Sabtu, 04 Mei 2024

Adakah Pahala untuk Pemberi dan Peminta Maaf?

Mohon Maaf Lahir dan Batin | @kaekaha

Ramadan, bulan suci yang senantiasa kita rindukan setiap saat itu baru saja meninggalkan kita semua.

Alhamdulillah, tunai juga tugas kita melaksanakan ibadah puasa, berikut ibadah-ibadah Sunnah di bulan ramadan lainnya dan tidak ketinggalan pula syariat ibadah untuk berzakat dan merayakan Idul fitri.

Uniknya, muslim di Nusantara mempunyai tradisi unik untuk menuntaskan rangkaian ibadah selama bulan Ramadhan dengan saling berkunjung dan saling bermaaf maafan.

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa melaksanakan ibadah puasa benar-benar karena iman kepada Allah dan mengharap pahala Allah SWT, niscaya diampuni semua dosa-dosanya" (HR. Bukhari dan Muslim).

Maknanya, muslim yang melaksanakan ibadah puasa sampai selesai, baik, benar dan ikhlas dalam melaksanakannya hanya karena Allah SWT, maka ampunan Allah SWT untuk "semua" dosa-dosanya tinggal menunggu "ketok palu!"

Nah ketok palunya ini masih nunggu ya! Karena yang di ampuni Allah SWT hanya dosa yang berhubungan dengan Allah SWT alias dimensi koneksitas Habluminallah-nya saja dan itu artinya, masih ada satu lagi unsur dosa yang harus di clear-kan dulu. Apa itu?

Itulah dosa yang berhubungan dengan manusia atau berhubungan dengan orang lain alias dimensi koneksitas habluminannas!

Artinya, sebelum orang yang kepadanya kita berbuat dosa  memaafkan kita, maka Allah SWT juga akan menggantung ketok palunya memaafkan dosa-dosa kita secara paripurna.

Karena itulah, seusai "berbuat dosa" terhadap orang lain, sesuai sunnahnya Rasulullah SAW, dianjurkan untuk sesegera mungkin meminta maaf. Dari pemahaman inilah, kebiasaan bermaaf-maafan setelah Ramadan akhirnya mentradisi di sebagian besar umat Islam di Indonesia.

Sebagai upaya untuk menyempurnakan kebersihan jiwa dan kebersihan diri dari dosa-dosa dengan sesama manusia demi ampunan paripurna dari Allah SWT. Masha Allah!

Luar biasanya, melalui ayat-ayat Al-Qur'an-Nya, Allah SWT juga memberikan pesan tersirat bagi hamba-hambaNya yang berakal. Ternyata, secara faktual memang lebih banyak porsi anjuran untuk memberi maaf lho daripada meminta maaf!

Maknanya sangat jelas! Kita dianjurkan untuk membiasakan diri memberi maaf, sebesar apapun kesalahan dan dosa orang-orang yang berbuat dosa kepada kita.

Dalam QS. Ali Imran159, "Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."

Begitu juga dalam QS. Al-Baqarah ayat 183, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa, sebagaimana pernah diwajibkan kepada umat sebelum kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa".

Secara tersirat, Allah SWT menjelaskan bahwa tujuan akhir dari ibadah puasa adalah pribadi mutaqqin atau bertaqwa kepada Allah SWT.

Sedangkan dalam QS. Ali Imran ayat 134-135 disebutkan bahwa ciri orang  muttaqin  adalah yang suka berinfaq, mampu menahan amarahnya, suka memaafkan kesalahan orang lain, suka berbuat baik, serta orang yang  bila berbuat keji dan kejahatan yang menimpa diri dan orang lain, segera mengingat Allah Swt dan meminta ampun atas segala dosa-dosanya.

Kita semua mafhum, konsekuensi spiritual dan hukum, bahkan naluriah orang yang melakukan kesalahan adalah bertobat, meminta ampun atau meminta maaf kepada yang kita salahi!

Kalau salahnya kepada manusia, minta maafnya ya harus kepada manusia. Nah kalau berdosanya kepada Allah SWT minta maafnya alias bertobatnya ya kepada Allah SWT.

Seperti kita pahami bersama, setidaknya ada 4 syarat bertobat? 

Pertama, berhenti melakukan perbuatan itu. 

Kedua, menyesal melakukan perbuatan itu. 

Ketiga,  bertekad tidak mengulangi perbuatan itu. 

Keempat, kalau itu berhubungan dengan sesama manusia, dia harus minta ridho, minta maaf dan minta rela.

Dari QS Ali Imran ayat 134-135 Allah SWT memberi petunjuk yang begitu terang dan gamblang! Memberi maaf dan meminta maaf kepada orang lain merupakan ciri pribadi Mutaqqin, atau orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Artinya, orang yang berbesar hati untuk meminta maaf, apalagi  juga mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, merupakan tanda-tanda sosok pribadi mutaqqin, hamba-hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT yang tidak ada balasannya selain, surgaNya yang seluas langit dan bumiNya seperti di sebutkan secara eksplisit pada QS . Ali Imran 133.

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa".

Wallahu a'lam bishawab


Semoga bermanfaat!

Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar