Selasa, 26 November 2019

Napak Tilas Liburan Charlie Chaplin di Garut Tahun 1932


Charlie Chaplin (stmed.net)
Sepertinya masyarakat Indonesia masih banyak yang belum mengetahui kalau Charlie Chaplin, komedian legendaris asal Inggris yang terkenal dengan perannya sebagai The Tram dalam film bisu tahun 20-an pernah “berlibur” ke Indonesia dan singgah ke Kota Garut di Jawa Barat pada tahun 1932 dan 1936.


Menurut catatan paling “sahih”, artikel Catatan Para Pelancong Doeloe (6): Charlie Chaplin dan Kenangan Guguling “the Dutch Wife” (1932), dituliskan kronologi kedatangan Charlie Chaplin saat pertama kali singgah ke Garut tahun 1932 ditemani saudaranya, Sydney Chaplin. 


Liburan Charlie Chaplin di Indonesia diatur oleh Cook’s Reisbureau (biro perjalanan Cook’s). Tiba dari Singapura tanggal 30 Maret dengan menggunakan kapal Van Lansbergediatur, Chaplin bersaudara sempat singgah sebentar di Batavia (Jakarta), siangnya lanjut ke Bandung dengan menggunakan mobil. Setelah beristirahat, perjalanan dilanjutkan menuju Garut dan sampai pada tengah malam. Besoknya, sore tanggal 31 Maret Chaplin bersaudara menuju Jogjakarta dari Garut menggunakan kereta api dan tanggal 1 April 1932 tiba di Surabaya. Kemudian langsung dilanjut ke Bali dengan menggunakan kapal laut.

Charlie Chaplin di depan peron stasiun Garut, 1932
(naratasgaroet.net)
Kenapa Garut?

Merujuk beberapa literatur terkait sejarah pariwisata Garut, terungkap fakta menarik! Ternyata Charlie Chaplin bukanlah satu-satunya pesohor dunia yang kepincut alam Garut di era tahun 30-an tersebut, masih ada beberapa pesohor ternama dunia yang pernah menghabiskan liburannya di Garut.

Sebut saja Mr. Dirk Fock, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1921-1926), George Clemenceu Perdana Menteri Prancis (1906-1909), novelis dan penyair Belanda Louis Couperus, artis film Kanada Mary Pickford, Pangeran Leopold III (Belgia), Putri Astrid (Swedia), artis Jerman akhir 1920-an, Renate Muller dan Hans Albers, semuanya pernah tergoda menikmati alam Garut yang mempesona, bahkan Pablo Neruda, seorang penyair kenamaan dari Chili pernah berbulan madu di Garut pada Desember 1930.

Pemandangan lembah Garoet dari kolam air mancur hotel Grand Ngamplang.
(KITLV, sekitar 1925)/(naratasgaroet.net)
Artinya, saat itu Garut sudah dikenal masyarakat Eropa sebagai destinasi wisata alam yang mempesona, sampai julukan Switzerland van Java dan Paradijs van het Oosten (Surga dari Dunia Timur) juga ungkapan Garoet Mooi akhirnya tersemat. Bahkan, konon ratu Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Marie van Orange-Nassau (1880-1962), dikabarkan juga memiliki tempat peristirahatan di Garut.

Secara teori, fakta bahwa Garut yang sudah terkenal di Eropa menjadi penyebab utama Charlie Chaplin memilih Garut sebagai destinasi liburan sekaligus tempat menginap saat itu memang paling masuk akal. 

Apalagi saat itu di Garut sudah berdiri beberapa hotel dengan layanan kelas Eropa, termasuk Hotel Grand Ngamplang yang menjadi tempat menginap Charlie Chaplin selama di Garut dan “pembuktian” pada liburan pertama di tahun 1932 menjadi magnet untuk liburan kedua Charlie Chaplin ke Garut tahun 1936.

Charlie Chaplin tanpa riasan
(hot.detik.com)
Pada liburan pertama tahun 1932, Chaplin bersaudara tiba di Garut, pada tanggal 30 Maret 1932 tengah malam dan menginap di Hotel Grand Ngamplang, hotel bersejarah yang sekarang masuk program revitalisasi dan  dalam proses renovasi besar-besaran.

Ketika bangun pagi, Sidney Chaplin baru menyadari bahwa hotel yang ditempatinya ternyata mempunyai pemandangan yang sangat indah berupa perpaduan gunung-gunung dan lembah. “In the morning we found the hotel had a beautiful view over the mountains and valleys.” kata Siydney Chaplin.


View lansekap Garut dari Hotel Grand Ngamplang yang mirip dengan suasana kampung halaman Charlie Chaplin di Corsier-sur-Vevey, Swiss yang didiaminya sampai meninggal dunia, diduga menjadi asal muasal tercetusnya julukan Switzerland van Java untuk Garut.



Kliping Charlie Chaplin pergi menuju Garoet.
(Bataviaasch Nieuwsblad tanggal 31 Maret 1932)/
(naratasgaroet.net).

Garoet, 31 Maret 1932 

Catatan "resmi" terkait aktivitas Charlie dan Sydney Chaplin sepanjang hari di Garut tanggal 31 Maret 1932 adalah pelesiran ke Tjisoeroepan Hot Springs (kawah Papandayan), Lake Leles (situ Cangkuang) dan Situ Bagendit.
Jadi, kalau mau menapaktilasi liburan Charlie Chaplin di Garut, setidaknya ada 4 (empat) destinasi wisata yang wajib masuk daftar kunjungan, yaitu 

1.      Hotel Grand Ngamplang, bangunan asli dari fasilitas hotel ini memang sudah tidak ada, karena sengaja dibumi hanguskan pada saat perang kemerdekaan dan hanya menyisakan kolam air mancur di tengah bukit. Sekarang, di kawasan aset negara yang berada dalam pengawasan Kodam III/Siliwangi melalui Korem 062/Tarumanagara ini tengah dilakukan renovasi besar-besaran, jadi belum bisa untuk menginap. Tapi nggak usah kawatir! Karena untuk urusan menginap, banyak hotel murah di Garut yang akan memanjakan aktifitas jalan-jalan anda di Kota Garut dengan fasilitas terbaiknya, termasuk jaringan OYO Hotels Indonesia yang sudah tersohor.
2.      Kawah Papandayan, berjarak sekitar 24 km dari Kota Garut, selain menyajikan view pegunungan yang cantik, pengalaman terapi mandi air panas dengan sulfur yang yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit tentu sangat menggoda.

 


Cantiknya Situ Cangkuang masih terjaga
(dokpri/@kaekaha)
3.   Situ Cangkuang, danau seluas sekitar 10 ha yang dikenal dengan sebutan Lake Leles  oleh Charlie Chaplin ini selain menyajikan fragmentasi alam khas tataran tanah Garut yang indah berupa bentang danau berpagar gunung-gunung tinggi menjulang, juga menyimpan destinasi budaya dan sejarah yang sangat penting sekaligus menarik untuk dikunjungi, yaitu Kampung adat Pulo, situs makam Mbah Dalem Arif Muhamad dan situs Candi Hindu peninggalan abad ke-7 yang kesemuanya berada di sebuah pulau yang letaknya di tengah-tengah situ Cangkuang. 

4.    Situ Bagendit, lansekap danau yang bersama-sama dengan Situ Cangkuang dan juga perkebunan teh Dayeuh Manggung pada bulan September lalu diresmikan oleh menteri Pariwisata Arief Yahya sebagai pasar wisata digital ini mempunyai view yang tidak kalah menarik dengan Situ Cangkuang, yaitu hamparan perairan darat yang begitu meneduhkan dengan berpagar gunung-gunung menjulang khas Garut.

Sebenarnya, ada satu destinasi lagi yang seharusnya masuk daftar kunjungan, yaitu Stasiun kereta api Kota Garut atau Stasiun Cibatu yang menurut catatan beberapa literatur menjadi titik kedatangan Charlie Chaplin untuk kali kedua ke Garut tahun 1936, bersama dengan artis Paulette Goddard. Beruntungnya, stasiun kereta api Kota Garut yang sejak tahun 1983 ditutup karena kalah bersaing dengan moda transportasi lain itu, sekarang juga tengah direnovasi total guna reaktivasi  jalur kereta api Cibatu–Cikajang.

Cantiknya Persawahan di Cilawu, Garut
(Rendy Rizky Binawanto)

Menikmati Garut Seutuhnya!

Romantisme masa lalu Garut bersama destinasi alamnya yang sudah tersohor sampai daratan Eropa memang bukan isapan jempol semata, sampai sekarang eksotika serta keunikan topografis alam Garut yang spesifik masih ada dan tetap terjaga. 

Lansekap alam pegunungan yang memagari wilayah bagian timur, utara dan barat serta ekosistem alam dataran rendah berupa pantai yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia di bagian selatan menjadi kombinasi topografi alam yang sempurna. Jarang ada daerah dengan jenis topografis serupa di muka bumi!

Keliling Kota Garut Asyiknya Naik "SONAGAR"
(dokpri/@kaekaha)
Alam Garut memang mempesona, jika menyebut eksotisnya alam Gunung Papandayan, Permandian Cipanas Garut, Situ Bagendit, Pantai Santolo, Sungai Cimanuk, Kawah Putih Talaga Bodas dan puluhan lainnya, siapa yang akan meragukan? Tapi sejatinya, Garut tidak hanya mempunyai alam yang unik dan indah saja! Garut juga mempunyai beragam destinasi budaya, sejarah, kuliner dan juga beragam cindera mata (craft) khas Garut yang tidak kalah mempesonanya. 

Ini yang bisa kita nikmati selama liburan di Garut, selain menjelajah alamnya yang eksotis!
 
A.       Destinasi Budaya,
Tradisi “Nyaneut ” merupakan tradisi minum teh kejek khas masyarakat Sunda di kaki Gunung Cikuray, Garut yang masih terjaga sampai saat ini. Sensasi menikmati hangatnya teh bercitarasa juara dalam dinginnya udara kaki Gunung Cikuray akan memberi anda suasana hangat yang terindah.



Seni Akrobatik “Lais”, merupakan jenis atraksi seni akrobatik khas Garut di ketinggian 12 - 13 meter dua batang bambu berjarak sekitar 6 meter yang dihubungkan dengan seutas tali tambang dan biasanya diiringi musik tradisional Sunda.

Ragam Raja Domba, Garut mempunyai beberapa tradisi seperti Kontes domba yang didalamnya terdiri dari beberapa jenis lomba, seperti seni laga ketangkasan, raja petet, raja kasep, dan raja pedaging.
Selain itu, Garut juga mempunyai festival Raja Dogar alias Raja Domba Garut, mirip atraksi Barongsai tapi dalam bentuk domba Garut.



Babancong Berusia Ratusan Tahun
(dokpri/@kaekaha)

B.     Destinasi Sejarah,
Babancong dan Kompleks Pendopo Garut,
bangunan unik didalam lingkungan pendopo pemerintah Garut yang digunakan oleh penguasa atau pejabat pemerintahan Garut berpidato atau melihat aktifitas masyarakatnya ini telah berusia ratusan tahun.

Selain itu ada juga situs Candi Cangkuang dan Kampung Adat Pulo, Stasiun Garut atau Stasiun Cibatu (sudah dijelaskan diatas).


Soto khas Garut Haji Ahri
(travelingyuk.com)
C.     Destinasi Kuliner
Makanan Berat, sarapan pagi dengan menu Soto khas Garut Haji Ahri, Soto khas Garut Legendaris yang mulai eksis sejak tahun 1940-an ditemani dorokdok atau kerupuk kulit khas Garut dengan bumbu istimewa yang gurihnya selalu ngangeni dijamin pasti nambah!

Makan siang nasi liwet khas Garut dipadu dengan Sambal Cibiuk merah atau Cibiuk hijau yang pedasnya nendang sangat pas dengan penawar es Goyobod, es campur khas Garut dan tataran Sunda yang konon namanya berasal dari Bahasa Belanda “Goyobod” yang berarti basah tersebut dan terakhir, citarasa manis segar buah jeruk Garut paling pas menjadi pencuci mulut siang yang terik. 

Untuk makan malam, beragam bakso Aci juga Cuanki akronim Cari uang jalan kaki, kuliner mirip bakwan Malang asli dari Garut yang lebih terkenal di Bandung ini menjadi rekomendasi utama bagi penikmat kuliner berkuah kaldu.
Kue Burayot dan Awug (tribunnews.com)
Kudapan dan Kue, setelah sarapan atau agak siang sedikit, ketika perut mulai agak lapar, pas banget mencoba kue Awug, kue tradisonal khas Garut yang terbuat dari tepung beras, kelapa dan gula merah khas Garut yang rasanya manis gurih ini paling nikmat disantap saat masih hangat.
Selain itu ada juga Burayot, Wajit,  si-legit ladu dan tentu saja icon Garut yang sudah melegenda, yaitu Dodol, khususnya Dodol Picnic yang mempunya julukan "oleh-oleh sejuta umat". Terbaru, Garut juga mempunyai icon baru yang cukup fenomenal, yaitu Cokelat Chocodot yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru Indonesia dan dunia. 

Kuliner CUANKI khas Garut
(dokpri/@kaekaha)
Makanan Ringan, di level ini keberadaan dorokdok, kerupuk kulit, emplod Lewo yang renyah dan gurih dan Opak Bungbulang yang renyah.
D.    Destinasi Kerajinan Tangan (Craft)
Garut mempunyai 4 (empat) kerajinan unggulan yang sangat layak menjadi oleh-oleh semau wisatawan, yaitu

Salah satu hasil kerajinan kulit dari Sukaregang, Garut
(dokpri/@kaekaha)
Kerajinan Kulit, sentra industri kerajinan kulit di Kota Garut sebagian besar berada di kawasan Sukaregang dan beberapa desa disekitarnya yang masih masuk wilayah Kecamatan Kota Garut.  Produk hasil kerajinan kulit dari Sukaregang yang paling terkenal adalah produk fashion berupa jaket yang di luar Garut biasa dikenal dengan sebutan “Jaket Kulit Garut”, walaupun sebenarnya hampir semua produk fashion dan aksesoris berbahan dasar kulit seperti rompi, topi, sepatu, sandal, tas, dompet, gelang, tas sepeda/sepeda motor, bahkan sampai kursi-pun juga dikerjakan oleh perajin Sukaregang.

Batik Garutan Motif Merak Ngibing
(jelajahgarut.com)

Batik Garutan, mempunyai cirikhas bentuk geometrik yg mengarah pada garis diagonal (miring) dan bentuk kawung/belah ketupat yang umumnya merupakan cerminan kehidupan sosial budaya, falsafah hidup, adat istiadat tradisional dan juga eksotika alam pegunungan berikut flora/fauna yang memiliki kaitan erat dengan keseharian masyarakat Garut. Dari ratusan motif Batik Garutan, ada lima diantaranya yang paling terkenal, yaitu Motif Bulu Hayam, Lereng Kangkung, Merak Ngibing, Lereng dan Cupat Manggu. Sedangkan dari cara pembuatannya, bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu batik tulis, batik cap, batik kombinasi tulis dan cap dan batik lukis.


Kerajinan Akar Wangi Khas Garut
(Dekranasda Kab. Garut)

Kerajinan Akar Wangi, Sentra kerajinan akar wangi Garut, Zocha (dibaca, Soka Bahasa Sunda ; mata) yang berlokasi di Jalan Pakuwon No. 10 Garut, sampai saat ini mempunyai koleksi produk lebih dari 400 (empa ratus) macam kreasi kerajinan tangan yang disukai oleh masyarakat, seperti sajadah yang dipadu padankan dengan kain batik Garutan, tudung saji,  bed cover, hiasan dinding, taplak meja, tempat tisu, tempat lilin, vas bunga, tas, boneka, gantungan kunci dan banyak lagi yang lainnya.
Untuk harga relatif ramah dikantong dan bervariasi sesuai dengan ragam produknya, yaitu dari Rp 15.000-an sampai Rp. 4,5 juta-an.


Kerajinan Bambu khas Garut
(liputan6.com)
Kerajinan Bambu, Kecamatan Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat sejak ratusan tahun yang lalu sudah dikenal sebagai sentra kerajinan tangan berbahan dasar bambu.
Beragam karya seni dari model tradisonal untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari seperti boboko, nyiru, ayakan, tolombong, tampir, wide, reng, jodang, cotong, cetok atau caping sampai aneka sangkar burung berbagai ukuran, bahkan produk ekslusif yang sifatnya by order seperti seperangkat home decor, lampu hias, kursi, tableware, perhiasan, tas, bahkan pintu juga bisa dibuat disini. Keren kan?

Sebentar lagi, liburan akhir tahun tiba. Bosan dengan destinasi wisata yang itu-itu saja? Saatnya kita mengeksplorasi destinasi wisata anti mainstream di tanah priangan yang menawarkan beragam keindahan dan pengalaman tak terduga dan Garut-lah tempat terbaiknya!

Yuk, kita siap-siap backpakeran ke Garut!
 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar