Freestyle ala Rabbani | @kaekaha |
Waktu berlalu begitu cepat, seperti berlari saja!. Event blogcompetition tentang "sepeda" yang dihelat Kompasiana dengan pabrikan sepeda Wimcycle seperti menyadarkan saya dari lamunan panjang!
Betapa tidak, Si Sulung Raihan sebentar lagi naik ke kelas 2 (dua) SMP, padahal sepertinya baru kemarin saya belikan dia sepeda Wimcycle tipe BMX (kalau tidak salah serial firebird) ukuran 20", tapi betapa terkejutnya saya ketika si Raihan mengatakan kalau sepeda itu dibelikan ketika dia masuk SD, bukan kemarin seperti yang saya rasaka.
Artinya hampir 7 (tujuh) tahun sudah sepeda WimcycleBMX firebird itu menjadi bagian dari keluarga kami, tidak hanya menjadi tunggangan si Raihan ke sekolah, warung, les, mengantar pesanan kue saja, tapi juga menjadi sumber inspirasi sekaligus obyek eksplorasi imajinasi anak-anak saya si Raihan dan Rabbani.
Saat itu, alasan saya membelikan si Raihan sepeda Wimcycle tipe BMX firebird ukuran 20" adalah,
1. Model sepeda BMX tidak akan pernah ketinggalan jaman. Jadi bisa dipakai sampai kapanpun dan oleh siapapun, termasuk saya kalau perlu.2. Si-Raihan sudah terlanjur Wimcylce minded khususnya untuk semua tipe BMX. Mungkin, karena hampir semua teman-teman bermainnya di komplek juga memakai sepeda BMX produk Wimcycle, berbagai ukuran dan berbagai tipe. Termasuk sepupunya yang memulai memakai sepedaBMX tipe firebird.
Artinya hampir 7 (tujuh) tahun sudah sepeda WimcycleBMX firebird itu menjadi bagian dari keluarga kami, tidak hanya menjadi tunggangan si Raihan ke sekolah, warung, les, mengantar pesanan kue saja, tapi juga menjadi sumber inspirasi sekaligus obyek eksplorasi imajinasi anak-anak saya si Raihan dan Rabbani.
Saat itu, alasan saya membelikan si Raihan sepeda Wimcycle tipe BMX firebird ukuran 20" adalah,
1. Model sepeda BMX tidak akan pernah ketinggalan jaman. Jadi bisa dipakai sampai kapanpun dan oleh siapapun, termasuk saya kalau perlu.2. Si-Raihan sudah terlanjur Wimcylce minded khususnya untuk semua tipe BMX. Mungkin, karena hampir semua teman-teman bermainnya di komplek juga memakai sepeda BMX produk Wimcycle, berbagai ukuran dan berbagai tipe. Termasuk sepupunya yang memulai memakai sepedaBMX tipe firebird.
Sistem rem detangler | Park Tool |
Kebetulan, saya yang kurang begitu mengikuti perkembangan teknologi "persepedaan" terbaru, saat itu dibuat terheran-heran sekaligus kepincut oleh teknologi rem terbaru yang diaplikasikan pada sepeda tipe BMX firebird incaran si-Raihan, yaitu sistem rem setang putar (istilah ini saya dapatkan dari tukang bengkel langganan) dan setelah mencari di internet ternyata istilahnya yang tepat adalah sistem detangler, yaitu aplikasi rangkaian sistem pengereman yang memungkinkan setang dan roda depan bisa berputar 360 derajat tanpa harus khawatir terlilit oleh jalur kabel/tali rem.
Bagi saya, teknologi sistem pengereman yang secara mekanika terlihat sederhana ini, tergolong sangat cerdas, kreatif dan inovatif. Sangat cocok dan mendukung style dan fungsi atraktif sepeda BMX produk Wimcylce.
Pada masa awal mempunyai sepeda Wimcycle tipe BMX firebird warna kuning tersebut si Raihan memang masih belum memakainya secara rutin tapi hanya sesekali saja, karena ukuran sepedanya yang 20" masih kebesaran. Memang saya sengaja membelikan ukuran yang besar, agar bisa dipakai lebih lama. Toh, sepeda kecil si Raihan yang lama masih baik dan masih layak dipakai.
Pada masa awal mempunyai sepeda Wimcycle tipe BMX firebird warna kuning tersebut si Raihan memang masih belum memakainya secara rutin tapi hanya sesekali saja, karena ukuran sepedanya yang 20" masih kebesaran. Memang saya sengaja membelikan ukuran yang besar, agar bisa dipakai lebih lama. Toh, sepeda kecil si Raihan yang lama masih baik dan masih layak dipakai.
Raihan dan penampakan si-kuning! sekitar 4 (empat) tahun yang lalu | @kaekaha |
Setelah sekitar 1 (satu) tahun lebih banyak menganggur di garasi, akhirnya sepeda Wimcycle tipe BMX firebird warna kuning tersebut benar-benar mulai rutin dipakai si Raihan ketika mulai duduk di bangku kelas 2 SD. Ketika jangkauan kakinya mulai bisa menyentuh pijakan. Sejak saat itu bagi si Raihan, tiada hari tanpa si kuning julukan yang saya berikan untuk sepeda Wimcycle tipe BMX firebird warna kuning miliknya.
Salah satu kesukaanya adalah bersepeda ala crosscountry di area tanah merah di bagian belakang komplek kami yang sebenarnya merupakan lahan persiapan untuk pembangunan perumahan. Kombinasi tanah urukan berkontur layaknya sirkuit yang dipadu dengan lahan basah berupa rawa lebak setengah kering benar-benar membawa imajinasi layaknya menaklukkan rute crosscountry yang menantang.
Ternyata tidak hanya si Raihan dan si Rabbani saja yang menyukai sirkuit dadakan ini, karena berangsur-angsur kemudian banyak juga orang-orang dewasa, khususnya warga komplek yang ikut memainkan sepeda crosscountry beneran di tempat ini. Seru jadinya ....! Sayangnya sejak 2 (dua) tahun yang lalu sirkuit telah berganti menjadi barisan rumah-rumah beton permanen tinggi menjulang.
Seiring intensitas pemakaian yang semakin padat, sepertinya setelan sistem operasional rem detangler sepeda BMX si Raihan mulai ada yang bergeser, remnya mulai terasa kurang kosong dan kurang pakem.
Seiring intensitas pemakaian yang semakin padat, sepertinya setelan sistem operasional rem detangler sepeda BMX si Raihan mulai ada yang bergeser, remnya mulai terasa kurang kosong dan kurang pakem.
Dasar anak-anak, bersama adiknya si Rabbani mereka berusaha
memperbaikinya sendiri. Akhirnya..... Bukanya menjadi labih baik, tapi
justreru semakin kacau balau. Sampai disini baru mereka mengatakan
tentang kondisi sepedanya yang tidak bisa berjalan. Setelah saya cek,
benar saja! Setelan tarikan kawat rem belakang sepertinya terlalu
kecang, sehingga bantalan karet rem mengunci roda belakang.
Raihan dan penampakan si-kuning! | @kaekaha |
Disinilah, awal mula kebigungan saya pada sistem operasional rem detangler. Setelah saya coba setel sana-sini, tarik kawat rem sana-sini ternyata tidak bisa juga saya mengembalikan seperti setelan awal bawaan dari pabrik. Karena sudah mentok, akhirnya mau tidak mau saya bawa sepeda si Raihan kebengkel sepeda langganan di dekat rumah. Surprise! Ternyata tukang bengkel sepeda langganan saya juga kesulitan menyetel rem yang sekilas terlihat sederhana tersebut.
Setelah ber-jam-jam akhirnya menyerah juga si paman menghadapi teknologi baru yang menurut saya memang lumayan cerdas ini. Besoknya, dengan mengajak si Raihan dan Rabbani sepeda saya bawa ke toko tempat saya membeli, eh....disini tidak pakai lama rem sudah kembali normal kembali seperti semula.
Beruntung si Rabbani yang memang suka mengutak-atik apa saja yang
menarik perhatiannya, termasuk sepeda, ternyata memperhatikan dengan
seksama bagaimana si mekanik toko menyetel rangkaian sistem pengereman
canggih itu. Akhirnya, si Rabbani-lah yang bisa meperbaiki kalau muncul
masalah pada rem detangler si kuning.
Rabbani sedang asyik beraktifitas sepulang dari sekolah | @kaekaha |
Sepertinya, momentum seputar rem detangler sepeda Wimcycle tipe BMX firebird kuning inilah yang menjadi titik tolak bagi si Raihan dan Rabbani semakin percaya diri mengutak-atik sepeda. Sejak saat itu mereka semakin jauh dan berani mengeksplorasi semua sepeda “nganggur” yang ada dirumah secara otodidak.
Tidak hanya yang ringan-ringan saja, yang semi beratpun mulai dicobanya,
seperti membongkar roda, mengganti ban dalam atau ban luar, mengganti
rantai bahkan memotong dan menyambung rantai pun mereka bisa.
Rabbani dan teman-teman sedang "mbengkel | @kaekaha |
Eksplorasi mereka tidak berhenti disitu saja, mereka juga mulai berani memodifikasi sepedanya dengan berbagai gaya. mengganti roda dengan ukuran yang lebih kecil atau lebih basar, mengganti warna body dengan cara di cat semprot, bahkan beberapa kali saya perhatikan mengganti ukuran gear dengan menggunakan peralatan bengkel seadanya milik saya.
Khusus untuk mengganti warna body, si kuning juga tidak terlewatkan. Selama kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir, seingat saya si firebird kuning sudah berganti rupa lebih dari 3 (tiga) kali, hitam, merah, coklat metalik dan biru. Sehingga julukan si kuning sudah tidak berlaku lagi sejak saat itu.
Bahkan rem detangler kebanggaan si kuning akhirnya juga masuk ranah eksplorasi mereka, sayangnya sekarang sudah mereka lepas karena gearbelakang mereka bikin turbo(istilah Bengkel Bersama Banjarmasin) dengan cara di las. Sehingga mereka tidak memerlukan rem lagi, karena bila injakan pedal tidak dikayuh maka speda akan berhenti dengan sendirinya.
Suasana Bengkel Bersama Banjarmasin milik bersama | @kaekaha |
Berawal dari berita dari mulut ke mulut antar sesama kawan di komplek, bakat dan keahlian terpendam si Raihan dan Rabbani dalam "mengolah" sepeda"by custom" ala mereka mulai terkenal. Sejak saat itu, ruang garasi menjadi semacam base camp anak-anak komplek. Ada saja yang mereka lakukan, dari yang ringan-ringan seperti mengencangkan baut-baut, memompa ban dan menempel sticker.
Untuk level sedang, seperti nyetel kekencangan rantai, nyetel rem,
bongkar pasang ganti setang atau dudukan (sadel). Sedangkan untuk level
berat seperti ganti rangkaian tali/kawat rem, ganti ukuran roda, ganti
ban dalam/luar, ganti gear bahkan ada juga yang minta ganti warna cat
body. Semua gratis...tis...tis! Karena bahan-bahan yang diperlukan
biasanya teman-teman si Raihan dan Rabbani membawa sendiri dari rumah.
Raihan dan teman-temannya sedang asyik bermain sepeda | @kaekaha |
Memang ada beberapa tetangga dan orangtua yang memaksa memberikan ongkos setiap minta tolong perbaikan sepeda, saya anggap itu rejeki yang harus diterima sebagai penghargaan dan pengakuan terhadap kemampuan dan jerih payah si Raihan dan Rabbani. Biasanya, uang yang mereka dapatkan dipakai untuk membeli peralatan, onderdil atau sekedar aksesoris sepeda terbaru yang lagi tren, tapi tidak jarang juga dibelikan jajan dan dimakan bersama dengan teman-temannya.
Jujur! Awalnya saya sempat tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan oleh anak-anak saya. Kebisaan terpendam yang mereka miliki sama sekali tidak pernah masuk dalam radar perhatian saya, sampai saya melihat dengan mata kepala sendiri ketika mereka berdua bisa membongkar dan memasang sendiri roda ban belakang sepeda motor bebek saya yang kebetulan harus ganti ban dalam dan luar karena sobek akibat sudah terlalu tipis, sedangkan untuk membawa ke bengkel lumayan jauh.
Raihan dan Rabbani dengan sepeda masing-masing | @kaekaha |
Sejak saat itu, demi melihat minat, bakat dan antusias positif mereka pada dunia sepeda, khususnya perbengkelan. Saya tidak keberatan untuk mendukung hobi mereka dengan membelikan seperangkat alat-alat bengkel (toolshet) ketika mereka merengek-rengek memintanya.
Apalagi, ketika saya mendengar bahwa anak-anak ingusan ini resmi memberi nama bengkel mereka “Bengkel Bersama Banjarmasin” disingkat B3 tapi dibaca "B" saja. Entah apa yang ada di alam pikiran mereka dengan “Bengkel Bersama” itu!? Saya benar-benar terharu mengikuti perjalanan kreatif mereka. Saya berpikir, aktifitas mereka sangat positif untuk memupuk kreatifitas, semangat untuk maju, jiwa sosial untuk berbagi dan mental pantang menyerah dengan prinsip kerja keras dan cerdas.
Hanya saja, tetap saya tegaskan kepada si Raihan dan Rabbani termasuk semua teman-teman mereka yang sudah saya anggap seperti anak sendiri, bahwa aktifitas positif mereka mbengkel di garasi saya tidak boleh mengganggu aktifitas pokok mereka untuk belajar. Sekolah tetap harus nomor satu.
Dari waktu kewaktu, tidak hanya anak-anak komplek saja yang suka berkumpul seusai pulang sekolah. Teman-teman sekolah mereka juga banyak yang mulai bergabung, kebetulan diatas garasi atau di lantai dua yang sengaja saya manfaatkan untuk perpustakaan untuk menyimpan berbagai koleksi buku dan majalah menjadikan mereka semakin betah untuk berlama-lama. Mereka seperti mendapatkan rumah baru yang cocok untuk menggali banyak hal baru.
Hanya saja, tetap saya tegaskan kepada si Raihan dan Rabbani termasuk semua teman-teman mereka yang sudah saya anggap seperti anak sendiri, bahwa aktifitas positif mereka mbengkel di garasi saya tidak boleh mengganggu aktifitas pokok mereka untuk belajar. Sekolah tetap harus nomor satu.
Dari waktu kewaktu, tidak hanya anak-anak komplek saja yang suka berkumpul seusai pulang sekolah. Teman-teman sekolah mereka juga banyak yang mulai bergabung, kebetulan diatas garasi atau di lantai dua yang sengaja saya manfaatkan untuk perpustakaan untuk menyimpan berbagai koleksi buku dan majalah menjadikan mereka semakin betah untuk berlama-lama. Mereka seperti mendapatkan rumah baru yang cocok untuk menggali banyak hal baru.
Atraksi freestyle Rabbani | @kaekaha |
Ada satu hal menarik setiap mereka berkumpul di garasi rumah saya. Disaat ada yang sedang membongkar pasang sepeda atau baca-baca buku cerita, ada beberapa diantara mereka yang mencoba berlatih freesyle dengan menggunakan sepeda masing-masing. Entah siapa yang memulai dan darimana mereka mengenal istilah sekaligus atraksi freestyler itu, yang jelas dari sinilah, awal mula si Raihan dan Rabbani ikut-ikutan bisa memainkan beberapa gaya freestyle dengan menggunakan sepeda BMX yang membuat saya terkesima dan geleng-geleng kepala. ...and show must go on!
###
Saya dedikasikan doa dalam tulisan ini untuk 4 (empat) Jagoan saya, Muhammad Raihan Akbar, Muhammad Rabbani Al-Ghazali, Muhammad Razzaq Abu Bakar, Muhammad Ramadhan Al Hilal Abrar dan semua anak-anakku yang tergabung dalam bengkel impian, “Bengkel Bersama Banjarmasin”. Belajar yang rajin ya….!
Selamat berkreatifitas anak-anakku! Semoga langkah-langkah kecil kalian bersama “Bengkel Bersama Banjarmasin” akan membawa kalian semua kepada langkah-langkah besar yang akan mewarnai dunia!"
Artikel ini menjadi pemenang utama lomba blog WimCycle Sepeda Terbaikku kerjasama Kompasiana dengan WIMCYCLE berhadiah sepeda keren. Link pengumuman pemenang bisa diklik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar