Minggu, 05 Mei 2024

Ada yang Salah dengan Mata Air Bengawan Solo?

Sungai  Martapura yang Mirip dengan Sungai Bengawan Solo | @kaekaha

Pagi tadi, selepas turun dari masjid untuk shalat Subuh, saya sengaja jalan kaki untuk pulang menuju ke rumah.

Saya ingin sekali menikmati suasana pagi di kampung tempat saya tinggal di pinggiran kota seribu sungai Banjarmasin nan Bungas.

Kebetulan rute jalan menuju rumah saya itu, kalau pagi banyak terdapat titik kumpul masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas.

Ada pasar tungging pagi, itu lho ada pasar krempyeng khas Banjar. Ada juga penjual khusus ikan air tawar, ikan air laut, ada penjual kue tradisional khas Banjar dan yang paling saya sukai adalah orang-orang yang berderet maunjun alias memancing ikan di sungai kecil di pinggir jalan.

Eh jangan salah fokus dengan Sungai kecilnya ya, karena sungai-sungai di tempat kami itu terhubung dengan rawa-rawa yang luas, habitat dari banyak ikan-ikan konsumsi.

Jadi jangan heran meskipun penampang permukaan sungai di pinggir jalan kami itu relatif kecil semeter atau 2 meter saja, tapi suplai ikan yang hilir mudik di sungai ini regenerasinya ada terus, jadi kalau dipancing ikanya juga gede-gede terus yang kena!

Nah, saat sedang asyik melihat-lihat itulah, tiba-tiba saya malah salah fokus sama bapak-bapak tua yang baru saja mengangkat jorannya berikut ikan Sapat Siam yang ikut di tali pancingnya.

Si bapak, sambil mancing juga rengeng-rengeng alias bersenandung lagu Bengawan solo-nya Mbah Gesang. Beliau mengikuti suara lirih lagu keroncong yang terkenal sampai negeri Jepang tersebut dari bunyi perangkat smartphonenya.

Setelah selesai membereskan ikan Sapat Siam seukuran telapak orang dewasa yang beliau dapat ke dalam ember, beliau kembali duduk sambil mengawasi dua joran yang ada di depannya.

Tertarik dengan style beliau yang masih setia dengan musik keroncong, akhirnya saya membuka obrolan dengan beliau hingga akhirnya kami berdua ngobrol panjang lebar sambil mengawasi joran-joran beliau, mulai dari bab keroncong sampai Bengawan Solo.

Beliau Pak Joko, asli Purwantoro, Wonogiri dan sudah sejak muda merantau ke Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas hingga akhirnya pensiun dari perusahaan "pabrik listrik" milik negara beberapa tahan lalu.

Salah satu bahasan menarik kami adalah tentang lagu Bengawan Solo yang menurut beliau ada yang keliru dalam liriknya. Hah keliru!?

Ya, menurut beliau lirik yang keliru itu adalah sebaris lirik yang berbunyi "mata airmu dari Solo"! Karena menurut beliau tidak mungkin Kota Solo mempunyai sumber mata air yang bisa menghasilkan air sebanyak debit airnya Sungai Bengawan Solo.

"Memang namanya Sungai Bengawan Solo, tapi kan ya ndak berarti sumber airnya dari Solo", tambah beliau sambil tersenyum memperlihatkan sebagian giginya yang hanya tersisa beberapa.

"Atau mungkin saja, Mbah Gesang menulis liriknya lebih mempertimbangkan nilai puitisnya daripada fakta geografisnya pak!", kata saya.

"Ya mungkin saja sih! Tapi sampean tahu Ndak dari mana sumber mata air Bengawan Solo yang sebenarnya!?" Tanya si bapak kepada saya.

Melihat saya seperti kebingungan, si bapak langsung menjawab pertanyaannya sendiri.

"Setahu saya air yang mengalir di sungai Bengawan Solo yang muaranya ada di Ujung Pangkah Gresik, Jawa Timur itu berasal dari waduk gajah Mungkur yang letaknya hampir 100 kilo di Selatan kota Solo".

"Nah, kalau waduk gajah Mungkur itu airnya berasal dari sungai-sungai kecil yang berasal dari beberapa gunung dan pegunungan yang ada di sekitarnya, seperti Gunung Lawu dan gugusan gunung kecil-kecil yang digelari Gunung Sewu".

Semoga Bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar