Sabtu, 07 November 2020

KoranKaltim.com "Tombo Kangen Mujarab" Kerinduanku pada Banua Etam

KoranKaltim referensi teraktual seputar Kalimantan Timur | korankaltim.com

 Nostalgia di Banua Etam

Sejak meginjakkan kaki pertama kali di Kota Tepian, Samarinda serta Kota Beriman, Balikpapan dan akhirnya harus bolak-balik Surabaya-Banjarmasin-Balikapapan pada kurun waktu 2004-2006 silam untuk melaksanakan "tugas negara", memang harus saya akui, sosio kultur dua kota terbesar di Kalimantan Timur yang terbangun layaknya miniatur nusantara yang sarat dengan keragaman itu benar-benar telah membuat saya jatuh cinta.

Namanya juga jatuh cinta, setelah purna tugas dan wajib pulang ke markas besar di Surabaya,  lama-kelamaan muncul juga kerinduan yang begitu mendalam atau Urang Banjar menyebutnya sebagai karindangan setelah begitu lama tidak bersua dan hanya mendengar kabarnya saja  tentang banua etam, Kalimantan Timur.

Dulu, setiap pulang dari kantor yang terletak di seberang Taman Tepian Mahakam di jalan Slamet Riyadi, sebelum pulang ke kost-an di jalan Abul Hasan, saya selalu menyempatkan main ke semacam dermaga yang terbuat dari kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) di tepian Sungai Mahakam, bagian dari Taman Tepian Mahakam yang masih belum selesai di benahi.


 
Kenangan medio 2006 di Tepian Mahakam dengan Latar Belakang Sungai Mahakam dan Islamic Centre yang masih dalam pembangunan | @kaekaha

Menurut saya, saat itu tempat ini sangat romantis, apalagi jika temaram senja mulai meningkahi sang mentari agar segera kembali ke peraduannya. Saya sangat menikmati suasana senja di tempat ini, beragam aktifitas original khas masyarakat yang tersaji begitu natural, layaknya penawar lelah aktifitas seharian di kantor.

Kerlap-kerlip "manja" lampu di Jembatan Mahakam, hilir mudik tongkang pengangkut batubara ditengah sungai, uniknya para pencari ikan yang berburu dengan beragam cara tradisonal, muda-mudi yang sepertinya memadu kasih dan yang paling menakjubkan saya adalah fakta banyaknya pedagang yang menjual beraneka produk, mulai dari makanan, minuman, mainan, beragam jasa dan banyak lagi lainya yang hampir semuanya ternyata "imigran" alias pendatang dari Pulau Jawa seperti saya. 

Inilah momentum awal, saya merasa tidak sendirian di seberang lautan. para "imigran" dari Jawa ini layaknya jembatan emas untuk mengenal banua etam lebih dekat dan lebih intim,sekaligus jatuh cinta pada segala pesona dan eksotikanya.     

Baca Juga : Pesona Pulau Derawan Bikin "Mabuk Kepayang"

Dulu, sewaktu komunikasi belum bisa dilakukan secara online dan realtime seperti sekarang, untuk mengobati karindangan alias rindu berat saya pada semua yang berbau banua etam, setelah kembali menetap di Surabaya/Banjarmasin, saya harus calling teman-teman, khususnya crew di Kota Tepian, Samarinda. 

Selain tanya kabar, ujung-ujungnya pasti minta tolong dikirimi via email foto-foto romantis tempat kesukaan saya di dermaga taman tepian Mahakam, Masjid tua Shiratal Mustaqiem di Samarinda seberang, juga update pembangungan Islamic centre (saat itu masih dalam tahap pembangunan dan digadang-gadang menjadi yang terbesar di Asia Tenggara), koran harian terbitan lokal (kebetulan saya kolektor koran, baik terbitan lokal, nasional maupun internasional) dan amplang kuku macan, sejenis camilan kerupuk yang terbuat dari ikan belida atau ada juga yang menyebutnya sebagai ikan pipih (Chitala lopis). 

Kerinduan terobati? Mau tidak mau, bisa tidak bisa saat itu ya harus terobati...he...he...he...! Karena memang tidak ada jalan lain. 

Momen Menjadi "Joki" DRE etape 3, Balikpapan-Tanjung Redeb, Berau | @kaekaha
 

 Menjelajah Banua Etam

Bersyukur, pada awal 2016 saya dan beberapa teman kompasianer (penulis di kompasiana) dari berbagai kota di Indonesia, terpilih mengikuti ajang ekspedisi lintas Pulau Kalimantan, termasuk banua etam, Kalimantan Timur yang disponsori oleh salah satu pabrikan otomotif asal Jepang yang sudah kesohor di dunia. 

Khusus untuk perjalanan etape jelajah Kalimantan Timur dari Balikpapan menuju Kota Tanjung Redeb di Kabupaten Berau yang saat itu kami tuntaskan sekitar tiga hari, benar-benar menjadi hari yang sangat spesial. Bagaimana tidak? 

Baca Juga : 650 km Menjelajah Jalur Roller Coaster Kalimantan Timur

Tiga hari penuh kami menjelajah bumi banua etam nan eksotis. Menyusuri alam liar khas borneo, ruang konservasi alam dengan plasma nutfah yang tidak terhitung lagi jumlah serta nilainya, juga beragam kearifan tradisi, budaya serta keyakinan masyarakat yang ada di dalamnya, menjadi momen melepas kerinduan pada banua etam yang mengendap selama sekitar satu dekade. 

Saat itu, kami benar-benar menikmati secara utuh hampir semua elemen eksotis yang menjadikan sosio kultur dan juga alam banua etam sangat layak untuk di kangeni!

 

Bandara Kalimarau, Berau Luar Biasa Cantiknya! | @kaekaha

Sayangnya, setelah pulang ke daerah masing-masing saya dan semua risers (semua peserta ekspedisi) justeru malah kebingungan sendiri, pasalnya kami sangat sulit untuk move on!  

Bayang-bayang pesona Kota "Cerdas" Balikpapan, Islamic Centre Samarinda, Desa Budaya Pampang, Desa Budaya Miau Baru dan tentunya eksotika kepulauan Derawan yang hadir layaknya sepotong tanah surga yang jatuh ke bumi, sangat sulit untuk kami buang jauh-jauh. 

Baca Juga :  Inspirasi Cantik dari Bandara Kalimarau dan SAMS Sepinggan 

Bahkan sampai sekarang, di grup WA risers DRE yang masih terpelihara sampai sekarang, kami masih sering membahas momen-momen indah perjalanan kami di sepanjang jalan banua etam, saat menembus jalur-jalur eksterm layaknya rolller coaster di tengah rimba yang masih perawan, berikut ragam kearifan budaya masyarakat setempat yang begitu menginspirasi.

Saat Berkunjung ke Desa Adat Miau Baru, Kongbeng, Kutai Timur | @kaekaha
 

KoranKaltim.com Obat Kangen pada Banua Etam

Beruntung, saya masih kebagian jaman milenial yang serba digital seperti saat ini! Karenanya, kerinduan saya dan juga teman-teman risers yang sempat menjelajah banua etam diawal tahun 2016 silam   kepada eksotika banua etam lebih mudah terobati, bahkan ditengah pandemi covid-19 seperti saat ini.

Bagaimana tidak, selain mode plesiran virtual yang sekarang banyak dibangun oleh berbagai pihak yang berkepentingan, terutama terkait pariwisata regional Kalimantan Timur, teknologi informasi berbagai penyedia informasi lokal di Kalimantan Timur juga sudah sangat maju yang tentunya berperan besar memeratakan budaya digital sekaligus mencerdaskan masyarakat Kalimantan Timur, salah satunya yang selalu on fire adalah korankaltim.com berikut media grup-nya.

Berawal dari rekomendasi teman-teman sekantor dulu di Samarinda dan Balikpapan, untuk keperluan info aktual terkait banua etam, saya sekarang malah minded dengan artikel-artikel korankaltim.com khususnya untuk keperluan referensi penulisan artikel-artikel bergenre sosio kultur dan humaniora khas bumi Kalimantan di berbagai media langganan saya, termasuk beberapa media blog generatif dan blog pribadi yang saya kelola.

Membuka laman korankaltim.com yang menyajikan menu berita populer dan aktual begitu lengkap, saya seperti dibawa menjelajahi semua lini hidup dan kehidupan aktual dan krusial masyarakat secara utuh, tidak hanya di level banua etam semata yang memang menjadi core artikelnya, tapi juga level nasional, bahkan internasional.
 
 
korankaltim.com

 
Dari artikel yang lumayan "berat" seperti tema politik, pendidikan dan ekonomi-bisnis, sampai budaya, olahraga dan hiburan, semuanya tersaji dengan ulasan yang lugas dan sederhana berbasis pada data yang lengkap dan akurat, sehingga informasi dalam artikel lebih mudah sampai pada segmen pembacanya.

Lebih spsesifik, coba perhatikan, artikel-artikel yang tersaji di semua menu korankaltim.com! Cirikhas pada judul artikelnya yang cenderung panjang dengan pilihan diksi yang lugas dan sederhana, jelas memberi kesan pada kelas mutu artikel pada pandangan pertama!

Cirikhas korankaltim.com yang satu ini, jelas "saya banget" gitu loh! Saya paling suka dengan artikel model seperti ini, satu visi dengan artikel-artikel saya yang rata-rata juga berjudul panjang. 

Menurut saya, artikel dengan judul panjang itu memudahkan pembaca untuk lebih mudah meraba simpul artikel, sekaligus menganalisa kualitas kolektif serta komprehensifnya materi data artikel, pembentuk moment of truth-nya pembaca.

Berdasar pengamatan dan pengalaman saya, setidaknya ada dua jenis pembaca artikel berita, sepertinya termasuk pembaca korankaltim.com juga, yaitu pembaca yang memang memerlukan informasi serta data terkait artikel dimaksud dan pembaca yang hanya sekedar ingin meng-update informasi.

Keduanya tentu mempunyai perilaku berbeda jika melihat basis kepentingannya, bagi pembaca yang mempunyai kepentingan pada informasi dan data, setelah membaca judul panjang yang mengandung diskripsi dan data, pasti akan "memeriksa" sampai detail sajian materi dalam artikel. 

Sedangkan pembaca yang sekedar ingin meng-update informasi, dengan membaca judul yang relatif panjang, diskriptif dan berisi simpul data, biasanya sudah merasa cukup. 

Maknanya, korankaltim.com bisa memberikan pengalaman membaca konten berita terbaiknya kepada siapa saja dimanapun berada, termasuk saya dan juga kamu! 

Nggak percaya? Coba deh buka link artikel aktual berjudul "Update Covid-19 di Kaltim : Hampir Berimbang, Penderita Baru Capai 265, Pasien Sembuh Sentuh 299 Kasus"  berikut, dan segera kenali, kamu termasuk tipe pembaca yang mana?

 

"Selamat Ulang Tahun ke-14 Koran Kaltim"

 

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar