Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 individu pengguna. Angka ini setara 79,5% dari total populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 278,7 juta orang.
Dari total 221 juta lebih pengguna internet di Indonesia tersebut, rata-rata berinternetan sekitar 7 jam 38 menit, dimana hampir separuhnya atau sekitar 3 jam 11 menit dipakai untuk bermedia sosial di 7,8 platform berbeda tiap bulannya.
Luar biasanya, jika dirata-rata dalam satu bulan masyarakat Indonesia menghabiskan waktu 38 jam 26 menit untuk mengakses tik tok, 31 jam 28 menit untuk YouTube, 16 jam 10 menit untuk IG, 12 jam 56 menit untuk Facebook, 6 jam 26 menit di X/Twitter dan 1 jam 26 menit untuk mengakses Pinterest.
Total angka waktu ini, durasinya jelas lebih panjang dibanding dengan waktu yang dihabiskan untuk mengakses TV dan radio, yang masing – masing durasinya hanya 2 jam 41 menit dan 32 menit saja.
Artinya, sejauh ini internet telah menjadi media hiburan dan informasi terfavorit masyarakat Indonesia.
Melihat sajian faktual angka-angka dari data statistik penggunaan dan pemanfaatan internet dan media sosial masyarakat Indonesia diatas, sepertinya kita akan bertanya-tanya sendiri, masak iya selama itu kita main medsos!? Selain pertanyaan ini normal nggak sih?
Data yang tersaji diatas adalah data rata-rata, artinya durasi yang sebenarnya terjadi di lapangan bisa lebih dan bisa juga kurang dari angka yang tersaji.
Nah untuk pertanyaan normal atau nggak, jawabannya sudah pasti bisa iya bisa juga tidak, karena seperti yang kita pahami bersama, pemanfaatan media sosial saat ini tidak hanya sekedar sebagai etalase untuk self branding pemilik akunnya semata, tapi banyak juga yang memang benar-benar menjadi etalase untuk berjualan berbagai produk.
Artinya, kebutuhan durasi masing-masing pengguna untuk mengakses media sosial tentu berbeda-beda. Antara yang sekedar mencari hiburan, tentu beda dengan pengguna yang menjadikan medsos sebagai etalase berjualan beragam barang kreatif.
Memang sih melihat kecenderungannya, sebagian besar dari kita masih banyak menjadikan medsos lebih sebagai hiburan daripada sebagai media strategis untuk aktifitas produktif, dengan berjualan atau usaha sejenis lainnya.
Uniknya, secara umum masyarakat nusantara sejauh ini terlihat masih welcome dengan fenomena semakin massive-nya pemanfaatan internet dan medsos yang semakin mencengkeram kehidupan masyarakat Indonesia.
Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi situasi ini!?
Kehadiran internet dan media sosial merupakan sebuah keniscayaan yang mustahil untuk kita abaikan apalagi kita tolak.
Selayaknya perkara muamalah lainnya, internet dan media sosial pasti selayaknya pisau bermata dua yang disaat bersamaan bisa dipakai untuk berbuat keburukan dan berbuat baik. ini sangat bergantung pada kebijaksanaan pemakainya masing-masing.
Meskipun begitu, kita mempunyai kaidah umum yang bisa dipakai sebagai alat kontrol pemanfaatan internet dan media sosial. Apa dan bagaimana itu? Internet dan media sosial bisa kita nisbatkan sebagai alat atau bisa juga tempat.
Sebagai alat kita bisa membandingkannya dengan gergaji, palu, cangkul atau jenis alat lainnya.
Logikanya begini, kita akan mengakses atau mengambil gergaji kalau kita memang memerlukannya untuk menggergaji kayu saja, begitu juga sebaliknya!
Ya lucu, kalau kita nggak perlu gergaji untuk menggergaji sesuatu, tiba-tiba kita ambil gergaji dan menentengnya kemana-mana!?
Begitu juga dengan smartphone! Seharusnya kita mengaksesnya, termasuk internetan dan aplikasi medsosnya sebatas kalau kita memang perlu saja!
Masih kurang mantap? Kita bisa juga memanfaatkan analogi toilet. Bukankah kita ke toilet kalau perlu saja? Mustahil kita ke toilet Cuma mau main doang?
Begitu juga dengan acara kita mengakses internet dan media sosial, pakai saja kalau kita memang benar-benar perlu memakai dan segera tinggalkan ketika selesai memakainya.
Semoga bermanfaat
Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar