Minggu, 27 Agustus 2023

Melepaskan Kerinduan Kampung Halaman di Gerobak "Tahu Campur Cak Di"

Gerobak Cak Di di Jl. Kuripan, Banjarmasin
Gerobak Cak Di di Jl. Kuripan, Banjarmasin | @kaekaha

Pernah makan Tahu Campur, Lamongan dan Lontong Balap, Surabaya? Itu lho, kuliner sedap bercitarasa khas daerah pesisir yang berbumbu dasar petis udang!?. 

Di berbagai kota di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur. 2 (dua) kuliner ini relatf masih mudah dijumpai. Baik yang sudah manggon (menetap) maupun yang menjajakan dengan cara berkeliling pakai gerobak. 

2 (dua) kuliner dari Jawa Timur ini berasal dari daerah yang berbeda, tahu campur dari Lamongan dan lontong balap dari Surabaya. Dua daerah ini sama-sama berada di pesisir utara Jawa Timur. Jadi wajar kalau kedua kuliner tersebut mempunyai citarasa dan kelezatan yang kampir serupa, karena sama-sama menggunakan bumbu utama petis udang, salah satu hasil olahan hasil laut khas masyarakat pesisir.

Meskipun mempunyai beberapa kesamaan, yaitu sama-sama menggunakan bumbu utama petis udang dan sama-sama berasal daerah pesisir utara Jawa Timur, tapi karena berasal dari dua daerah yang berbeda, Tahu Campur dari Lamongan dan Lontong Balap dari Surabaya, maka 2 (dua) kuliner ini mempunyai cirikhas bahan pelengkap dan citarasa yang berbeda, dijual oleh penjual yang berbeda dan dilokasi yang berbeda juga. Tidak ada yang satu lokasi.

Dandang khas penjual Tahu Campur
Gerobak dan Dandang khas penjual Tahu Campur | @kaekaha


Biasanya 2 (dua) kuliner ini dijual secara single fighter. Artinya pedagang hanya menjual satu jenis kuliner saja Tahu Campur atau Lontong Balap saja, terutama untuk pedagang keliling. Sedangkan untuk pedagang yang manggon, kadang-kadang (walaupun sangat jarang) ada juga yang menyelipkan kuliner lainnya yang biasanya berasal dari daerah yang sama. 

Misalkan,Tahu Campur dengan Soto Ayam yang sama-sama dari Lamongan, sedangkan Lontong Balap dengan Kupang Lontong, kuliner berbumbu dasar petis udang dan berbahan dasar biota laut yang oleh warga setempat disebut kupang, kuliner dari Kota Sidoarjo yang kebetulan juga kota pesisir utara Jawa Timur, bertetangga dengan Surabaya.

Khusus pedagang yang menjajakan 2 (dua) kuliner ini dengan berkeliling, masing-masing mempunyai keunikan dan kehasan sendiri-sendiri. Untuk pedagang Tahu Campur, mudah dikenali dari model gerobak dan bentuk dandang yang dipakai untuk wadah kuah kaldu tetelan/urat daging sapi yang ditaruh di ruas bagian depan gerobak. 

Biasanya, penjaja keliling ini menulis identitasnya dengan sticker warna ngejreng kuning/merah dengan huruf ukuran besar ditempel pada kaca atau lambung gerobak, bertuliskan "Tahu Campur Lamongan". Mereka masih mudah dijumpai, terutama di daerah Surabaya dan sekitarnya serta daerah tapal kuda yang dimulai dari Kota Pasuruan kearah timur sampai Kota Jember dan sekitarnya.

Sementara untuk pedagang Lontong Balap, biasanya tidak memakai gerobak dorong untuk keliling menjajakan dagangannya tapi menggunakan pikulan. Hanya saja, sepertinya sekarang sudah sangat langka bahkan mungkin memang sudah tidak ada yang berjualan Lontong Balap dengan cara berkeliling, bahkan di kota asalnya Surabaya.

Tahu Campur + Sate Cingur
Tahu Campur + Sate Cingur | @kaekaha

Tentang Tahu Campur dan Lontong Balap yang Sedapnya Melegenda!

Bagi masyarakat Jawa Timur atau paling tidak masyarakat yang pernah tinggal di Jawa Timur, khususnya daerah Surabaya kearah timur, kuliner Tahu Campur tentu sudah tidak asing lagi. Kuliner khas dari Kota Lamongan ini dibuat dari beberapa campuran bahan, seperti tetelan daging sapi, tahu goreng, perkedel singkong (sebagian menyebutnya lentho), taoge atau kecambah mentah, selada air mentah, mi kuning dan kerupuk udang yang ditaruh diatas bumbu petis, bawang goreng yang di lumatkan dan sambal (jika suka pedas), sebagian lagi ada yang menambahkan irisan lontong didalamnya.

Konon, asal muasal kuliner tahu campur tak lepas dari saudara tuanya kuliner soto, yang kebetulan sudah lebih dulu dikenal sebagai kuliner khas Kota Lamongan. Singkat cerita, ketika merasa lapar dan ingin makan sepulang dari berdagang soto dengan gerobaknya, ternyata yang tersisa di gerobak tinggal kuahnya saja. Kebetulan didapur adanya cuma petis (biasanya masyarakat pesisir utara Jawa Timur memang selalu siap sedia di dapur, seperti halnya kerupuk udang) daun slada, tahu dan mie. Akhirnya bahan seadanya ini di yang di santap.... Eh ternyata keenakan! Jadi deh cikal bakal kuliner tahu campur.... (diolah dari berbagai sumber)

Memperhatikan secara langsung penyajian Tahu Campur sampai siap untuk dihidangkan, ternyata semakin membuat gairah ber-tahu campur semakin menggebu lho...... beda bila kita cuma duduk manis di meja menunggu hidangan datang! 

Pertama-tama, bawang putih goreng dilumatkan diatas piring dengan menggunakan sendok, setelah itu diatas piring dituang petis udang secukupnya (wujud fisiknya seperti pasta berwarna hitam kecoklatan dengan bau khas menggugah selera yang merupakan inti dari bumbu Tahu Campur). Selanjutnya adonan diberi sedikit kuah kaldu untuk mengencerkan dengan cara diaduk-aduk menggunakan sendok.

Kalau menginginkan citarasa pedas, pada adonan bisa langsung ditambah dengan sambal sesuai selera. Setelah adonan bumbu siap, bahan pelengkap berupa mie kuning basah/matang, taoge/kecambah segar/mentah, irisan besar daun selada mentah/segar, irisan tahu goreng dan perkedel singkong/lentho ditambahkan kedalam piring. Kemudian disiram dengan kuah kaldu tetelan/urat daging sapi berikut tetelannya, baru diatasnya diberi kerupuk udang. Hmmmmm baunya yang khas dijamin membuat liur menetes...... tes...tes....

Lontong Balap + Sate kerang bumbu kecap
Lontong Balap + Sate kerang bumbu kecap | @kaekaha


Legenda Lontong Balap, Berawal dari Stasiun Wonokromo

Menurut teman yang asli Surabaya, semasa tinggal di Sidoarjo antara tahun 2000-2005, sejarah asal-muasal penamaan kuliner "Lontong Balap" berasal dari perilaku pedagang kuliner ini ketika menyongsong penumpang kereta api yang baru turun di Stasiun Wonokromo Surabaya yang saling berlari/balapan dengan sesama pedagang lainnya lengkap dengan dagangan yang dipikul. 

Karena saat itu pedagangnya sendiri belum mempunyai nama definitif untuk kuliner yang dijajakannya, lama-kelamaan akhirnya masyarakat memberi nama kuliner yang mereka jajakan dengan nama Lontong Balap, merujuk dari perilaku pedagangnya yang balapan menyongsong pembeli.

Kuliner Lontong balap sedikit berbeda dengan Tahu Campur. Meskipun sama-sama berkuah kaldu berbahan daging sapi dan tambahan bumbu utama petis udang, Bahan pelengkap kuliner Lontong balap tidak seramai Tahu Campur. 

Bahan pelengkap menyajikan Lontong Balap relatif sederhana, hanya terdiri dari lontong, irisan tahu pong goreng, taoge segar, lentho singkong/kacang tolo yang digoreng kering dan taburan kerupuk udang, biasanya untuk menyantapnya akan lebih nikmat jika ditemani dengan sate kerang bumbu kecap. Hmmmmm... pasti menetes liur!


Tahu Campur di Banjarmasin

Di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum, ada 2 (dua) versi atau jenis tahu campur yang di jual oleh pedagang. 

Pertama tahu campur versi Lamongan yang kebetulan relatif lebih susah mencarinya dan yang kedua adalah tahu campur versi Jawa Gambut (komunitas orang Jawa yang lahir dan besar di Kalimantan. Meskipun rata-rata berbudaya Jawa, biasanya mereka belum pernah menginjakkan kaki ke Pulau Jawa). Untuk kuliner tahu campur versi Jawa Gambut ini lebih mirip dengan kuliner tahu lontong dengan bumbu pecel di daerah Madiun dan sekitarnya.  

Memang, biasanya untuk kuliner tahu campur versi kedua ini tidak menambahkan embel-embel kata Lamongan/Surabaya sebagai penanda, tapi dijamin kedua jenis tahu campur ini sama-sama enaknya! Tapi bagi anda yang berkesempatan jalan-jalan ke Banjarmasin dan ingin berburu kuliner Jawa Timuran, khususnya tahu campur ada baiknya tanya dulu biar tidak salah!

Sate cingur dan sate kerang
Sate cingur dan sate kerang | @kaekaha


Berbeda dengan di daerah asalnya Jawa Timur, bukan perkara mudah untuk mendapatkan kuliner Tahu campur Lamongan di Kalimantan Selatan, bahkan di ibu kota propinsi seperti Kota Banjarmasin sekalipun yang selama ini dikenal banyak masyarakat pendatang dari Pulau Jawa, termasuk dari Jawa Timur.

Sejauh ini, saya menemukan ada 2 (dua) titik penjaja kuliner Tahu Campur di Kota Banjarmasin yang masih eksis, yaitu di Jalan Jafri Zam-Zam daerah Teluk Dalam dan "Tahu Campur Cak di" yang biasa mangkal di dua tempat berbeda tiap harinya. Pagi antara jam 10.00-14.00 WITA mangkal di seberang Masjid Asy Syafaat di Jalan Kuripan dan setelahnya antara jam 14.00-22.00 WITA mangkal di Jalan A.Yani Km. 2,5 atau di depan gang SD Muhammadiyah 9 dekat kantor PDAM Bandarmasih, Banjarmasin. 

Sebenarnya, dulu sekitar 4 (tiga) tahun yang lalu ada satu lagi penjaja kuliner Tahu Campur Lamongan di daerah bundaran Kamboja, Kota Banjarmasin. Sayangnya sejak lahan Kamboja disterilkan dari pedagang kaki lima karena proyek pembangunan kawasan terbuka hijau Kamboja beberapa tahun yang lalu, pedagang kaki lima yang yang biasanya mangkal di sekitar Kamboja akhirnya terdiaspora ke berbagai daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, termasuk si pedagang kuliner Tahu Campur.

Berbeda dengan penjaja kuliner Tahu Campur di Surabaya dan Jawa Timur umumnya yang biasa menulis "Tahu Campur Lamongan" sebagai identitas, Cak Di lebih memilih menuliskan "Tahu Campur dan Lontong Balap Surabaya ". Ada beberapa alasan yang mendasari hal ini.

Pertama, Cak di memang tidak hanya menjajakan Tahu Campur saja layaknya penjaja Tahu Campur di daerah asalnya, tapi juga menjual beberapa sajian kuliner asli Jawa Timur lainnya yang kebetulan khas dari Surabaya, yaitu "Lontong Balap", sate cingur (blbir sapi) dan sate kerang. Khusus untuk sate cingur dan sate kerang, posisinya sebagai pelengkap atau teman menyantap tahu campur atau lontong balap. Karena alasan itulah label "Lamongan" sengaja diganti dengan label "Surabaya". "Biar lebih luas cakupan makna wilayahnya" kata Cak Di.

Kedua, menurut Cak Di dengan menulis "Surabaya" beliau beranggapan akan mewakili Jawa Timur yang lebih luas (Majas Sinekdok pars pro toto). Beliau yakin dengan strategi ini, segmen kuliner Tahu Campur dan Lontong Balap yang dijualnya akan semakin luas mengikat batin dan selera rasa semua masyarakat Banjarmasin, terutama yang pernah berhubungan dengan Jawa Timur, bukan hanya orang Lamongan dan Surabaya saja.

Gerobak Cak Di di Jl. Kuripan, Banjarmasin

Hipotesa Cak Muradi, nama lengkap pria asli kelahiran Tulangan, Sidoarjo yang besar di daerah Darmo Surabaya ini sangat beralasan dan terbukti tepat, maklum sudah berjualan Tahu Campur di Banjarmasin lebih dari 15 tahun dengan lokasi berpindah-pindah. 80% pelanggan yang menyambangi gerobaknya memang masyarakat Banjarmasin dengan latar belakang dari berbagai daerah di Jawa Timur atau paling tidak orang yang pernah berhubungan dengan Jawa Timur, seperti pernah sekolah/kuliah di Jawa Timur, tugas kerja/dinas di Jawa Timur ada pula karena suami/istri orang Jawa Timur sehingga ikut-ikutan kesengsem dengan kuliner dari Jawa Timur.

Seperti sore kemarin, saya yang kebetulan sedang asyik menikmati racikan Tahu Campur, melihat pasangan suami istri yang masih memakai seragam dinas duduk di kursi kayu sederhana dihadapan saya. Dari bahasa komunikasi yang dipakai jelas terlihat si Bapak yang medok Jawanya (dari logatnya terlihat dari daerah Jawa Timur bagian barat seperti Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo atau Pacitan) dan si Ibu yang kental logat Banjar pahuluan (Logat Bahasa Banjar Hulu/Daerah Banua Lima, yaitu lima daerah di utara Kalimantan Selatan yang meliputi Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong dan Balangan) mereka memesan masing-masing sepiring Tahu Campur dan sepiring Lontong Balap. Usut punya usut setelah ngobrol dengan mereka, benar juga dugaan saya si Bapak asli dari Ponorogo kota reog sedangkan si Ibu asli dari Alabio, Hulu Sungai Utara. Mereka bertemu saat sama-sama kuliah di Universitas Jember Jawa Timur dan akhirnya menetap di Banjarmasin sejak diterima sebagai PNS di Kalimantan Selatan.

Cakdi meracik tahu campur pesanan pelanggan
Cakdi meracik tahu campur pesanan pelanggan | @kaekaha



Menurut Cak Di, menjual kuliner khas Jawa Timur yang sekarang menjadi "sawah dan ladangnya" sejak merantau ke Banjarmasin, memberinya banyak pengalaman menakjubkan yang tak terduga. Gerobak jalanan beserta seperangkat meja kursi kayu sederhana yang selama ini menjadi teman sekaligus rekan kerjanya berjualan Kuliner Tahu Campur dan Lontong Balap telah memberinya penghasilan cukup untuk keluarga dan  mempertemukannya dengan banyak saudara dan keluarga baru di tanah rantau, tanah seberang Kalimantan Selatan. Tidak hanya itu, bahkan tidak terhitung sudah berapa jumlah kawan lama, saudara jauh bahkan "mantan" lama yang dipertemukan lagi di meja dan kursi kayunya yang sederhana itu..... so sweeeet!

Jadi untuk saudara-saudara dan teman-teman masyarakat Jawa Timur atau siapa saja yang ingin merasakan sensasi travelling ke Kalimantan Selatan berikut sajian wisata kulinernya, jangan kuatir tidak ada kuliner nikmat "bercita rasa" khas Jawa Timur dengan harga merakyat, karena gerobak Kuliner "Tahu Campur dan Lontong Balap Surabaya-nya" Cak Di siap menuntun anda menjelajahi sensasi menikmati kuliner jalanan bercita rasa khas Jawa Timur ala Kota Banjarmasin yang pasti ngangeni.

Monggo pinarak!


Semua foto : Koleksi pribadi

Sebagian konten tulisan di ambil dari Blog pribadi saya "Kalbuning Manah Hati"

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar