Jumat, 14 Juli 2023

"Haji Kolombo" dan Sejarah Kelam Transportasi Haji Indonesia

Tawaf di Masjidil Haram | @kaekaha

Kesaksian Hajjah Sukaesih 

Setiap datang  musim haji di seputaran bulan Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah yang di Indonesia "kesibukannya" biasa sudah dimulai setidaknya sebulan sebelumnya dan ditandai dengan keberangkatan para calon jamaah haji ke Tanah suci melalui titik-titik  embarkasinya masing-masing, saat itulah memori Hajjah Sukaesih yang oleh tetangga dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya di jalan Mahligai, Kertakhanyar, Kab. Banjar lebih dikenal sebagai "Haji Kolombo" daripada nama aslinya, seperti otomatis memutar kembali detik-detik peristiwa kelam yang terjadi menjelang tengah malam, Rabu  15 Nopember 1978 atau hampir 45 tahun silam. 

Sebuah kengerian luar biasa di depan mata yang membuktikan betapa berkuasanya Allah SWT atas hidup dan mati kita, hamba-hambaNya.

Sebuah kenangan pahit tak terlupakan, ketika pesawat haji DC-8 milik maskapai Icelandic Airlines yang rencananya akan mengantarkannya pulang ke Indonesia, setelah menunaikan ibadah haji di Tanah suci bersama sang suami dan juga rombongan haji lainnya dari Kalimantan Selatan, ternyata  mengalami insiden kecelakaan. 

Potongan Bagian Tengah Badan Pesawat Icelandic Airlines | Daily ft / ft.lk

Pesawat nahas yang disewa Garuda Indonesia untuk transportasi pemulangan jamaah haji yang seharusnya landing dan mengisi bahan bakar, sekaligus mengganti semua kru-nya di Bandara internasional Bandaranaike di Katunayake, pinggiran Kolombo, Sri Lanka sebelum lanjut menuju ke Indonesia ini, jatuh dan "menyapu" batang-batang pohon kelapa dan berakhir di perkebunan karet milik masyarakat di pinggiran Kolombo, Sri Lanka, hanya beberapa menit sebelum mendarat yang menyebabkan badan pesawat patah menjadi 3 bagian, kepala, badan dan ekor, sebelum akhirnya meledak.

Menurut Hajjah Sukaesih, posisi duduk beliau dan suami saat kecelakaan terjadi ada di patahan pesawat bagian ekor dan begitu menyadari apa yang terjadi dan mendapati ada kesempatan untuk keluar dari bagian ekor pesawat, beliau bersama suami langsung berlari keluar dan menjauh dari bangkai pesawat. 

Baca Juga :  Mohon... Jangan Naik Haji Lagi! 

Menurut Hajjah Sukaesih yang saat kejadian berumur 25 tahun, dalam suasana yang gelap gulita, situasi saat itu sangat kacau. Teriakan takbir  dan tangisan histeris penumpang yang selamat terdengar begitu menyayat hati, tapi apa daya beliau juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong. 

Hajjah Sukaesih | @kaekaha

 

Ditengah-tengah "pertempuran" dalam hati kecil beliau, tiba-tiba terjadi 2 kali ledakan cukup besar dan setelahnya, dunia menjadi sunyi dan senyap. Suara takbir dan teriakan-teriakan histeris yang sebelumnya membahana dan menyayat hati siapa saja yang mendengarkan, tiba-tiba lenyap tidak lagi terdengar.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un

Kelak, sejarah mencatat kecelakaan pesawat haji Indonesia kali ke-2 di Srilanka ini menewaskan, 170 jamaah haji, 8 awak kabin dan 5 awak kabin cadangan, menyisakan 32 penumpang luka berat dan 47 lainnya selamat, salah satunya Hajjah Sukaesih dan suami.

Makam para Syuhada Haji di Banjarbaru dengan Latar Monumen Nama-nama Korban Meninggal | @kaekaha

Haji Kolombo 

Sebenarnya, bukan saja Hajjah Sukaesih saja yang selalu terkenang peristiwa mengharukan tersebut, setiap tiba bulan haji di setiap tahunnya, tapi juga korban selamat lain yang sampai sekarang masih hidup, berikut keluarganya. Begitu juga dengan keluarga korban meninggal yang tentunya tidak akan begitu saja melupakan orang-orang tercinta yang meninggal dalam peristiwa kecelakaan di Kolombo, Srilanka tersebut meskipun telah berlalu lebih sari 4 dekade silam.

Baca Juga :  "Umur Kada Babau", Konsep Waktu ala Urang Banjar Inspirasi Berhaji Selagi Muda!

Khusus bagi masyarakat Kalimantan Selatan, bahkan "tragedi" ini sudah dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah ber-hajinya Urang Banjar. Tidak hanya sekedar mengenang dan mendoakan semua korban di setiap bulan haji tiba, tentu juga mengambil semua ibrah dan hikmah yang hadir sebagai "pelajaran mahal" bagi kita semua, terutama para calon jamaah haji yang setiap tahunnya beruntung mendapat undangan langsung dari Allah SWT untuk berhaji.

Haji Kolombo memang bukanlah nama orang, tapi semacam sebutan atau "gelar" yang disematkan Urang Banjar kepada para jamaah haji asal Kalimantan Selatan yang selamat dari tragedi jatuhnya pesawat haji Indonesia di Sri Lanka tahun 1978.

Area Pemakaman Syuhada Haji dengan Latar Monumen "Ekor Pesawat" Bertuliskan Nama-nama Korban | @kaekaha

Sedangkan para jamaah meninggal yang semua jenazahnya juga di pulangkan ke Kalimantan Selatan, mereka digelari sebagai para syuhada dan semuanya dimakamkan di pemakaman para syuhada haji yang lokasinya di samping taman makam pahlawan, Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Dari total jamaah haji asal Kalimantan Selatan yang menjadi korban, hanya37 korban yang teridentifikasi. sisanya  yang tak lagi dikenali dimakamkan di 4 lubang ukuran 6 x 2,5 meter.

Lokasi pemakaman para syuhada ini lokasinya cukup strategis, sehingga sangat mudah ditemukan dan  dijangkau dari arah manapun. Lokasinya berada persis di depan akses " keluar masuk"  terminal lama Bandara Syamsoedin Noor Banjarbaru, Kalimantan Selatan ke arah Kota Banjarmasin, karena posisinya di sebelah kiri jalan.

Di komplek pemakaman ini juga dibangun monumen berbentuk ekor pesawat, bertuliskan nama-nama korban, rancangan Haji Moenirul Wathani, yang saat itu menjabat sebagai kepala bagian Cipta Karya, Kanwil PU Kalimantan Selatan yang istri dan beberapa kerabatnya juga menjadi korban kecelakaan di Kolombo, kecuali putrinya Hajjah Murti yang selamat.

Semoga, 2 kali tragedi pesawat haji Indonesia era 70-an di Srilanka tidak akan pernah terulang lagi, selamanya. Amin.

Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!


Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 12 Juli 2023  jam  23:07 WIB (klik disini untuk membaca) dan terpilih sebagai Artikel Pilihan.

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar