Cuaca
“Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas” dalam beberapa hari di
pertengahan bulan Desember ini lumayan agak dingin bila dibanding
hari-hari biasanya, karena di sepanjang hari, terutama sejak sore sampai
pagi keesokan harinya, sering diguyur hujan dengan intensitas yang
rata-rata cukup lebat.
Bahkan
pagi buta kali ini (17/12), dalam perjalanan saya dari rumah di Km.7 A.
Yani atau kawasan Kertakhanyar menuju ke arah ke Kota Banjarbaru,
menuju ke akses terminal baru Bandar Udara Internasional Syamsoedin Noor
yang berjarak sekitar 20-an km masih juga dikawani oleh gerimis,
bahkan di beberapa lokasi setelah shalat Subuh di Masjid Mujahidin,
Gambut, banyak titik yang hujannya lumayan lebat. Alhamdulillah,
berkahNya di pagi ini, udara jadi lebih beraihan sueeeegeeeer!!!
Oya,
karena ini penerbangan pertama saya di masa Pandemi covid-19 yang
“naga-naganya” akan sedikit lebih ribet bila dibandingkan dengan
penerbangan di masa aman, makanya saya memilih berangkat lebih awal
menuju bandara.
Mungkin
karena memang musim penghujan ya kawan! Makanya dalam “aturan main”
yang dikirim panitia Writingthon Jelajahi Sumedang kemarin lusa, kita
para peserta juga disarankan untuk membawa perlengkapan jas hujan,
payung atau mantel/jaket anti air guna mengantisipasi cuaca musim
penghujan selama even berlangsung yang basah banget!
Apalagi
kita semua tahu, geografi Sumedang yang didominasi oleh dataran tinggi,
juga punya curah hujan lumayan tinggi. Nah lho! Sudah gitu, menurut
spil dari panitia, lokasi even Writingthon Jelajahi Sumedang ini berada
di kawasan Sumedang Selatan.
Lokasinya
lumayan ekstrim, di penginapan bergaya resort keren di punggung gunung
yang masih dikelilingi hutan dan relatif jauh dari perkampungan
penduduk. Pastinya, sering banget hujaaaaaaan dan dingin banget!
Hi...hi...hi...
Bismillah.
Tepat pukul 08.00 WITA, pesawat Batik Air yang menerbangkan saya ke
Sumedang via Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, take off juga
dengan mulus dari landasan pacu Bandara Syamsoedin Noor meski gerimis
pagi masih saja membasahi bumi Banjar, hingga akhirnya setelah sekitar
1,5 jam atau 90 menitan di udara, pesawat akhirnya landing dengan mulus
juga di bandar udara terbesar di Indonesia ini.
Setelah
keluar dari pesawat dan singgah sebentar di terminal kedatangan,
smartphone saya yang baru saja aktif kembali langsung diserbu oleh notif
yang masuk dan dua diantaranya dari Mas Mustaqim (sesama alumni
Writingthon Asian Games, 2018) dan Mbak Yeni , crew dari Bitread yang
selalu bertugas menjemput peserta Writingthon dari luar daerah via
Bandara Soetta.
Setelah
konfirm sejenak dengan mereka berdua akhirnya saya langsung keluar
terminal untuk bertemu mereka berdua yang sudah saya kenal sejak saya
terlibat di dua even Writingthon sebelumnya dan Alhamdulillah, akhirnya
saya bisa ketemu lagi dengan Mas Mustaqim yang landing dari
Metro-Lampung beberapa jam sebelum saya. Tapi kok nggak ada Mbak Yeni
ya!? Malah yang tampak peserta terpilih dari Pasuruan, Neng Darma Anggat
yang juga landing beberapa saat sebelumnya.
Ternyata
Mbak Yeni lagi belanja perlengkapan “jalan” menuju ke Sumedang di
minimarket. Excited banget bisa ngobrol ngalor-ngidul melepas kangen
lagi dengan mereka semua, nggak lama landing juga Mas Asrul Rizky, dosen
berprestasi dari Aceh, peserta terakhir yang kita tungguin sebelum
let’s go ke Sumedang.
Eiiiiits...tunggu
dulu, kita masih ada Mas Deta Arya Intifada, Kompasianer senior yang
juga jurnalis, tapi dia tinggal di Jakarta dan sepertinya tempat
tinggalnya satu jalur dengan rute penjemputan dari Bandara, makanya dia
nungguin kita di jalanan rute menuju Sumedang.
Perjalanan menuju Sumedang via tol lancar jaya! Kita menyempatkan Ishoma alias istirahat sambil sholat dan makan di rest area
tol km ... ah saya lupa…di km berapa, api lumayanlah, punggung bisa
kembali tegak setelah perut diisi bensin eh... maksudnya diisi nasi!
He...he...he... kalau isi bensin untuk mobil, kita stop sekalian antri
di toilet POM bensin ketika hari sudah mulai senja selepas melewati
kampus-kampus terkenal di Jatinangor, pintu masuk Sumedang dari arah
Bandung dan Jakarta.
Setelahnya,
kami langsung menuju penginapan “Kampung Karuhun” di Sumedang Selatan.
Sempat Melawati Kota Sumedang yang kami kenali dari tulisan besar
“Alun-alun Sumedang” di sudut alun-alun. Ternyata dari sini kami masih
terus dan terus menjauh dari kota.
Kami
terus menyusuri jalanan perkampungan yang relatif sempit tapi beraspal
dengan kombinasi rumah penduduk yang relatif jarang, sawah, hutan dan
kadang-kadang tampak jurang dengan sungai-sungai berair mengalir deras.
Diiringi
senja yang basah oleh rintik hujan, mobil kami masih terus menyusuri
tepian hutan dan sepertinya malah menjauh dari keramaian. Bukan lagi
menjauh dari keramaian Kota Sumedang, tapi kita menjauh dari keramaian
kampung terdekat!
Nah
lho... kecurigaan saya dan mungkin teman-teman alumni Writingthon
lainnya mulai terjawab. Sepertinya ini jawaban misteri “aturan main”
disuruh membawa perlengkapan mandi sendiri. Jangan-jangan...?
Memang diluar kebiasaan dalam even Writingthon,
kita peserta diwajibkan membawa peralatan mandi sendiri. Bukannya
peralatan ini sudah disiapkan oleh penginapan. Lah pasti ada apa-apanya
ini!?
Senja benar-benar hampir berganti malam ketika kami sampai di Kampung Karuhun, resort bergaya villa di punggung gunung yang masih dikelilingi hutan lebat dengan bunyi gareng pung alias tonggeret yang bersaut-sautan dan juga kawanan monyet yang terlihat masih cukup banyak bergelantungan di pepohonan sekitar. Selebihnya sunyi dan sepiiiiiii.
Begitu
memasuki area Kampung Karuhun, kami langsung disambut oleh panitia dan
diminta langsung untuk registrasi dan mengambil semua kelengkapan
atribut yang dikemas dalam totte bag cantik dengan ilustrasi Writingthon
Jelajahi Sumedang 2020 dan juga mengisi berkas-berkas yang diperlukan
untuk kepentingan akomodasi dan lain-lainnya.
Dari sini kami baru mengetahui, kalau rombongan kami ternyata menjadi yang paling akhir sampai di lokasi. Untuk peserta dari kawasan Sumedang dan sekitarnya sudah masuk camp sejak siang, sedangkan peserta dengan titik jemput di Jakarta tapi non pesawat terbang sudah tiba di lokasi sejak sebelum waktu Ashar tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar