Hidup memang seperti putaran roda pedati. Untuk
menuju satu atau beberapa titik tujuan, roda memang harus berputar terus
menerus sampai titik tujuan yang diinginkan. Konsekuensinya, jika
sebuah roda dalam keadaan berputar maka posisi roda akan terus berubah
kadang diatas, disamping kanan atau kiri dan tentu ada saatnya ada di
bawah. Begitu juga perjalanan hidup saya seorang anak manusia biasa yang
terlahir dengan berbagai mimpi-mimpi indah untuk menjadi manusia yang
sesempurna mungkin, terutama di mata Tuhan.. Ada kalanya diatas, di
tengah dan tidak menutup kemungkinan suatu saat akan berada di bawah
yang kesemuanya membawa konsekuensinya masing-masing. Filosofi inilah
yang menjadi referensi pertama dan utama bagisaya dalam menjalani prosesi kehidupan agar semuanya tetap berimbang.
Sejak melepas pekerjaan terakhir di bidanghuman resources di
sebuah perusahaan retail asing dengan jabatan terakhir level
manajerial, sekitar 6 tahun yang lalu, dengan bermodalkan tekad, sedikit
uang plus dua etalase mungil, saya memutuskan untuk membuka
kios atau toko kelontong kecil-kecilan di garasi rumah dengan konsep
jemput bola (by delivery), dimana pelanggan tidak perlu repot
datang ke toko tapi tinggal duduk manis dirumah, angkat telepon atau SMS
maka, dalam waktu beberapa saat barang sudah sampai di depan pintu
rumah pelanggan. Alhamdulillah, setelah berjibaku sekitar empat tahun,
omset yang semula hanya puluhan ribu berkembang menjadi jutaan rupiah
per-harinya. Karena garasi sudah tidak bisa lagi menampung item barang yang mencapai ribuan, akhirnya saya harus merelakan rumah kami untuk di modifikasi sepenuhnya menjadi toko.
Memasuki
pertengahan 2013, saya membaca ada yang berubah dengan perekonomian
regional Kalimantan (Selatan). Indikatornya adalah perubahan perilaku
konsumen yang cenderung lebih berhemat dam menahan diri dalam
berbelanja. Situasi ini mengakibatkan, turunya omzet toko secara
signifikan dari hari ke hari. Memasuki tahun 2014 perekonomian regional
Kalimantan (Selatan) benar-benar semakin terpuruk. Hal ini ditengarai
akibat terpuruknya bisnis sektor pertambangan, khususnya batubara, yang
selama ini menjadi penggerak utama perekonomian regional Kalimantan
(Selatan). Meredupnya bisnis pertambangan batubara di Kalimantan (Selatan)
membawa efek domino yang cukup besar dan tidak sederhana bagi
perekonomian regional Kalimantan (Selatan), semua lini usaha baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis batubara semua
ikut gulung tikar termasuk usaha toko kelontong yang saya kelola. Satu
persatu pelanggan besar kami yang rata-rata perusahaan yang berkaitan
dengan bisnis batubara mulai mengurangi belanja bahkan beberapa stop order
karena gulung tikar alias bangkrut, sedangkan daya beli pelanggan
individu danrumahan juga turun drastis. Memang harus diakui,
perekonomian regional Kalimantan (Selatan) selama ini memang dominan
tergerakkan oleh bisnis batubara.
Celakanya,
ketika perekonomian sedang stagnan, spertinya pemerintah daerah
kehabisan akal dan energi untuk mendongkrak dan menggairahkan
perekonomian regional sehingga mengambil langkah instant, mengijinkan beberapa jaringan retail berskala nasional yang notabene bermodal besar untuk menyerbu Kalimantan Selatan secara massive,
khususnya Kota Banjarmasin dan beberapa kota satelit disekitarnya
seperi Banjarbaru, Martapura dan Pelaihari. Didukung dengan modal besar
yang tak terbatas, sistem chain store sampai ke kampung-kampung serta sistem teknologi informasi yang mumpuni, jelas bukan tandingan kami untuk head to head.
Sudah bisa diduga akibatnya, satu-persatu pedagang-pedagang kecil di
sekitar komplek kami tutup satu persatu. Diakui atau tidak itulah
faktanya! Ruang gerak usaha retail bermodal menegah kebawah seperti kami
yang sebelumnya sudah tertatih-tatih terkena imbas kelesuan bisnis
batubara, semakin terjepit. Jangankan untuk berkembang, sekedar bisa
bertahan saja wajib hukumnya untuk bersyukur.
Setelah
mencoba berbagai teori dan strategi yang masuk akal, tetapi pertumbuhan
omzet toko tidak juga signifikan bahkan cenderung menurun terus,
disinilah kekuatan dari “kepepet” mulai bekerja. Saya harus berpikir dan bergerak cepat out of the box,
keluar dari zona nyaman dan kepasrahan tanpa ikhtiar berdiri hanya pada
“satu kaki” saja, yaitu toko kelontong yang sudah ada. Momentum“titik
balik” ini mengantarkan saya untuk sesegera mungkin mencari dan
mendapatkan kaki-kaki baru yang memungkinkan untuk bisa tumbuh
berkembang dan berjalan seirama dengan kaki yang sudah ada.
Dengan
menggunakan analisa SWOT sederhana, akhirnya saya memutuskan untuk
sesegera mungkinmembangun kaki baru untuk menopang semakin besar dan
beratnya beban pengeluaran. Pilihan jatuh pada usaha laundry, dengan
pertimbangan tidak memerlukan modal kerja yang terlalu besar karena alat
kerja yang diperlukan adalah alat rumah tangga yang sudah ada.
Sedangkan untuk tenaga kerja, saya memaksimalkan potensi tim kerja di
toko dengan sistem rolling.
Alhamdulillah dalam tempo tiga
bulan saja “kaki ke dua” ini sudah bisa berdiri sendiri, bahkan saya
proyeksikan untuk memberi subsidi modal kerja rencana pembentukan “kaki
ke-tiga” yang masih berada dalam tahap analisa kelayakan potensi usaha.
Setelah sekitar seminggu mencari referensi kesana-kemari dari berbagai
sumber, akhirnya saya menemukan juga jenis usaha yang paling
memungkinkan untuk dibangun menjadi kaki ke-tiga.
Seperti halnya “kaki
pertama dan ke-dua”, “Kaki ke-tiga” yang berhasil saya dirikan sebulan
berikutnya ini, masih tetap mengandalkan “goodwill” dari “kaki pertama” toko kelontong terdahulu. Pilihan saya jatuh pada usaha PPOB (Payment Point OnlineBank) atau loket pembayaran tagihan on line dan penjualan tiket pesawat.
Untuk memulai usaha ini, modal kerja yang dibutuhkan juga relative
kecil, peralatan kerja yang dibutuhkan seperti seperangkat komputer dan
jaringan internet semua sudah tersedia. Untuk tenaga kerja, sementara
waktu saya sendiri yang mengoperasikan, jadi tidak memerlukkan tambahan
biaya untuk menggaji karyawan. Sedangkan untuk modal deposit tidak ada
batasan minimal alias sesuai
kemampuan,.sehingga subsidi silang dari
kaki ke-dua, usaha laundry untuk tahap awal sudah cukup. Menginjak bulan
ketiga, seiring jumlah pelanggan yang semakin banyak otomatis jumlah
transaksi PPOB juga ikut bertambah tentu hal ini berbanding lurus dengan
total fee yang saya dapatkan di akhir bulan. Waktu terus
berjalan, seiring niat saya untuk mencari dan menambah kaki-kaki baru,
diluar dugaanberkat kegigihan doa dan ikhtiar team saya, akhirnya
pertolongan Allah SWT benar-benar datang dalam wujudnya yang nyata.
Setelah melihat dan mengkaji prospek market share PPOB kami, salah satu provider PPOB dari salah satu Bank terkemuka tertarik untuk bekerjasama dalam penyediaan software dan
saldo deposit.
Tidak tanggung-tanggung mereka menyediakan saldo deposit
hingga seratus juta rupiah tanpa jaminan atau agunan apapun. Untuk
memaksimalkan potensi yang ada, akhirnya saya merekrut satu orang khusus
untuk meng-handle PPOB dan penjualan tiket pesawat.
Alhamdulillah, seiring dengan semakin banyaknya pelanggan saya untuk
laundry dan PPOB yang datang langsung ke counter yang letaknya
satu lokasi dengan toko, ternyata juga membawa pengaruh luar biasa pada
omzet toko.
Secara tidak sengaja saya telah menghadirkan konsep one stop service pada pelanggan-pelanggan saya. Selain membayar tagihan listrik, pelanggan saya bisa sekalian laundry baju
sekaligus berbelanja kebutuhan sehari-hari seperti AMDK gallon, gas dan
keperluan harian lainnya dan semuanya bisa antar jemput just by call.
Pada waktu bersamaan, datang penawaran menartik dari salah satu sahabat
lama yang sudah lama tidak bertemu. Kami bertemu secara tidak sengaja
di situs facebook. Penawaran menarik yang akhirnya menjadi kaki
keempat saya ini berupa bisnis “kurir”, yaitu mengantar surat/paket
khusus kepada customer dari lembaga perbankan dan leasing.
Dengan
keyakinan penuh dan didukung oleh team kerja yang solid akhirnya kaki
ke-empat saya benar-benar bisa tegak berdiri untuk menopang semua beban
pengeluaran kami sekeluarga. Sekarang ini saya sedang menganalisa
kelayakan bisnis sebuah peluang usaha di bidang kuliner yang dulu sempat
saya geluti ketika duduk dibangku kuliah. yang saya proyeksikan untuk
menjadi kaki ke-lima saya. Doakan ya sobat semoga semuanya bisa berjalan
dengan baik dan benar sesuai rencana saya. Amin.
Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana
Artikel ini juga bisa dibaca di Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar