Gerobak Cak Di di Jl. Kuripan, Banjarmasin | @kaekaha |
Pernah makan Tahu Campur, Lamongan dan Lontong Balap, Surabaya? Itu lho, kuliner sedap bercitarasa khas daerah pesisir yang berbumbu dasar petis udang!?.
Di berbagai kota di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Timur. 2 (dua) kuliner ini relatf masih mudah dijumpai. Baik yang sudah manggon (menetap) maupun yang menjajakan dengan cara berkeliling pakai gerobak.
2 (dua) kuliner dari Jawa Timur ini berasal dari daerah yang berbeda,
tahu campur dari Lamongan dan lontong balap dari Surabaya. Dua daerah
ini sama-sama berada di pesisir utara Jawa Timur. Jadi wajar kalau kedua
kuliner tersebut mempunyai citarasa dan kelezatan yang kampir serupa,
karena sama-sama menggunakan bumbu utama petis udang, salah satu hasil
olahan hasil laut khas masyarakat pesisir.
Meskipun mempunyai
beberapa kesamaan, yaitu sama-sama menggunakan bumbu utama petis udang
dan sama-sama berasal daerah pesisir utara Jawa Timur, tapi karena
berasal dari dua daerah yang berbeda, Tahu Campur dari Lamongan dan
Lontong Balap dari Surabaya, maka 2 (dua) kuliner ini mempunyai cirikhas
bahan pelengkap dan citarasa yang berbeda, dijual oleh penjual yang
berbeda dan dilokasi yang berbeda juga. Tidak ada yang satu lokasi.
Gerobak dan Dandang khas penjual Tahu Campur | @kaekaha |
Biasanya 2 (dua) kuliner ini dijual secara single fighter.
Artinya pedagang hanya menjual satu jenis kuliner saja Tahu Campur atau
Lontong Balap saja, terutama untuk pedagang keliling. Sedangkan untuk
pedagang yang manggon, kadang-kadang (walaupun sangat jarang)
ada juga yang menyelipkan kuliner lainnya yang biasanya berasal dari
daerah yang sama.
Misalkan,Tahu Campur dengan Soto Ayam yang sama-sama dari Lamongan, sedangkan Lontong Balap dengan Kupang Lontong, kuliner berbumbu dasar petis udang dan berbahan dasar biota laut yang oleh warga setempat disebut kupang, kuliner dari Kota Sidoarjo yang kebetulan juga kota pesisir utara Jawa Timur, bertetangga dengan Surabaya.
Khusus
pedagang yang menjajakan 2 (dua) kuliner ini dengan berkeliling,
masing-masing mempunyai keunikan dan kehasan sendiri-sendiri. Untuk
pedagang Tahu Campur, mudah dikenali dari model gerobak dan bentuk dandang
yang dipakai untuk wadah kuah kaldu tetelan/urat daging sapi yang
ditaruh di ruas bagian depan gerobak.
Biasanya, penjaja keliling ini
menulis identitasnya dengan sticker warna ngejreng kuning/merah
dengan huruf ukuran besar ditempel pada kaca atau lambung gerobak,
bertuliskan "Tahu Campur Lamongan". Mereka masih mudah dijumpai,
terutama di daerah Surabaya dan sekitarnya serta daerah tapal kuda yang dimulai dari Kota Pasuruan kearah timur sampai Kota Jember dan sekitarnya.
Sementara
untuk pedagang Lontong Balap, biasanya tidak memakai gerobak dorong
untuk keliling menjajakan dagangannya tapi menggunakan pikulan. Hanya
saja, sepertinya sekarang sudah sangat langka bahkan mungkin memang
sudah tidak ada yang berjualan Lontong Balap dengan cara berkeliling,
bahkan di kota asalnya Surabaya.
Tahu Campur + Sate Cingur | @kaekaha |
Tentang Tahu Campur dan Lontong Balap yang Sedapnya Melegenda!
Bagi masyarakat Jawa Timur atau paling tidak masyarakat yang pernah tinggal di Jawa Timur, khususnya daerah Surabaya kearah timur, kuliner Tahu Campur tentu sudah tidak asing lagi. Kuliner khas dari Kota Lamongan ini dibuat dari beberapa campuran bahan, seperti tetelan daging sapi, tahu goreng, perkedel singkong (sebagian menyebutnya lentho), taoge atau kecambah mentah, selada air mentah, mi kuning dan kerupuk udang yang ditaruh diatas bumbu petis, bawang goreng yang di lumatkan dan sambal (jika suka pedas), sebagian lagi ada yang menambahkan irisan lontong didalamnya.
Konon, asal muasal kuliner tahu campur tak lepas dari saudara tuanya kuliner soto, yang kebetulan sudah lebih dulu dikenal sebagai kuliner khas Kota Lamongan. Singkat cerita, ketika merasa lapar dan ingin makan sepulang dari berdagang soto dengan gerobaknya, ternyata yang tersisa di gerobak tinggal kuahnya saja. Kebetulan didapur adanya cuma petis (biasanya masyarakat pesisir utara Jawa Timur memang selalu siap sedia di dapur, seperti halnya kerupuk udang) daun slada, tahu dan mie. Akhirnya bahan seadanya ini di yang di santap.... Eh ternyata keenakan! Jadi deh cikal bakal kuliner tahu campur.... (diolah dari berbagai sumber)
Memperhatikan secara langsung penyajian Tahu Campur sampai siap untuk dihidangkan, ternyata semakin membuat gairah ber-tahu campur semakin menggebu lho...... beda bila kita cuma duduk manis di meja menunggu hidangan datang!
Pertama-tama, bawang putih goreng dilumatkan diatas piring dengan menggunakan sendok, setelah itu diatas piring dituang petis udang secukupnya (wujud fisiknya seperti pasta berwarna hitam kecoklatan dengan bau khas menggugah selera yang merupakan inti dari bumbu Tahu Campur). Selanjutnya adonan diberi sedikit kuah kaldu untuk mengencerkan dengan cara diaduk-aduk menggunakan sendok.
Kalau menginginkan citarasa pedas, pada adonan bisa langsung ditambah dengan sambal sesuai selera. Setelah adonan bumbu siap, bahan pelengkap berupa mie kuning basah/matang, taoge/kecambah segar/mentah, irisan besar daun selada mentah/segar, irisan tahu goreng dan perkedel singkong/lentho ditambahkan kedalam piring. Kemudian disiram dengan kuah kaldu tetelan/urat daging sapi berikut tetelannya, baru diatasnya diberi kerupuk udang. Hmmmmm baunya yang khas dijamin membuat liur menetes...... tes...tes....
Lontong Balap + Sate kerang bumbu kecap | @kaekaha |
Legenda Lontong Balap, Berawal dari Stasiun Wonokromo
Menurut
teman yang asli Surabaya, semasa tinggal di Sidoarjo antara tahun
2000-2005, sejarah asal-muasal penamaan kuliner "Lontong Balap" berasal
dari perilaku pedagang kuliner ini ketika menyongsong penumpang kereta
api yang baru turun di Stasiun Wonokromo Surabaya yang saling
berlari/balapan dengan sesama pedagang lainnya lengkap dengan dagangan
yang dipikul.
Karena saat itu pedagangnya sendiri belum mempunyai nama
definitif untuk kuliner yang dijajakannya, lama-kelamaan akhirnya
masyarakat memberi nama kuliner yang mereka jajakan dengan nama Lontong Balap, merujuk dari perilaku pedagangnya yang balapan menyongsong pembeli.
Kuliner Lontong balap
sedikit berbeda dengan Tahu Campur. Meskipun sama-sama berkuah kaldu
berbahan daging sapi dan tambahan bumbu utama petis udang, Bahan
pelengkap kuliner Lontong balap tidak seramai Tahu Campur.
Bahan
pelengkap menyajikan Lontong Balap relatif sederhana, hanya terdiri dari
lontong, irisan tahu pong goreng, taoge segar, lentho singkong/kacang
tolo yang digoreng kering dan taburan kerupuk udang, biasanya untuk
menyantapnya akan lebih nikmat jika ditemani dengan sate kerang bumbu
kecap. Hmmmmm... pasti menetes liur!
Tahu Campur di Banjarmasin
Di Banjarmasin dan Kalimantan Selatan secara umum, ada 2 (dua) versi atau jenis tahu campur yang di jual oleh pedagang.
Pertama tahu campur versi Lamongan yang kebetulan relatif lebih susah mencarinya dan yang kedua adalah tahu campur versi Jawa Gambut (komunitas orang Jawa yang lahir dan besar di Kalimantan. Meskipun rata-rata berbudaya Jawa, biasanya mereka belum pernah menginjakkan kaki ke Pulau Jawa). Untuk kuliner tahu campur versi Jawa Gambut ini lebih mirip dengan kuliner tahu lontong dengan bumbu pecel di daerah Madiun dan sekitarnya.
Memang, biasanya untuk kuliner tahu campur versi kedua ini tidak menambahkan embel-embel kata Lamongan/Surabaya sebagai penanda, tapi dijamin kedua jenis tahu campur ini sama-sama enaknya! Tapi bagi anda yang berkesempatan jalan-jalan ke Banjarmasin dan ingin berburu kuliner Jawa Timuran, khususnya tahu campur ada baiknya tanya dulu biar tidak salah!
Sate cingur dan sate kerang | @kaekaha |
Berbeda
dengan di daerah asalnya Jawa Timur, bukan perkara mudah untuk
mendapatkan kuliner Tahu campur Lamongan di Kalimantan Selatan, bahkan
di ibu kota propinsi seperti Kota Banjarmasin sekalipun yang selama ini
dikenal banyak masyarakat pendatang dari Pulau Jawa, termasuk dari Jawa
Timur.
Sejauh ini, saya menemukan ada 2 (dua) titik penjaja kuliner Tahu Campur di Kota Banjarmasin yang masih eksis, yaitu di Jalan Jafri Zam-Zam daerah Teluk Dalam dan "Tahu Campur Cak di" yang biasa mangkal di dua tempat berbeda tiap harinya. Pagi antara jam 10.00-14.00 WITA mangkal di seberang Masjid Asy Syafaat di Jalan Kuripan dan setelahnya antara jam 14.00-22.00 WITA mangkal di Jalan A.Yani Km. 2,5 atau di depan gang SD Muhammadiyah 9 dekat kantor PDAM Bandarmasih, Banjarmasin.
Sebenarnya, dulu sekitar 4 (tiga) tahun
yang lalu ada satu lagi penjaja kuliner Tahu Campur Lamongan di daerah
bundaran Kamboja, Kota Banjarmasin. Sayangnya sejak lahan Kamboja
disterilkan dari pedagang kaki lima karena proyek pembangunan kawasan
terbuka hijau Kamboja beberapa tahun yang lalu, pedagang kaki lima yang
yang biasanya mangkal di sekitar Kamboja akhirnya terdiaspora ke
berbagai daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, termasuk si
pedagang kuliner Tahu Campur.
Berbeda dengan penjaja kuliner
Tahu Campur di Surabaya dan Jawa Timur umumnya yang biasa menulis "Tahu
Campur Lamongan" sebagai identitas, Cak Di lebih memilih menuliskan
"Tahu Campur dan Lontong Balap Surabaya ". Ada beberapa alasan yang
mendasari hal ini.
Pertama, Cak di memang tidak
hanya menjajakan Tahu Campur saja layaknya penjaja Tahu Campur di daerah
asalnya, tapi juga menjual beberapa sajian kuliner asli Jawa Timur
lainnya yang kebetulan khas dari Surabaya, yaitu "Lontong Balap", sate cingur
(blbir sapi) dan sate kerang. Khusus untuk sate cingur dan sate kerang,
posisinya sebagai pelengkap atau teman menyantap tahu campur atau
lontong balap. Karena alasan itulah label "Lamongan" sengaja diganti
dengan label "Surabaya". "Biar lebih luas cakupan makna wilayahnya" kata
Cak Di.
Kedua, menurut Cak Di dengan menulis "Surabaya" beliau beranggapan akan mewakili Jawa Timur yang lebih luas (Majas Sinekdok pars pro toto).
Beliau yakin dengan strategi ini, segmen kuliner Tahu Campur dan
Lontong Balap yang dijualnya akan semakin luas mengikat batin dan selera
rasa semua masyarakat Banjarmasin, terutama yang pernah berhubungan
dengan Jawa Timur, bukan hanya orang Lamongan dan Surabaya saja.
Gerobak Cak Di di Jl. Kuripan, Banjarmasin |
Hipotesa
Cak Muradi, nama lengkap pria asli kelahiran Tulangan, Sidoarjo yang
besar di daerah Darmo Surabaya ini sangat beralasan dan terbukti tepat,
maklum sudah berjualan Tahu Campur di Banjarmasin lebih dari 15 tahun
dengan lokasi berpindah-pindah. 80% pelanggan yang menyambangi
gerobaknya memang masyarakat Banjarmasin dengan latar belakang dari
berbagai daerah di Jawa Timur atau paling tidak orang yang pernah
berhubungan dengan Jawa Timur, seperti pernah sekolah/kuliah di Jawa
Timur, tugas kerja/dinas di Jawa Timur ada pula karena suami/istri orang
Jawa Timur sehingga ikut-ikutan kesengsem dengan kuliner dari Jawa
Timur.
Seperti sore kemarin, saya yang kebetulan sedang asyik
menikmati racikan Tahu Campur, melihat pasangan suami istri yang masih
memakai seragam dinas duduk di kursi kayu sederhana dihadapan saya. Dari
bahasa komunikasi yang dipakai jelas terlihat si Bapak yang medok
Jawanya (dari logatnya terlihat dari daerah Jawa Timur bagian barat
seperti Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo atau Pacitan) dan si Ibu yang
kental logat Banjar pahuluan (Logat Bahasa Banjar Hulu/Daerah
Banua Lima, yaitu lima daerah di utara Kalimantan Selatan yang meliputi
Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong dan
Balangan) mereka memesan masing-masing sepiring Tahu Campur dan
sepiring Lontong Balap. Usut punya usut setelah ngobrol dengan mereka,
benar juga dugaan saya si Bapak asli dari Ponorogo kota reog sedangkan
si Ibu asli dari Alabio, Hulu Sungai Utara. Mereka bertemu saat
sama-sama kuliah di Universitas Jember Jawa Timur dan akhirnya menetap
di Banjarmasin sejak diterima sebagai PNS di Kalimantan Selatan.
Cakdi meracik tahu campur pesanan pelanggan | @kaekaha |
Menurut
Cak Di, menjual kuliner khas Jawa Timur yang sekarang menjadi "sawah
dan ladangnya" sejak merantau ke Banjarmasin, memberinya banyak
pengalaman menakjubkan yang tak terduga. Gerobak jalanan beserta
seperangkat meja kursi kayu sederhana yang selama ini menjadi teman
sekaligus rekan kerjanya berjualan Kuliner Tahu Campur dan Lontong Balap
telah memberinya penghasilan cukup untuk keluarga dan mempertemukannya
dengan banyak saudara dan keluarga baru di tanah rantau, tanah seberang
Kalimantan Selatan. Tidak hanya itu, bahkan tidak terhitung sudah
berapa jumlah kawan lama, saudara jauh bahkan "mantan" lama yang
dipertemukan lagi di meja dan kursi kayunya yang sederhana itu..... so sweeeet!
Jadi
untuk saudara-saudara dan teman-teman masyarakat Jawa Timur atau siapa
saja yang ingin merasakan sensasi travelling ke Kalimantan Selatan
berikut sajian wisata kulinernya, jangan kuatir tidak ada kuliner nikmat
"bercita rasa" khas Jawa Timur dengan harga merakyat, karena gerobak
Kuliner "Tahu Campur dan Lontong Balap Surabaya-nya" Cak Di siap
menuntun anda menjelajahi sensasi menikmati kuliner jalanan bercita rasa
khas Jawa Timur ala Kota Banjarmasin yang pasti ngangeni.
Monggo pinarak!
Semua foto : Koleksi pribadi
Sebagian konten tulisan di ambil dari Blog pribadi saya "Kalbuning Manah Hati"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar