Senin, 03 Juli 2023

Keunikan Situs "Masjid di Dalam Masjid Agung Al-Karomah", Martapura, Kalimantan Selatan

 
Tampak Bangunan Lama Masjid Berbahan Kayu |@kaekaha

Kota Martapura, ibu kota Kabupaten Banjar di Kalimantan Selatan, selain dikenal dengan beragam batuan mulianya, juga kesohor dengan julukannya sebagai Kota Serambi Mekah-nya Kalimantan Selatan.

Martapura Kota Santri

Wajar, karena di kota yang pernah menjadi pusat pemerintahan sekaligus saksi bisu kejayaan Kesultanan Banjar inilah, ditangan 12 sultan yang pernah memerintahnya, nafas peradaban Islami yang dibangun sejak ratusan tahun silam masih kental terasa dan terlihat sampai detik ini.

Kalau anda masih ingat dengan lagu qasidah legendaris berjudul Kota Santri, seperti narasi dalam lirik lagu qasidah itulah suasana pagi dan sore hari di kota Martapura.  


    Suasana di kota santri
    Asyik senangkan hati
    Tiap pagi dan sore hari
    Muda-mudi berbusana rapi
    Menyandang kitab suci
    Hilir-mudik silih berganti
    Pulang-pergi mengaji


Nafas ke-Islaman yang begitu kental terasa dan terlihat begitu meneduhkan di Kota Martapura sampai saat ini, tidak terlepas dari peran para tetuha (moyang ; bahasa Banjar) sejak ratusan tahun silam, yaitu para alim ulama bumi Banjar yang sebagian besar memang bermukim di seputar Kota Martapura, Kota tua yang juga dikenal sebagai kampung halaman dari para ulama besar bumi Banjar ini.
 
Baca Juga :  Mengenal Datu’ Kalampaian dan 4 Serangkai Ulama dari Tanah Jawi (Melayu) Inspirasi Nusantara

Di Martapura, para tetuha, alim ulama ini membangun pondok pesantren yang sampai sekarang masih eksis dan banyak bertebaran di seluruh sudut Kota Martapura, berikut puluhan ribu santrinya yang datang dari berbagai kota di seluruh pelosok nusantara.

Selain pesantren, salah satu peninggalan sejarah peradaban Islam di Kota Martapura yang telah berusia ratusan tahun dan sampai sekarang tetap menjadi simpul dari aktifitas reliji, sosial dan budaya masyarakat kota adalah Masjid Jami Martapura yang mulai dibangun pada tanggal 10 Rajab 1315 H atau 5 Desember 1897 M ada juga yang menyebutnya tanggal 10 Muharram 1280 H atau 27 April 1863 M. Wallahu A'lam Bisshawab.
 
Lorong Beranda Masjid | @kaekaha

Megahnya Arsitektur Masjid Al Karomah

Masjid Jami Martapura yang sejak tanggal 12 Rabiul Awal 1415 H atau 20 Agustus 1994 namanya dirubah menjadi Masjid Agung Al Karomah ini, seperti layaknya bangunan-bangunan di bumi Banjar pada umumya, pada awal didirikannya menggunakan struktur kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) untuk semua bagian bangunannya, mulai dari pondasi, rangka, dinding, lantai, sampai atap sirap berbentuk tumpang limas segi empat dan meruncing di bagian atas mirip dengan atap Masjid Sultan Suriansyah, di Kota Lama Kuin yang memang menginduk pada arsitektur dari Masjid Agung Demak.

Baca Juga :  Masjid Sultan Suriansyah, Monumen Berdirinya Kota Banjarmasin
 
Sampai saat ini,  Masjid Al Karomah pernah mengalami tiga kali renovasi besar. Uniknya, setiap dilakukan renovasi tersebut arsitektur masjid ini juga ikut dirubah. Terakhir, renovasi yang menelan dana sebesar 27 milyar dan diikuti penggantian nama masjid menjadi Masjid Agung Al Karomah ini hanya menyisakan soko guru, beberapa meter lantai yang sekarang dipasang kaca tebal, kotak amal kuno  dan mimbar dari masjid yang asli.

Arsitektur baru Masjid Agung Al-Karomah mengadopsi gaya masjid-masjid modern di timur tengah dengan kubah-kubah berbentuk sepeti bawang berlapis enamel berwarna dominan biru dan hijau dengan pola simetris yang sangat indah sebanyak 7 (tujuh) buah,  3 (tiga) kubah utama pada bagian tengah bangunan dan 4 (empat) kubah yang lebih kecil di setiap sudut bangunan utamanya.  

Dominasi arsitektur modern Islam ala timur tengah yang diadopsi Masjid  Agung Al-Karomah juga tampak pada model gapura berwarna krem dengan pintu masuk berbentuk setengah lingkaran untuk menuju ke  halaman utama masjid yang bisa diakses dari Jalan nasional paling panjang dan paling populer di Kalimantan Selatan, Jalan Ahmad Yani.

Selain itu, masjid yang terletak persis di jantung kota yang dijuga dikelilingi pusat-pusat aktifitas sosial masyarakat Kota Martapura, seperti pasar, alun-alun dan juga kantor-kantor pemerintahan ini juga mempunyai menara bergaya modern yang tidak kalah cantiknya dan juga stasiun radio dakwah yang tetap eksis di tengah gempuran media online.

Pintu Gerbang Masjid | @kaekaha


Uniknya Situs Masjid Di Dalam Masjid


Salah satu sisi unik dari Masjid Agung Al Karomah di Kota Martapura ini adalah teknik arsitektur dan juga penataan interior bagian dalam masjidnya yang bisa memadu padankan dengan cerdas arsitektur masjid lama yang terbangun dari struktur kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang tetap dihidupkan secara utuh meskipun tanpa dinding dengan aksitektur modern yang begitu megah dan berkelas khas timur tengah, sehingga seolah-olah kita seperti melihat ada bangunan masjid tua dari kayu ulin didalam masjid megah berstruktur beton yang konon bisa menampung sebanyak 21.000 jamaah ini. Wooow keren kan?

    Baca Juga :  Masjid Sabilal Muhtadin, Ruang Dialektika Budaya Kalimantan

Struktur bangunan masjid lama yang menggunakan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) bisa dilihat dari 4 (empat) tiang soskoguru yang masih tegak berdiri menopang Langit-langit yang juga berbahan kayu ulin dengan model kuno yang tepat di bagian tengahnya terpasang chandeliers bergaya tidak kalah klasiknya, sangat kontras dengan pilar-pilar beton besar yang mengelilinginnya.

Tiang Sokoguru | @kaekaha

Bergeser sedikit kedepan dari struktur bangunan lama di tengah bagian masjid, kita akan berdiri tepat dibawah kubah utama Masjid Agung Al Karomah yang sangat besar berwarna biru langit. Jika beruntung, bertepatan dengan pembersihan masjid atau karpet masjid di gulung untuk diganti yang baru, di lokasi ini kita bisa mendapati lantai berlapis kaca tempat imam dari bangunan masjid yang sengaja didesain sebagai "monumen" dalam masjid.

Di bagian atas, kita akan mendapati cekungan kubah utama yang begitu besar berwarna biru langit yang bagian tengahnya terpasang chandeliers. Saking besarnya, di sekeliling kubah terdapat 16 (enam belas) tiang beton penyangga yang berfungsi sebagai penopang beratnya. Selain, tiang beton untuk penopang kubah utama, di dalam masjid ini juga terdapat banyak sekali struktur tiang penopang yang tersebar di seluruh ruangan masjid.

Struktur Tiang Beton Penyangga Kubah | @kaekaha


Bergeser lagi beberapa meter dari bawah kubah utama menuju ke arah depan kita mendapati ruang imam yang berada tepat dibawah kubah kecil yang bagian tengahnya juga terdapat chandeliers cantik. Antara ruangan imam yang juga sangat besar ini dengan tempat shalat jamaah diberi tanda pemisah berupa penyekat ruangan atau sketsel kecil dari bahan kayu berukir.

    Baca Juga :  Cerita Masjid Tua Tanpa Nama di Sungai Jingah                        

Di ruangan imam inilah, mimbar unik berbahan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang berhias ornamen ukiran stylish dari untaian kembang di semua bagiannya yang  berbentuk panggung, lengkap dengan kubah kecil dibagian atapnya dan tangga untuk naik khatib yang akan berkhutbah, peninggalan masjid lama yang berumur ratusan tahun tampak masih kokoh dengan bagian belakang bersandar di dinding.

Sketsel Penyekat Ruang Masjid | @kaekaha


Sampai sekarang, mimbar tua karya H.M Musyafa ini masih dimanfaatkan untuk khutbah Jumat dan khutbah untuk shalat-shalat berjamaah lainnya yang dalam tuntunannya terdapat khutbah dari seorang khatib.

Uniknya, sama seperti di tiang-tinga sokoguru, di tangga naik mimbar yang berkarpet saat itu terdapat kambang barenteng  atau bunga segar biasanya berupa bunga kenanga, melati dan mawar yang dirangkai dengan tali yang umumnya oleh Urang Banjar ditempakan di tempat-tempat yang dianggap bertuah atau dikeramatkan. Sudah pasti, bau harumnya yang menyegarkan dan menenangkan akan menyebar ke segala penjuru ruangan. Haruuuuuuum!

Mimbar Berusia Ratusan Tahun | @kaekaha



Khusus di hari Jumat, biasanya Masjid Agung Al Karomah di Kota Martapura ini mendapatkan "tamu" jenazah untuk disahalatkan lebih banyak dari biasanya, karena pada penghulu hari itu tidak hanya warga dari seputar Kota Marapura saja yang biasanya hadir untuk shalat jumat termasuk mengirimkan jenazah untuk di shalatkan, tapi juga dari berbagai penjuru kabupaten Banjar yang mempunyai total luas ± 4.688 km²  atau separuh lebih luas dari Propinsi DI Yogyakarta dan sedikit lebih kecil dari luas Propinsi Bali.

Ambulance/Mobil Jenazah di Masjid Agung Al Karomah | @kaekaha



Semoga bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!



Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 30 April 2020  jam  12:35 WIB (klik disini untuk membaca) dan terpilih sebagai Artikel Pilihan.

 
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN














 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar