Rabu, 06 Februari 2019

Masjid Sabilal Muhtadin Ruang Imajiner Dialektika Budaya Kalimantan

Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin yang megah dan unik
(Foto : @kaekaha)
Masjid Sabilal Muhtadin atau dikenal juga dengan sebutan Masjid Raya Banjarmasin merupakan salah satu masjid terbesar dan termegah yang menjadi salah satu landmark Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan. Kubah utama masjid yang terbuat dari logam tembaga berwarna keemasan dengan diameter mencapai 38 meter terlihat sangat unik, begitu juga 5 (lima) kubah pada menara yang ukurannya lebih kecil, sekitar 5-6m di ketinggian 45 m untuk menara utama dan 21 m untuk 4 (empat) menara pendamping. Desain arsitektur kubah ini terinspirasi dari tanggui, caping penutup kepala tradisonal khas masyarakat suku Banjar yang terbuat dari rangkaian daun nipah yang biasa dipakai petani dan nelayan beraktivitas. Bentuk kubah ini merupakan salah satu bentuk dialektika Islam dengan budaya lokal Suku Banjar yang paling mudah dilihat, sekaligus menjadi ciri khas keunikan Masjid yang dibangun pada tahun 1981 ini.

Petani berangkat ke ladang dengan tanggui menutupi kepala
(Foto: Putra Balangan)
Nama Sabilal Muhtadin diambil dari judul kitab atau buku buah karya ulama besar Kesultanan Banjar alm Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710—1812), Sabilal Muhtadin lit-tafaqquh fi amriddin yang secara umum diartikan sebagai ”Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan-urusan agama". Nama tersebut merupakan salah satu bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap jasa-jasa ulama besar yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama besar yang juga dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan ini tidak hanya dikenal dan dihormati di lingkungan Kesultanan Banjar saja, tapi juga seluruh Nusantara, bahkan mancanegara. Beliau juga dikenal dan dihormati oleh umat Islam dan para alim ulama yang tersebar di Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir. Makam beliau di daerah Kelampayan, Martapura, Kabupaten Banjar ini sejak lama dikenal sebagai salah satu destinasi wisata religius di Kalimantan Selatan.

Bedug hias dengan name tag Masjid Sabilal Muhtadin, Banjarmasin
(Foto: @kaekaha)
Masjid Sabilal Muhtadin dibangun di area seluas 100.000 m2 di bekas lahan asrama tentara "Tatas" (pada jaman penjajahan Belanda, kawasan ini merupakan tempat berdirinya Fort Tatas atau Benteng Tatas yang letaknya sangat strategis) tepat di tengah Kota Banjarmasin di tepian Sungai Martapura, salah satu anak Sungai Barito yang membelah Kota Banjarmasin. Urat nadi kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin dan sekitarnya sejak berabad-abad silam. 

Monumen peresmian Masjid Sabilal Muhtadin, oleh Presiden Soeharto
(Foto: @kaekahai)
Di dalam lingkungan area Masjid Sabilal Muhatadin terbagi atas Bangunan Utama masjid, plaza dan menara, bangunan pendukung (kantor MUI, BAZNAZ, administrasi, aula, dll), Lembaga Pendidikan, tanah lapang dengan rumput hijau dan Ruang terbuka hijau (RTH) Hutan kota Masjid Raya.

Secara umum, desain bangunan utama masjid yang terdiri dari dua lantai seluas 5.250 m2 berikut area plaza dan menara yang tinggi menjulang dibalut oleh batuan marmer sekitar 14.830 m2, menjadikan suasana di dalam masjid terasa adem dan sejuk. Sangat representatif untuk melaksanakan berbagai kegiatan ibadah dengan khusyuk dan khidmat. Hal ini didukung oleh desain pintu dan jendela masjid yang sengaja dibuat tinggi dengan jumlah banyak dengan model terawang atau tembus udara dan cahaya secara langsung. Uniknya, pada 4 (empat) pintu utama yang terbuat dari tembaga ini didesain begitu cantik dengan memadukan kaligrafi Arab yang bertuliskan nama-nama 4 (empat) Khalifah dengan ornamen ukiran hias khas suku Dayak yang cantik. Demikian juga dengan jendela-jendelanya.

Desain unik pintu utama Masjid Sabilal Muhtadin
(Foto: @kaekaha)

Jendela terawang menghiasi dinding samping kiri dan kanan Masjid
(Foto: @kaekaha)
Khusus untuk ornamen ukiran hias Suku Dayak, juga bisa ditemukan di sebelah kiri dan kanan mihrab utama tempat imam memimpin shalat berjamaah. Ornamen hias yang terbuat dari lempeng tembaga ini begitu anggun dipadukan dengan kaligrafi bertuliskan huruf Arab berbahan sama yang disusun mengikuti alur ruas mihrab. Sekali lagi, inilah sebuah dialektika cantik antara arsitektur Masjid Sabilal Muhtadin dengan hasil karya cipta budaya lokal yang menghasilkan perpaduan yang unik, cantik dan tentunya menambah estetika ruang dalam tempat ibadah terbesar bagi umat Islam di Kalimantan Selatan ini.

Ornamen Suku Dayak yang menghiasi kiri dan kanan mihrab
(Foto: @kaekaha)

Untuk interior di dalam ruangan utama masjid, hiasan kaligrafi bertuliskan ayat-ayat suci Al-Qur'an dalam bentuk khat indah bergaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus dan Kufik berbagai ukuran yang terbuat dari tembaga, mempercantik ruangan utama masjid. Kaligrafi yang paling mencolok dengan ukuran yang besar terlihat menghiasi dinding di sebelah kiri dan kanan mihrab. Sedangkan kaligrafi Asmaul Husna yang berisi 99 nama Keagungan Sang Maha Pencipta terlihat begitu cantik dan anggun menghiasi langit-langit masjid di bawah kaca patri yang berada tepat di bawah dinding penyangga kubah tanggui raksasa. 

Kaligrafi Asmaul Husna yang menghiasi langit-langit seputar kubah tanggui raksasa
(Foto: @kaekaha)
Selain itu, hiasan interior di dalam masjid yang terlihat khas selain tampilan kaligrafi dan ornamen Suku Dayak yang memesona adalah keberadaan lampu gantung hias (chandelier) yang tepat tergantung di tengah-tengah ruangan di bawah kubah tanggui raksasa. Lampu ini menurut kaum (pengurus/marbot masjid) terdiri dari 17 buah unit gantungan dengan ribuan bola kaca membentuk lingkaran bergaris tengah 9 m. Memunculkan kesan anggun dan cantik dalam balutan tema sederhana yang kental.

Lampu hias ruang utama masjid yang terlihat sederhana dan anggun
(Foto: @kaekaha)"]
Masjid yang mampu menampung jamaah sebanyak 15.000 orang, dengan rincian 7.500 pada bagian dalam dan 7.500 pada bagian halaman plaza ini, sebagian besar dinding serta lantai bangunan, menara dan turap plaza, termasuk juga sebagian dari kolam pancuran di bagian depan, berlapiskan marmer indah dengan kesan mewah, sedangkan untuk tempat mengambil air wudhu, dinding dan lantainya dilapisi dengan porselein, sedang untuk halaman plaza keseluruhannya dilapis dengan keramik.

Tempat wudhu terbuka di halaman masjid
(Foto: @kaekaha)
Selain pesona bangunan fisik dan berbagai ornamen indah yang menghiasi interior dan exterior Masjid Sabilal Muhtadin, area halaman luar masjid yang luas, hijau dan segar dengan berbagai koleksi tumbuhan tanaman langka merupakan oase menyegarkan bagi masyarakat Kota Banjarmasin, terlebih Kota Banjarmasin dikenal sebagai daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata daratannya 60 mdpl yang mempunyai iklim panas dengan kelembaban tinggi, sehingga siang maupun malam akan selalu terasa gerah.

Hutan Kota Masjid Raya yang hijau dan segar
(Foto: @kaekaha)

Pohon-pohon besar yang tumbuh di halaman Masjid Sabilal Muhtadin
(Foto: @kaekaha)
Hutan Kota Masjid Raya Sabilal Muhtadin dan Taman Maskot yang ada di sebelahnya serta hutan kota milik Korem di seberang jalan yang banyak ditumbuhi tanaman-tanaman besar berkayu keras seperti angsana, rambutan, mangga, mahoni, kelengkeng dll merupakan kawasan terbuka hijau yang masih tersisa di Kota Banjarmasin. Dengan sendirinya, keberadaanya merupakan magnet tersendiri bagi aktifitas pariwisata masyarakat lokal Kota Banjarmasin. Letaknya yang strategis di tengah kota, berseberangan dengan area wisata menara pandang di siring Sungai Martapura dan ikon destinasi wisata baru berupa patung bekantan raksasa, menjadikan area ini tidak pernah sepi dari aktivitas masyarakat.

Kubah menara masjid dilihat dari siring Sungai Martapura (Foto: Koleksi Pribadi)
Tiap Minggu pagi, di kawasan ini (segitiga Masjid Sabilal Muhtadin, Menara Pandang dan Patung Bekantan) menjadi pusat aktivitas pariwisata Kota Banjarmasin. Di Masjid Sabilal Muhtadin diadakan kegiatan pengajian rutin oleh ulama terkenal Kalimantan Selatan, sedangkan di jalanan sekitarnya ada kegiatan car free daydan di sungai Martapura yang berada di seberangnya terdapat pasar terapung dan event-event sosial dan budaya lainnya. Jadi jangan heran pada Hari Minggu, masyarakat Kota Banjarmasin dan kota-kota sekitarnya akan tumpah ruah di area ini. Yuk, jalan-jalan ke Kota Banjarmasin....

1 komentar:

  1. Masha Allah, cantik nian masjidnya ya.
    Suatu saat Insha Allah bisa main ke sana

    Salam

    BalasHapus