Tradisi Kuliner Cacapan Asam
Kekayaan tradisi kuliner dari tanah Banjar di bumi Kalimantan, seperti halnya budaya kuliner dari bumi nuasantara lainnya, memang tidak akan ada habisnya untuk terus dibedah dan diapresasi.
Tidak hanya keragaman dan keunikannya saja yang sudah kesohor dan pastinya mejadi daya tarik pesonanya, tapi juga kebermanfaatannya dalam kehidupan masyarakat Banjar.
Salah satu tradisi kuliner identik khas masyarakat Banjar yang sepertinya mempunyai identitas spesifik seperti di atas dan juga bisa diadaptasi oleh seluruh masyarakat di penjuru nusantara adalah cacapan asam.
Selain cara membuat dan bahan yang diperlukan relatif mudah, cita rasanya yang demokratis nan ramai alias nano-nano antara asam, manis, pedas dan asin-gurih sungguh segar dan nikmat, juga mempunyai manfaat yang signifikan sebagai booster alias penggugah selera makan yang sangat efektif.
Baca Juga: Sarapan Pundut Nasi, Olahan Nasi Santan Khas Kota 1000 Sungai
Kosa kata cacapan berasal dari bahasa Banjar yang maknanya setara dengan cocolan dalam bahasa Indonesia, sedangkan kata Asam dalam frasa "cacapan asam" merujuk pada cita rasa cacapan yang memang dominan pada rasa asamnya, bukan pada jenis buah asam dari Pulau Jawa (Tamarindus indica) yang biasa disebut Urang Banjar sebagai asam kamal, walaupun buah ini juga biasa digunakan untuk membuat "cocolan" yang sangat efektif sebagai booster untuk membangkitkan nafsu makan ini.
Selain rasa asam dari buah asam Jawa (Tamarindus indica), cacapan asam khas dari bumi Banjar ini juga biasa dibuat dengan buah-buahan bercita rasa asam-segar lainnya, seperti hampalam (Mangifera laurina) dan binjai (Mangifera caesia) spesies mangga khas rawa Kalimantan dengan cita rasa sangat asam, limau kuit (Citrus hystrix) spesies jeruk purut yang hanya tumbuh di Kalimantan, ramania atau juga dikenal sebagai buah gandaria (Bouea macrophylla), belimbing tunjuk atau belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), tomat (Solanum lycopersicum), terong asam atau terong Dayak (Solaum ferox Linn) dan banyak lagi yang lainnya.
Baca Juga: Sarapan "Katupat Batumis" di Batang Banyu, Menikmati Peradaban Sungai khas Urang Banjar
Selain bahan utama berupa beragam buah-buahan bercita rasa asam-segar seperti tersebut di atas, untuk membuat cacapan asam juga diperlukan beberapa bahan bumbu dapur lainnya untuk memperkaya rasa.
Itulah sebabnya, cacapan asam bisa dibilang jenis kuliner paling demokratis, selain karena citarasa nano-nanonya yang adaptif terhadap beragam buah-buahan/sayuran bercita rasa asam segar, khusus untuk bumbu pengaya rasa sekaligus penyedapnya sangat beragam, tidak mengikat dan bersifat kondisional yang biasanya sangat ditentukan referensi rasa si pembuatnya dan juga menyesuaikan "jenis lauk" yang akan menjadi teman makannya. Ini yang unik!
Sekadar informasi, pada dasarnya cacapan asam bisa menjadi tandem makan beragam jenis olahan kuliner khas Urang Banjar, baik yang dibakar/dipanggang (baubar/babanam), digoreng (basanga), direbus (bajarang), dipepes (paisan), maupun yang dikeringkan sekaligus diasinkan seperti iwak sapat karing ((Trichopodus trichopterus)), garih haruan (Channa striata), ikan teri (Engraulidae), ikan telang, dll.
Baca Juga: Menikmati Kesegaran "Bingka Barandam", Kue Berkuah nan Unik Khas Kalimantan Selatan
Untuk bahan dasar bumbu penyedap dari cacapan asam adalah irisan bawang merah, cabai rawit dan air matang. Sedangkan bumbu penyedap yang sifatnya additional umumnya adalah gula, garam, bawang putih, terasi bakar dan penyedap rasa.
Sebagai contoh, jika ingin membuat cacapan asam untuk makan iwak sapat karing yang hambar (ikan sepat yang dikeringkan, ada yang bercita rasa hambar dan asin), maka selain memerlukan bahan buah-buahan bercita rasa asam-segar, juga memerlukan garam dan atau gula (jika keduanya dituang akan menghasilkan cita rasa gurih), terasi bakar
Jika iwak sapat karing-nya yang becita rasa asin, biasanya untuk bahan garam tidak diperlukan lagi, karena cita rasa asin akan cukup terwakili dari rasa ikan asin atau ikan sapat karing yang tadi.
Jadi intinya, pada dasarnya cacapan asam memang jenis tradisi kuliner yang demokratis! Setiap penikmat dan juga pembuatnya bebas mengekspresikan referensi rasa yang dimiliki, baik pilihan terhadap jenis buah asamnya, bahan tambahan yang bisa dieksplorasi dan juga kuantitas masing-masing bahan yang tentunya akan mempengaruhi cita rasa, walupun tidak akan keluar dari pakem dasarnya yang bercita rasa asam, manis, pedas (dan asin-gurih).
Cara Membuat Cacapan Asam
Cara membuat cacapan asam relatih sangat mudah. Siapkan bahan-bahannya, seperti:
- Asam kamal/asam Jawa (Tamarindus indica)/Limau Kuit/ lainnya, secukupnya
- Irisan bawang merah (dan bawang putih), secukupnya
- Potongan cabai rawit, secukupnya
- Terasi bakar, secukupnya
- Air Putih secukupnya
- Gula dan garam secukupnya
Baca Juga: "Hintalu Tambak", Penguasa Hajat Hidup Urang Banjar yang Semakin Langka
Cara membuat:
- Siapkan piring/wadah lain untuk meramu
- Bersihkan limau kuit/asam Jawa tersebut, lalu taruh di piring
- Taruh irisan bawang merah dan bawang putih, tambahkan garam dan gula, serta air hangat secukupnya
- Setelah semua bahan terendam, aduk perlahan dan remas-remas asam kamal sampai kuah mengeluarkan bau dan cita rasa nano-nano khas cacapan asam yang akan menggoda siapapun!
- Terakhir, tambahkan irisan cabai rawit
- Hidangkan dengan lauk yang sudah disiapkan, plus nasi putih hangat
He...he...he...sudah nelan ludah ya.....!? Langsung aja dah, bikin sendiri di dapur, mudah kok!
Semoga bermanfaat.
Salam dari Kita 1000 Sungai Banjarmasin nan Bungas!
Artikel ini juga tayang di Kompasiana pada 22 Oktober 2020 jam 16:54 WIB (klik disini untuk membaca)!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar