Tampak depan Pasar Malabar, Banjarmasin | @kaekaha |
Kota Banjarmasin merupakan salah satu Kota tertua di Pulau Kalimantan yang sejak dulu dikenal luas sebagai kota perdagangan. Maka tidak heran jika sampai saat ini Suku Banjar yang mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan, juga dikenal sebagai pedagang ulung.
Jejak sebagai kota perdagangan, sampai detik ini juga masih terlihat jelas dari banyaknya pasar tradisional yang bertebaran di seluruh penjuru Kota Banjarmasin, tidak tanggung-tanggung, untuk kota yang luasnya "hanya" 72 km2 , sampai saat ini ada sekitar 54 pasar tradisional atau pasar rakyat yang secara resmi terdaftar di Dinas Pasar Kota Banjarmasin, sedangkan yang tidak terdaftar bisa mencapai ratusan lokasi.
Jejak sebagai kota perdagangan, sampai detik ini juga masih terlihat jelas dari banyaknya pasar tradisional yang bertebaran di seluruh penjuru Kota Banjarmasin, tidak tanggung-tanggung, untuk kota yang luasnya "hanya" 72 km2 , sampai saat ini ada sekitar 54 pasar tradisional atau pasar rakyat yang secara resmi terdaftar di Dinas Pasar Kota Banjarmasin, sedangkan yang tidak terdaftar bisa mencapai ratusan lokasi.
Pasar Malabar yang semakin cantik dengan hiasan motif Sasirangan di seluruh dindingnya | @kaekaha |
Pasar Malabar merupakan salah satu dari sekitar 54 pasar tradisonal yang ada di Kota Banjarmasin. Pasar rakyat yang mulai tahun 2012 di ambil alih pengelolaanya oleh Pemko Banjarmasin ini, terus bersolek untuk mewujudkan "visi-nya" menjadi pasar wisata di Kota Banjarmasin.
Pasar Malabar, terletak tepat di tengah kota Banjarmasin, berlokasi di jalan Pangeran Samudra yang merupakan area pusat perdagangan, berdampingan dengan beberapa pasar tradisonal lainnya seperti Pasar Besar Sudimampir , Pasar Baru, Pasar Blauran, Pasar Harum Manis, Pasar ujung murung (Daerah ini dikenal juga dengan nama Pasar Lima) dan hanya berjarak sekitar 500 meter dari Pasar induk Sentra Antasari. Uniknya, lokasi pasar-pasar ini, semuanya tidak jauh dari bibir Sungai Martapura, anak dari DAS Barito yang membelah Kota Banjarmasin menjadi dua bagian.
tampilan baru Pasar Malabar yang full colour | @kaekaha |
Ada pemandangan unik sekaligus menarik di pasar Malabar dalam satu bulan terakhir. Di pasar yang sejak tahun 2015 dicetuskan sebagai pasar wisata bersama-sama dengan Pasar Tungging yang legendaris itu, sebagian besar dinding-dindingnya sekarang dicat dengan beberapa ornamen atau motif kain Sasirangan khas Banjar yang full colour.
Pasar Malabar, Pasar Wisata Banjarmasin
Menurut, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Banjarmasin Hermansyah, seperti dilansir beberapa media lokal, menyebutkan, sebagai pasar yang diproyeksikan menjadi pasar wisata, Pasar Malabar merupakan ikon pasar wisata daerah, makanya harus diberi sentuhan yang berbeda, dibuat semenarik mungkin agar pasar lebih hidup sehingga, mampu memberikan daya tarik bagi para pelancong yang ingin atau sedang berkunjung ke Banjarmasin.
Pasar Malabar selain posisinya yang sangat strategis, sebagai sentra penjualan batu-batuan mulia memang layak untuk dikembangkan menjadi pasar wisata daerah. Sebagian besar, pedagang di pasar yang dulunya dikelola oleh pihak swasta ini, memang diisi oleh pedagang batu-batuan mulia, sehingga sangat cocok menjadi destinasi pasar wisata yang menyediakan berbagai batu -batuan mulia untuk koleksi dan perhiasan, khususnya bagi pelancong yang tidak sempat mengunjungi Kota Martapura, pusat perdagangan batuan mulia terbesar di Kalimantan dan Indonesia yang jaraknya dari Kota Banjarmasin sekitar 40 km.
Sayang, Ide cerdas dan proses pengecatan motif Kain Sasirangan pada dinding-dinding Pasar Malabar ini datang dari para pedagang sendiri yang memang menaruh harapan besar pada kejayaan pasar, sedangkan Pemerintah Kota sebatas mendukung saja.
Regol (gerbang) pintu masuk Pasar Malabar | @kaekaha |
Mungkin kedepan akan lebih dahsyat lagi efek dominonya, jika Pemerintah Kota dengan menggandeng siapa saja yang berkepentingan dengan kemajuan pariwisata Kota Banjarmasin, secara serius mem-branding sekaligus mempromosikan keunikan paras semua obyek vital tersebut, tidak hanya pasar saja dengan motif kain Sasirangan yang sudah pasti unik dan menarik ini.
Selain melestarikan salah satu produk budaya masyarakat Banjar, yaitu kain Sasirangan, branding ini juga bisa menjadi bentuk promosi wisata yang unik, khas dan tentunya berbeda dari daerah yang lain. Bukankah hal ini selaras dengan visi pemerintahan Wali Kota Ibnu Sina yang ingin menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan penting bagi PAD Kota Banjarmasin. Bagaimana Pemko Banjarmasin?
Selain melestarikan salah satu produk budaya masyarakat Banjar, yaitu kain Sasirangan, branding ini juga bisa menjadi bentuk promosi wisata yang unik, khas dan tentunya berbeda dari daerah yang lain. Bukankah hal ini selaras dengan visi pemerintahan Wali Kota Ibnu Sina yang ingin menjadikan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan penting bagi PAD Kota Banjarmasin. Bagaimana Pemko Banjarmasin?
Kain Sasirangan dengan aneka motif | @kaekaha |
Apa sih Sasirangan?
Sasirangan adalah kain (batik) khas suku Banjar di Kalimantan selatan. Nama "Sasirangan" sebenarnya adalah kata kerja, yaitu mengadopsi dari proses pembuatannya. "Sa" yang berarti "satu" dan "sirang" yang berarti "jelujur/lajur". Secara harfiah sasirangan bisa diartikan sebagai proses pen-jelujur/lajur-an yang di simpul/diikat dengan benang atau tali lainnya kemudian di celup untuk pewarnaannya.
Sasirangan setidaknya mengenal 19 motif, di antaranya sarigading, ombak sinapur karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak), bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil), gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang(garis-garis), kangkung kaombakan (daun kangkung), dan jajumputan (jumputan). Selain itu ada pula kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja makan daun sirih), putri manangis (putri menangis), kambang cengkeh (bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), dan benawati (warna pelangi).
Salah satu motif kain Sasirangan | @kaekaha |
Menurut sejarahnya, masing-masing motif kain sasirangan mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam ritual upacara adat suku banjar, ada yang khusus untuk pengobatan orang sakit (ghaib), laung (ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat (ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain sebagainya.
Seiring ke-khasan kain Sasirangan yang "menjual", peruntukan kain sasirangan tidak hanya sebagai bagian dari ritual adat suku Banjar saja, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas sakral sebagaimana fungsi awalnya. Sekarang, ditangan pejuang-pejuang kreatif, (tanpa berusaha mengubah fungsi utamanya), kain kebanggan masyarakat Kalimantan Selatan ini telah menjelma menjadi berbagai produk seni yang menakjubkan, bahkan sudah siap untuk go internasional!
Artikel juga tayang di Kompasiana pada 4 Januari 2017 00:19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar