Pedagang dan Pembeli Bertemu di Salah Satu Sudut Pasar Terapung Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kaimantan Selatan | @kaekaha!
Pasar terapung merupakan sebentuk kearifan lokal yang lahir, tumbuh dan berkembang sebagai bentuk adaptasi masyarakat Suku Banjar di seputaran Kota Banjarmasin terhadap alam dan lingkungannya yang didominasi oleh perairan darat atau lahan basah berupa rawa-rawa dan juga sungai berbagai ukuran, hingga berjuluk Kota 1000 Sungai sejak ratusan tahun silam.
Sebagai salah satu warisan dari produk budaya sungai yang otentik dan khas banua Banjar, tentu saja pasar terapung yang sekarang telah berkembang tidak hanya sekedar sebagai ekosistem tempat bertemunya pedagang dan pembeli di atas sungai semata, tapi juga menjadi destinasi wisata, telah menjadi ikon pariwisata kebanggaan masyarakat Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan.
Baca Juga Yuk! Sisi Unik Pasar Terapung Banjarmasin yang Masih Jarang Diketahui Publik
Wajar karenanya, jika kemudian keunikan pasar terapung yang akhirnya terekspos ke seluruh penjuru nusantara bahkan juga ke mancanegara sejak salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia menjadikannya sebagai station ID ini, terus diupayakan kelestariannya oleh seluruh elemen Urang Banjar.
Terbaru, Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan melalui Gubernur Haji Muhidin dalam kunjungannya ke TMII yang diterima oleh Plt. Direktur Operasional TMII, I Gusti Putu Ngurah Sedana , Jum’at (18/7/2025) menyebut Pasar Terapung dengan nuansa khas Kota Banjarmasin akan segera hadir meramaikan anjungan Kalimantan Selatan di TMII atau Taman Mini Jndonesia Indah di Jakarta.
Menghadirkan pasar terapung di TMII tentu pilihan cerdas yang sangat strategis, mengingat TMII merupakan etalase budaya nusantara yang merepresentasikan keberagaman tradisi dari seluruh penjuru Indonesia. Kehadiran desinasi pasar terapung ini diharapkan kedepannya dapat menambah daya tarik wisata, menjadi media edukatif bagi pengunjung, serta memperluas akses pasar bagi produk UMKM karya Urang Banjar.
Tidak tanggung-tanggung, Gubernur Kalimantan Selatan ke-11 yang dilantik pada tanggal 16 Desember 2024 ini akan memboyong replika hidup warisan budaya sungai yang diyakini telah eksis beriringan dengan eksistensi Kesultanan Banjarmasin yang mulai berdiri sejak di awal-awal abad ke-16 di Kuin, seotentik mungkin.
Berbekal CSR (Corporate Social Responsibility) dari Bank Kalsel, bank plat merah yang saham terbesarnya dimiliki oleh Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan ini, H. Muhidin dan pihak TMII telah menyepakati pembangunan Spot Pasar Terapung di Anjungan Kalimantan Selatan, TMII nantinya semirip mungkin dengan Pasar Terapung aslinya.
Jukung Barenteng, Tradisi Unik Para Pedagang Ketika Berangkat dan Pulang dari Pasar Terapung di Sungai Martapura | @kaekaha! |
Rencana kedepannya, pasar terapung ini juga akan diramaikan oleh pedagang-pedagang khas pasar terapung yang menjajakan berbagai produk khas Kalimantan Selatan, mulai dari kerajinan tangan, kuliner tradisional seperti soto Banjar, hingga buah-buahan segar dan hasil bumi lainnya.
Tentu saja, kehadiran pasar terapung di TMII ini, nantinya juga membuka peluang usaha baru bagi para pelaku UMKM dari Kalimantan Selatan untuk memasarkan produk mereka di luar Kalimantan Selatan, khususnya Jakarta dan sekitarnya, sekaligus memperkenalkan keunikan banua Banjar kepada khalayak yang lebih luas.
Kalau merujuk situs destinasi Pasar Terapung yang asli, tentu ada dua nama yang tercatat dalam sejarah modern, yaitu Pasar Terapung Muara Kuin di Tepian Sungai Barito yang menjadi lokasi syuting Station ID RCTI yang sayangnya sedang mati suri dan satu lagi, Pasar Terapung Lok Baintan di hilir Sungai Martapura yang masuk wilayah Kabupaten Banjar.
Baca Juga Yuk! Minggu Pagi di Pasar Terapung, Siring Tendean, Banjarmasin
Tentu tidak menutup kemungkinan design Pasar Terapung nantinya juga menyesuaikan dengan lansekap aktual yang tersedia di anjungan Kalimantan Selatan yang bisa jadi lebih cocok dengan design Pasar Terapung buatan yang sekarang beberapa daiantaranya masih bisa ditemukan di seputaran Kota Banjarmasin, terutama Pasar Terapung di Siring jalan Tendean.
Perbedaan utama antara pasar terapung asli atau pasar terapung alami dengan pasar terapung buatan ada pada dua hal yaitu, waktu aktifitas pasar dan juga pola interaksi antara penjual dan pembeli.
Pedagang di Pasar Terapung Sedang Menyusun dan Merapikan Dagangannya | @kaekaha! |
Untuk pasar terapung asli yang terbentuk secara alami, aktifitas pasarnya mulai sebelum subuh sampai terbit matahari alias saat masih gelap dengan durasi yang relatif lebih pendek dan sangat terbatas. Sedangkan proses interaksi antara penjual dan pembeli ataupun pengunjung full dilakukan di atas aliran sungai dengan menggunakan perahu.
Untuk pasar terapung buatan, biasanya untuk waktu dan durasi aktifitas menyesuaikan dengan evennya, sedangkan untuk proses interaksi, biasanya para pedagang tetap berada diatas jukung atau perahu kecil khas Urang Banjar yang mengapung di air dan ditambatkan di tepian sungai dan pembeli atau pengunjung tetap di daratan, tidak perlu naik jukung.
Baca Juga Yuk! Hablumminannas dan Tali-temali Tradisi Kesalehan Sosial Khas Pasar Terapung, Lok Baintan
Tentu akan sangat menarik bagi pengunjung yang ingin berliburan ke anjungan Kalimantan Selatan di TMII kedepannya, jika design pasar terapungnya merupakan perpaduan antara kedua jenis pasar terapung yang sekarang masih eksis di Kalimantan Selatan itu, sehingga pengunjung bisa merasakan langsung sensasi mengunjungi pasar terapung dengan atmosfer yang identik dengan lokasi aslinya.
Tentu saja, kehadiran ekosistem pasar terapung bernuansa asli khas Kalimantan Selatan di jantung ibu kota ini diharapkan tidak saja memberi alternatif hiburan baru di TMII khususnya di anjungan Kalimantan Selatan saja, tapi juga menambah pengalaman dan juga wawasan edukatif pengunjung yang tak terlupakan terhadap kekayaan sejarah, tradisi dan budaya bangsa khas Kalimantan Selatan yang selama ini mungkin hanya didengar dan dilihat saja melalui media.
Interaksi Penjual dan Pembeli nan Unik di Pasar Terapung | @kaekaha! |
Bayangkan, menikmati Soto Banjar berkuah kaldu hangat atau Katupat Batumis di atas jukung atau sambil duduk lesehan di tepi sungai atau danau buatan, menyaksikan jukung khas Banjar yang hilir-mudik dengan aneka dagangan yang dikayuh acil-acil yang berbicara dan berpantun berbahasa Banjar ataupun berdendang lagu Ampar-ampar Pisang ada di sekeliling anda!?
Semua sensai ini, tidak hanya bagi mereka yang karindangan alias rindu berat akan suasana Banjarmasin, tetapi bagi siapa saja yang ingin menjelajahi kekayaan budaya Indonesia dalam satu lokasi di TMII.
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjaemasin nan Bungas!
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 21 Juli 2025 17:02 (silakan klik disini untuk membaca)
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar