Kamis, 30 Juni 2022

Berpetualang ke Pedalaman Hulu Sungai Barito, "Bisnis" Tetap Jalan dengan ASUS Vivobook 13 Slate OLED di Tangan

 

Pernah membayangkan rasanya "menikmati" perjalanan 2 hari 2 malam non stop, menyusuri salah satu sungai terpanjang di Indonesia dengan armada bus air alias kapal kayu tua yang sudah pasti minim hiburan dan hanya ber-soulmate dengan smartphone sama seperangkat laptop Vivobook 13 Slate OLED (T3300) untuk "bekerja dan berhibur"!?

Oya, laptop besutan terbaru dari ASUS ini menjadi soulmate pilihan dalam perjalanan, karena ketertarikan saya pada fitur detachabel-nya yang memungkinkan panel layar OLED-nya bisa dilepas dari rangkaian perangkat laptop-nya, sehingga bisa dipakai layaknya tablet. 
 
Artinya, laptop 2-in-1 yang multifungsi ini bisa menjadi laptop untuk bekerja, sekaligus tablet untuk hiburan dan yang tidak kalah penting, laptop Vivobook 13 Slate OLED (T3300) sudah menggunakan sistem operasi terbaru yaitu Windows 11 yang fitur-fitur widget-nya pasti sangat bermanfaat untuk menjadikan hidup lebih mudah, termasuk saat "berpetualang" ke pedalaman hulu Sungai Barito.
 
Aktifitas Transportasi di Sungai Barito | @kaekaha
 
Peradaban Sungai Barito
 
Sungai Barito, salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Indonesia yang berhulu di Pegunungan Schwaner, perbatasan alam antara Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, sejak ribuan tahun silam telah menjadi jalur transportasi tradisional sekaligus urat nadi bagi kehidupan masyarakat yang hidup di sepanjang bantarannya.
 
Sayang, kejayaan transportasi sungai yang dulu pernah memadati ruas jalur sungai yang bermuara di Laut Jawa tersebut, sekarang hanya menyisakan KM Pancar Mas 2, sang legenda! Satu-satunya bus air yang masih mau dan mampu berlayar melayani rute jauh, Banjarmasin-Muara Teweh PP, sekali dalam seminggu. 
 
Beruntung, sebagai penikmat perjalanan dan petualangan, saya tidak hanya sekedar pernah ikut berlayar  KM Pancar Mas 2 saja, tapi relatif sering memanfaatkannya untuk berbagai keperluan perjalanan PP dari Banjarmasin menuju berbagai Kota di kawasan Hulu, termasuk mudik lebaran yang lalu
 
Kapal Pancar Mas II | @kaekaha

 
Untuk perjalanan "melawan arus" menuju kota-kota di kawasan hulu, seperti ke Kota Muara Teweh yang sering saya lakukan, dibutuhkan waktu tempuh normal sekitar 2 hari perjalanan dan biasanya hanya memerlukan sekitar 1 hari perjalanan saja untuk rute sebaliknya. 
 
Bagi yang tidak biasa melakukan perjalanan jauh, setidaknya 2 hari 2 malam non stop tanpa media hiburan yang memadai, apalagi dengan kapal kayu tua yang multipurpose alias "pengangkut sembarang" yang tidak hanya mengangkut penumpang saja, tapi juga beragam barang kebutuhan masyarakat pedalaman, sepertinya akan menjadi trip yang sangat membosankan.
 
Bersyukurnya, itu tidak berlaku bagi saya! 
 
Selain karena memang penikmat perjalanan, terutama ke daerah-daerah baru, apalagi dengan moda transportasi yang tidak biasa, saya yang sudah beberapa kali naik kapal dengan desain khas tradisional Banjar nan unik ini, juga sudah tahu bagaimana cara "menikmati" perjalanan selama 48 jam non stop-nya.
 
Suasana Dek Atas Kapal | @kaekaha
 
 
Karena terbiasa tetap "bekerja" meskipun tengah "berpetualang", maka saya selalu membekali perjalanan saya bersama sang legenda dengan perangkat untuk membaca, menulis dan tentunya hiburan secara mandiri, biasanya berupa laptop, tablet dan 2 smartphone yang selalu nempel kemanapun saya pergi.      
 
Biasanya, dalam "petualangan" ke hulu Sungai Barito ini, saya tetap menulis apa saja dan dalam beberapa kesempatan juga tetap mengajar pada bimbingan belajar secara daring
 
Kalau sedang tidak ada job menulis dari klien, biasanya saya menulis reportase seputar perjalanan dengan sang legenda yang selalu memberikan ilmu pemahaman baru, terutama untuk tematik sosial budaya, terkhusus lagi terkait fakta indahnya harmoni dalam kebhinekaan budaya masyarakat Pulau Kalimantan.

Sekedar informasi! 2 smartphone dengan 4 nomor dari operator berbeda yang selalu saya bawa dalam petualangan ini, bukan untuk gaya-gayaan lho ya! Tapi untuk menangkap sinyal internet terkuat yang di sepanjang perjalanan operatornya selalu berubah-ubah. Nah seru kan!?
 
ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com

Solilokui Pesona ASUS Vivobook 13 Slate OLED
 
Untuk perangkat membaca, menulis dan "berhibur", sejak lahir  ASUS Vivobook 13 Slate OLED saya sengaja meninggalkan tablet lama yang biasanya saya pakai untuk nonton atau berselancar di internet sambil rebahan santai di lantai kapal, karena perannya telah tergantikan oleh "layar sentuh" ASUS Vivobook 13 Slate OLED yang bisa dilepas dan dibawa kemana-mana layaknya tablet.
 
Bahkan dengan meletakkannya di bidang datar pada cover stand yang memiliki engsel 170° atau sekedar ditaruh di pangkuan, layar 13 inci ini bisa dimanfaatkan untuk nonton apa saja secara full screen, karena rasio layar 16:9-nya memang disesuaikan dengan format wide standar video.
 
Karenanya, setiap ikut berlayar sang legenda, saya serasa membawa TV portable yang bisa dipakai nonbar mini dengan penumpang lain, termasuk kru kapal yang sedang tidak bertugas. 

 ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com


 
Canggihnya teknologi ASUS OLED yang menjadikan tampilan warna pada layar menjadi lebih jernih, detail, fokus dan akurat tanpa efek nge-blur pada tingkat kecerahan yang rendah sekalipun, menjadikan semua kru kapal yang sebagian besar memang sudah saya kenal baik, seperti ketagihan nonton bareng  dengan menggunakann tablet ASUS Vivobook 13 Slate OLED.
 
Tidak hanya itu! Dengan kecepatan respon mencapai 0,2 milisecond response time, menjadikan Layar OLED laptop ini sangat responsif. Begitu juga dengan ASUS Pen 2.0 alias pena stylus-nya yang punya 4096 tingkat sensitivitas tekanan, 5-350 gr bobot sentuh di ujungnya, dan 266Hz sampling rate, juga tidak kalah sensitif!

Kerennya lagi, ujung pena ASUS Pen 2.0 ini selain bisa diganti dalam empat pilihan, layaknya pensil dengan ukuran tingkat kehitaman  2H, H, HB dan HB, juga memiliki fungsi digital untuk beberapa operasi, seperti melakukan screenshot atau beralih halaman ketika melakukan presentasi dengan media konektor bluetooth, sehingga sangat membantu saya saat mengajar secara live.
 
Memang, mereka tidak tahu menahu dengan "fakta" ASUS Vivobook 13 Slate OLED yang telah mendapatkan sertifikasi TÜV Rheinland untuk kenyamanan dan kesehatan mata berkat teknologi eye care, begitu juga validasi PANTONE Cinema Grade 100% DCI-P3 untuk akurasi warna, serta dukungan teknologi Dolby Vision plus sertifikasi VESA DisplayHDR True Black 500 untuk kontras maksimal.
 
 
ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com

 
Tapi mereka melihat dan merasakan sendiri bagaimana keandalan visual teknologi ASUS OLED dan juga kedahsyatan sistem audio dari perangkat tablet dan laptop hybrid pengusung empat speaker (quad-speaker) yang mendukung Dolby Atmos, sistem amplifier cerdas yang memberikan suara yang lebih kaya, jernih dan tentunya bebas distorsi. 
 
Begitu juga dengan kualitas konektifitas internetnya yang dibekali WiFi 6 (802.11ax), menjadikan streaming nonton bola rame-rame dan kebutuhan daring lainya menggunakan ASUS Vivobook 13 Slate OLED relatif lebih mulus, sekalipun sambil berlayar menuju pedalaman huli Sungai Barito.
 
Biasanya, kami nonbar mini sesaat selepas makan malam atau selepas shalat Isya di dek paling atas yang masih menyisakan ruang agak lapang. Kalau kebetulan ada siaran langsung sepakbola dan kebetulan dapat sinyal bagus, maka kami pasti nonton bola, tapi kalau keduanya tida ada, maka kami biasa nonbar film yang filenya memang sengaja saya siapkan dari rumah.
 
Layar ASUS Vivobook 13 Slate OLED | asus.com

 

Keseruan saya bersama penumpang KM. Pancarmas 2 lainnya yang melibatkan ASUS Vivobook 13 Slate OLED selama perjalanan, tidak sebatas nonbar alias nonton bareng saja, banyak juga yang lainnya.
 
Salah satu diantaranya  yang begitu epic adalah ketika berhasil menolong membelikan token listrik salah satu penumpang untuk rumah dan tokonya di pasar Kota Muara Teweh yang kebetulan hampir kehabisan, melalui internet banking salah satu bank nasional dengan menggunakan laptop ASUS Vivobook 13 Slate OLED.

Uniknya, siapa sangka "bisnis akhirat" yang awalnya hanya bermaksud menolong tersebut justeru menjadi pintu masuk pada "bisnis dunia" yang sebenarnya.
 
Ternyata, bapak yang saya tolong tidak hanya memberi imbalan lumayan besar selain nilai transaksi untuk token-nya, yang menurut beliau untuk mengganti kuota internet, tapi juga menyebarkan "pertolongan saya" tersebut kepada penumpang lain dan diluar dugaan saya, efeknya sangat luar biasa!
 
Sejak saat itu, setiap ada penumpang dan juga kru kapal yang kehabisan pulsa handphone, kuota internet, token listrik bahkan bayar BPJS, cicilan pembiayaan dan lain-lainnya pasti mendatangi saya, hingga orderannya sampai menumpuk. 
 
Nah, ini dia yang saya sebut sebagai berpetualang ke Pedalaman Hulu Sungai Barito, "Bisnis" Tetap Jalan dengan ASUS Vivobook 13 Slate OLED di Tangan.
 
 
Banjarmasin, 300622


Tidak ada komentar:

Posting Komentar