Rabu, 27 Mei 2020

Out Of The Box! Menambah Kaki-Kaki Baru!

Hidup memang seperti putaran roda pedati. Untuk menuju satu atau beberapa titik tujuan, roda memang harus berputar terus menerus sampai titik tujuan yang diinginkan. Konsekuensinya, jika sebuah roda dalam keadaan berputar maka posisi roda akan terus berubah kadang diatas, disamping kanan atau kiri dan tentu ada saatnya ada di bawah. Begitu juga perjalanan hidup saya seorang anak manusia biasa yang terlahir dengan berbagai mimpi-mimpi indah untuk menjadi manusia yang sesempurna mungkin, terutama di mata Tuhan.. Ada kalanya diatas, di tengah dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan berada di bawah yang kesemuanya membawa konsekuensinya masing-masing. Filosofi inilah yang menjadi referensi pertama dan utama bagisaya dalam menjalani prosesi kehidupan agar semuanya tetap berimbang.

Sejak melepas pekerjaan terakhir di bidanghuman resources di sebuah perusahaan retail asing dengan jabatan terakhir level manajerial, sekitar 6 tahun yang lalu, dengan bermodalkan tekad, sedikit uang plus dua etalase mungil, saya memutuskan untuk membuka kios atau toko kelontong kecil-kecilan di garasi rumah dengan konsep jemput bola (by delivery), dimana pelanggan tidak perlu repot datang ke toko tapi tinggal duduk manis dirumah, angkat telepon atau SMS maka, dalam waktu beberapa saat barang sudah sampai di depan pintu rumah pelanggan. Alhamdulillah, setelah berjibaku sekitar empat tahun, omset yang semula hanya puluhan ribu berkembang menjadi jutaan rupiah per-harinya. Karena garasi sudah tidak bisa lagi menampung item barang yang mencapai ribuan, akhirnya saya harus merelakan rumah kami untuk di modifikasi sepenuhnya menjadi toko.

Memasuki pertengahan 2013, saya membaca ada yang berubah dengan perekonomian regional Kalimantan (Selatan). Indikatornya adalah perubahan perilaku konsumen yang cenderung lebih berhemat dam menahan diri dalam berbelanja. Situasi ini mengakibatkan, turunya omzet toko secara signifikan dari hari ke hari. Memasuki tahun 2014 perekonomian regional Kalimantan (Selatan) benar-benar semakin terpuruk. Hal ini ditengarai akibat terpuruknya bisnis sektor pertambangan, khususnya batubara, yang selama ini menjadi penggerak utama perekonomian regional Kalimantan (Selatan). Meredupnya bisnis pertambangan batubara di Kalimantan (Selatan) membawa efek domino yang cukup besar dan tidak sederhana bagi perekonomian regional Kalimantan (Selatan), semua lini usaha baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis batubara semua ikut gulung tikar termasuk usaha toko kelontong yang saya kelola. Satu persatu pelanggan besar kami yang rata-rata perusahaan yang berkaitan dengan bisnis batubara mulai mengurangi belanja bahkan beberapa stop order karena gulung tikar alias bangkrut, sedangkan daya beli pelanggan individu danrumahan juga turun drastis. Memang harus diakui, perekonomian regional Kalimantan (Selatan) selama ini memang dominan tergerakkan oleh bisnis batubara. 

Celakanya, ketika perekonomian sedang stagnan, spertinya pemerintah daerah kehabisan akal dan energi untuk mendongkrak dan menggairahkan perekonomian regional sehingga mengambil langkah instant, mengijinkan beberapa jaringan retail berskala nasional yang notabene bermodal besar untuk menyerbu Kalimantan Selatan secara massive, khususnya Kota Banjarmasin dan beberapa kota satelit disekitarnya seperi Banjarbaru, Martapura dan Pelaihari. Didukung dengan modal besar yang tak terbatas, sistem chain store sampai ke kampung-kampung serta sistem teknologi informasi yang mumpuni, jelas bukan tandingan kami untuk head to head. Sudah bisa diduga akibatnya, satu-persatu pedagang-pedagang kecil di sekitar komplek kami tutup satu persatu. Diakui atau tidak itulah faktanya! Ruang gerak usaha retail bermodal menegah kebawah seperti kami yang sebelumnya sudah tertatih-tatih terkena imbas kelesuan bisnis batubara, semakin terjepit. Jangankan untuk berkembang, sekedar bisa bertahan saja wajib hukumnya untuk bersyukur.

Setelah mencoba berbagai teori dan strategi yang masuk akal, tetapi pertumbuhan omzet toko tidak juga signifikan bahkan cenderung menurun terus, disinilah kekuatan dari “kepepet” mulai bekerja. Saya harus berpikir dan bergerak cepat out of the box, keluar dari zona nyaman dan kepasrahan tanpa ikhtiar berdiri hanya pada “satu kaki” saja, yaitu toko kelontong yang sudah ada. Momentum“titik balik” ini mengantarkan saya untuk sesegera mungkin mencari dan mendapatkan kaki-kaki baru yang memungkinkan untuk bisa tumbuh berkembang dan berjalan seirama dengan kaki yang sudah ada. 

Dengan menggunakan analisa SWOT sederhana, akhirnya saya memutuskan untuk sesegera mungkinmembangun kaki baru untuk menopang semakin besar dan beratnya beban pengeluaran. Pilihan jatuh pada usaha laundry, dengan pertimbangan tidak memerlukan modal kerja yang terlalu besar karena alat kerja yang diperlukan adalah alat rumah tangga yang sudah ada. Sedangkan untuk tenaga kerja, saya memaksimalkan potensi tim kerja di toko dengan sistem rolling

Alhamdulillah dalam tempo tiga bulan saja “kaki ke dua” ini sudah bisa berdiri sendiri, bahkan saya proyeksikan untuk memberi subsidi modal kerja rencana pembentukan “kaki ke-tiga” yang masih berada dalam tahap analisa kelayakan potensi usaha. Setelah sekitar seminggu mencari referensi kesana-kemari dari berbagai sumber, akhirnya saya menemukan juga jenis usaha yang paling memungkinkan untuk dibangun menjadi kaki ke-tiga. 

Seperti halnya “kaki pertama dan ke-dua”, “Kaki ke-tiga” yang berhasil saya dirikan sebulan berikutnya ini, masih tetap mengandalkan “goodwill” dari “kaki pertama” toko kelontong terdahulu. Pilihan saya jatuh pada usaha PPOB (Payment Point OnlineBank) atau loket pembayaran tagihan on line dan penjualan tiket pesawat. Untuk memulai usaha ini, modal kerja yang dibutuhkan juga relative kecil, peralatan kerja yang dibutuhkan seperti seperangkat komputer dan jaringan internet semua sudah tersedia. Untuk tenaga kerja, sementara waktu saya sendiri yang mengoperasikan, jadi tidak memerlukkan tambahan biaya untuk menggaji karyawan. Sedangkan untuk modal deposit tidak ada batasan minimal alias sesuai 


kemampuan,.sehingga subsidi silang dari kaki ke-dua, usaha laundry untuk tahap awal sudah cukup. Menginjak bulan ketiga, seiring jumlah pelanggan yang semakin banyak otomatis jumlah transaksi PPOB juga ikut bertambah tentu hal ini berbanding lurus dengan total fee yang saya dapatkan di akhir bulan. Waktu terus berjalan, seiring niat saya untuk mencari dan menambah kaki-kaki baru, diluar dugaanberkat kegigihan doa dan ikhtiar team saya, akhirnya pertolongan Allah SWT benar-benar datang dalam wujudnya yang nyata. Setelah melihat dan mengkaji prospek market share PPOB kami, salah satu provider PPOB dari salah satu Bank terkemuka tertarik untuk bekerjasama dalam penyediaan software dan saldo deposit. 

Tidak tanggung-tanggung mereka menyediakan saldo deposit hingga seratus juta rupiah tanpa jaminan atau agunan apapun. Untuk memaksimalkan potensi yang ada, akhirnya saya merekrut satu orang khusus untuk meng-handle PPOB dan penjualan tiket pesawat. Alhamdulillah, seiring dengan semakin banyaknya pelanggan saya untuk laundry dan PPOB yang datang langsung ke counter yang letaknya satu lokasi dengan toko, ternyata juga membawa pengaruh luar biasa pada omzet toko. 

Secara tidak sengaja saya telah menghadirkan konsep one stop service pada pelanggan-pelanggan saya. Selain membayar tagihan listrik, pelanggan saya bisa sekalian laundry baju sekaligus berbelanja kebutuhan sehari-hari seperti AMDK gallon, gas dan keperluan harian lainnya dan semuanya bisa antar jemput just by call. Pada waktu bersamaan, datang penawaran menartik dari salah satu sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu. Kami bertemu secara tidak sengaja di situs facebook. Penawaran menarik yang akhirnya menjadi kaki keempat saya ini berupa bisnis “kurir”, yaitu mengantar surat/paket khusus kepada customer dari lembaga perbankan dan leasing. 

Dengan keyakinan penuh dan didukung oleh team kerja yang solid akhirnya kaki ke-empat saya benar-benar bisa tegak berdiri untuk menopang semua beban pengeluaran kami sekeluarga. Sekarang ini saya sedang menganalisa kelayakan bisnis sebuah peluang usaha di bidang kuliner yang dulu sempat saya geluti ketika duduk dibangku kuliah. yang saya proyeksikan untuk menjadi kaki ke-lima saya. Doakan ya sobat semoga semuanya bisa berjalan dengan baik dan benar sesuai rencana saya. Amin.


Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar