Salah satu keunikan tradisi berlebaran di nusantara adalah munculnya beragam kuliner tradisional sebagai bagian dari jamuan bersantap bagi sanak saudara, handai tolan, tetangga dan tamu-tamu lainnya yang berkunjung ke rumah, terlebih di kediaman sosok-sosok yang biasanya di tuakan.
Begitu juga di Kota 1000 Sungai Banjarmasin nan Bungas! Di setiap rumah biasanya tidak akan ketinggalan untuk menyajikan beragam kuliner tradisional khas Banjar, baik berupa camilan atau wadai karing, kudapan atau beragam wadai, sampai menu-menu makanan berat.
Dari sekian banyak kuliner tradisional Banjar yang sering muncul saat lebaran, selain beragam kuliner berat berkuah kaldu kesukaan saya seperti sop dan soto Banjar, bistik ayam atau daging, lontong tampusing, katupat Kandangan, juga katupat batumis, Urang Banjar juga mempunyai kudapan kue unik yang selalu menjadi primadona di sepanjang bulan Ramadan hingga lebaran, yaitu Wadai Bingka Barandam.
Wadai atau kue yang sangat unik dan tentunya juga super nikmat ini langsung bisa membuat saya jatuh cinta, ketika pertama kali mencicipinya di akhir 90-an, ketika untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di mantan Ibu Kota Kalimantan Selatan ini.
Penampakan unik kue bolu berkuah dengan warna kuning telur segar ini selalu sukses membuat siapapun terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama dan akan semakin jatuh hati ketika mulai mencicipi sesuap demi sesuap bolu lembut nan legit ini.
Bagaimana tidak? Keunikan wadai berkuah ini jelas menjadi pembeda sekaligus penyebab "lapar mata".
Apalagi begitu mengudap sepenggal-demi sepenggal perpaduan kue bolu super lembut yang hanya dibuat dari tepung dan kuning telur plus direndam dalam kuah kinca manis yang legitnya pas berpenyedap kayu manis, vanili dan daun pandan alami ini!
Tidak heran jika kelezatan wadai yang juga menjadi kebanggaan seluruh masyarakat Pulau Kalimantan, termasuk masyarakat negeri jiran, Malaysia dan Brunei Darussalam ini selalu maulah karindangan alias ngangeni siapa saja yang pernah mencicipinya.
Asal nama bingka barandam jelas diambil dari cara penyajian kuenya yang direndam dalam kuah kinca manis nan menyegarkan tersebut. Kosa kata asalnya, “barandam atau berandam” dalam bahasa Indonesia berarti berendam.
Jika anda sebelumnya sudah familiar dengan beragam wadai bingka khas urang Banjar lainnya, seperti bingka kentang, bingka waluh, bingka telur, bingka pisang, bingka ubi dan lain-lainnya yang kesemuanya diolah dengan cara di bakar dan mempunyai citarasa manis lumer, maka bingka barandam ini beda 180 derajat dengan saudara-saudara sepupunya tersebut
Tekstur wadai bingka barandam jauh lebih lembut layaknya sponge atau spons, sehingga tidak memberi efek mengenyangkan apalagi bikin eneg, karena cita rasa manisnya yang pas sangat menyegarkan apalagi setelah didinginkan beberapa saat dalam lemari pendingin.
Ini yang unik dan asyik! Biasanya, kudapan manis apalagi dipadu kuah manis, menyebabkan rasa eneg jika disantap berulang-ulang kali, terlebih bagi selain penikmat kuliner manis seperti saya. Nah, wadai bingka barandam berlaku sebaliknya! Justeru bikin ketagihan kalau disantap berulang-ulang he...he...he...
Ketika menyantap kue pertama, maka saat itu juga hasrat menyantap kue kedua menyeruak, begitu pula saat menyantap kue kedua dan begitu seterusnya, sampai kue dan kuah yang sama-sama berwarna kuning telur itu ludes tempat sajian.
Tidak hanya itu, kue yang konon “boros telur” ini juga menawarkan sensasi mengudap kue yang benar-benar berbeda dan tidak akan terlupakan sampai kapanpun!
Begitu masuk ke dalam mulut, bolunya akan pecah di lidah, maka saat itulah kuah manisnya yang lezat dan dingin menyegarkan mengguyur tenggorokan, memanjakan semua indera perasa kita. Suegaaaarnya Sedaaaap dan nikmaaaaat!
Sayang, wadai bingka barandam yang juga menu favorit buka puasanya Urang Banjar ini, hanya mudah ditemukan di seputaran Ramadan dan lebaran saja. Tidak di hari-hari biasa!
Khusus di seputaran bulan Ramadhan, varian rasa dan bentuk bolu bingka barandamnya lebih beragam. Tidak hanya versi original saja, tapi juga ada rasa tapai, pandan, nangka, kelapa muda, hingga yang kekinian seperti cokelat dan keju.
Begitu juga dengan bentuknya, tidak hanya bulat, tapi juga beragam ada bentuk bunga, hati, persegi dan lain-lainnya. Mau coba?
Nah, kalau mau mencoba otentiknya wadai nan unik ini, memang tidak ada cara lain selain harus terbang dan jalan-jalan ke Banjarmasin. Tapi kalau mau coba-coba pemanasan dulu, boleh juga tuh resep turun-temurun keluarga istri saya ini dicoba!
Selain bahan untuk membuatnya relatif murah dan mudah didapat, cara membuatnya juga tidak terlalu ribet kok! Yuk dicoba!
(Resep Keluarga) Wadai Bingka Barandam (untuk sekitar 8-10 porsi) :
Bahan :
200 gr tepung terigu
8 butir telur itik
1-2 sdm gula pasir
Cara Membuat :
Pertama, kocok telur itik dan gula pasir hingga mengembang yang ditandai dengan adonan berwarna agak kepucatan dan bila mixer diangkat, adonan tidak menetes lagi.
Kedua, masukan tepung terigu ke adonan secara perlahan, lalu aduk sampai merata.
Ketiga, siapkan cetakan bingka dengan mengoleskan margarin, lanjut panaskan dengan api kecil.
Keempat, setelah cetakan panas, tuang adonan ke dalam cetakan dan biarkan sampai matang.
Kelima, Angkat dan sisihkan dulu.
Bahan kuah:
500 ml air
300 gr Gula pasir
3 lembar daun pandan
Kayu manis secukupnya
Vanili secukupnya
Cara Pembuatan:
Pertama, masukkan air, gula, daun pandan, bubuk vanili dan kayu manis secukupnya, lalu panaskan semuanya hingga mendidih dan gulanya larut.
Kedua, angkat dan dinginkan.
Ketiga, saring kuah, ambil kuahnya kincanya.
Keempat, siram dan rendam bolu dengan kuah kinca sampai beberapa saat, sampai kuah meresap ke dalam bolu yang ditandai dengan bentuk bolu yang mengembang dan terlihat basah layaknya sponge
Kelima, Siap dinikmati dengan keluarga!
Semoga bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar