Kota Banjarmasin
adalah salah satu kota tua di Pulau Kalimantan. Sebagai pintu masuk
Pulau Kalimantan, Kota Banjarmasin juga dikenal sebagai kota perdagangan
yang penting sejak berabad-abad silam. Sebagai kota perdagangan tentu
Kota Banjarmasin mempunyai banyak pasar
sebagai wadah bertemunya pedagang dan pembeli baik yang sifatnya lokal
maupun antar daerah.
Uniknya, sebagian besar pasar-pasar yang sudah berusia cukup tua itu berada di sekitar pelabuhan, khususnya pelabuhan lama yang terletak di tepian Sungai Martapura, seberang Kantor Wali Kota Banjarmasin sekarang. Pelabuhan lama ini usianya juga tidak kalah tuanya dengan pasar-pasar yang ada disekitarnya.
Sayang, seiring lancarnya jalur transportasi darat di Pulau Kalimantan, pelabuhan lama yang konon dulunya sangat ramai disinggahi kapal-kapal besar antar pulau, dari hari kehari nasibnya semakin merana dan akhirnya sekarang ditutup dari aktifitas bongkar muat barang. Keberadaannya sekarang menjadi kawasan cagar budaya dan tempat pariwisata.
Uniknya, sebagian besar pasar-pasar yang sudah berusia cukup tua itu berada di sekitar pelabuhan, khususnya pelabuhan lama yang terletak di tepian Sungai Martapura, seberang Kantor Wali Kota Banjarmasin sekarang. Pelabuhan lama ini usianya juga tidak kalah tuanya dengan pasar-pasar yang ada disekitarnya.
Sayang, seiring lancarnya jalur transportasi darat di Pulau Kalimantan, pelabuhan lama yang konon dulunya sangat ramai disinggahi kapal-kapal besar antar pulau, dari hari kehari nasibnya semakin merana dan akhirnya sekarang ditutup dari aktifitas bongkar muat barang. Keberadaannya sekarang menjadi kawasan cagar budaya dan tempat pariwisata.
Kondisi pelabuhan lama berbanding terbalik dengan pasar-pasar disekitarnya yang awal tumbuh dan berkembangnya bersama-sama. Pasar-pasar tersebut sekarang menjelma menjadi kawasan perekonomian rakyat terpenting di Kota Banjarmasin dengan ciri dan keunikannya masing-masing. Diantara sekian banyak pasar di KotaBanjarmasin, ada empat pasar yang mempunyai keunikan khas yang tidak dimiliki oleh pasar-pasar lain dimanapun.
Pertama, “Pasar Terapung”
Di dunia, orang hanya mengenal 2 pasar terapung,
yaitu pasar terapung Banjarmasin dan pasar terapung di Thailand.
Keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar, kalau pasar terapung
Banjarmasin terbentuk secara alami sedangkan pasar terapung di Thailand
merupakan pasar terapung buatan. Keduanya tentu mempunyai ciri khas dan
kelebihan masing-masing.
Pasar terapung
Banjarmasin yang pertama kali dikenal orang secara luas adalah pasar
terapung yang lokasinya di tepian Sungai Barito, tepatnya di Muara
Sungai Kuin, Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini bisa mendunia berkat
promosi “tidak sengaja” stasiun TV Swasta RCTI. Melalui iklan ID station yang release
sekitartahun 1992 dan sempat tayang sekitar dua tahun tersebut bertema
tentang aktivitas pedagang di pasar terapung Banjarmasin.
Dalam iklan ID Station berdurasi sekitar 32 detik ini, scene dimulai dari tumpukan sayur mayur segar di lapak perahu milik salah satu pedagang lantas bergerak memperlihatkan aktifitas para pedagang pasar terapung diatas perahu yang bergoyang-goyang diayun ombak sungai Barito. Dalam video yang terlihat begitu menyegarkan mata itu selain memperlihatkan aktifitas perdagangan di pasar terapung juga memperlihatkan banyak atribut budaya khas suku Banjar, diantaranya adalah cara berpakaian ibu-ibu pedagang yang terlihat khas (terutama lilitan penutup di kepala ibu-ibu) dan keberadaan si cantik nan eksotis tanggui (topi caping lebar khas Suku Banjar) yang masih eksis ditengah masyarakat sampai sekarang.
Video diakhiri dengan adegan seorang acil pedagang sayur mayur yang tadinya tampak sedang membungkuk merapikan dagangannya tiba-tiba bangkit dan langsung mengacungkan jempol kanannya sebagai visualisasi dari ID tagline, RCTI saat itu. RCTI OK!
Dalam iklan ID Station berdurasi sekitar 32 detik ini, scene dimulai dari tumpukan sayur mayur segar di lapak perahu milik salah satu pedagang lantas bergerak memperlihatkan aktifitas para pedagang pasar terapung diatas perahu yang bergoyang-goyang diayun ombak sungai Barito. Dalam video yang terlihat begitu menyegarkan mata itu selain memperlihatkan aktifitas perdagangan di pasar terapung juga memperlihatkan banyak atribut budaya khas suku Banjar, diantaranya adalah cara berpakaian ibu-ibu pedagang yang terlihat khas (terutama lilitan penutup di kepala ibu-ibu) dan keberadaan si cantik nan eksotis tanggui (topi caping lebar khas Suku Banjar) yang masih eksis ditengah masyarakat sampai sekarang.
Video diakhiri dengan adegan seorang acil pedagang sayur mayur yang tadinya tampak sedang membungkuk merapikan dagangannya tiba-tiba bangkit dan langsung mengacungkan jempol kanannya sebagai visualisasi dari ID tagline, RCTI saat itu. RCTI OK!
Tapi
sayang pasar terapung tertua di Kota Banjarmasin ini kondisinya
sekarang sangat memprihatinkan, jauh berbeda dengan visualisasi dalam
iklan ID tagline, RCTI dua dasawarsa silam. Kondisinya seperti
“hidup segan mati tak mau”. Memang posisinya sudah ada yang
menggantikan, yaitu saudara muda “pasar terapung Lok Baintan” yang
suasananya mengingatkan saya ketika pertama kali melihat pasar terapung
di muara Sungai Kuin awal tahun 2000 silam. Cultural sense-nya masih terasa hidup dan segar. Pasar terapung yang pamornya semakin melejit ini berada di DAS Martapura, Kabupaten Banjar
Pasar
terapung mempunyai beberapa keunikan yang benar-benar tidak biasa.
Koloni yang dibentuk oleh sekumpulan perahu pedagang dan pembeli yang
diayun-ayun riak ombak di tengah sungai akan memberikan pemandangan baru
yang luar biasa mengesankan. Mereka melakukan transaksi jual beli dari
atas perahu masing-masing. Menariknya lagi, transaksi jual beli disini
masih menggunakan system barter, kecuali transaksi dengan
pengunjung atau wisatawan. Barang-barang yang dijual disini mulanya
adalah hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan, tapi seiring dengan
posisinya sebagai destinasi wisata, barang-barang yang dijual semakin berkembang, hampir semua kebutuhan sehari-hari ada yang menjualnya.
Berada
ditengah-tengah uniknya aktifitas mereka dari atas perahu yang diayun
riak-riak ombak benar-benar memberikan pengalaman dan sensasi luar
biasa, apalagi sambil menyeruput teh manis hangat dan menikmati kuliner
khas Banjar seperti soto Banjar, nasi kuning, nasi itik Gambut atau
kalau mau wadai-wadai khas Banjar yang legit seperti bingka
barandam, bingka kentang, kue lam, cucur, kelelepon, gaguduh pisang dsb,
semua ada dan dijamin tidak akan pernah terlupakan sampai kapanpun.
Tertarik? Ayo jalan-jalan ke Banjarmasin!
Kedua, “pasar 6 in 1”
Pasar yang satu ini tergolong unik karena sering
membuat orang bingung. Pertama bingung untuk menyebut namanya, kedua
bingung untuk menentukan sedang berada di pasar apa, ketiga bingung
dimana letak penjual barang yang diinginkan berada.
Kenapa bisa begitu?
Karena Secara fisik pasar yang terletak paling dekat dengan pelabuhan
lama Kota Banjarmasin ini sebenarnya tidak berbeda dengan pasar-pasar
rakyat umumnya, yang membedakan pasar ini dengan pasar lainya adalah
dari segi nama, tempat dan fungsinya.
Pasar ini dijuluki pasar “6 in 1”
karena memang sebenarnya ada enam pasar dengan nama dan peruntukan
berbeda yang lokasinya satu tempat, yaitu Pasar Sudimampir, Kujajing,
Pasar Blauran. Pasar Lima, Pasar Kasbah dan Pasar Baru. Kecuali Pasar
Sudimampir yang dipisahkan oleh jalan raya, kelima pasar lainnya secara
fisik memang benar-benar satu lokasi dan tidak jelas batas
teritorialnya.
Saya lebih suka menyebut pasar ini sebagai pasar aneka
wajah! Sebagai pusat grosir, kecuali sayuran dan buah-buahan semua
kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah dipasok
dari pasar ini, mulai alat elektronik, kendaraan baru dan bekas,
alat-alat industri, obat-obatan, bahan bangunan, spare part sampai
sembako. Asal tahu saja, disinilah pusat perputaran uang terbesar di
Kota Banjarmasin.
Tidak jauh dari pasar 6 in 1
ini, kira-kira 5 menit naik sepeda motor terdapat Pasar Induk Antasari
yang selalu menjadi rujukan harga sembako untuk wilayah Kalimantan di
berita ekonomi RRI pusat Jakarta. Tertarik mencoba berkelana di pasar
aneka wajah ini? Segera catat di daftar tujuan liburan anda yang akan
datang.
Ketiga, “Pasar Tungging”
Pasar tungging sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
pasar malam atau jenis-jenis pasar temporer lainnya di Pulau Jawa. Nama
pasar tungging menurut beberapa sumber yang saya dapatkan diambil dari
posisi si penjual dan pembeli yang sama-sama jongkok atau nungging saat
bertransaksi. Menurut saya inilah pasar rakyat yang sebenarnya, semua
segmen bisa masuk dan hampir semua barang yang menjadi kebutuhan rumah
tangga dijual disini dengan harga yang merakyat.
Di
Banjarmasin ada dua jenis pasar tungging, yaitu pasar tungging yang
sifatnya menetap, letaknya di sepanjang jalan Belitung Banjarmasin dan
pasar tungging temporer dengan perputaran seminggu sekali. sesuai hari
jualan.
Keberadaan pasar tungging di Banjarmasin meskipun sudah ada
sejak dulu, tapi sampai detik ini masih menjadi perdebatan di
masyarakat, di satu sisi pasar yang rata-rata aktif mulai petang sampai
tengah malam ini menjadi wadah yang efektif bagi upaya pemberdayaan dan
peningkatan perekonomian masyarakat khususnya menengah kebawah, tapi di
sisi lain juga banyak menimbulkan masalah sosial yang meresahkan
masyarakat.
Letakknya yang dipinggir jalan raya dinilai beberapa pihak
sangat membahayakan tidak hanya bagi para pedagang dan pembeli tapi juga
para pengguna jalan yang melintas. Warga sekitar lokasi juga merasa
terganggu, karena keberadaan pasar tungging ditengarai menyebabkan
kenyamanan dan keamanan lingkungan mereka jadi terganggu.
Suara bising,
sampah, aksi premanisme dan berbagai tindakan kriminal yang sering
muncul, menjadi alasan mereka untuk menolak kehadiran pasar tungging di
sekitar mereka. Karena penolakan sebagian warga inilah, pasar tungging
yang di pertengahan tahun 2000-an sempat diwacanakan untuk dilegalkan
statusnya, bahkan juga diwacanakan untuk dijadikan ikon wisata belanja
yang murah meriah akhirnya dibatalkan.
Terlepas dari semua pro dan
kontra di masyarakat, keberadaan pasar tungging memang memberi warna
berbeda bagi malam-malam yang selalu memberi kesan di KotaBanjarmasin.
Rasanya selain ke pasar terapung, belum lengkap bila jalan-jalan ke
Kota Banjrmasin tidak sempat merasakan asyiknya “nungging” bertransaksi
barang-barang buruan.
Keempat, “Pasar Wadai”
Wadai
dalam bahasa Indonesia artinya kue. Walaupun artinya pasar kue, tapi
pasar yang satu tidak hanya menjual kue saja, hampir semua kuliner khas
Banjar ada di sini.
Disinilah sorga penikmat kuliner berlabuh. Soto
Banjar, Gulai Kambing Banjar, Katupat Kandangan, Nasi Itik Gambut, Nasi
kuning, Gulai Kepala Ikan, Rawon Banjar, Papuyu Masak Habang, Haruan
Baubar dan Pais Ikan Patin merupakan sebagian dari kuliner khas
Banjar yang pasti ada di pasar wadai.
Sedangkan wadai khas Banjar yang
terkenal legit di lidah semuanya ada di sini, baik yang masih umum
dijual maupun yang sudah langka atau jarang dijumpai semuanya ada
disini. Bingka Barandam, Bingka Kantang, Amparan Tatak, Apam
Barabai, Rimpi, Dodol Kandangan, Gaguduh Pisang, Babongko, Wadai Selat,
Putu Mayang, Nagasari, Wadai Cincin, Cucur, Kue Kam dan Kelelepon Buntut
tentu sudah tidak asing ditelinga dan lidah penikmat kuliner nusantara.
Pasar yang satu ini sayangnya tidak secara reguler ada dalam satu wadah
atau tempat. Pasar wadai di Banjarmasin biasanya ada saat Bulan
Ramadhan saja, sedangkan pada hari-hari diluar Bulan Ramadhan mereka
menjual wadai di pasar-pasar umum.
Jadi kalau mau merasakan unik dan
nikmatnya kuliner khas Banjar, sebaiknya datang ke Banjarmasin pas Bulan
Ramadhan tiba. Dijamin lidah para pengunjung akan dimanjakan secara
total oleh sorga kuliner yang secara rutin didirikan di tepian atau
siring Sungai Martapura tepat di depan Kantor Gubernur Kalimantan
Selatan yang lama. Yuk kawan! menikmati sisi lain budaya suku Banjar di
bulan penuh hikmah yang penuh warna menggoda.
Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar