Minggu, 05 Mei 2024

Ada yang Salah dengan Mata Air Bengawan Solo?

Sungai  Martapura yang Mirip dengan Sungai Bengawan Solo | @kaekaha

Pagi tadi, selepas turun dari masjid untuk shalat Subuh, saya sengaja jalan kaki untuk pulang menuju ke rumah.

Saya ingin sekali menikmati suasana pagi di kampung tempat saya tinggal di pinggiran kota seribu sungai Banjarmasin nan Bungas.

Kebetulan rute jalan menuju rumah saya itu, kalau pagi banyak terdapat titik kumpul masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas.

Ada pasar tungging pagi, itu lho ada pasar krempyeng khas Banjar. Ada juga penjual khusus ikan air tawar, ikan air laut, ada penjual kue tradisional khas Banjar dan yang paling saya sukai adalah orang-orang yang berderet maunjun alias memancing ikan di sungai kecil di pinggir jalan.

Eh jangan salah fokus dengan Sungai kecilnya ya, karena sungai-sungai di tempat kami itu terhubung dengan rawa-rawa yang luas, habitat dari banyak ikan-ikan konsumsi.

Jadi jangan heran meskipun penampang permukaan sungai di pinggir jalan kami itu relatif kecil semeter atau 2 meter saja, tapi suplai ikan yang hilir mudik di sungai ini regenerasinya ada terus, jadi kalau dipancing ikanya juga gede-gede terus yang kena!

Nah, saat sedang asyik melihat-lihat itulah, tiba-tiba saya malah salah fokus sama bapak-bapak tua yang baru saja mengangkat jorannya berikut ikan Sapat Siam yang ikut di tali pancingnya.

Si bapak, sambil mancing juga rengeng-rengeng alias bersenandung lagu Bengawan solo-nya Mbah Gesang. Beliau mengikuti suara lirih lagu keroncong yang terkenal sampai negeri Jepang tersebut dari bunyi perangkat smartphonenya.

Setelah selesai membereskan ikan Sapat Siam seukuran telapak orang dewasa yang beliau dapat ke dalam ember, beliau kembali duduk sambil mengawasi dua joran yang ada di depannya.

Tertarik dengan style beliau yang masih setia dengan musik keroncong, akhirnya saya membuka obrolan dengan beliau hingga akhirnya kami berdua ngobrol panjang lebar sambil mengawasi joran-joran beliau, mulai dari bab keroncong sampai Bengawan Solo.

Beliau Pak Joko, asli Purwantoro, Wonogiri dan sudah sejak muda merantau ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas hingga akhirnya pensiun dari perusahaan "pabrik listrik" milik negara beberapa tahan lalu.

Salah satu bahasan menarik kami adalah tentang lagu Bengawan Solo yang menurut beliau ada yang keliru dalam liriknya. Hah keliru!?

Ya, menurut beliau lirik yang keliru itu adalah sebaris lirik yang berbunyi "mata airmu dari Solo"! Karena menurut beliau tidak mungkin Kota Solo mempunyai sumber mata air yang bisa menghasilkan air sebanyak debit airnya Sungai Bengawan Solo.

"Memang namanya Sungai Bengawan Solo, tapi kan ya ndak berarti sumber airnya dari Solo", tambah beliau sambil tersenyum memperlihatkan sebagian giginya yang hanya tersisa beberapa.

"Atau mungkin saja, Mbah Gesang menulis liriknya lebih mempertimbangkan nilai puitisnya daripada fakta geografisnya pak!", kata saya.

"Ya mungkin saja sih! Tapi sampean tahu Ndak dari mana sumber mata air Bengawan Solo yang sebenarnya!?" Tanya si bapak kepada saya.

Melihat saya seperti kebingungan, si bapak langsung menjawab pertanyaannya sendiri.

"Setahu saya air yang mengalir di sungai Bengawan Solo yang muaranya ada di Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur itu berasal dari waduk gajah Mungkur yang letaknya hampir 100 kilo di Selatan kota Solo".

"Nah, kalau waduk gajah Mungkur itu airnya berasal dari sungai-sungai kecil yang berasal dari beberapa gunung dan pegunungan yang ada di sekitarnya, seperti Gunung Lawu dan gugusan gunung kecil-kecil yang digelari Gunung Sewu".

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN



 

Negeri 5 Menara dan Tobatku Jadi Katak dalam Tempurung

Negeri 5 Menara | @kaekaha

Berawal dari sebuah novel trilogi best seller super inspiratif berjudul  Negeri 5 Menara karya A. Fuadi,  Million Pictures dan KG Production akhirnya memutuskan untuk mengadaptasi kisah inspiratif yang diambil dari perjalanan hidup sang penulisnya ini ke layar lebar.

Memang secara garis besar, tidak ada perubahan yang signifikan pada kisah di film ini  dengan kisah dalam versi novelnya, kalaupun ada mungkin hanya sebatas  lompatan alur cerita karena ada adegan dalam novel yang tidak dipakai dalam film.

Tapi yang belum membaca novelnya nggak perlu khawatir tidak mengerti jalan cerita film ini secara runtut dan rapi, karena film ini dikemas  dengan begitu rapi dan cukup baik merepresentasikan kisah yang ada di novelnya secara utuh.

Kisah "petualangan" Negeri 5 menara dengan setting era 80-90an ini, di mulai dari pelosok di seputaran Danau Maninjau Sumatera Barat. 

Dialah Alif,  anak kampung yang kelak memberi contoh kepada kita semua, bahwa semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses, asal memang berniat untuk sukses, juga berniat untuk mewujudkan kesuksesan itu.

Di sekuel pertama ini, film memang lebih banyak menyoroti dinamika kehidupan di pondok Madani yang dikisahkan terletak di Ponorogo, Jawa Timur tempat Alif melanjutkan pendidikan sesuai dengan permintaan ibunya yang berharap anaknya seperti Buya Hamka. 

Luar biasanya, film ini berhasil memberi wawasan kepada masyarakat luas, bahwa ternyata dinamika dunia pesantren jauh lebih dinamis dan kompetitif dari yang ada dalam benak kita sebelumnya  yang secara umum cenderung beranggapan dunia pondok pesantren hanya tempat belajar agama yang terbelakang.

Alif (Gazza Zubizareta), Raja (Jiofani Lubis), Dulmajid (Aris Putra), Atang (Rizki Ramdani), dan Baso (Billy Sandy) dan Said (Ernest Samudra) pemuda-pemuda tanggung yang datang dari berbagai daerah di penjuru Nusantara ini membuktikannya, mempunyai wawasan yang luas dan mempunyai mimpi dan cita-cita yang tinggi, merupakan langkah bagus untuk memulai kehidupan.

Jadi jangan mau menjadi katak dalam tempurung ! Ini yang luar biasa dari film pembuka dari kisah trilogi ini.

-Advertisement-

Tingginya cita-cita mereka,  para sahibul menara ini untuk menuntut ilmu setinggi mungkin sampai diluar negeri, jelas tidak datang tiba-tiba, tapi juga dibarengi dengan proses berwawasan  yang  luas dan ini bukan perkara biasa dan mudah bagi anak-anak era jaman itu yang secara umum tidak mempunyai akses komunikasi yang memadai.


Dengan mantra Man Jadda wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh, pasti sukses) mereka terus berusaha semaksimal mungkin menggapai mimpinya masing-masing dalam dinamika kehidupan ala santri khas di pondok pesantren.

Semoga bermanfaat

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Memperkenalkan (Kembali) Budaya Sarungan Kepada Anak-anak

Outfit sarungan pada Anak | @kaekaha

Sarung yang konon berasal dari tradisi berbusana masyarakat badui Yaman ini, diyakini sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-14 melalui para pedagang dari Arab dan Gujarat, India yang saat itu sudah banyak berdagang sampai ke Nusantara.

Sedangkan pemakaian istilah "sarung" tertua, bisa ditemukan dalam karya sastra awal abad XIX berjudul Hikayat Qadiroun yang bercerita tentang perilaku orang Arab yang dianggap aneh oleh masyarakat. Mereka berkeliling kampung berteriak-teriak sambil menawarkan sarung kepada masyarakat.

Uniknya, sejak saat itu, sarung justeru menjadi identitas budaya masyarakat Melayu, khususnya pelaut-pelaut di semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Meskipun sarung sekarang lebih identik dengan santri, tapi setelah mendapatkan sentuhan kearifan lokal dari masing-masing wilayah di Nusantara, menjadikan sarung dari berbagai daerah di Indonesia  mempunyai cirikhas serta keunikan yang semakin mempercantik sekaligus memperkaya khasanah persarungan nusantara.


Gayung bersambut, tidak mau melewatkan momentum, akhirnya pemerintah Indonesia  menetapkan tanggal 3 Maret 2019 sebagai Hari Sarung Nasional, dengan harapan bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang arti penting sarung dalam kebudayaan Indonesia.

Sayangnya, fenomena "tradisi sarungan" saat ini hanya terkonsentrasi di dalam pesantren-pesantren saja, itupun pesantren-pesantren yang bisa dikategorikan sebagai pesantren tradisional saja. Di luar pesantren jenis ini, biasanya sarung juga bukan lagi menjadi identitas para santrinya.

Padahal jika di kelola secara benar, potensi budaya dan juga ekonomi sarung pasti sangat besar di Indonesia yang sebenarnya secara budaya memang punya sejarah kedekatan yang sangat signifikan.

Berangkat dari fakta inilah, sepertinya sudah saatnya sarung diperkenalkan (kembali) kepada anak-anak Indonesia, agar sarung dan budaya sarungan kelak tidak hanya sekedar tinggal kisahnya saja.

Karena secara tradisional dan emosinal, sarung tidak sekedar kain untuk memenuhi kebutuhan pemakainya, tapi citra kesederhanaan, berwibawa dan juga estetis yang melekat padanya juga kebanggaan kita semua.

-Advertisement-

Sarung jangan hanya dijadikan sebagai bawahan untuk shalat atau peruntukan lainsesuai kebutuhan secara tradisional, tapi sudah saatnya dikembangkan menjadi produk-produk lain yang masih linier. Olah sarung menjadi berbagai produk fashion unik, menarik dan berkualitas, hingga kelak bisa menjadi bagian dari tren fashion dunia.

Semoga Bermanfaat! 

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan  | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan  | KOMBATAN

 

Sabtu, 04 Mei 2024

Adakah Pahala untuk Pemberi dan Peminta Maaf?

Mohon Maaf Lahir dan Batin | @kaekaha

Ramadan, bulan suci yang senantiasa kita rindukan setiap saat itu baru saja meninggalkan kita semua.

Alhamdulillah, tunai juga tugas kita melaksanakan ibadah puasa, berikut ibadah-ibadah Sunnah di bulan ramadan lainnya dan tidak ketinggalan pula syariat ibadah untuk berzakat dan merayakan Idul fitri.

Uniknya, muslim di Nusantara mempunyai tradisi unik untuk menuntaskan rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan dengan saling berkunjung dan saling bermaaf maafan.

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa melaksanakan ibadah puasa benar-benar karena iman kepada Allah dan mengharap pahala Allah SWT, niscaya diampuni semua dosa-dosanya" (HR. Bukhari dan Muslim).

Maknanya, muslim yang melaksanakan ibadah puasa sampai selesai, baik, benar dan ikhlas dalam melaksanakannya hanya karena Allah SWT, maka ampunan Allah SWT untuk "semua" dosa-dosanya tinggal menunggu "ketok palu!"

Nah ketok palunya ini masih nunggu ya! Karena yang di ampuni Allah SWT hanya dosa yang berhubungan dengan Allah SWT alias dimensi koneksitas Habluminallah-nya saja dan itu artinya, masih ada satu lagi unsur dosa yang harus di clear-kan dulu. Apa itu?

Itulah dosa yang berhubungan dengan manusia atau berhubungan dengan orang lain alias dimensi koneksitas habluminannas!

Artinya, sebelum orang yang kepadanya kita berbuat dosa  memaafkan kita, maka Allah SWT juga akan menggantung ketok palunya memaafkan dosa-dosa kita secara paripurna.

Karena itulah, seusai "berbuat dosa" terhadap orang lain, sesuai sunnahnya Rasulullah SAW, dianjurkan untuk sesegera mungkin meminta maaf. Dari pemahaman inilah, kebiasaan bermaaf-maafan setelah Ramadan akhirnya mentradisi di sebagian besar umat Islam di Indonesia.

Sebagai upaya untuk menyempurnakan kebersihan jiwa dan kebersihan diri dari dosa-dosa dengan sesama manusia demi ampunan paripurna dari Allah SWT. Masha Allah!

Luar biasanya, melalui ayat-ayat Al-Qur'an-Nya, Allah SWT juga memberikan pesan tersirat bagi hamba-hambaNya yang berakal. Ternyata, secara faktual memang lebih banyak porsi anjuran untuk memberi maaf lho daripada meminta maaf!

Maknanya sangat jelas! Kita dianjurkan untuk membiasakan diri memberi maaf, sebesar apapun kesalahan dan dosa orang-orang yang berbuat dosa kepada kita.

Dalam QS. Ali Imran159, "Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

Begitu juga dalam QS. Al-Baqarah ayat 183, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa, sebagaimana pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa".

Secara tersirat, Allah SWT menjelaskan bahwa tujuan akhir dari ibadah puasa adalah pribadi mutaqqin atau bertaqwa kepada Allah SWT.

Sedangkan dalam QS. Ali Imran ayat 134-135 disebutkan bahwa ciri orang  muttaqin  adalah yang suka berinfaq, mampu menahan amarahnya, suka memaafkan kesalahan orang lain, suka berbuat baik, serta orang yang  bila berbuat keji dan kejahatan yang menimpa diri dan orang lain, segera mengingat Allah Swt dan meminta ampun atas segala dosa-dosanya.

Kita semua mafhum, konsekuensi spiritual dan hukum, bahkan naluriah orang yang melakukan kesalahan adalah bertobat, meminta ampun atau meminta maaf kepada yang kita salahi!

Kalau salahnya kepada manusia, minta maafnya ya harus kepada manusia. Nah kalau berdosanya kepada Allah SWT minta maafnya alias bertobatnya ya kepada Allah SWT.

Seperti kita pahami bersama, setidaknya ada 4 syarat bertobat? 

Pertama, berhenti melakukan perbuatan itu. 

Kedua, menyesal melakukan perbuatan itu. 

Ketiga,  bertekad tidak mengulangi perbuatan itu. 

Keempat, kalau itu berhubungan dengan sesama manusia, dia harus minta ridho, minta maaf dan minta rela.

Dari QS Ali Imran ayat 134-135 Allah SWT memberi petunjuk yang begitu terang dan gamblang! Memberi maaf dan meminta maaf kepada orang lain merupakan ciri pribadi Mutaqqin, atau orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Artinya, orang yang berbesar hati untuk meminta maaf, apalagi  juga mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, merupakan tanda-tanda sosok pribadi mutaqqin, hamba-hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT yang tidak ada balasannya selain, surgaNya yang seluas langit dan bumiNya seperti di sebutkan secara eksplisit pada QS . Ali Imran 133.

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa".

Wallahu a'lam bishawab


Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


 

Berlebaran bersama "Talang Asam Manis" di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Olahan Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

La Ilaha Illa Allah, Allah Akbar

Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd

Mendengarkan lantunan takbir yang menggema di angkasa saat hari kemenangan itu tiba, selalu menjadi momen sentimentil yang tidak bisa dihindari oleh setiap perantau yang karena berbagai alasan, terpaksa tidak bisa pulang untuk berlebaran bersama keluarga di kampung halaman.

Itu juga yang saya rasakan di awal-awal saya harus bertugas di luar Jawa, tepatnya di bagian Tenggara pulau Kalimantan atau yang sekarang justru lebih dikenal sebagai bagian dari provinsi Kalimantan Selatan, lebih dari 2 dekade silam.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H | @kaekaha
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H | @kaekaha

Sekarang, meskipun saya sudah menetap dan menjadi warga kota seribu sungai Banjarmasin nan bungas!, sesekali rasa haru dan sentimentil saat mendengar lantunan takbir yang mengangkasa di malam takbiran menyeruak, membuka lagi kenangan-kenangan indah bersama keluarga, sahabat, teman, bahkan si mantan! Duh...

Itulah romantika lebaran para perantau yang sepertinya akan terus aktual dan faktual sampai kapanpun! 

Tapi meski begitu, apapun situasinya kita tetap berhak untuk berbahagia menikmati hari raya kita, hari kemenangan kita semua masyarakat nusantara di manapun berada dan saya punya cara canggih untuk menikmatinya!

Ikan Talang Papan Premium | @kaekaha
Ikan Talang Papan Premium | @kaekaha

Lebaran tahun 2024 ini, jauh-jauh hari saya sudah merencanakan sebuah aktifitas untuk menjadikannya sebagai lebaran yang full kebahagiaan. Saya ingin memasak  sekaligus menyajikan kuliner tradisional Banjar yang mulai sulit di temukan di pasaran atau di warung-warung  Banjar, yaitu sajian talang asam manis.

Entah kenapa ya, sejak mencicipi rasa asinnya ikan talang yang "gurih-gurih nagih" hanya dengan sepiring nasi putih hangat di akhir 90-an, saya langsung terpesona dan jatuh cinta pada cicipan pertama!

-Advertisement-

Sajian spesial berbahan dasar ikan talang atau telang, si-ikan asin "sultan" dari Kalimantan Selatan yang harganya sebelas-dua belas sama daging sapi ini merupakan kesukaan sebagian besar Urang Banjar, termasuk saya dan juga keluarga besar istri saya di Banjarmasin. 

Sepiring Nasi Hangat dengan Olahan Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha
Sepiring Nasi Hangat dengan Olahan Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha

Oh iya! Sejak dulu kala, dalam tradisi kuliner khas Urang Banjar, ikan talang berikut beragam masakan turunannya selalu di manfaatkan oleh masyarakat sebagai mood booster, alias pembangkit selera makan.

Begitu juga dengan olahan ikan talang asam manis kita ini. Selain beda dari yang lain! Salah satunya karena alasan diatas  juga, lebaran kali ini saya ingin sekali memasak sendiri olahan talang asam manis.

Bahan Bumbu Potong untuk Mengolah Ikan Talang Asam Manis | @ kaekaha
Bahan Bumbu Potong untuk Mengolah Ikan Talang Asam Manis | @ kaekaha

Olahan talang asam manis memang pilihan terbaik sebagai mood booster bersantap ria kala  lebaran setelah seharian menikmati sajian kuliner-kuliner yang sudah umum dan lazim ala lebaran, sehingga  tidak jarang   membuat bosan!

Kerennya lagi, untuk membuat sajian Talang asam manis ini bahan yang dibutuhkan juga mudah ditemukan dan yang terpenting cara memasaknya juga relatif mudah, termasuk untuk saya yang bukan tukang masak profesional.

Olahan Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha
Olahan Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha

Tertarik untuk icip-icip hasilnya? Eits tunggu dulu,  kita masak dulu ya!

Pertama, siapkan bahan-bahannya, yaitu ikan talang, bawang merah, bawang putih, asam Jawa, tomat buah, gula merah, cabe merah dan bisa juga ditambahkan cabe hijau besar.

Kedua, cara membuatnya juga Simple kok! 

-Advertisement-

1. Cuci dan potong-potong ikan talang sesuai keperluan dan sisihkan.

2. Larutkan secukupnya asam Jawa dalam air hangat dan sisihkan.

3. Larutkan secukupnya gula merah dalam air hangat dan sisihkan.

Larutan Asam Jawa untuk Mengolah Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha
Larutan Asam Jawa untuk Mengolah Ikan Talang Asam Manis | @kaekaha

4. Potong-potong tomat, cabe merah dan hijau, juga bawang merah dan putih yang telah dikupas lalu tumis sampai berbau harum.

5. Masukkan ikan talang dan juga larutan asam Jawa lalu aduk seperlunya.

6. Masukkan larutan gula merah, garam dan penyedap kalau perlu.

7. Icip-icip olahan dan koreksi rasa, kalau sudah sesuai dengan selera diamkan sampai air menyusut.

8. Angkat dan siap dihidangkan.

Pagi pagi bacanya koran

Duduknya manis si kucing belang

Bahagia hati yang berlebaran

Menikmati sedapnya Ikan talang

Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha

 

Jumat, 03 Mei 2024

Serunya Main "Trambol", Bersama Dingsanak!

Si Sulung dan Ketiga Adiknya Main Trambol | @kaekaha

Trambol atau Tarambol merupakan sebutan Urang Banjar untuk permainan karambol yang dulu pernah populer sebagai permainan rakyat di Indonesia pada dekade 80 hingga 90-an.

Dulu banyak masyarakat yang memainkan trambol ini di teras rumah pribadi, pos kamling juga pos ronda hansip dengan kolega, sanak saudara, tetangga dan juga handai tolan. Intinya siapa saja bisa main trambol ramai-ramai.

Kalaupun di perlombakan, dulu hanya pada momentum hari kemerdekaan alias tujuh belasan saja trambol dipertandingkan. Benar-benar bikin guyup! Ada yang masih mengingatnya?

 

Permainan jadul yang juga dikenal sebagai finger billiards ini sudah satu dekadean terakhir saya perkenalkan kepada anak-anak dan keluarga besar saya setelah saya belikan papan bermainnya di Pasar Sudimampir, Banjarmasin.

Si Bungsu sedang Main dengan Kakaknya | @kaekaha
Si Bungsu sedang Main dengan Kakaknya | @kaekaha

Diperkirakan menyebar ke seluruh pelosok dunia, termasuk ke ke Banjarmasin sejak dekade 70-an, permainan meja persegi empat  yang bisa dimainkan oleh 2-4 pemain sekaligus ini berasal dari India dan secara internasional lebih dikenal sebagai carrum, couronne, carum, karam, karom atau karum.

Saya biasa memainkan permainan modifikasi dari permainan billiard ini, bersama dua bocil, si bungsu dan kakaknya yang nomor 3, kadang-kadang saja kalau diperlukan, mamanya juga ikut gabung bermain.

Tapi kalau si sulung dan adiknya yang nomor 2 liburan, seperti saat Ramadan dan lebaran seperti sekarang, biasanya saya nggak kebagian tempat lagi. Mereka akan bermain berempat badingsanak. 2 lawan 2.

Formasi ini pasti akan berubah lagi, kalau kemenakan atau anaknya kakak-kakak dari isteri saya juga main ke rumah. Kalau sudah begini, biasanya saya dan duo bocil akan terkena seleksi alam, tersisih dan wajib memilih permainan lain yang kita punya, seperti catur, halma, ular tangga dan lain-lainnya.

Meja Trambol Edisi Anak-anak | @kaekaha
Meja Trambol Edisi Anak-anak | @kaekaha

Dalam permainan trambol, memerlukan prasarana utama permainan berupa papan permainan serupa meja kecil dengan ukuran standar intenasional sebesar 74 X 74 cm dan ketebalan atau tinggi antara 10 -30 cm.

Sedangkan media bermain selayaknya bola-bola dalam billiard diganti dengan cakram kecil berbentuk bulat pipih sebesar koin yang terbuat dari bahan mika atau akrilik yang masing-masing set permainan terdapat dua warna berbeda yang biasa kami sebut sebagai biji trambol dan umumnya berjumlah 20 keping.

Sebagai pemukul, juga digunakan sejenis cakram atau biji trambol tapi dengan ukuran yang biasanya sedikit lebih besar dan dengan warna yang berbeda pula yang biasa kami sebut sebagai undas atau gancu (Gaco ; Jawa).

Meskipun di Indonesia permainan trambol atau karambol ini selayaknya permainan rakyat pada umumnya yang lebih dimaksudkan sebagai hiburan di waktu senggang saja, tapi sebenarnya ada organisasi internasional dan profesional yang menaungi eksistensi dan profesionalisme permainan trambol ini.

Biji Trambol | @kaekaha
Biji Trambol | @kaekaha

Dialah ICF (Internasional Carrom Federation), penyusun peraturan dan regulasi standar permainan karambol profesional secara internasional yang dikenal sebagai "hukum karambol".

Berbeda dengan permainan trambol internasional yang ada standar baku cara bermainnya, biasanya saya dan anak-anak justeru memainkannya dengan cara yang lebih beragam dan tidak terikat aturan aslinya, walupun sebenarnya masih memainkan aturan-aturan dasarnya.

Prinsip bermain kami adalah have fun! Menjalin kedekatan dan keakraban lebih intens dengan orang tercinta dan terkasih di sekitar kita plus satu hal lagi! Mengurangi ketergantungan anak-anak dengan gadget, sekaligus mengasah kemampuan psikomotor, emosi dan juga termasuk intelejensia mereka.

Cara memukul atau menggerakkan Undas untuk menembak biji trambol sasaran, tidak dengan stick atau tongkat yang disodokkan layaknya biliard, tapi dengan jentikan jari manis atau jari tengah yang dikaitkan dengan bagian dalam ibu jari alias jempol.

Finger Billiard | @kaekaha
Finger Billiard | @kaekaha

ICF yang bermarkas di Zurich, Swiss dan saat ini mempunyai banyak Anggota yang tersebar di berbagai benua, kecuali Indonesia, bertugas sebagai badan organisasi untuk mengatur permainan trambol secara profesional, juga mengatur peringkat pemain, memberi sanksi dan memberikan penghargaan.

Konsep pertandingannya mudah dan sederhana saja. Jika hanya berdua, maka konsepnya adalah single alias satu lawan satu dengan posisi duduk saling berhadapan atau saling berseberangan di antara meja trambol.

Bila tiga orang, makan konsepnya tetap single, sedangkan jika berempat, maka konsepnya adalah double alias dua lawan dua dengan posisi masing-masing aliansi atau kawan adalah saling berhadapan.

Namanya juga permainan, jadi pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Nah ini yang seru! Biasanya, sesuai kesepakatan bersama yang kalah akan mendapatkan hukuman, yaitu batungging alias nggak boleh duduk di lantai selama game berlangsung atau dengan babadak  alias dibedaki bedak "kastelon" yang di basahi air. Seru kan!?

Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | @kaekaha

Merekam Geliat Pasar Pemurus Dalam, Banjarmasin di H+2 Lebaran

Geliat Aktifitas Pasar Pagi Pemurus Dalam, Banjarmasin | @kaekaha

Pagi yang cerah, pagi yang indah!

Mentari pagi baru saja memendarkan sinar terangnya ketika kendaraan saya mulai memasuki kawasan Pemurus Dalam, kawasan pemukiman di ujung tenggara Kota Banjarmasin, berbatasan langsung dengan kawasan Kertakhanyar, Kabupaten Banjar yang sekarang disulap menjadi pasar rakyat.

Pasar Pemurus Dalam ini awalnya merupakan pasar penampungan bagi pedagang pasar tungging pagi atau pasar tumpah pagi di sepanjang jalan A. Yani di KM 7,5 yang beberapa tahun lalu tidak lagi diperbolehkan jualan di pinggir jalan lintas provinsi tersebut.

Sayuran di Lapak Tukang Sayur | @kaekaha


Keberadaan pasar yang menjadikan lingkungan sekitar menjadi lebih hidup secara ekonomi, sepertinya menjadi faktor utama tetap bertahannya pasar di tengah-tengah pemukiman ini. 

Bahkan semakin hari, pedagangnya semakin banyak dengan barang dagangan yang lebih beragam dan lengkap.

Unik dan luar biasanya, entah darimana rumusnya! Harga-harga beragam produk yang dijual di pasar ini konon banyak yang menyebutnya lebih murah dibanding pasar-pasar lainnya, termasuk "induknya"  Pasar Ahad Pal 7 yang berjarak sekitar satu pal ke arah muara jalan Pemurus.

Penjual Ayam Sekaligus kerongkongan atau Tulang Ayam | @kaekaha

Karena label-label "menguntungkan" sebagai pasar rakyat yang murah dan lengkap itulah, Pasar Pemurus Dalam ini tidak pernah sepi pembeli. Pasar yang hanya buka sampai sekitar jam 10-an pagi ini selalu sesak oleh pengunjung.

Begitu juga dengan situasi pasar pada pagi hari ini Jumat, (12/4) atau H+2 lebaran. Meskipun pengunjung terpantau belum seramai biasanya, begitu juga dengan penjualnya yang juga masih belum full, tapi kepadatan pengunjung sudah lumayan menyesaki pasar yang sebagian besar menyediakan bahan kebutuhan dapur ini.


Menariknya, harga-harga produk pangan, terutama berbagai jenis lauk-pauk seperti ayam, itik, aneka burung rawa dan juga ikan-ikanan, baik ikan laut maupun ikan air tawar, sayur-sayuran serta produk empon-empon dan bumbu-bumbuan yang dijual pada h+2 ini justru cenderung lebih murah bila dibanding saat Ramadan.

Sayang dunia kerupuk dan juga ikan asin, terutama ikan talang masih belum kelihatan berjualan di lapak biasa mereka berjualan yang tadi malah terpantau di tempati oleh pedagang pakaian dalam perempuan, tapi yang jualan bapak-bapak. He...he...he...

Semoga Bermanfaat!

Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!