Kamis, 10 Januari 2019

Garih Batanak, "Booster" Nafsu Makan khas Olahan Urang Banjar


“Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung!” Pepatah ini sangat tepat untuk menggambarkan posisi saya sebagai “orang rantau”. Sebagai orang Jawa yang lahir dan besar di Jawa, tinggal di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan tentu memberi konsekuensi hidup yang tidak sesederhana yang awalnya saya bayangkan. Karena harus ada kompromi dan komodifikasi pada beberapa hal. 

Untuk urusan budaya, secara umum saya kira tidak terlalu masalah, karena sebagai pelaku seni sekaligus pemerhati sosial dan budaya, relatif mudah bagi saya untuk berkomunikasi lintas budaya. Khusus untuk budaya yang berurusan dengan perut alias makan dan makanan, saya relatif paling mudah untuk beradaptasi dengan berbagai kuliner khas Indonesia, termasuk kuliner khas Banjarmasin yang secara umum saya kategorikan berani bumbu  dan  full taste! Apalagi untuk kuliner yang berkuah kaldu kesukaan saya. 

Satu-satunya yang saya relatif susah beradaptasi di Banjarmasin adalah iklim dan cuacanya yang puanaaas itu lho! Tapi itulah yang saya maksud dengan “Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung!” Selain menikmati indahnya budaya Banjar berikut aneka kuliner khas yang full taste saya juga harus bisa menikmati gerahnya Kota Banjarmasin. He...he...he...

Dasarnya, saya memang paling suka dengan berbagai kuliner nusantara yang berkuah kaldu, baik kaldu dari bahan ayam, itik, sapi, ikan/udang atau dari jenis binatang halal lainnya, meskipun begitu bukan berarti saya anti dengan kuliner yang tidak berkuah kaldu lho…

Untuk kuliner khas Banjar, saya paling suka dengan Soto Banjar Bapukah milik H. Anang di Jl. Kolonel Sugiono, Soto Banjar Bang Amat di Banua Hanyar, Soto Kuning khas Kotabaru, Ketupat Kandangan, Lontong Tampusing, Berbagai olahan dari Ikan Patin di RM. Sari Patin di Kayu Tangi, Mie Bancir dan untuk kuliner tanpa kuah, saya suka ikan haruan baubar + sambal acan dan Nasi Kuning Cempaka. Kuliner-kuliner tersebut sepertinya sangat layak untuk di apresiasi lho…! Cita rasanya bak mak comblang…! Selalu diharap berita dan kehadirannya…he…he…he…

Selain kuliner yang sudah umum dan dikenal masyarakat, karena banyak yang menjualnya seperti yang saya sebutkan diatas, saya juga mempunyai beberapa referensi kuliner khas Banjar yang jarang dijual oleh warung atau rumah makan di Banjarmasin, yaitu kuliner rumahan khas Urang Banjar  yang bercitarasa gurih cenderung asin, asam dan pedas menyegarkan yang disebut oleh masyarakat Banjar dengan “Garih Batanak”. Selain cita rasanya yang menurut saya unik dan sedap tentunya, kuliner yang satu ini bisa dibilang Indonesia Banget! Karena dibuat dari bumbu rempah-rempah khas Indonesia yang tentunya sudah tidak asing di telinga kita.

Garih adalah ikan yang diasinkan tapi biasanya tidak terlalu kering (Orang Jawa menyebutnya dengan gerih), sedangkan batanak secara leksikal artinya adalah memasak. Mungkin, makna gramatikal dari istilah kuliner Garih Batanak adalah masakan ikan yang diasinkan berikut ubarampe-nya (Bhs Jawa ; perlengkapannya). 

Masyarakat Banjar, biasanya menggunakan ikan jenis haruan atau ikan gabus yang sudah diasinkan untuk bahan mengolah kuliner garih batanak. Oh ya, garih atau ikan asin haruan ini tidak se-asin ikan telang atau juga Jambal, walaupun tidak masalah juga sih kalau mau memakai ikan telang atau ikan asin lainnya, tergantung selera! 

Kalau menurut saya, garih ikan haruan lebih nikmat, selain tidak terlalu asin garih ikan haruan juga berdaging tebal dan tekstur dagingnya terasa pas jika digigit. Tapi, tetap harus hati-hati ya, karena ikan haruan seperti layaknya ikan-ikan lainnya juga mempunyai duri lho! Tapi jangan kuatir, durinya besar-besar kok jadi relatif lebih mudah dilihat sekaligus dibersihkan. 

Disinilah menurut saya seninya makan garih batanak dari ikan haruan, pelan-pelan dan teliti. Penasaran kepingin tahu rasanya!? Eiiiits, tunggu dulu! jangan kepingin tahu rasanya saja! Cara membuatnya juga dong....

Ini dia resep sekaligus step by step  cara membuat hidangan murah meriah dan simple  tapi cita rasanya super menggoda ini,

Bumbu :
-    5 butir bawang merah
-    5 siung bawang putih
-    1 ruas jari jahe
-    1 ruas jari kunyit
-    3 butir kemiri
-    Secukupnya Ketumbar
-    Secukupnnya merica
-    1 batang serai, ambil bagian putihnya, memarkan
-    2 lbr daun jeruk purut

Bahan-bahan :
-    1/2 kg garih ikan haruan kering/ikan jenis lain sesuai selera, rendam air bersih sekitar lima menit atau sesuai kebutuhan
-    3 buah tomat mentah
-    10 buah belimbing wuluh
-    2 biji cabe merah/hijau besar, iris miring
-    Segenggam daun kemangi (tentative/jika suka)
-    2 sdm minyak untuk menumis
-    Secukupnya santan siap pakai


Cara Memasak :
1.  Cuci bersih garih ikan haruan kering dan potong sesuai selera.
2.  Kecuali serai dan daun jeruk, haluskan semua bumbu.
3.  Panaskan wajan, tambahkan minyak goreng lalu tumis bumbu halus hingga tercium harum. Tambahkan segelas air/sesuai kebutuhan, lalu masak hingga mendidih.
4.  Masukkan garih ikan haruan dan masak kembali hingga ikan matang.
5. Tambahkan santan dan aduk rata, masak hingga mendidih sambil terus diaduk. Terakhir sebelum diangkat, masukkan daun kemangi, belimbing atau tomat dan cabai rawit. Setelah dirasa cukup, angkat masakan dan tuang dalam wadah untuk dihidangkan.

Tambahan :
1. Jika masakan kurang asin, bisa ditambah garam sesesuai selera. Bila menginginkan rasa gurih, bisa juga menambahkan penyedap rasa atau gula secukupnya.
2. Tomat dan belimbing wuluh, sebagai pencitarasa asam bisa dipilih salah satu. Tapi jika menyukai keduanya atau dirasa kurang rasa asamnya, bisa juga dipakai keduanya.
3. Jika sensitive terhadap garih/jenis ikan asin atau khawatir adanya kandungan bahan berbahaya dalam ikan asin, bisa juga kok menggunakan ikan segar sebagai alternatif, tapi namanya bukan garih batanak lagi ya.....he...he...he...

Silakan mencoba!

Rabu, 02 Januari 2019

Melihat Jejak Rekam Ahok di Kampung Ahok, Belitung

Papan Nama Kampung Ahok
Awalnya saya masih belum ngeh juga! ketika dalam perjalanan dari Tanjung Pandan menuju Gantong, di Belitung Timur, beberapa kali sopir yang juga merangkap guide kami sering menyebut -nyebut kampung Ahok. Saat itu saya hanya berpikir, kita juga akan melewati kampung atau rumah-nya Pak Ahok di Belitung Timur, karena saya juga tahu kalau Pak Ahok adalah orang asli kelahiran Belitung Timur. 

Suasana Kampung Ahok  

Semuanya terjawab setelah kami berjalan sekitar 10 menit dari Museum Kata-Andrea Hirata, ternyata kami memang benar-benar dibawa oleh guide kami, tidak hanya melewati saja, tapi mengunjungi "Kampoeng Ahok", destinasi wisata baru di Belitung dengan konsep rintisan terpadu yang dibangun oleh keluarga besar Pak Ahok di Belitung Timur dengan maksud untuk mengobati rasa penasaran masyarakat terhadap ensiklopedi masa lalu seorang Basuki Thahaja Purnama atau Ahok sang Gubernur DKI Jakarta. Ternyata ada wisata "Kampoeng Ahok" di Belitung!


Suasana Kampung Ahok  

Ini surprise! Karena destinasi ini memang tidak pernah ada adalam jadwal destinasi yang akan kita kunjungi selama mengeksplor Belitung. Selain itu, nama "kampung Ahok" juga sama sekali tidak kami ketahui, bahkan sampai kami berangkat menuju Belitung Timur untuk mengeksplor Museum Kata dan replika sekolah laskar pelangi milik penulis novel fenomenal "Laskar Pelangi" di Gantong. 

Siapa tidak kenal Ahok, pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta ini. Popularitas pria yang dikenal suka bicara ceplas-ceplos ini ternyata membuat banyak orang penasaran dengan masa lalu dan latar belakang kampung halamannya di daerah Gantong, Belitung Timur.


Sosok Ahok

Setelah sehari sebelumnya mengeksplor Pulau Lengkuas, Belitung (Selat Gaspar),  akhirnya saya  berkesempatan mengunjungi sekaligus mengeksplorasi destinasi wisata di Belitung Timur dan salah satu destinasi yang kami kunjungi adalah wisata "Kampoeng Ahok" di Jl. KA. Bujang Gantong, Belitung Timur.

Teras Rumah di Kampung Ahok

Turun dari bis, kami disambut papan nama besar bertuliskan 'Kampoeng Ahok' yang terbuat dari semen dengan warna mencolok tepat di pinggir jalan. Di belakangnya, berdiri replika rumah keluarga besar Ahok di masa lalu yang menjadi obyek utama destinasi ini. Di pojok halaman rumah sebelah kiri atau sebelah kanan dari sisi penjunjung yang masuk area wisata "Kampoeng Ahok" terdapat sebuah bangunan mirip gubuk atau saung yang dipaki seorang ibu-ibu muda untuk berjualan kuliner khas Belitung mpek-mpek dengan saus taucho dengan harga Rp.2000 per potong. Agak berbeda dengan mpek-mpek Palembang yang biasanya menjadikan kuah cuka yang rasanya cenderung asam sebagai partner makan mpek-mpek, kalau mpek-mpek Belitung partner makanya adalah saus taucho yang ada rasa gurih-gurihnya! Wooooow ngiler jadinya....

Dinding Rumah Khas Belitung di Rumah Kampung Ahok

Memasuki rumah kayu dengan desain sederhana berbahan kayu Bulin (Kayu Ulin/Kayu besi) dan bergaya etnik khas Belitung ini, terasa teduh dan adem. Sangat kontras dengan udara luar yang terasa panas menyengat. Ruangan yang luas ditambah dengan banyaknya jendela dan atap rumah yang relatif tinggi merupakan cirikhas rumah daerah tropis yang cocok untuk daerah Belitung dan sekitarnya.
Pengunjung Sedang Menikmati Aneka Kuliner Khas Belitung

Di dalam rumah, selain dipajang bingkai foto Ahok dan perabotan rumah tangga masa lalu juga terdapat berbagai suuvenir seperti kaos, tudung saji dan caping berbahan daun enau khas Belitung, kaleng kerupuk, hiasan dinding dan camilan khas Kampoeng Ahok.



 Menurut penjaga suvenir, rumah ini merupakan rintisan untuk menjadikan kampung kelahiran Ahok sebagai desa wisata terpadu yang nantinya menghadirkan berbagai keunikan dan kekhasan seni budaya khas belitung. Konsepnya nanti ada kebun binatang mini, stand khusus souvenir, kuliner khas Belitung, batik  atau kain khas Belitung (sekarang masih ditempatkan di rumah orang tua Ahok yang berada tepat di seberang jalan "Kampoeng Ahok") dll.

Rumah Orang Tua dan Keluarga Ahok 
 Sayangnya, rasa penasaran kami terhadap kisah masa lalu dari mantan DKI 1 yang membentuknya menjadi pria dengan karakter seperti sekarang ini tidak mendapat jawaban dari eksplorasi di rumah "Kampoeng Ahok". Disini, kami sama sekali tidak menemukan secuilpun data/keterangan sejarah (biografi) ataupun diorama masa lalu Ahok saat masih kecil sampai dewasa semasa tinggal di Belitung yang sebenarnya menjadi magnet paling kuat dari destinasi wisata "Kampoeng Ahok".

Tertarik? Jangan lupa mencatat Kampoeng Ahok di Gantong, Belitung Timur dalam daftar destinasi kunjungan anda ke Belitung.