Kamis, 07 Maret 2024

Tembang Ancung-Ancung dan Episode Heroik "Bapakku Arena Bermainku!"

Bapakku Arena Bermainku! | lovepik.com

Ancung-ancung, 

Kembang galak kembang gadung 

Gadunge ruwe ruwe 

Rambatane kayu gedhe 

Buur, menclok ning duwure 

Dulu, waktu masih kecil saya paling suka main sama bapak, karena bapak bisa main apa saja! Ya, main apa saja dalam arti yang sebenarnya!

Main sama bapak yang saya maksudkan disini bukan sekedar main bersama-sama bapak ya! Seperti main bola bareng, sepedaan bareng atau main karambol berdua. Bukan! Bukan main seperti itu yang saya maksudkan.

Tapi benar-benar main sama bapak yang menjadikan bapak sebagai pusat ide sekaligus partner dalam  permainan, bahkan di banyak momen bapak juga sering beralih peran menjadi selayaknya arena bermain bagi saya.

Ya! Main yang saya maksud memang lebih menjadikan badan bapak yang gempal sebagai arena bermain yang sangat menyenangkan. Eh maaf ya, yang badannya nggak gempal jangan insecure ya mau maen sama buah hatinya. Masih bisa kok, tinggal diatur saja mana yang cocok...he...he...he...!

Ini hebatnya bapak! Banyak sekali ide permainan yang lahir dari kebersamaan dengan beliau. Selain, konon beberapa  permainan juga diturunkan dari bapaknya beliau alias kakek saya.

Baca Juga Yuk! Jangkrik Bos! Ini "Mainan Mahal" Anak-anak 80-an

"Salah dua" permainan keren yang paling saya suka, sehingga menjadi yang paling sering saya request saat bermain sama beliau saat itu adalah sebuah permainan yang selalu diiringi dengan "soundtrack" tembang Jawa "ancung-ancung". yang lairiknya ada diatas. Ada yang bisa mendendangkannya!?

Saya menyebutnya permainan ancung-ancung karena biasanya bapak memang memainkan permainan ini sambil menyanyikan lagu "ancung-ancung kembang kembang galak kembang gadung... " dan seterusnya tersebut.

Cara mainnya unik dan pasti menyenangkan anak-anak. Ada 2 cara memainkan permainan ancung-ancung ini.

Pertama biasanya bapak rebahan di tempat datar, bisa di lantai atau atau di kasur, tapi biasanya di kasur sih. Setelah itu bapak akan melipat kaki dan merapatkannya ke perut sehingga saya bisa duduk di atas telapak kaki beliau.

Setelah siap, beliau akan mengayun-ayun kaki beliau ke atas dan kebawah hingga saya merasakan sensasi layaknya naik ayunan. Biasanya, beliau memainkan ini sambil menyanyikan lirik ancung-ancung tadi.

Untuk cara kedua, bapak akan duduk di tepi kasur atau di kursi, sekaligus mempersiapkan kekuatan pada kedua telapak kaki beliau dan saya biasanya langsung duduk di kedua telapak kaki beliau setelah beliau memberi aba-aba agar saya naik.

Baca Juga Yuk! Eduwisata Mengenal Satwa di "Kebun Binatang Keliling" Pasar Ahad, Banjarmasin

Selanjutnya, entah berapa kali bapak menghibur saya dengan mengayunkan kaki beliau sehingga saya merasakan sensasi selayaknya berayun-ayunan di kaki beliau.

Entah berapa kali juga lirik lagu ancung-ancung berulang-kali beliau mulai dari awal setelah liriknya habis. Biasanya, permainan ancung-ancung yang beda-beda tipis sama main di gym ini merupakan permainan terakhir sebelum saya akhirnya terlelap.

Entah sampai di ayunan yang ke berapa, saya akan tertidur pulas dalam ayunan kaki beliau.

Bisa dibayangkan betapa kuat otot kaki bapak ya! Sehingga bisa berperan menjadi ayunan bagi tubuh mungil saya. 

Mungkin Karena bapak juga suka olahraga, jadi bermain ancung-ancung dengan saya bisa dijadikan beliau sebagai sarana menjaga kebugaran sekaligus menjaga kekuatan otot beliau. Bapak memang hebat!

Selain permainan ancung-ancung, bapak juga sering mengajari saya permainan menunggang kuda untuk menjaga ternak-ternak di kandang kami dari gangguan serigala.

Biasanya, bapak akan menjadi kuda paling kuat yang pernah ada bagi saya. Bapak akan memberi kode kepada saya agar naik ke punggung kuda eh... ke punggung beliau, ketika ada serigala yang mendekat ke kandang ternak .

Biasanya ini ditandai dengan bunyi ringkikan kuda yang lebih panjang dari biasanya  dari mulut bapak eh dari mulut kuda dan langsung kita kejar dan halau dengan teriakan dan bidikan anak panah imajinatif  yang di ceritakan bapak.

Tidak hanya itu, bapak juga biasa mengajari saya bermain perahu untuk mencari ikan di sungai. 

Caranya mudah, biasanya bapak akan telentang di lantai atau kasur dan saya diajaknya membayangkan duduk sendirian, mendayung diatas perut ... eh perahu untuk memancing atau menjala ikan.

Kadang-kadang, bapak akan menggerakkan perutnya secara tiba-tiba, seolah-olah kita sedang melewati riak pada jeram atau mungkin ada pusaran air. Keren kan!?

Khusus untuk permainan "naik perahu" ini, bapak juga mempunyai banyak variasinya, seperti balapan perahu atau balapan mendayung, bahkan juga berburu monster laut raksasa! Woooow keren nggak sih!?

Termasuk dalam permainan ini, bapak juga memperkenalkanku permainan selancar air berombak. Bedanya, disini biasanya bapak bukan telentang lagi, tapi berbalik alias tengkurap di kasur.

Biasanya, dalam permainan ini saya diajak membayangkan asyiknya menunggangi ombak-ombak laut, termasuk sesekali jatuh kedalamnya dan gedebug... eh salaaaah byuuuur!

Sudah cukup!? Belum masih banyak lagi... Bapak juga sering mengajari saya naik gunung atau juga memanjat tebing, bahkan panjat pinang! Caranya?

Baca Juga Yuk! Kalayangan Dandang, "Raksasa Terbang" dari Tapin, Kalimantan Selatan

Gampang! Biasanya bapak akan duduk di kasur dan badan beliau akan ditutup dengan bantal, guling atau apa saja hingga membentuk gundukan layaknya tebing, bukit atau bahkan gunung. Tergantung imajinasi yang akan dibangun bapak saat itu.

Setelah siap, saya diminta bapak untuk mendaki gunung alias "badan bapak" secara pelan-pelan sampai ke puncaknya yang biasa ditandai dengan bapak yang tiba-tiba berdiri ketika saya hampir sampai ke puncak alias kepala bapak yang di tutup bantal dan juga selimut.

Kalau permainan panjat pinang dan panjat tebing lain lagi caranya!  Bapak biasanya berdiri, tapi tetap memberi celah untuk pijakan kaki dan juga ceruk untuk pegangan tangan agar tubuh mungil saya tetap bisa naik ke puncak di kepala bapak.

Di lain kesempatan, ada juga kami bermain dengan alat tambahan, biasanya yang paling sering adalah dengan menggunakan sarung.

Biasanya kami akan bermain ala-ala penjual rebung yang berangkat ke pasar. Saya yang jadi rebung akan di gendong dengan berbagai posisi layaknya batang rebung yang mau dijual ke pasar.

Jadi cara menggendongnya si rebung ini beda dengan cara menggendong orang atau anak-anak pada umumnya, Ini yang asyik!

Baca Juga Yuk! Membiasakan Diri Bermental Kaya

Sensasi menjadi rebung yang digendong miring, terbalik, di depan, di belakang, bahkan juga di sunggi atau di taruh diatas kepala, jumpalitan deh pokoknya! Dijamin seru pokoknya! he...he...he...

Sekarang, setelah mempunyai anak, saya juga terus berusaha melestarikan "permainan heroik bapak-anak, warisan dari bapak saya tersebut. Tentu saja, dengan modifikasi di sana-sini agar lebih aktual dan relevan dengan situasi sosial budaya kekinian di sekitar kita.

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN









 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar