Istilah Het Paradijs Van Java atau bisa dimaknai sebagai "Surga dari Tanah Jawa" muncul pertama kali tahun 1939 sebagai judul sebuah buku, karya dari Wijnand Elbert Kerkhoff, fotografer berkebangsaan Belanda yang berisikan foto-foto berikut narasi keelokan beberapa destinasi alam dan juga keunikan citra sosial budaya masyarakat Sumedang saat itu.
Buku yang menjadi tonggak sejarah pariwisata Sumedang dan bumi Preanger atau Parahyangan di era kolonial ini cukup berhasil mencuri perhatian masyarakat eropa untuk benar-benar datang ke Hindia Belanda, nama Indonesia saat itu, khususnya ke kawasan Surganya Pulau Jawa, Sumedang.
Mengambil spirit buku Het Paradijs Van Java-nya Wijnand E. Kerkhoff yang menjadikan Sumedang di masa lampau mendunia, pemerintah Kabupaten Sumedang yang sekarang sedang getol-getolnya membangun citra pariwisata Sumedang sebagai destinasi pariwisata level dunia melalui berbagai strategi aktual, akhirnya menerbitkan buku pariwisata dengan judul relatif identik, "Sumedang, Het Paradijs Van Java".
Buku yang bisa dimaknai sebagai jilid ke-2 alias sekuel Het Paradijs Van Java-nya Wijnand E. Kerkhoff ini merupakan hasil kerjasama cantik antara pemerintah Kabupaten Sumedang dengan penerbit nasional Bitread Publishing yang banyak dikenal oleh penulis Indonesia dengan produk even menulisnya yang visioner dan fenomenal, Writingthon.
Writingthon merupakan sebuah akronim dari frasa Writing Marathon. Sebuah even menulis unik dan menantang adrenalin yang dilakukan secara marathon di satu waktu dan tempat karantina dengan target langsung dicetak menjadi buku. Keren kan!?
Bisa ditebak! Buku setebal 200 halaman ini memang "hasil" dari even menulis nasional dengan titel "Writingthon Jelajah Kota Sumedang" yang diadakan beberapa hari pada akhir 2020 silam, pas sedang ramai-ramainya pembatasan sosial akibat Pandemi Covid-19 di Indonesia dan dunia. Ini yang menjadikan tantangan dalam even ini jadi ngeri-ngeri sedap!
Buku yang terbit pada 2020 ini merupakan "potret" hasil penjelajahan di berbagai destinasi wisata dan budaya di seputaran Kabupaten Sumedang oleh 20 penulis yang datang dari berbagai daerah di Indonesia yang sengaja dikumpulkan untuk dikarantina di Kampung Karuhun, sebuah destinasi wisata alam dan budaya di kawasan Sumedang Selatan yang masih sangat asri, sejuk dan menenangkan.
Menariknya, dalam daftar penulis yang terlibat dalam project "Writingthon Jelajahi Kota Sumedang" sekaligus penulisan buku ini, juga terdapat nama-nama Kompasianer. Selain saya, ada beberapa Kompasianer top seperti Bang Andri Mastiyanto yang juga Kompasianer of The Year 2022.
Baca Juga : Tetirah, Menepikan Diri di Antara Pesona "Sumedang Grote Moskee"
Tidak hanya itu, ada juga Mas Adi Nugroho, kompasianer yang juga dikenal sebagai "masternya blog" langganan menang di berbagai even blog competition.
Selain itu ada juga jurnalis yang juga Kompasianer seperti Mas Detha Arya yang asli NTB dan juga Mas Ahmad Mustaqim yang asli Kota Metro, Lampung. Karya tulisan mereka di buku ini benar-benar jaminan mutu, top-markotop!
Dibuka oleh tulisan Bang Andri Mastiyanto dengan judul "Desa Pelangi Buricak Burinong ; Kampung Instragamable Kelas Dunia", mengutip istilah Mas Adri Mastiyanto juga, isi buku ini "ketjeh" semua, untuk menyebut isi buku ini yang kesemuanya memang vitamin yang menyehatkan bagi penikmat jalan-jalan!
Bagaimana tidak, dalam buku yang dibagi dalam 2 tema besar, Sumedang dari Dekat dan Sumedang dari Jauh ini, semua informasi keindahan alam berikut indahnya harmoni sosial dan juga eloknya tradisi-budaya Sumedang terangkum dalam buku keren ini.
Baca Juga Yuk! Jalan Sunyi "Panahan Kasumedangan" Menolak Punah
Mau tahu rasanya ngopi senja yang syahdu di kebun teh Margawindu, pesona Curug Cigorobog atau kangen Kampung Karuhun!? Kita bisa langsung buka saja mulai halaman 21 yang berisi tematik wisata alam.
Kalau mau info wisata sejarah, Artikel Mas Detha Arya tentang Pahlawan Nasional dari Aceh, Cut Nya Dien yang sarat informasi bisa di buka di halaman 151.
Atau mungkin destinasi wisata tentang sejarah dan religi Dayeuh Luhur, Kerajaan Sumedang berikut suksesi dan sejarah persentuhannya dengan penjajahan Belanda bisa langsung buka mulai halaman 83, sub bab yang berisi tematik wisata sejarah dan budaya.
Untuk yang suka pernak-pernik dan oleh-oleh khas Sumedang, tulisan saya di halaman 120, sebagai pembuka tematik "Buah tangan dari Sumedang" tidak boleh dilewatkan ya gengs!
Apalagi kalau kamu penikmat Kopi Boehoen Nagarawangi, Tahu Sumedang, Ubi Cilembu yang sudah mendapatkan sertifikat indikasi geografis, silakan buka tulisan Mas Adhi Nugroho di halaman 130.
Naaaah kalau kamu tertarik dengan bedil-bedil alias senapan berkelas ekspor dan juga pernak-pernik kerajinan tangan unik karya tangan-tangan terampil perajin kampung Cipacing, gengs!
Kamu wajib scroll eh... buka maksudnya, artikel karya tulisan saya yang berjudul "Negeri Bedil" Cipacing, Etalase Kreatifitas Kelas Dunia di Sudut Kota Tahu Sumedang di lembaran paling buncit alias paling akhir di buku ini.
Tapi bisa juga kok baca artikel tulisan saya tersebut di laman Kompasiana. Karena awalnya artikel ini memang saya tulis untuk dimuat di Kompasiana sebagai artikel untuk seleksi "Writingthon Jelajahi Kota Sumedang".
Baca Juga Yuk! "Negeri Bedil" Cipacing, Etalase Kreatifitas Kelas Dunia di Sudut Kota Tahu Sumedang
Khusus untuk penikmat tradisi-budaya, informasi tentang budaya khas Sumedang yang dikenal sebagai Puseur budaya Sunda ini, bisa langsung di akses di halaman 99.
Memang sih, untuk buku pariwisata, apalagi jika dihubungkan dengan buku Het Paradijs Van Java-nya Wijnand E. Kerkhoff yang seorang fotografer, sehingga bukunya full foto-foto keren di jamannya, buku Sumedang, Het Paradijs Van Java ini terhitung sangat minim foto yang memadai. Jadi para pembaca jangan berharap banyak bisa menikmati keindahan Sumedang lewat foto saat membaca buku ini.
Tapi jangan kuatir gengs! Selain sangat lengkap, ulasan-ulasan di buku ini sangat renyah, unik dan menarik khas karya-karya on the spot-nya para blogger yang biasanya mempunyai kecenderungan lebih jujur dan apa adanya.
Tidak hanya itu, keunikan style dan karakteristik penulisan artikel para kontributor di buku ini yang pastinya berbeda-beda, jelas menjadi warna serta kekuatan menarik dari buku ke-3, keterlibatan saya di even Writingthon ini.
Karenanya, buku ini wajib dibaca dan sangat recommended banget menjadi "buku saku" atau buku guide-nya para pelancong yang ingin mengenal pariwisata alam dan budaya Kabupaten Sumedang, puseur-nya budaya Sunda lebih intim lagi.
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar