Kamis, 21 Maret 2024

Hotel Utsman bin Affan Jejak Keberkahan Sedekah Sang Khalifah 1400 Tahun Silam

Waqf Outhman bin Affan Hotel | YouTube/Noman Fayyaz

Sebagai Khalifah ke-3, tentu nama Outhman bin Affan ra  atau masyarakat nusantara lebih mengenalnya sebagai Utsman bin Affan ra, tidaklah asing bagi umat Islam di seluruh dunia, tapi bagaimana dengan Waqf Outhman bin Affan Hotel atau Hotel Waqaf milik Khalifah Utsman bin Affan yang baru saja buka di Madinah?

Sejauh mana umat Islam mengetahui, panjangnya rantai sejarah sarat inspirasi berdirinya hotel bintang 5 milik Sang Khalifah yang kisahnya telah dimulai sejak 1400 tahun silam?

Semua berawal dari kekeringan hebat yang melanda kota Madinah yang mengakibatkan krisis air bersih, pasca kedatangan kaum Muhajirin dari Mekah yang berhijrah bersama Rasulullah SAW .

Semua sumur masyarakat Madinah kering kerontang, kecuali sumur bi’ru raumah milik warga Yahudi, satu-satunya sumur yang masih menyimpan deposit air cukup besar dengan kualitas terbaik di kota Madinah.


Sayangnya, dalam situasi krisis seperti itu si pemilik sumur justru berusaha memanfaatkannya untuk mencari untung besar dengan cara menjual airnya dengan harga mahal kepada masyarakat Madinah, hingga sebagian besar warga tidak sanggup untuk membelinya.

Mendapati krisis air bersih di kota Madinah yang semakin parah dan tidak terkendali, sekaligus fakta kezaliman si Yahudi pemilik sumur, akhirnya Rasulullah bersabda

“Wahai sahabatku siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu lalu menyumbangkannya untuk umpan maka akan mendapatkan surganya Allah ta'ala” (HR. Muslim)

Demi mendengar sabda Rasulullah SAW tersebut, Utsman bin Affan, salah satu sahabat yang juga seorang bussines man ulung dan cerdas yang juga dikenal sebagai salah satu konglomerat muslim kaya raya saat itu, langsung mendatangi si Yahudi untuk membeli sumurnya tersebut.

Sayangnya, niat Utsman bin Affan untuk membeli sumur ternyata tidak semulus yang diharapkan, karena si Yahudi mematok harga sangat tinggi dan tidak masuk akal untuk melepas sumurnya.

Alhamdulillah di saat yang kritis, Allah SWT memberikan petunjuk melalui kecerdasan dan pengalaman Usman sebagai seorang bussines man. Di sinilah Allah SWT memanggungkan kecerdasan strategi Usman bin Affan yang terbukti brilian!

Di luar dugaan semua orang, ternyata Usman menyetujui harga di luar nalar yang dipatok oleh si Yahudi untuk sumurnya. Bahkan uniknya, Usman justru memberikan harga yang lebih tinggi dari yang ditawarkan oleh Yahudi. Lho kok bisa?

Usman memang setuju membeli sumur dengan harga yang lebih tinggi dari yang ditawarkan oleh si Yahudi, tapi Usman hanya membeli sumur itu separuh saja. Karenanya, Usman juga hanya membayar separuh dari harga yang disepakati yaitu seharga 20.000 dirham.

Ini yang unik! Ini bukti kecerdikan dan kekuatan intuitif bisnisnya Utsman bin Affan. Klausul pembelian sumur yang hanya separuh ini diterima dengan sukacita oleh si Yahudi dengan teknis, sehari sumur menjadi milik Utsman dan sehari berikutnya menjadi milik Si Yahudi, begitu seterusnya.

Si Yahudi berpikir untung besar, karena mendapatkan uang cukup besar dari pembayaran Usman, sedangkan secara fisik tidak ada yang berkurang dari sumur miliknya, sehingga masih bisa menjual airnya kepada masyarakat Madinah dengan harga tinggi! 

Setelah proses jual beli selesai, Usman bin Affan atas nama Rasulullah SAW langsung mengumumkan kepada masyarakat Madinah, bahwa mulai hari ini dengan berselang sehari mereka bebas mengambil air bersih di sumur bi’ru raumah untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membayar.

Maksudnya, jika hari ini warga Madinah boleh mengambil air di sumur secara gratis, karena hari ini sumur menjadi milik Usman, maka besoknya warga Madinah tidak bisa lagi mengambil air  secara gratis, karena hari itu sumur kembali menjadi milik si Yahudi. Begitu seterusnya.

Di sinilah kecerdikan Usman terbukti! Karena sehari sebelumnya masyarakat Madinah sudah menampung air secukupnya untuk keperluan dua hari, maka pada hari ini ketika sumur menjadi milik Yahudi tidak ada satupun warga Madinah yang membeli air di sumurnya Si Yahudi.

Karena situasi ini terus berulang, akhirnya si Yahudi tidak ada pendapatan lagi dari sumur dan merasa rugi, hingga akhirnya si Yahudi menjual separuh sumur yang menjadi haknya kepada Utsman bin Affan. SubhanAllah!

Sekali lagi di sini Usman menunjukkan kesalehan dan kebesaran jiwanya dengan membeli separuh sumur yang kedua dengan harga sama seperti harga yang pertama yaitu 20.000 dirham.

Padahal, secara hukum ekonomi sebenarnya sah-sah saja Utsman membeli separuh sumur yang kedua itu dengan harga yang murah! Toh si Yahudi juga sudah pasrah.

Sejak saat itu sumur Bi’ru raumah menjadi milik Utsman bin Affan berikut tanah disekitarnya yang banyak ditumbuhi kurma dan langsung diwakafkan sepenuhnya kepada seluruh warga Madinah, sehingga mereka bebas memanfaatkan airnya, termasuk si Yahudi pemilik terdahulu.


Setelah diwakafkan, pohon kurma di sekitar sumur tumbuh semakin subur dan semakin banyak, hingga akhirnya menjadi kebun kurma yang sangat luas dengan hasil buah kurma yang melimpah sehingga menjadi berkah sendiri untuk masyarakat kota Madinah.

Sampai di era pemerintahan Utsmaniyah, kebun kurma ini masih terregistrasi atas nama Khalifah Usman bin Affan, begitu juga dengan rekening abadinya yang berusia ribuan tahun, semua tetap dikelola dengan baik hingga semakin berkembang. 

Setelah daulah Utsmaniyah ambruk, pengelolaan kebun kurma diambil alih oleh  Departemen pertanian kerajaan Saudi, aset kebun atas nama Utsman bin Affan semakin berkembang pesat dan menghasilkan dana penjualan yang luar biasa besar.

Setiap tahunnya menurut laporan pemerintah Arab Saudi, dari total keuntungan penjualan buah kurma, setengah diantaranya disalurkan untuk zakat anak-anak yatim, fakir miskin dan masyarakat yang membutuhkan.

Sedangkan setengah keuntungan sisanya, dikelola oleh kementerian wakaf untuk ditabung dan disimpan ke rekening khusus atas nama Usman bin Affan.

Dari dana deposit inilah keperluan kebun seperti untuk biaya perawatan, modernisasi alat perkebunan, peremajaan tanaman, termasuk gaji para karyawan didapatkan.

Selain itu dananya juga diinvestasikan dalam bentuk riil, seperti properti. Salah satunya yang sedang trending adalah pembangunan hotel di Madinah dengan nama Hotel Waqf Outhman bin Affan.


Hotel mewah bintang 5 ini lokasinya di kawasan premium kota Madinah yaitu di markaziyah tepat di ujung lorong pintu nomor 303 masjid Nabawi, tidak jauh dari masjid Khalifah Usman bin Affan.

Menurut kementerian wakaf kerajaan Saudi, pengelolaan hotel mewah ini kurang lebih sama dengan model pengelolaan pada perkebunan kurma. Separuh dari keuntungan akan diwakafkan untuk kepentingan sosial dan separuhnya lagi ditabung ke rekening atas nama Utsman bin Affan setelah dikurangi biaya operasional. Masha Allah!

Kalau dihitung dari masa kehidupan Khalifah Utsman antara tahun 579 sampai 656 Masehi, perjalanan panjang sedekah Khalifah Usman yang awalnya dalam bentuk Waqaf sumur berkembang menjadi Waqaf kebun kurma, hingga lebih dari 1300 tahun berikutnya aset usaha dari sedekah beliau semakin berkembang dan melebar ke arah sektor riil seperti pembangunan hotel dan masjid.

Termasuk juga berbagai paket zakat dan bantuan sosial untuk masyarakat dengan nilai fantastis selama berabad-abad. 

Dari sini, kita bisa membayangkan betapa besar pahala yang didapatkan oleh seorang Usman bin Affan karena kedermawanannya di masa silam. Inilah yang dimaksud sedekah berkah yang sesungguhnya!

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar