Minggu, 28 April 2024

Pesan Cinta dari "Kiamat Kecil" Kedarnath

Mansoor Menggendong Peziarah Menuju Kerdanath | bollywoodhungama.in
Mansoor Menggendong Peziarah Menuju Kerdanath | bollywoodhungama.in

Jujur, saya bisa bertemu dengan Kedarnath, film drama romantis yang sarat dengan pesan cinta universal ini lebih karena pesona Sara Ali Khan, si cantik dan seksi pemilik "trah" kebintangan Bollywood dari para pendahulunya yang juga bintang-bintang layar lebar film India di eranya masing-masing, termasuk Amrita Singh, sang ibu yang garis kecantikanya sebelas-dua belas dengan Sara! Duh...

Tapi bukan film India namanya kalau tidak membuat penasaran penonton, hingga membuatnya duduk manis sampai filmnya habis! Eh, kadang-kadang sambil nangis-nangis...he...he...he...

Apalagi kalau spot-spot cantik di kaki pegunungan Himalaya plus budaya unik masyarakatnya yang diekspos disepanjang cerita film! Hayo siapa yang sanggup menolak untuk duduk manis?

Tidak hanya itu! Layaknya film-film India lainnya, film yang menjadi momen debut Sara Ali Khan di dunia layar lebar ini juga menyajikan tema percintaan. Tapi kerennya, percintaan di film ini berani beda! Sangat sensitif dan sangat berpotensi memicu kontroversi di masyarakat India, apa itu?

Kisah Percintaan dengan Latar Cantiknya Pegunungan Himalaya | bollywoodhungama.in
Kisah Percintaan dengan Latar Cantiknya Pegunungan Himalaya | bollywoodhungama.in


Apalagi kalau bukan kisah amor antara Mukku, putri bungsu "konglomerat" lokal di Uttarakhand berlatar keluarga Hindu kasta tertinggi yang diperankan oleh Sarah Ali Khan dengan seorang pemuda muslim sederhana bernama Mansoor yang diperankan oleh Sushant Singh Rajput.

Baca Juga : Satria Dewa Gatotkaca, "Jembatan" Millenial Kembali Nguri-uri Kearifan Budaya Pewayangan


Seperti kita pahami bersama, sejak lama konflik sektarian di negeri India layaknya bara api dalam sekam yang sangat mudah tersulut, hingga pecah menjadi kerusuhan-kerusuhan besar dengan ending yang mengerikan.

Karenanya, tidak heran jika film yang tergolong sangat berani inipun tidak luput dari protes dari beberapa kalangan yang merasa tidak nyaman dengan isi cerita dalam filmnya!

Serunya lagi, ternyata latar besar dari film ini merupakan kisah nyata dari tragedi bencana alam paling mengerikan dalam sejarah India, khususnya di wilayah India Utara di seputaran pegunungan Himalaya atau tepatnya di kawasan kaki gunung Uttarakhand yang terjadi pada tahun 2013 silam. 


Perjalanan cinta Mukku dengan Mansoor, pemuda muslim porter pengangkut barang-barang, termasuk menggendong para wisatawan dan peziarah yang menuju kuil Hindu di kaki gunung Uttarakhand yang dikenal sebagai Kedarnath, memang penuh liku-liku dan intrik khas film India yang suka menggemaskan.

Baca Juga : Menikmati Jelajah Rasa Nusantara Lewat Film

Berawal dari panah asmara Mukku yang dianggap jatuh di tempat terlarang, melahirkan berbagai konflik dan perseteruan yang tidak hanya melibatkan dua sejoli Mukku dan Mansoor saja, tapi juga keluarga, kerabat dan bahkan juga warga kampung dan dua komunitas agama berbeda di Uttarakhand. Naaaah ini yang seru eh...mengerikan!

Uniknya, ditengah-tengah drama percintaan dan perseteruan itu muncul aksi heroik Mukku yang berjiwa pemberontak, mengajak Mansoor untuk menggagalkan pembangunan hotel mewah di sekitar Kedarnath, karena dianggap mereka akan merusak kesakralan kuil Kendranath dan juga mengganggu keseimbangan alam di kawasan tersebut.

Tapi apa daya, kalau pejabat korup dengan kuasanya telah bekerja sama dengan pemodal kaya yang dengan uangnya bisa berbuat apa saja, terus rakyat kecil bisa apa?

Didukung oleh "oknum" pejabat korup yang ternyata juga berharap bisa mempersunting Mukku, berbagai cara dilakukan keluarga pendeta Briraaj, orang tua Mukku untuk memisahkan si cantik Mukku dengan Mansoor.

Sayangnya, upaya mereka lama kelamaan menjurus ke arah kriminal. Penganiayaan berat terhadap Mansoor dengan cara mengeroyok dan menyiksannya beramai-rama di depan rumah Mukku, menjadi klimaks dari perseteruan ini, sampai akhirnya kiamat kecil itu datang!

Semua drama sosial yang mengarah ke perselisihan sektarian ini akhirnya berhenti setelah banjir bandang terbesar dalam sejarah menyapu kawasan Uttarakhand di wilayah pegunungan Himalaya, termasuk Kerdanath dan juga kampungnya Mukku.

Konon, banjir besar tersebut disebabkan oleh runtuhnya gletser raksasa Himalaya yang menabrak bendungan pembangkit listrik tenaga air Uttarakhand. 

Baca Juga :  "Baik, Malihat Kemos, Bah!"

Dari momen bencana alam ini, munculah Mansoor layaknya "from zero to hero". Dikisahkan berhasil menyelamatkan banyak warga di kampungnya, termasuk keluarga Mukku dan orang-orang yang telah menganiayanya, Mansoor benar-benar hadir layaknya seorang pahlawan.

Sayang seribu sayang, Mansoor sendiri akhirnya justeru tidak bisa menyelamatkan diri dari ganasnya banjir ini.




Di akhir cerita, disebutkan ada 4300 korban jiwa dalam banjir bandang ini dan data ini berbeda dengan data dari relawan dan media yang menyebut lebih dari 10.000-an korban jiwa.

Selain 50.000-an jiwa yang diselamatkan oleh militer India dan sekitar 70.000-an lainnya yang dinyatakan hilang, tidak diketemukan. Ngeri?

Baca Juga: Jejak Diplomasi Film Religi Membumikan Islam yang Rahmatan Lil Alamin

Film Kedarnath ini memang hanya menggambarkan sebagian kecil saja dari bencana alam mematikan yang tidak akan mungkin dilupakan oleh masyarakat Uttarakhand, tapi dari film yang memilih mengakhiri ceritanya dengan sad ending ini, kita bisa belajar banyak bagaimana "cara kerja" cinta yang tulus menyelamatkan kehidupan. Begitu juga dengan kecintaan kita pada bumi dan alam seisinya! 

Jujur, saya sedih sekali menonton ending film ini. Bukan saja karena Mukku dan Mansoor yang tidak bisa bersatu, tapi juga konsistensi saya (atau mungkin kita?) yang sampai detik ini masih saja belum bisa mengejawantahkan rasa cinta kita kepada bumi kita dengan perilaku yang lebih konkrit. Masih membuang sampah di sungai atau masih membakarnya secara sembarangan? Masih suka menebang pohon dan tidak pernah tergerak untuk menanaminya? Belum juga mengendalikan penggunaan bahan bakar fosil? Sampai kapan!?

Jangan-jangan kita juga punya andil sebagai pemicu terjadinya tragedi banjir bandang di Uttarakhand pada 2013 silam! 

Kebiasaan-kebiasaan kita yang sama sekali tidak ramah lingkungan bisa jadi ikut menyebabkan global warming yang memicu pecah dan longsornya gletser-gletser raksasa di berbagai lokasi gunung-gunung atau padang-padang es yang sebelumnya kita anggap akan abadi, termasuk salah satunya di pegunungan Himalaya yang menyebabkan banjir bandang di Uttarakhand.

***

Semoga bermanfaat

Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar