Buka Puasa Bersama Teman-teman | @kaekaha |
Anda percaya dengan peribasa dunia tak selebar daun kelor?
Sejak sering mendapatkan tugas kerja ke Pulau Kalimantan, hingga sekarang menetap di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas! sejak lebih dari 2 dekade silam, saya jadi berkesempatan berkunjung dan singgah di banyak kota di seluruh pelosok bumi Borneo, tidak terkecuali di saat bulan Ramadan, bahkan saat lebaran.
Mungkin karena dasarnya saya suka travelling dan kebetulan saat itu masih bujang, jadi saya merasa enjoy saja menikmati pekerjaan yang mengharuskan saya berkeliling Kalimantan yang kelak meninggalkan banyak jejak cerita, baik suka dan duka, juga heroik dan melankolik, terutama saat Ramadan dan lebaran tiba.
Salah satu "genre cerita" yang tidak akan pernah saya lupakan adalah momentum tidak sengaja beberapa kali bertemu dengan teman lama, baik teman sekampung, teman sekolah, teman kuliah, bahkan juga "mantan" di tanah rantau, seberang lautan yang jauh dari kampung halaman.
Di salah satu SPBU di Kota Tepian, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, saat itu saya baru saja selesai membayar bensin untuk mobil dinas yang saya pakai sehari-hari selama bertugas, ketika tiba-tiba seseorang dari mobil sebelah menyapa saya.
Percaya nggak percaya, dia ternyata Budi, teman satu kos-kosan sekaligus teman sekelas waktu kuliah dulu di Kota Tembakau di ujung timur Pulau Jawa dan kami sudah 20 tahunan lebih nggak pernah ketemu dan kehilangan kontak!
Ternyata dia sudah menjadi warga Kota Tepian, Samarinda dan berkarir di salah satu perbankan milik negara. Masha Allah, tahukah anda bagaimana rasanya pertemuan tak terduga ini!?
Karena saat itu sudah menjelang adzan Magrib sekaligus waktu berbuka, akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke Masjid Al Khairiyah di ujung jalan KH. Aboel Hasan, selain dekat dengan tempat saya menginap, setelahnya kami juga bermaksud bukber bersama di rumah makan Surabaya, langganan saya yang lokasinya hanya beberapa meter dari masjid.
Sebenarnya sih, Budi mengajak saya untuk bukber bersama keluarga kecilnya di rumah, tapi karena agak jauh maka saya sarankan untuk bukber di rumah makan Surabaya saja, apalagi capcay kuah yang menjadi menu andalan rumah makan Jawa Timuran ini, merupakan menu favorit kami berdua sejak dulu.
Sungguh saya benar-benar tidak menyangka di pertemukan Allah SWT dengan Budi di Samarinda yang sangat jauh dari Kota Tembakau titik pertama kami bertemu, apalagi dari kampung kami masing-masing, di saat Ramadan pula!
Kejutan dari Allah SWT ternyata tidak berhenti disini! Ditengah-tengah kami asyik menikmati cap cay kuah sambil menceritakan perjalanan hidup masing-masing selama kami terpisah, tiba-tiba istri Budi menghampiri kami dan yang membuat saya syok berat adalah ternyata istri Budi adalah "mantan" saya waktu masih berseragam abu-abu putih. Nah loooooo!
Kami bertiga saling pandang dan untuk sesaat tidak ada kata yang terucap! Uniknya, ternyata Budi tidak tahu sama sekali kalau Dewi adalah mantan saya, begitu juga sebaliknya! Dewi ternyata juga tidak tahu sama sekali kalau Budi sahabat saya semasa kuliah! Masha Allah apa ini yang dimaksud dunia tak selebar daun kelor!?
Sejak saat itu, di tanah seberang kami bertiga menjalin komunikasi layaknya keluarga. Semua gara-gara pertemuan dan bukber nggak sengaja!
Berikutnya, saya pernah juga bertemu dengan teman sekelas semasa SMP, secara tidak sengaja di Butong, Muara Teweh, Kalimantan Tengah, sebut saja namanya Chomarudin.
Kebetulan si Chomarudin yang dulu semasa sekolah jago matematika dan pelajaran eksak lainnya ini, pelitnya minta ampun kalau urusan dimintai tolong pelajaran matematika dan pelajaran berhitung lainnya, hingga teman sekelas jarang ada yang akrab dengannya, termasuk saya...he...he...he...
Kami bertemu setelah hampir 25 tahun hilang kontak! Saat itu, kami bertemu di rumah makan untuk berbuka puasa ketika sama-sama dalam perjalanan pulang. Saya menuju Banjarmasin dan dia dengan keluarganya menuju Kota Palangkaraya.
Luar biasanya, saat itu Chomarudin yang lebih dulu mengenali saya dengan langsung memeluk saya dari belakang sambil menyebut nama lengkap saya secara fasih.
Sungguh pertemuan kami saat itu begitu cair dan mengharukan sekali. Bagaimana bisa, kami bisa bertemu saat buka puasa di suatu tempat yang dulu sewaktu sekolah tidak pernah kami dengar namanya apalagi berpikir untuk mendatanginya!
Sifat kanak-kanak kami yang mungkin dulunya terlihat angkuh, sombong dan tidak bersahabat ternyata luruh berganti dengan pelukan selayaknya sahabat lama yang tidak pernah berjumpa.
Sejak saat itu, jalinan pertemanan kami yang sempat kepaten obor, menjadi cair kembali selayaknya sebuah keluarga, sayang Chomarudin yang berbadan tinggi besar ternyata ditakdirkan Allah SWT, harus pulang menghadapNya lebih dulu dari kita semua, setelah gagal bertahan dari keganasan Covid-19 di awal 2021 silam. Innalilahi wa Inna ilaihi rajiun.
Berdasarkan dari pengalaman saya selama ini hidup di perantauan, Tidak ada yang lebih membuat bahagia dalam pertemanan selain bertemu dengan orang-orang baik yang bisa menjadi teman dan sahabat, selayaknya keluarga sendiri.
Begitu juga dengan teman-teman lama, baik yang sefrekuensi maupun yang tidak, menurut saya tidak ada satupun alasan untuk tidak duduk bersama lagi, apalagi kalau event-nya adalah buka bersama.
Selain kembali menyambung silaturahmi dan menghidupkan obor yang telah lama mati, tentu keberkahan dari buka bersama dengan teman-teman lama ini sangat luar biasa manfaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar