Minggu, 14 Januari 2024

Memoar Bang Dizzman Si Manusia Bandara

Buku Manusia Bandara Karya Monumental Bang Dizzman | @kaekaha

In Memoriam

Tadi pagi, waktu  beberes tumpukan koleksi buku-buku di kamar, nggak sengaja saya menemukan buku berjudul manusia bandara karya monumental almarhum Bang Dizzman atau para kompasianer juga mengenal beliau sebagai Bang Diaz Rossano.

Saya masih ingat, buku ini bisa sampai ke tangan saya di Kota 1000 Sungai Banjarmasin nan Bungas!, sekitar 4 tahun silam, setelah saya memenangkan lomba menulis tentang pariwisata di daerah masing-masing yang diadakan oleh komunitas traveler Kompasiana (KOTEKA), dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-4.

Uniknya lomba ini, foto-foto pariwisata dari artikel pemenang akan dipamerkan di Jerman oleh ketua KOTEKA, Mbak Gana Stegman yang memang menetap di Jerman.

Sebagai bonus hadiah bagi pemenang lomba, KOTEKA mempersembahkan buku berjudul Manusia Bandara plus dua postcard bergambar Danau Maninjau di Sumatera Barat dan Pulau Pangkajene, Sulawesi Selatan yang semuanya karya kreatif Bang Dizzman yang saat itu juga tim admin di KOTEKA.

Saat menerima paket buku yang dikirim langsung oleh Bang Dizzman sendiri, buku masih dalam segel plastik. Ini yang justeru saya protes ke Bang Dizzman via nomor WA yang tertera di sampul paket.

Baca Juga Yuk! Eduwisata Mengenal Satwa di "Kebun Binatang Keliling" Pasar Ahad, Banjarmasin 

"Kenapa bukunya masih disegel bang!? Kok nggak di kasih tanda tangan sekalian bukunya!? He...he...he..."

Pesan saya via WA dan ternyata langsung di tanggapi sama beliau beberapa saat selanjutnya!

"Iya ya, kok nggak kepikiran sampe kesitu! Eh sekalian aja, bulan depan Insha Allah saya ke Banjarmasin. Kita ketemuan aja, ngopi-ngopi!" Kira-kira begitu jawaban beliau saat itu.

Benar juga, bulan depannya beliau calling saya, ketika sudah sampai di Banjarmasin. Sayangnya, disaat bersamaan saya justeru sedang ada even literasi Writingthon Jelajah Kota Garut di kota dodol, bumi Priangan selama beberapa hari, jadi pertemuan itu akhirnya memang tidak pernah terjadi.

Dari kontak terakhir itu, beliau berpesan mudah-mudahan bukunya bermanfaat dan saat itu saya juga sampaikan, kalau ada kesempatan Insha Allah saya akan tulis "semacam" resensi untuk buku manusia bandara ini dan itu baru kesampaian sekarang.

Uang Tidak Dibawa Mati, Jadi Bawalah Jalan-jalan | @kaekaha

Memoar si Manusia Bandara!

Buku Manusia Bandara setebal 148 halaman ini saya tuntaskan membacanya tidak sampai sehari, sesaat setelah saya buka segelnya, hampir 4 tahun silam.

Tapi jangan kuatir, Insha Allah dengan membaca judul per-artikel saya masih bisa mengingat-ingat inti ceritanya.

Tidak perlu waktu lama untuk menemukan moment of truth buku keren ini, karena membuka halaman ke-3 atau tepatnya halaman iii, kita langsung dikejutkan dengan quote nyentrik khas Bang Dizzman yang memang berasa banget bau-bau traveller-nya "Uang tidak dibawa mati jadi bawalah jalan-jalan". Woooow seksi nggak sih!?

Baca Juga Yuk! Kisah Serendipiti di Balik Kelezatan Sepiring Tahu Campur 

Untuk memudahkan sekaligus mengedukasi pembaca menavigasi buku ini, Bang Dizzman membagi buku ini dalam 7 bab atau tema besar secara berurutan dari bab/tema Check in di awal sampai tema "Kedatangan" yang dilanjut dengan dua Bab khusus tentang imigrasi dan serba-serbi.

Seperti disebutkan Bang Dizzman di bagian pengantar, buku ini memang berisi catatan-catatan kejadian unik di bandara yang dialami Bang Dizzman sendiri dari yang sifatnya lucu, konyol, menggelikan sampai yang inspiratif, bahkan ada juga yang bikin jengkel. Semuanya ada di sini!

Secara umum, kisah-kisah dalam tulisan Bang Dizzman ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin berpergian dengan naik pesawat terbang, apalagi yang masih awam!

Faktanya, meskipun sebagian besar dari kita mengakui, industri aviasi memang dibangun dengan menerapkan teknologi modern paling mutakhir, tapi tetap saja ada "spot-spot tertentu yang kadang terlewatkan" dengan berbagai alasan, entah karena human error, alam yang memang punya aturan main sendiri atau juga karena teknologi itu sendiri yang eror.

Nah spot-spot yang terlewatkan itulah yang banyak menjadi latar tulisan Bang Dizzman di buku ini.

Isi Buku Manusia Bandara | @kaekaha

Seperti pada kisah tidak ada nomor tiket terus boarding pass manual karena listrik mati. Selain itu ada juga tulisan yang mengingatkan kita pada nostalgia penerbangan di era awal 90-an sampai awal 2000-an yang masih memungkinkan pinjam KTP  dan juga adanya pungutan pajak daerah di Bandara.

Di bab kedua yang menceritakan tentang kisah delay oh delay yang  semuanya memang bercerita tentang keluh kesah karena keterlambatan pesawat, salah satu noktah merah dunia penerbangan kita. Kecuali satu kisah tentang delay yang membawa berkah. Kok bisa! Kalau penasaran baca bukunya ya he...he...he...

Kisah-kisah selanjutnya berhubungan dengan ruang tunggu yang hadir di bab ketiga. Kisah-kisah tentang larangan membawa tongsis dan durian, juga kisah merinding sendirian di bandara Ahmad Yani Semarang menjadi pengalaman yang bermanfaat untuk dibagi.

Begitu juga kisah unik sayur bayam dalam perut yang ternyata masih membuat mesin pemindai berbunyi dan juga trik biar nggak repot di di bandara-bandara besar dan luas.

Di bab ke-4 Rest and Relax, saya sangat tertarik dengan kisah canggihnya fasilitas Bandara Changi di Singapura, mall dalam bandara KLIA 2, toilet bandara Haneda yang full otomatis dan  keunikan Bandara Naike, Sri Lanka yang terdapat konter jualan mesin cuci dan alat elektronik di area kedatangan penumpang. Hwalaaah he...he...he...!?

 Selanjutnya, kisah "keberkahan membawa bayi" karena tidak harus antri di bandara, juga merasakan landing dan take off di bandara-bandara darurat dan perintis yang tidak lebih baik dari terminal bus, merupakan pengalaman tak terlupakan yang sangat bermanfaat untuk dibagi kepada semua pembaca, terutama saya yang ingin sekali keliling Indonesia!

Sejujurnya,  diantara sekian judul artikel dalam buku ini, saya sebenarnya merasa paling gregeeet ketika sampai di daftar bandara di Indonesia dan luar negeri yang pernah di datangi Bang Dizzman!

Baca Juga Yuk! Main ke Official Store Merchandise-nya Barito Putera 

Dalam buku yang dicetak tahun oleh Penerbit Peniti Media tahun 2018 tersebut, Bang Dizzman menuliskan nama 58 Bandara yang tersebar di 33 propinsi Indonesja dan juga 38 bandara luar negeri yang pernah disinggahi beliau. Entah berapa dan apa saja bandara yang belum sempat dituliskannya lagi sampai akhir hayat beliau?

Wooooow! Singgah di bandara sebayak itu bukan karena traveling, bukan juga karena pilot atau kru pesawat (Sepertinya, seorang pilotpun nggak ada yang bisa menyinggahi semua bandara yang disebut Bang Dizzman!) yang kerjaannya memang menerbangkan pesawat dari bandara ke bandara, tapi ini staf sebuah kementerian!?

Dua Postcard KOTEKA Hasil Jepretan Bang Dizzman | @kaekaha

Ckckckckc... ternyata ada ya pekerjaan yang mengharuskan "kesana-kemari" selayaknya traveling seperti itu!? Tapi beda nggak sih, kerja seolah-olah seperti traveling begitu sama traveling yang menjadi pekerjaan!! Biar fair bolehlah berbagi pendapat di kolom komentar ya!

Mungkin memang itulah rezekinya Bang Dizzman! sudah berkesempatan melihat Indonesia secara utuh dari Sabang sampai Merauke dari Nunukan sampai Pulau Rote, bahkan tidak hanya sekali atau dua kali saja, tapi berkali-kali! Bahkan, kadang-kadang muncul juga rasa bosan. Kata Bang Dizzman.

Baca Juga Yuk! Soto Brakot Mas Aan, Sedapnya Sensasi "Mbrakot" Kaki Sapi Jumbo

Bahkan menurut Bang Dizzman di halaman profil penulis, pernah juga  beberapa kali kejadian, pulang ke rumah hanya mengganti isi tas sebelum kembali terbang. 

Sering juga sampai di rumah pukul 11  malam dan besok pagi sebelum Subuh sudah harus terbang kembali. Ada lagi yang unik! Sering juga hanya sekedar mendarat di Bandara Soekarno Hatta, lalu naik ke terminal keberangkatan untuk kembali terbang.

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar