Selasa, 13 Februari 2024

Membiasakan Diri Bermental Kaya

Senyumlah! Ini Sedekah yang Paling Mudah | @kaekaha

Sebagai panduan hidup dan kehidupan, Islam secara terstruktur menuntun umatnya, umat Islam (maaf bukan umat muslim ya! Karena dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak dikenal istilah umat muslim) menuju kesuksesan dan keberkahan hidup di dunia dan akhirat secara proporsional.

Salah satunya adalah tuntunan menjadi pribadi bermental kaya yang selalu berpikir untuk menambah nilai benefit dari kekayaannya, agar bisa membawanya sukses hidup di dunia dan akhirat!

Luar biasanya, banyak sekali nash dalam Al Qur'an maupun Al hadits, baik secara implisit maupun eksplisit memotivasi kita, umat Islam untuk bermental kaya!

"Shalat jamaah lebih baik 27 derajat dibanding shalat sendirian." (HR. Bukhari, no. 645 dan Muslim, no. 650)

Rasulullah SAW dengan gamblang dan jelas banget, memberi tahu kita, pahala salat berjamaah itu senilai dengan 27 kali lipat dibandingkan salat sendirian atau munfarid dan untuk laki-laki afdhalnya shalat 5 waktu itu di masjid bukan di rumah!

Tetapi apa yang kita lihat sehari-hari!? Masih banyak umat Islam yang bermental miskin! Sering kita temui di masjid-masjid persinggahan di rest area, mall atau di pinggir jalan raya antar kota, terlihat umat Islam yang masih saja memelihara mental miskin dengan memilih shalat sendirian, padahal di depan atau di sekitarnya ada orang-orang yang melaksanakan shalat berjamaah.

Kasihan bukan! Kenapa mereka masih memilih perkara yang "keuntungannya" kecil?

Baca Juga Yuk! Mulakan dengan Bismillah

Tidak hanya itu! Dalam Al Quran Allah SWT juga menjanjikan "nilai tambah" yang secara implisit mengajari kita berpikir kaya dan bermental kaya melalui sebuah firmanNya yang begitu kental dengan ilmu matematika.

Itu bisa kita dapatkan pada Al Quran surah 2 ayat 261 yang secara lugas menerangkan perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, serupa dengan 1 biji yang menumbuhkan 7 tangkai dan pada masing-masing tangkai terdapat 100 biji.

Kalimat matematika dari QS. 2 ayat 261 diatas bisa diringkas menjadi  (1 x 7) x 100 = 700

Begitulah gambaran "cara kerja" matematika sedekah. Hitung-hitungan pelipat gandaan ganjaran, pahala, reward atau keuntungan dari Allah SWT kepada siapa saja yang dikehendaki, yaitu orang-orang yang bersedekah. Sungguh, Allah SWT Maha luas karunianya lagi maha mengetahui segala sesuatu!

Nash dalam Al-Qur'an ini didukung oleh  hadis Rasulullah sahih dari HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah yang menyebutkan sedekah tidaklah mengurangi harta.

Tapi sayang, meskipun telah sebegitu gamblangnya Al Qur'an dan Hadits memberikan petunjuk dan penjelasan kepada kita, masih saja banyak di antara kita yang mengaku beriman pada Al Quran dan Sunnah, tapi tidak juga terdorong dan tersadarkan untuk bermental kaya, memperbanyak infaq, sedekah ataupun berzakat.

Masih banyak diantara kita umat Islam yang lebih mudah mengeluarkan 100.000 untuk ngopi-ngopi cantik di cafe, tapi tega banget! Sampai membongkar isi dompet habis-habisan sekedar untuk mencari uang pecahan paling kecil, ketika mau infaq pas shalat Jumat. Subhanallah!

Baca Juga Yuk! Jenazahnya Sudah Dimandikan? 

Mungkin kisah Abu Dzar Al-Ghifari, salah satu sahabat Rasulullah yang bermental sangat kaya berikut ini bisa menginspirasi kita semua untuk tergerak, membiasakan diri bermental kaya, khususnya dengan shalat berjamaah 5 waktu di masjid dan memperbanyak sedekah. Insha Allah!

Suatu ketika Abu Dzar Al-Ghifari kedatangan seorang tamu dan beliau meminta kepada asistennya untuk menyembelih seekor domba terbaik miliknya untuk disajikan kepada sang tamu.

Ternyata, sang asisten merasa sayang menyembelih domba terbaik kesayangan Abu Dzar Al-Ghifari dan lebih memilih menyembelih domba lainnya untuk dimasak buat sang tamu.

Ketika mengetahui hal ini, ternyata Abu Dzar Al-Ghifari justeru marah besar kepada sang asisten. Kenapa tidak mengikuti perintahnya untuk menyembelih domba terbaik miliknya guna dipersembahkan kepada sang tamu?

Padahal Abu Dzar Al-Ghifari sangat menginginkan harta terbaiknya-lah yang akan menemaninya di alam kubur kelak.

Karena itulah kekayaan abadi yang kelak berlipat-lipat ganda nilai kebaikannya, pahalanya berkat keikhlasannya memuliakan tamu.

"Haaalllah, kita kan miskin! Makan saja susah bagaimana kita mau sedekah!?"

Begitulah orang bermental miskin sering menjadikan kekurangannya sebagai tameng alasan. Selain berasa banget tidak bersyukurnya, bukankah Islam begitu banyak memberi kemudahan untuk kita menjadi kaya raya, untuk bermental kaya!

Bukankah menolong orang yang mencari alamat atau orang yang mencari jalur angkot hingga ia dapat naik angkot juga sedekah?

Baca Juga Yuk! Perjalanan Darat Terjauh dan Terberat dalam Sejarah Manusia

Bukankah, membantu mengangkatkan barang bawaan ibu-ibu yang kebanyakan bawaan ke atas becak atau kendaraannya juga sedekah!?

Bukankah menyingkirkan paku atau rintangan apapun di jalan yang mengganggu di jalan raya juga sedekah!? Bahkan, seolah senyum yang ikhlas juga sedekah.

Oh iya hampir lupa, bukankah setiap langkah kaki kita ke masjid itu juga sedekah!?

Tidak mampu juga, memberi sekedar senyum terbaik kepada keluarga kita, teman-teman kita, tetangga kita, anak buah kita, customer kita!?

Kalau memang sudah tidak sanggup lagi, ucapkan Innalillahi wa inna ilaihi rojiun

Semoga Allah SWT mendekatkan kita pada jiwa-jiwa bermental kaya. Insha Allah.

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 sungai, Banjarmasin nan bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN









































 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar