;bahasa Banjar) paham dengan resiko dan akibatnya. 

Jadi, tekanan inflasi menyebabkan nilai uang kita terus menurun. Hal ini bisa kita buktikan dari "berbanding terbaliknya" angka ONH yang ditetapkan pemerintah yang terus naik dari masa-ke masa, dengan semakin menurunnya (murah) angka ONH jika dikonversikan ke simpanan emas. Begini simulasinya!

Pada 1997 pemerintah menetapkan ONH sebesar Rp 8 juta dan angka ini setara dengan harga emas seberat 296 gram (harga 27.000/gram). Satu dekade berikutnya atau tahun 2007, ONH ditetapkan pemerintah sebesar Rp 26 juta, setara dengan harga emas seberat 130 gram (harga 200.000/gram). Begitu juga di tahun 2017, ketika pemerintah menetapkan ONH senilai Rp 34 juta yang setara dengan harga emas seberat 57 gram (harga 596.000/gram).

Dari ilustrasi diatas atau bisa juga dilihat pada foto diagram (foto ke-2), kita bisa melihat dengan jelas bagaimana fakta perbandingan terbalik antara angka ONH dalam rupiah dengan ONH dari konversi emas. Itu artinya, menyimpan dana (haji) dalam bentuk tabungan emas bisa menjadi salah satu langkah mitigasi risiko menurunnya nilai uang.  

Kalau dipikir-pikir, ajaib juga ya para paninian (nenek-nenek;bahasa Banjar) dan juga pakayian (kakek-kakek;bahasa Banjar) Banjar bahari sudah paham dengan keajaiban emas yang satu ini.

Pegadaian | rm.id/pegadaianMenabung Emas Besama Pegadaian

Sekarang, di tengah kemajuan dan pemanfaatan teknologi informasi yang begitu pesat, juga berdampak terhadap literasi masyarakat terkait pemanfaatan emas  secara strategis. Gayung bersambut! Sekarang semakin banyak entitas yang menyediakan program investasi emas, mulai dari perbankan, marketplace, juga berbagai aplikasi investasi emas lainnya.

Tapi tetap saja, demi keamanan aset emas yang kita miliki, wajib hukumnya memilih tempat terbaik untuk berinvestasi emas, salah satunya ya  di pegadaian! Kenapa Pegadaian? 

Selain goodwill pegadaian sebagai salah satu BUMN yang sudah lama eksis dan pastinya sangat bisa dipercaya, keunggulan Pegadaian adalah produk "Tabungan Emas dan Deposito Emas" - nya yang sama-sama memberi solusi investasi yang baik dan menarik. 

Untuk tabungan emas, memungkinkan kita bisa memulai investasi dari gramatir terkecil, yaitu 0,01 gram saja. Tidak hanya itu, seperti halnya prinsip menabung, tabungan emas juga bisa dicairkan kapan saja, termasuk kemungkinan mekanisme buyback maupun gadai saat kita membutuhkan dana darurat. Mudah dan murah bukan!? 

Sedangkan untuk deposito emas yang memberikan imbal hasil lebih menarik, bisa dimulai dengan saldo 5 gram emas di tabungan emas kita di Pegadaian dengan tenor bervariasi dan dapat dipilih, mulai dari 6 bulan yang semakin terjamin keamanannya karena setiap deposito emas di Pegadaian disertai asuransi.

Teraktual, melalui Pegadaian Syariah Pembiayaan Porsi Haji, umat Islam bisa mendapatkan porsi haji dengan menjaminkan tabungan emas (hanya) sebesar 3,5 gram atau menjaminkan emas batangan dan atau emas perhiasan yang nilai taksirannya minimal sebesar Rp 1,9 juta.

Untuk proses pengajuannya bisa langsung mendatangi outlet atau kantor cabang Pegadaian terdekat. Mudah dan aman kok! Karena petugas yang berkompeten akan menuntun dan mendampingi kita, sampai mendapatkan bukti Setoran Awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (SABPIH), Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH), serta nomor porsi haji. (BDJ3625)


Semoga Bermanfaat!


Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 3 Juni 2025   21:17 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Senin, 02 Juni 2025

Ketika Banjarmasin Memperlakukanku Selayaknya Turis Setiap Harinya!

Jukung Barenteng Khas Pasar Terapung di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan | @kaekaha 

Saya sungguh beruntung, karena pekerjaan yang mengharuskan keliling ke berbagai kota di nusantara, hingga akhirnya sekarang menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!, saya jadi merasakan betul bagaimana nikmatnya bertemu dengan suasana baru, lingkungan baru, budaya baru dan tentunya orang-orang baru yang sejatinya merupakan esensi dari tujuan kita liburan. Betul?

Jadi kalau dipikir-pikir, sebenarnya lebih dari satu dekade saya menyinggahi berbagai kota di Indonesia, sama saja dengan liburan dong! Karena di setiap kota yang saya singgahi, minimalnya saya singgah 3 hari dan biasanya maksimal sampai sebulan tanpa balik ke home base ke Regional Office Area Kalimantan kami di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Setiap nengok kantor cabang di berbagai kota itu, saya pastikan untuk selalu berusaha menyinggahi 3 tempat ikonik sekaligus destinasi wisata khusus yang ala saya banget, yaitu masjid, pasar tradisional dan warung makan yang semuanya ikon daerah tersebut. Kalau ada waktu lebih baru mengunjungi destinasi lainnya.

View Cantik Jembatan Gantung Lok Baintan yang Membentang di Atas Sungai Martapura | @kaekaha

Alhamdulillah-nya lagi, setelah nulis-nulis cantik  di Kompasiana, karena istiqamah untuk selalu ikut kompetisi nulis apalagi yang hadiahnya liburan, akhirnya beberapa kali juga saya beruntung ikut dibawa liburan bareng kompasiner lainnya. Salah satunya yang paling berkesan adalah even Kompasiana Blogtrip bersama DATSUN Risers Expedition yang mengajak keliling Kalimantan Timur dari ujung ke ujung.  Dari sinilah saya semakin memahami esensi dari liburan kita semua!

Sampai saat ini, saya masih tetap menikmati perjalanan saya setiap keluar daerah, tapi uniknya sejak kita semua menjadi "tahanan rumah dan tahanan kota" dalam beberapa tahun akibat pandemi Covid-19, semakin saya berlama-lama berinteraksi dalam kota, semakin saya merasa asing dengan banyak sudut kota saya sendiri. Tahu kenapa?

Saya baru menyadari, mungkin karena kebanyakan "keluar daerah" menyebabkan saya abai bahkan melewatkan begitu banyak sudut ikonik nan eksotis dengan kekhasan dan keunikan alam berikut budaya khas Kota 1000 Sungai yang masih belum saya jamah dan kenali detail keindahannya. Sejak itulah, saya dan keluarga jadi kepikiran, kenapa kita nggak mencoba jadi turis di kota kita sendiri?   

Pilar Kayu Raksasa Jembatan Gantung Lok Baintan nan Unik | @kaekaha

Bukankan detail sudut-sudut kota yang baru kita jelajahi, termasuk warung-warung makan, pasar-pasar tradisional, spot mancing, masjid dan destinasi kota lainnya ini berpotensi untuk mempertemukan kita dengan suasana baru, lingkungan baru, orang baru dan hal-hal baru lainnya yang sering menjadi alasan kita untuk berlibur?

Beneran juga, setelah kami mengubah sedikit mindset kami dan beneran menjadi turis di kota sendiri, kami merasa ada banyak hidden gem tersembunyi di kota kita sendiri yang sering terlewatkan dan yang tidak kalah pentingnya, kami semakin menyadari bahwa mengeksplorasi "titik-titik eksotis" di kota sendiri ternyata ide brilian sekaligus strategi liburan anti boncos yang cerdas dan penuh kejutan! Tahu kenapa?

Terbukti dengan memilih menjadi turis di kota sendiri, kami sering menemukan sisi lain kota selayaknya hidden gem yang sebelumnya sama sekali tidak kai ketahuiyaitu destinasi-destinasi unik tak terduga dalam gang kecil dengan mural menawan, kedai kopi tersembunyi dengan suasana unik, pasar tradisional yang hidup atau bangunan tua dengan cerita menarik.

Eksotisnya Pasar Terapung yang Ternyata Mulai ada Persebaran Baru  di Beberapa Titik Tempat Baru | @kaekaha

Pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat di lingkungan yang baru kami temukan, mencoba kuliner khas mereka yang jelas tidak akan ditemukan di tempat lain atau menyaksikan kegiatan sehari-hari masyarakat saat mencari ikan, membuat kain sasirangan dengan alat-alat tradisional yang unik dan otentik, tentu akan menjadi petualangan seru yang jauh lebih asyik daripada sekadar mengunjungi tempat wisata mainstream.

Menjadi turis di kota sendiri fleksibilitas dan spontanitasnya juga menajdi ciri khas unik yang asyik lo! Karena kita tidak perlu perencanaan yang rumit, bahkan kita bisa memutuskan untuk pergi kapan saja dan berapa lama durasinya, menyesuaikan dengan mood, waktu luang, bahkan juga dukungan cuaca. 

Kerennya lagi, dengan menjadi turis di kota sendiri kita juga mendukung pergerakan ekonomi lokal, sehingga secara tidak langsung membantu memutar roda ekonomi kota kita sendiri dan pastinya, menghemat anggaran yang menjadi alasan utama kita memilih "liburan anti boncos" tapi puasnya maksimal.

Soto (Banjar) Kuin yang Lumayan Langka | @kaekaha

Karena, kita tidak perlu keluar dana untuk transportasi jarak jauh, penginapan yang tidak murah atau mungkin visa untuk masuk negara lain. Dengan menjadi turis di kota sendiri, kita cukup modal transportasi lokal saja, bahkan kalau memang perlu dan bisa, jalan kaki atau bersepeda saja biar sehat. Asyik bukan!

Jadi, kenapa nggak mengubah mindset liburannya saja? Daripada mengejar tempat yang selalu sama dengan keramaian turis, coba alihkan fokus untuk mengeksplorasi kota kita sendiri. Bisa kok, kota kita memperlakukan kita sebagai turis, penjelajah sejati yang akan menemukan "titik-titik eksotis" yang belum terjamah, hingga menciptakan cerita liburan uniknya dengan tetap hemat biaya.

Sudah siap untuk memulai petualangan anti boncos, menjadi turis di kota kita sendiri? (BDJ30525)


Semoga Bermanfaat!


Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 30 Mei 2025   23:18 (silakan klik disini untuk membaca) 

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


  


 


 

Belum Terlambat untuk Memperbanyak Takbir, Tahlil dan Tahmid di Awal Dzulhijjah

Kalender Dzulhijjah Bulan ke-12 dala Tahun Hijriah | @kaekaha

Bulan Dzulhijjah telah tiba, membawa serta keberkahan dan kesempatan emas untuk melipatgandakan pahala. Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dikenal sebagai hari-hari yang paling dicintai Allah SWT untuk beramal saleh. Bahkan dalam QS. Al-fajr ayat 2, Allah SWT sebutkan hari-hari ini dalam sumpah-Nya, "Demi malam yang sepuluh".

Jika Allah SWT bersumpah dengan nama makhlukNya yang dalam konteks ini adalah 10 hari pertama bulan dzulhijjah, maka keagungan dan keutamaan 10 hari pertama bulan dzulhijjah Insha Allah tidak perlu untuk diragukan lagi. Hal ini diperkuat juga oleh tafsir Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir 8/413) yang menyebutkan “Yang dimaksud ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah”. 

Keagungan dan keutamaan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah juga dikabarkan Rasulullah SAW dalam (HR.  Bukhari dan Tirmidzi 757) "Tidak ada hari-hari yang amal saleh lebih dicintai Allah pada hari-hari itu selain sepuluh hari ini (Dzulhijjah)". Para sahabat bertanya, "Tidak juga jihad di jalan Allah?" Beliau menjawab, "Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali sedikitpun dari keduanya (gugur di Medan jihad)".

Mumpung sekarang kita sedang berada di waktu-waktu spesial yang memang dianjurkan untuk memperbanyak amalan ibadah, yuk langsung dimulai saja memperbanyak amalan-amalah shalih seperti shalat sunnah, puasa sunnah, memakmurkan masjid, berdoa, membaca Al Qur’an, bersedekah dan berdzikir kepada Allah SWT.

Khusus untuk amalan berdzikir ini, Allah SWT dan juga Rasulullah SAW juga memberi anjuran agar kita untuk memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid yang lebih kita kenal sebagai lafadz takbiran di awal-awal Bulan Dzulhijjah. 

Tidak ada kata terlambat untuk memulai menghidupkan hati dengan dzikir di hari-hari yang istimewa ini, meskipun Bulan Dzulhijjah sudah sepekan berjalan. Jangan khawatir! Pintu rahmat Allah SWT akan selalu terbuka untuk kita-kita yang terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita di hadapan Allah SWT.

Mengapa Takbir, Tahlil, dan Tahmid Begitu Penting?

Di antara amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk diamalkan di awal-awal bulan Dzulhijjah adalah memperbanyak dzikir kepada Allah SWT seperti perintahNya dalam QS. Al-Haj : 28 "Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan".

Selain dalil umum di atas, anjuran spesifik untuk memperbanyak takbir, tahlil dan tahmid yang lebih kita kenal sebagai lafadz takbiran dari awal Dzulhijjah sampai dengan akhir hari Tasyriq  di tanggal 13 Dzulhijjah, juga datang dari hadits Rasulullah, 

Berkata Ibnu ‘Abbas, “Dan ingatlah oleh kalian di hari hari yang ditentukkan yaitu hari-hari sepuluh, dan hari-hari yang terbatas yaitu hari-hari tasyriq”, Dan dahulu Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar di hari-hari sepuluh (Dzulhijjah) dan mereka berdua bertakbir, dan orang-orang ikut bertakbir bersama mereka berdua (Shahih Bukhari, 20/2)

Berikut rincian tuntunan berdasarkan jenis takbiran-nya

  1. Takbir Mutlaq dimulai dari hari pertama Dzulhijjah, yaitu tenggelamnya matahari di hari akhir bulan Dzulqa’dah atau setelah shalat Maghrib tanggal 1 Dzulhijjah, sampai dengan hari Tasyriq ke-3 atau tanggal 13 Dzulhijjah. Boleh dikumandangkan kapan pun, setelah shalat, sebelum shalat, pagi, sore malam, di setiap waktu.
  2. Takbir Muqoyyad atau takbiran yang terikat dengan waktu. Yaitu setelah shalat wajib lima waktu. Dimulai dari waktu terbitnya fajar hari ‘Arafah di tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbenamnya matahari di akhir hari tasyriq atau tanggal 13 Dzulhijjah. Dibaca setelah shalat wajib lima waktu setelah membaca istighfar tiga kali dan dzikir 

Mengacu kepada hadits diatas, kita dianjurkan untuk bertakbir atau melafadzkan takbiran  di mana saja dan kapan saja selama sepuluh hari pertama Dzulhijjah, baik secara lisan maupun dalam hati.

Yuk Jangan Ditunda-tunda Lagi!

Waktu di sepuluh hari pertama Dzulhijjah yang hanya tinggal beberapa hari saja ini sangat berharga bagi kita semua. Setiap detiknya adalah kesempatan emas terbaik untuk menabung sekaligus investasi pahala. Kita semua tidak tahu, apakah kita masih bisa bertemu dengan bulan Dzulhijjah tahun depan. Karena itu, mari kita manfaatkan sisa hari-hari mulia ini sebaik-baiknya.

Mari kita penuhi udara dan hati kita dengan lantunan takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd. Semoga Allah SWT menerima setiap dzikir, doa, dan amal saleh kita, serta menjadikan kita hamba-Nya yang senantiasa bersyukur dan bertakwa. (BDJ2625)

Semoga Bermanfaat!


Sala matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 2 Juni 2025   22:52 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN




 

Selasa, 27 Mei 2025

Semangat dan Keteguhan Hidup si "Bunga Batu" yang Menginspirasi

Bunga Bakung ini Bukannya Mati, Tapi Malah hidup dan Berbunga, Meskipun Tanah Tempat Hidup di Sekelilingnya Sudah Disemen Seluruhnya! | @kaekaha!


Gatal di punggung karena kutu
Gegara lampu yang meredup
Bunga Bakung tumbuh di batu
Inspirasi ketangguhan dalam hidup


Pernah melihat gambar, foto atau poster motivasi di laman-laman situs pengembangan diri yang menggambarkan tunas-tunas tanaman yang tumbuh di tempat tak lazim, seperti di retakan-retakan bangunan yang sudah dicor dengan semen atau juga di retakan aspal-aspal jalanan?

Di kehidupan nyata, ternyata gambar-gambar yang serasa nggak masuk akal dan tampak seperti hasil editan itu memang ada loh! Bahkan, kalau mau sedikit perhatian saja dengan lingkungan sekitar kita, ternyata memang banyak banget lo, pesan alam yang memang dirancang Allah SWT untuk memberikan pelajaran dan hikmah luar biasa untuk kita, hamba-hambaNya!

Salah satunya, bunga bakung (Hymenocallis littoralis) berbunga putih "anomalis" yang secara tidak sengaja saya temukan tumbuh tidak lazim di antara rekahan lempeng batu dan semen cor yang membentuk celah-celah sempit di pinggir jalanan ini. 

Bukannya mati, karena umbinya dan juga semua tanah tempatnya tumbuh sudah ditutup semen cor, bunga bakung ini malah tetap bertahan hidup, bahkan tetap tumbuh sehat dan normal. Luar biasanya, untuk menunjukkan eksistensinya sebagai tanaman hias, tanaman bunga ini juga berbunga sempurna dan sangat cantik lo! Kok bisa ya?

Pasti ada penjelasan ilmiah dari fenomena yang sekilas memang tampak diluar nalar ini! Tapi maaf, bukan itu yang ingin saya sampaikan disini. 

Saya hanya ingin sedikit berbagi hikmah dan pelajaran yang kebetulan saya tangkap dari titipan ilmu Allah SWT melalui fenomena alam yang tidak hanya unik dan menarik ini, tapi juga relate dengan kehidupan kita, karena sejatinya  anomali kehidupan bunga Bakung  ini merupakan metafora yang indah tentang kehidupan kita. OK!?

Bunga Bakung ini Bukannya Mati, Tapi Malah hidup dan Berbunga, Meskipun Tanah Tempat Hidup di Sekelilingnya Sudah Disemen Seluruhnya!| @kaekaha


Sebuah keyakinan fundamental yang akan menuntun kita semua menjadi relatif lebih mudah untuk selalu mendapatkan cara bertahan, bahkan untuk bangkit dan bertumbuh kembali meskipun berada di tempat yang paling tidak memungkinkan sekalipun, bahkan ketika semesta tidak juga mendukung! 

Selain  tangguh, kuat, tidak mudah menyerah dan selalu berpikir positif terhadap harapan yang selalu ada dalam situasi apapun, memaksimalkan kemampuan beradaptasi dan berinovasi dengan lingkungan juga menjadi cara efektif menjadi survivor ala si Bunga Bakung yang terbukti selalu bisa menemukan jalannya untuk bertahan hidup, bahkan bisa berkembang!

Meskipun tetap saja, semua prosesnya membutuhkan waktu, usaha, kesabaran dan ketekunan agar tetap bisa tumbuh kembali secara normal dan baik! Jadi, tidak ada alasan bagi kita sebagai manusia, makhlukNya yang diciptakan paling sempurna diantara makhluk-makluk lainnya untuk terpuruk dan berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Karena sesungguhnya, "Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang yang sesat", QS. Al-Hijr ayat 56 dan satu lagi, inna ma'al usri yusra, "beserta kesulitan ada kemudahan" seperti janji Allah SWT dalam QS Al-Insyirah ayat 5 dan 6, bahwa di balik setiap kesulitan, Allah  SWT juga menjanjikan adanya kemudahan. (BDJ24425)


 

Semoga Bermanfaat,

Salam matan Kota 1000 Sungai, 
Banjarmasin nan Bungas!

Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 24 April 2025   20:34 (silakan klik disini untuk membaca)

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN