Berumrah, Berdoa di Masjidil Haram | @kaekaha
“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari, no. 1773 dan Muslim, no. 1349)
Mendengar tetangga yang berangkat umrah atau naik haji, tentu menjadi salah satu momentum terbaik sekaligus berita gembira yang layak untuk disyukuri, karena bisa menjadi jalaran (sebab;bahasa Jawa) kita lebih bersemangat untuk semakin khusyuk melazimkan doa-doa yang makbullah dan tentunya berikhtiar secerdas dan sekeras mungkin sebagai sunatullah-nya agar kita juga bisa segera ikut berhaji dan berumrah. Amin.
Itu juga yang saya rasakan, setiap kali mendapat undangan tasyakuran tetangga, kolega dan atau juga keluarga yang bersiap-siap tulak (berangkat;bahasa Banjar) ke tanah suci, entah mau naik haji maupun (terutama) umrah yang hampir selalu ada saja setiap pekan dan bulannya.
Apalagi kalau dalam beberapa bulan sekali selalu melihat rombongan anak buah pengusaha besar dari Kalsel ternama yang akhir-akhir ini sering viral beritanya, berjumlah ratusan itu tulak rame-rame, bareng-bareng menuju tanah suci, karena kebetulan "tempat transit" mereka selama di Banjarmasin hanya terpisah beberapa rumah saja dari tempat saya tinggal.
Prosesi pemberangkatan jemaah umrah di Masjid Jami' Baitul Mukminin Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus | jurnalpantura.id |
Eits tunggu dulu! Tapi sepertinya ada lagi deh yang yang lebih membuat semangat saya berdoa dan berikhtiar agar bisa segera tulak ke tanah suci jadi sekonyong-konyong koder, lebih dahsyat daripada cerita lagu jatuh cintanya (alm.) Didi Kempot yang ujug-ujug alias tiba-tiba sama Mbak Ayu sing dodol lemper alias si penjual kue lemper itu! Naaaah ada yang tahu apa itu?
Tidak lain dan tidak bukan, kabar aktual dan faktual yang memang benar-benar luar biasa dari Dukuh Mbareng Cempling, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus, Jawa-Tengah yang memberitakan 117 warganya, benar-benar tulak alias berangkat melaksanakan ibadah umrah rame-rame, bareng-bareng secara masal ke Tanah Suci Makkah pada Rabu (2/7/2025) dini hari.
Ini keren banget Mase! Inspirasi model begini ini luar biasa dan belum pernah saya dapatkan sebelumnya!
Bagaimana tidak, 117 warga dengan latar belakang sosial ekonomi yang pastinya berbeda-beda juga itu, setelah berkomitmen bersama-sama untuk menabung bersama kurang lebih selama tiga tahun, akhirnya mereka berhasil "meretas jalan menuju surga" secara bareng-bareng dan ini jelas beda banget vibes-nya dengan umrah ratusan anggota rombongan anak buah pengusaha besar dari Kalsel ternama yang sering viral itu apalagi umrah kita yang biasa sendirian saja!
Mereka ber-117, akhirnya bisa juga berumrah ke tanah suci bareng-bareng, rame-rame! Sungguh luar biasa ini Mase! Jujur saya nggak bisa membayangkan, betapa nikmatnya bersujud dan beribadah bareng-bareng sama tetangga sebelah rumah dan sekampung lainnya di depan Kabah!
Atau mungkin, rame-rame meminum segelas air Zam-zam yang menyegarkan di pelataran Masjidil Nabawi dengan teman-teman semasa sekolah dulu yang sekarang menua bersama di desa. Sungguh nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Masha Allah!
Apa hal istimewa yang bisa kita tiru dan terapkan dari berita keberhasilan Warga Desa Hadipolo rame-rame meretas jalan ke surga ini?
Selain niat mereka untuk berumrah yang muara pahalanya adalah surga, hingga saya juga lebih suka berkali-kali menyebut perjalanan para tamu Allah SWT ini sebagai "meretas jalan" menuju surga sebagai motivasi buat diri saya dan para pembaca, ada satu hal lagi yang menurut saya patut kita teladani lagi, yaitu kiat-kiat mereka menjaga asa agar "dimampukan" oleh Allah SWT berangkat ke tanah suci.
Ternyata, tips dan triknya tidak jauh berbeda dengan strategi bernuansa kearifan lokal masyarakat di kampung halaman saya Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! dalam rangka menyiasati keterbatasan ekonomi hingga "dimampukan" Allah SWT untuk ikut berkurban, seperti yang pernah saya tuliskan dalam artikel Berawal Dari "Handilan" Lahirlah Rukem dan Rukur, Jalur Sunyi Menabung Kurban.
Mengutip dari laman Radar Kudus, menurut koordinator Tour Religi Masjid Baitul Mukminin Hadipolo, Ahmad Rif'an, mereka ber-117 yang berangkat umrah itu berprofesi sebagai petani, wirausaha, buruh, hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan untuk berumrah, mereka menabung bersama selama tiga tahun dengan skema menabung yang sangat fleksibel alias dengan durasi dan juga besaran yang sesuai kemampuan. Hingga akhirnya mereka semua benar-benar dimampukan oleh Allah SWT untuk berangkat umrah. Wallahu a'lam bishawab! (BDJ10725)
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 10 Juli 2025 21:19 (silakan klik disini untuk membaca)
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar