Menyusuri teduhnya hutan bakau Desa Bahoi | @kaekaha |
Tipis-tipislah gayanya mirip koboi
Memang seru liburan ke Likupang
Lupa pulang lihat indahnya Desa Bahoi
DSP Likupang "The Hidden Paradise"
Keberhasilan tradisi konservasi alam dan budaya sebagai kunci utama terbentuknya ekosistem pariwisata kelas dunia, merupakan berkah untuk semua, tidak hanya menjadikan Bahoi layaknya surga tersembunyi, kebanggaan DSP Likupang, Sulawesi Utara dan tentunya Indonesia, tapi juga terbukti mampu merangsang lahirnya generasi dengan gen kreatif yang ber-kaizen alias terus berusaha meng-upgrade kemampuan dan kreatifitasnya secara kontinyu.
Menariknya, di sepanjang perjalanan antara Manado-Likupang ini, kita juga akan menemukan berbagai keunikan tradisi dan budaya masyarakat Sulawesi Utara dalam menjalani kehidupan sehari-hari di berbagai wanua alias kampung-kampung tradisional yang kita lewati. Jadi di sepanjang perjalanan menuju ka wanua Aduhai Bahoi! dijamin tidak akan pernah membosankan.
Pintu masuk Desa Bahoi, tampak infrastruktur jalan yang ramah berkendara | @kaekaha |
Kontur alam Desa Bahoi yang ciamik menjadi menu pembuka jalan-jalan kita. Di satu sisi tampak bukit-bukit menjulang dengan hamparan hijau hutan desa, hanya berjarak sepelemparan batu dari jalan poros beraspal hotmix yang membelah kampung, tepat di depan kantor hukum tua (kepala desa) yang uniknya, juga membelakangi angle pantai dengan view yang sangat cantik.
Sedangkan disisi lainnya, bumi Bahoi juga menyajikan lansekap alam khas dataran rendah, berupa pantai berpasir putih dengan hamparan hijau hutan bakau di dalam balutan birunya laut yang luar biasa indah. Diorama alam nan eksotis seperti inilah yang akan menyambut siapa saja yang datang ke Bahoi.
Disini, selain menikmati kesejukan serta segarnya udara ditengah-tengah teriknya kawasan pesisir, tentu kita juga bisa mengenal berbagai spesies bakau, berikut fauna penghuninya dan yang paling diburu-buru oleh netizen, jelas keberadaan spot-spot instagramable, seperti "situs" pohon bakau raksasa berusia ratusan tahun tepat di bibir laut yang mempunyai gradasi warna cukup cantik atau view sepanjang jembatan beton dan juga jembatan gantung nan ikonik yang membelah hutan bakau.
Khusus untuk "situs" pohon bakau berusia ratusan tahun yang luas cengkeraman akarnya bisa lebih dari puluhan meter ini, selain unik dan langka juga masih menyimpan misteri lho! Ada yang mau memecahkan kode-kode rahasia nan misteriusnya?
Aksi tanam bakau di Bahoi | @kaekaha |
Uniknya, tema dan lirik nyanyian paduan suara yang yang berakar pada kesenian Tunjuke, tradisi masyarakat Nusa Utara (Sangihe, Sitaro dan Talaud) yang telah ada sejak abad ke-13 ini bisa by order alias disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi.
Layaknya kuliner khas Sulawesi Utara umumnya, semua kuliner berbahan dasar ikan laut segar di sini, baik yang dibakar maupun yang berkuah, juga bercitarasa pedas dengan balutan rempah-rempah yang juga strong, salah satunya yang unik dan enak adalah olahan ikan berkuah yang biasa disebut sebagai kuah sasi!
Uniknya, guna melestarikan aneka resep kuliner khas Desa Bahoi warisan nenek moyang, ibu-ibu disini juga siap memberikan cooking class kepada semua pengunjung yang berminat, karena biasanya banyak yang harus dieksplor di Bahoi, kemungkinan tidak cukup kalau pengunjung hanya singgah sesaat. Untuk itu, jika pengunjung ingin stay lebih lama, disarankan untuk menginap di homestay milik masyarakat, selain bisa berbaur dengan "budaya" Bahoi lebih intensif, tentunya juga jauh lebih ekonomis.
Ini yang spesial! Momen makan siang kita ditemani oleh "Orkes Gitar Mama", ensembel musik tradisional khas Bahoi yang gape memainkan lagu-lagu berbagai genre, termasuk lagu daerah dengan aransemen yang lebih renyah dan easy listening. Mungkin karena main secara live dan tidak didukung soundsystem yang memadai, menjadikan sajian orkes siang itu kurang maksimal apalagi bila direkam dengan alat yang juga seadanya alias darurat, seperti video diatas....he....he...he...
Orkes yang digawangi pemuda-pemuda Bahoi yang sebagian juga pemain masamper ini menjadi semakin unik, karena keberadaan instrumen musik raksasa berdawai tunggal hasil kreasi warga bernama gitar mama. Spesifikasinya yang cukup besar dan relatif masih asing jelas menyita perhatian.
Begitu juga dengan cara memainkannya yang tidak kalah unik! Untuk membunyikan dawainya bukan dipetik atau digesek, tapi dengan cara di pukul dengan sebilah tongkat, begitu juga untuk mengatur nada pada fretboard, juga harus menggunakan sebilah kayu untuk menekan dawai yang juga berukuran raksasa tersebut.
Nama "gitar mama", konon merujuk pada "ukuran raksasa" instrumen yang secara sekilas mirip dengan kontra bass atau double bass yang lazim dipakai orkes kerocong tersebut. Ukurannya yang jauh lebih besar dibanding gitar-gitar lain dianalogikan sebagai "ibu atau mama" dari gitar lain. Tapi ada juga lho yang menyebut karena bodinya yang seperti bodi mama-mama...!? Waduh, menurut kamu kira-kira mana ya yang pas?
Sebagai penikmat musik sekaligus pecinta budaya Nusantara, saya sangat berharap suatu saat nanti bisa melihat Desa Wisata Bahoi bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk Adira Finance, menggemakan Festival Kreatif Lokal dengan tema spesifik, seperti festival parade Orkes Gitar Mama, Masamper atau malah Festival Kuliner Bahoi.
Romantika senja Pantai Desa Bahoi | @kaekaha |
Setelah puas menjelajah daratan Bahoi, bagi penikmat wisata bawah air bisa melanjutkan petualangan di perairan Bahoi yang juga tidak kalah mempesona. Di sini pengunjung bisa berkeliling hutan bakau dari sisi laut, termasuk memancing ikan dan melakukan aktifitas olahraga air lainnya seperti snorkeling, diving dan lainnya dengan peralatan lengkap yang sudah disediakan sepaket dengan perahu oleh pengelola.
Masih banyak yang belum mengetahui, kalau perairan Bahoi yang jernih dan cenderung berarus tenang merupakan jalur reguler migrasi dari kawanan dugong atau ikan duyung (Dugong dugon).
Begitu juga dengan cantiknya surga wisata bawah air seluas sekitar dua hektare di seputaran Daerah Perlindungan Laut (DPL), sebuah area konservasi terumbu karang super cantik yang diinisiasi masyarakat dengan bimbingan serta supervisi dari pemerintah serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konon masih perawan lho!.
Tapi, meskipun boleh di kunjungi, taman terumbu karang ini sangat dilindungi dan dijaga secara ketat oleh masyarakat dengan ketetapan pengelolaan, termasuk rincian berbagai sanksi bila ada pelanggaran baik oleh wisatawan atau masyarakat setempat, diatur secara tegas dalam sebuah Peraturan Desa (Per Des) Daerah Perlindungan Laut (DPL). Keren kan?
Yuk, ambil pelajaran yang baik dan berguna dari Bahoi...
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar