Jukung barenteng merupakan sisi lain dari pesona pasar terapung di Banjarmasin yang masih belum banyak dikenal luas oleh penikmat keunikan tradisi dan budaya Nusantara.
Sebagai atraksi budaya produk langsung dari eksistensi budaya sungai khas masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, jukung barenteng merupakan formasi unik dari rangkaian beberapa jukung (perahu khas Banjar) yang satu sama lain diikat seutas tali dan ditarik secara bersama-sama atau secara ber-rombongan oleh kelotok (perahu bermesin tempel) yang berukuran lebih besar.
Jukung Barenteng | @kaekaha |
Rombongan jukung barenteng yang sangat unik ini jelas menunjukkan beragam kearifan lokal khas Nusantara yang begitu menginspirasi. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana yang besar melindungi sekaligus terus menunjukkan jalan dan arah yang benar dengan "kekuatan dan kebesaran" yang dimilikinya.
Tidak hanya itu! Dari jukung Barenteng kita juga bisa belajar bagaimana sebuah kerukunan, kekompakan dan kebersamaan merupakan sebuah keniscayaan untuk terus bergerak maju bersama-sama demi keberhasilan sebuah misi, bahkan ketika harus melawan arus sekalipun!
Untuk bisa menemukan atraksi unik Jukung Barenteng ini, kita bisa menemukannya di 2 waktu yang berbeda, meskipun masih sama-sama di pagi hari yang sama juga, yaitu
Pada pagi buta ketika para pedagang sungai terapung berangkat dari hulu, kampung-kampung pedalaman untuk berjualan di pasar terapung baik di Muara Kuin, Siring Kota, maupun yang di Desa Lok Baintan dengan di tarik kelotok.
Jukung Barenteng | @kaekaha |
Sedangkan waktu kedua adalah ketika para pedagang ini pulang menuju hulu, kampung-kampung pedalaman di sepanjang sungai Martapura.
Sayangnya, beda dengan waktu keberangkatan para pedagang ke pasar terapung yang relatif "tetap", maka untuk kepulangan para pedagang menuju hulu relatif lebih susah diprediksi karena memang tidak pasti!
Selain nggak pasti jam lewatnya, juga nggak pasti jumlah jukung penyusun formasinya. Bahkan terkadang, nggak pasti juga mereka akan pulang bareng atau sendiri-sendiri! He...he...he...
Tapi itulah seninya menikmati budaya sungai khas Suku Banjar berjudul Jukung Barenteng !
Semoga Bermanfaat!
Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar