Nama wadai (kue) lupis, sepertinya bukan sesuatu yang asing bagi sebagian besar masyarakat nusantara, karena jajanan dengan cita rasa manis legit ala gula aren atau gula merah ini seperti layaknya kuliner soto yang tiap daerah di Indonesia, yang mana mempunyai varian plus ciri khasnya masing-masing.
Ada yang namanya beda, tapi wujud barangnya sama atau setidaknya mempunyai kemiripan atau malah sebaliknya, namanya sama tapi wujud produknya berbeda. Rapopo, itulah wujud asli wajah kuliner Indonesia kita yang kaya!
Begitu juga dengan "Kota 1000 Sungai", Kota Banjarmasin nan Bungas, salah satu kota berpredikat miniatur nusantara di pulau Kalimantan ini juga mempunyai kuliner wadai (kue) lupis khas banua yang biasa disebut orang dengan lupis Banjar.
Dari segi cita rasa, sepertinya memang tidak jauh berbeda dengan beragam jajanan lupis lainnya di Indonesia, tekstur lupis ketannya yang legit menggigit plus paduan legitnya kuah kinca gula merah dan taburan parutan kelapa akan selalu ngangeni siapa saja yang pernah mencoba!
Ada yang namanya beda, tapi wujud barangnya sama atau setidaknya mempunyai kemiripan atau malah sebaliknya, namanya sama tapi wujud produknya berbeda. Rapopo, itulah wujud asli wajah kuliner Indonesia kita yang kaya!
Begitu juga dengan "Kota 1000 Sungai", Kota Banjarmasin nan Bungas, salah satu kota berpredikat miniatur nusantara di pulau Kalimantan ini juga mempunyai kuliner wadai (kue) lupis khas banua yang biasa disebut orang dengan lupis Banjar.
Dari segi cita rasa, sepertinya memang tidak jauh berbeda dengan beragam jajanan lupis lainnya di Indonesia, tekstur lupis ketannya yang legit menggigit plus paduan legitnya kuah kinca gula merah dan taburan parutan kelapa akan selalu ngangeni siapa saja yang pernah mencoba!
Hanya saja untuk penampilannya ada sedikit perbedaan. Kalau lupis di pulau Jawa umumnya berbentuk segitiga dengan warna putih kehijauan (warna hijaunya, hijau muda mengarah ke putih).
Berbeda dengan lupis di pulau Jawa, nah, untuk lupis Banjar, sejauh yang saya temui bentuknya semua sama, gilig atau bulat memanjang seperti lontong di Pulau Jawa yang panjangnya sampai sekitar 15 cm dengan dibungkus daun pisang yang diikat tali melingkar-lingkar mirip tali sepatunya ninja.
Untuk warna lupisnya bewarna hijau, yang didapat dari bahan pewarna alami di Banjarmasin, yang biasa disebut dengan tanaman Pudak sitagal, pudak satagal atau pudak setegal (Dracaena angustifolia).
Berbeda dengan tanaman suji, pandan wangi atau katu. Tiga tanaman sumber pewarnaan alami lainnya yang di Banjarmasin biasa untuk mewarnai berbagai jenis wadai, seperti tapai gambut, dadar gulung, cucur dan beberapa jenis kue berwarna hijau lainnya, cenderung memberi warna hijau pucat pada makanan, maka daun tanaman Pudak sitagal, pudak satagal atau pudak setegal (Dracaena angustifolia) ini bisa memberi warna hijau yang lebih tua dan pekat.
Wadai lupis dibuat dari lakatan (ketan) putih yang dicampur dengan air kapur sirih untuk memberi tekstur yang legit saat digigit.
Karena mempunyai kandungan karbohidrat yang relatif tinggi, maka masyarakat Banjar menjadikannya sebagai salah satu menu sarapan pagi favorit, selain nasi kuning dan lontong Tampusing!
Di Banjarmasin, wadai lupis ini relatif mudah dijumpai, terutama pada pagi hari di pasar pagi, banyak juga penjual yang menggelar dagangannya di pinggir jalan atau di halaman rumah atau toko yang bersifat tidak permanen.
Jadi ketika dagangan habis, maka semua peralatan berjualan akan disimpuni atau dibereskan sampai bersih, sehingga tidak terlihat samasekali bekas atau tanda-tanda berjualan.
Biasanya, penjual lupis tidak hanya menjual satu macam wadai lupis saja, tapi juga jenis wadai lainnya, seperti petah, kokoleh, kelelepon, getuk Banjar dan lain-lainnya.
Bahkan seperti di Magetan, Jawa Timur, di mana biasanya banyak penikmat lupis yang mencampur lupisnya dengan ragam jajanan lain dalam satu wadah saji, bisa dengan cenil, getuk pisang dan yang lainnya.
Nah, di Banjar juga sama, banyak juga yang menggabungkan lupis dengan kokoleh sejenis bubur sumsum tapi warnanya hijau dengan tekstur yang sedikit lebih keras, ada juga dengan kalalapon (Klepon;Jawa) dll.
Jika Anda tertarik untuk membuatnya, berikut resep dan cara sederhana membuat wadai lupis Banjar.
Bahan Lupis:
500 gr lakatan (ketan) putih, rendam kurang lebih 2 jam
2 sdm air kapur sirih
Daun pisang untuk membungkus
Bahan Kinca:
250 gr gula merah
50 ml air
Bahan Taburan :
Kelapa yang agak muda, diparut
1/2 sdt garam
2 lbr daun pandan yang disobek-sobek
Cara Membuat Lupis Ketan :
- Cuci dan rendam ketan sekitar satu jam, lalu tiriskan tiriskan
- Tuangi air kapur sirih, campur rata
- Letakkan 3 sendok makan ketan dalam beberapa lembar daun pisang, bungkus seperti lontong, ikat dengan tali
- Rebus selama 3 jam sampai matang
- Angkat lupis, tiriskan dan dinginkan
Cara Membuat Taburan : Campur kelapa parut dengan garam dan daun pandan, kukus.
Cara Membuat Kinca : Gula merah direbus dengan air sampai mengental, beri daun pandan, saring.
Artikel ini juga diposting di Kompasina pada 2 November 2019 23:47
Cara Membuat Kinca : Gula merah direbus dengan air sampai mengental, beri daun pandan, saring.
Artikel ini juga diposting di Kompasina pada 2 November 2019 23:47
Tidak ada komentar:
Posting Komentar